Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

CERAI TANPA PUTUSAN PENGADILAN

Di susun oleh :
Nama : Alma usman
Nim : 20156122013

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI BISNIS ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN ) MAJENE
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul perceraian tanpa putusan pengadilan
Agama perspektif hukum Islam dan hukum postitif. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasan terkait dengan materi tersebut bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini kurang dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perceraian................................................................................ 2
B. Alasan perceraian ...................................................................................... 5
C. Tata cara perceraian .................................................................................. 6
D. Akibat dari Perceraian............................................................................... 8
E. cerai tanpa putusan pengadilan ................................................................ 9

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN ................................................................................................ 11
SARAN ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut R. wirjono Prodjodikoro, perkawinan adalah suatu hidup
bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang memenuhi
syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan hukum perkawinan.
Perkawinan menyangkut pribadi kedua calon suami istri juga
menyangkut urusan keluarga dan masyarakat jadi perkawinan merupakan
suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia.
Namun, dalam perjalanan rumah tangga tidak akan selalu mulus,
didalamnya akan ada kesalahpahaman, kekhilafan dan pertentangan.
Selalu ada potensi konflik dalam mengarungi biduk rumah tangga,
yang mana tak jarang mengarah pada terjadinya perselisihan dan
pertengkaran suami istri yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor.
karena sudah sedemikian berat dirasakan oleh pasangan suami istri,
konflik suami istri tidak dapat dikompromikan lagi, tak jarang kondisi
perkawinan semacam ini perceraian merupakan salah satu jalan yang
ditempuh sebagai alternatif terakhir.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perceraian?
2. Apa alasan perceraian ?
3. Bagaimana tata cara perceraian ?
4. Apa akibat Perceraian?
5. Bagaimana cerai tanpa putusan pengadilan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian perceraian.
2. Untuk mengetahui apa alasan perceraian.
3. Untuk mengetahui tata cara perceraian.
4. Untuk mengetahui apa akibat perceraian.
5. Untuk mengetahui bagaimana cerai tanpa putusan pengadilan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perceraian
Dalam hukum islam perceraian di sebut dengan talak. Menurut bahasa, talak
bermakna melepas tali dan membebaskan. Menurut syara’, melepas tali nikah
dengan lafal talak atau sesamanya.
Kata talaq berasal dari bahasa Arab Itlaq, bermakna melepaskan atau
meninggalkan. dan dalam istilah agama, talak yakni melepaskan ikatan
perkawinan atau rusaknya hubungan perkawinan.

Menurut Al-Jaziry talak ialah


‫ص‬ ْ ُ ْ ‫الن َك َ ْ ُ ْ ا ُ َّ َ ْ ا‬
ِّ ُ َ ‫َّ ا ُ ا‬
ِ ‫اح أو نقصان ِحل ِه ِبلف ِظ محصو‬
ِ ‫الطَلق ِإزلة‬

Artinya:Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi


pelepasan ikatannya dengan menggunakan kata kata tertentu.1
Secara harfiyah thalaq berarti lepas dan bebas. Dikaitkannya nya kata thalaq
dalam arti kata ini dengan putusnya perkawinan karena antara suami dan istri
sudah lepas hubungannya atau masing-masing sudah bebas. Dalam
mengemukakan arti thalaq secara terminologis kelihatannya ulama
mengemukakan rumusan yang berbeda namun esensinya sama. Al-Mahalli
dalam kitabnya Syarh minhajh al-Thalibin merumuskan :
‫حل قيد النكاح بلفظ طالق و نحوه‬

Melepaskan hubungan perkawinan dengan menggunakan lafal thalaq dan


sejenisnya.2 Pada prinsip asalnya talak itu hukumnya makruh berdasarkan sabda
Rasulullah saw:3
ُ ‫َ َّ ا َ َّ ا‬ ‫َْ ا ُ ْ ا ا‬
‫اَّلل ت اعاَل الطَلق‬
ِ ‫ض الحَل ِل ِإَل‬ ‫أبغ‬

“Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah Azza wajalla adalah talak
(HR Abu Dawud dan Al-Hakim)

1
‫ص‬ ْ ُ ْ ‫الن َك َ ْ ُ ْ ا ُ َّ َ ْ ا‬
ِّ ُ َ ‫َّ ا ُ ا‬
ِ ‫اح أو نقصان ِحل ِه ِبلف ِظ محصو‬
ِ ‫الطَلق ِإزلة‬

https://repository.radenintan.ac.id/1569/3/BAB_II.pdf, hlm.13, pada 22-8-2023,pkl.11.24

2
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh Munakahat Dan Undang Undang Perkawinan)
(Kencana: Prenamedia Group,2006), hal.198
3
Tihami,sohari sahrani,fikih munakahat(kajian fikih nikah lengkap),(Depok,Rajawali Pers,2018)hal.249

2
Suami yang berhak menjatuhkan talak terhadap istrinya, ulama fiqh
sependapat suami tersebut adalah yang waras akalnya, dewasa, dan orang yang
bebas menentukan pilihannya.

Karena talak adalah perbuatan yang mempunyai akibat hukum atas suami
istri, jadi apabila terpaksa, gila, atau masih kanak-kanak maka talaknya dianggap
main main.

Talak dapat diakui secara hukum jika talak dijatuhkan oleh orang yang
mempunyai kecakapan penuh (ahliyyah). Dan kecakapan dapat sempurna jika
waras pikirannya ,dewasa dan mempunyai kemampuan untuk memilih. 4
Menurut adat perceraian merupakan peristiwa luar biasa, problema sosial dan
yuridis yang penting dalam kebanyakan daerah. Walaupun ada suatu syarat yang
memungkinkan diperbolehkannya dilakukan perceraian. Tetapi perceraian
bukanlah suatu pola yang disenangi dalam masyarakat adat.5

Perkawinan yang telah dilangsungkan, pada dasarnya, kerabat dan masyarakat


menginginkan dapat bertahan sampai selama-lamanya ;atau memakai istilah Prof.
Djojodigoeno, bilamana mungkin sampai kaken-kaken,ninen-ninen, artinya
sampai si suami menjadi kaki (kakek) dan si istri menjadi nini (nenek), yaitu
orang tua yang sudah bercucu dan bercicit. Namun demikian dalam
kenyataannya sehari-hari, perceraian atau putusnya perkawinan itu tidak dapat
dihindarkan.

Dalam Kompilasi Hukum Islam di jelaskan beberapa istilah yang berkaitan


dengan perceraian yaitu sebagai berikut.

1. Talak
Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang
menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan (Pasal 117 KHI). Terdapat
empat macam talak, yaitu sebagai berikut.6
a. Talak Raj’i, yaitu talak kesatu atau kedua. Pada talak ini suami berhak
rujuk selama istri dalam masaidah (Pasal 188 KHI).
b. Talak Bai’in, dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

4
Ibid, hlm 251
5
Simanjuntak, hukum perdata di Indonesia ( Jakarta,kencana, 2023)hal.142

6
Zaeni Asyhadie dkk, Hukum Keluarga menurut hukum positif di Indonesia (Depok: Rajawali Pers,2020),hal.179

3
1) Talak bai’in sughra, yaitu talak yang tidak boleh dirujuk, tetapi hanya
bisa dilakukan dengan akad nikah baru dengan bekas suaminya,
meskipun dalam masa idah (Pasal 119 KHI ayat 1). Talak bai’in
sughro dapat dibagi menjadi:
a) Talak yang terjadi qabla al-dukhul;
b) Talak dengan tebusan atau khulu’
c) Talak yang dijatuhkan oleh pengadilan agama (Pasal 119 KHI ayat
2)
2) Talak bai’in kubra, yaitu talak yang terjadi untuk ketiga kalinya.
Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahi kembali,
kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas istri menikah
dengan orang lain, kemudian terjadi perceraian ba’da dukhul dan
habis masa idah (Pasal 120 KHI).
c. Talak sunni adalah talak yang dibolehkan, yaitu talak yang dijatuhkan
kepada seorang istri yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu
suci tersebut. (Pasal 121 KHI).
d. Talak bid’i adalah talak yang dilarang, yaitu talak yang dijatuhkan pada
waktu istri dalam keadaan haid, atau istri dalam keadaan suci tapi istri
dicampuri pada waktu suci tersebut (Pasal 122 KHI).
2. Khuluk, yaitu penyerahan harta yang dilakukan oleh istri untuk menebus
dirinya dari ikatan suaminya.
3. Lian menyebabkan putusnya perkawinan antara suami istri untuk selama-
lamanya (Pasal 125 KHI). Lian terjadi karena suami menuduh istri berbuat
zina dan atau mengingkari anak dalam kandungan atau yang sudah lahir dari
istrinya sedang istri menolak tuduhan atau pengingkaran (Pasal 126 KHI).
B. Alasan perceraian
Perceraian yang dalam kitab fiqh disebut thalaq disusun secara cermat
dalam UU Perkawinan, PP No.9 Tahun 1975 sebagai ketentuan pelaksanaan
dari UU Perkawinan juga secara panjang lebar diatur dalam KHI. Pasal 38
UU Perkawinan menerangkan bentuk putusnya perkawinan dengan
ketentuan:
Perkawinan dapat putus karena:

1. kematian,
2. perceraian,
3. atas keputusan pengadilan

4
Pada Kompilasi Hukum Islam pasal 113 dan diterangkan dalam Pasal 114
ditegaskan lagi dengan bunyi yang sama dengan rumusan:

Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena


talak atau berdasarkan gugatan perceraian.

Dalam Pasal 117 Kompilasi Hukum Islam (KHI)yang dimaksud dengan


talak adalah
Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi
salah satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 129,130, dan 131.
Pada pasal 39 UU Perkawinan terdiri dari 3 ayat dengan ketentuan:7

1. Perceraian hanya dilakukan didepan sidang pengadilan setelah


pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.
2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara
suami istri itu tidak akan hidup rukun sebagai suami istri.
3. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam
peraturan perundangan sendiri.

Di dalam pasal 39 ayat (2) UU No.1 Tahun 1974 dijelaskan secara tertulis
alasan perceraian dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,


penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2(dua) tahun
berturut turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alsanyanng sah atau
karena hal lain diluar kemampuannya.
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau
ukuman berat yang membahayakan pihak yang lain.
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain.
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajiban nya sebagai suami istri.

7
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh Munakahat Dan Undang Undang Perkawinan)
(Kencana: Prenamedia Group,2006), hal 227.

5
6.Antara suami istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
sehingga tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.
C. Tata Cara Perceraian
Dalam Islam perceraian merupakan sesuatu yang dibolehkan , terutama jika
tujuan perkawinan tidak akan terwujud, dan apabila sudah menempuh berbagai
cara untuk mewujudkan kerukunan, kedamaian, kebahagiaan, tetapi sehingga
yang terjadi adalah perceraian.
Perihal tata cara perceraian, bila dipandang dari subjek hukum atau pelaku
yang memulai terjadinya perceraian, dapat dibagi dalam dua aspek berikut.8
1. Cerai talak(suami yang bermohon untuk cerai)

Disebut cerai talak apabila suami yang mengajukan permohonan ke


pengadilan untuk menceraikan istrinya, kemudian sang istri menyetujui.
Dalam pasal 66 UU Perkawinan, hal ini diatur yaitu sebagai berikut:

a) Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya


mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk mengadakan sidang
guna meyaksikan ikrar talak.
b) Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan
kepada pengadilan yang daerah hukumnnya meliputi tempat kediaman
termohon, kecuali apabila termohon dengan sengaja meninggalkan
tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon.
c) Dalam hal termohon bertempat kediaman diluar negeri,permohonan
diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kediaman pemohon.
d) Dalam hal pemohon dan termohon bertempat bertempat kediaman
diluar negeri, maka permohonan diajukan kepada pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan
atau pengadilan agama jakarta pusat.
e) Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta
bersama suami sitri dapat diajukan bersama-sama dengan permohona
cerai talak ataupun sesudah ikrar talak diucapkan

8
Zaeni Asyhadie dkk, Hukum Keluarga menurut hukum positif di Indonesia (Depok: Rajawali
Pers,2020),hal.185

6
Sesudah permohonan cerai talak diajukan ke Pengadilan Agama,
sebagai halnya dalam Kompilasi Hukum Islam, pengadilan Agama melakukan
pemeriksaan mengenai alasan-alasan yang menjadi dasar diajukannya
permohonan tersebut. Yaitu dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 68 dan
pasal 131, sebagai berikut:
Pasal 68 KHI

a) Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan oleh majelis hakim


selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau surat
permohonan cerai talak didaftarkan di kepaniteraan.
b) Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup.
Pasal 131 KHI

a) Pengadilan agama yang bersangkutan mempelajari permohonan


dimaksud Pasal 129 dan dalam waktu selambat-lambatnya tiga puluh
hari memanggil pemohon dan istrinya untuk meminta penjelasan
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan maksud
menjatuhkan talak.
b) Setelah pengadilan agama tidak berhasil menasihati kedua belah pihak
dan ternyata cukup alasan untuk menjatuhkan talak serta yang
bersangkutan tidak mungkin lagi hidup rukun dalam rumah tangga,
pengadilan agama menjatuhkan keputusannya tentang izin bagi suami
untuk mengikrarkan talak.
c) Setelah keputusan mempunyai kekuatan hukum tetap, suami
mengikrarkan talaknya didepan sidang pengadilan agama, disaksikan
oleh istri atau kuasanya.
d) Bila suami tidak mengucapkan ikrar talak dalam tempo 6 (enam) bulan
terhitung sejak putusan pengadilan agama tentang izin ikrar talak
baginya mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka hak suami
untuk mengikrarkan talak gugur dan ikatan perkawinan tetap utuh.
e) Setelah sidang penyaksian ikrar talak, pengadilan agama membuat
penetapan tentang terjadinya talak rangkap empat yang merupakan
bukti perceraian bagi bekas suami dan istri. Helai pertama beserta
suart ikrar talak di kirimkan kepada Pegawai Pencatat Nikah yang
mewilayahi tempat tinggal suami untuk diadakan pencatatan, helai
kedua dan ketiga masing-masing diberikan kepada suami istri, dan
helai keempat disimpan oleh pengadilan Agama.

7
2. Cerai gugat (istri yang bermohon untuk cerai)
Cerai gugat adalah ikatan perkawinan yang putus, dimana yang
mengajukan permohonan ke pengadilan agama adalah istri yang
kemudian disetujui oleh termohon (suami) , sehingga pengadilan agama
mengabulkan permohonan tersebut. Jadi, khulu’, termasuk cerai gugat.
Perceraian yang terjadi atas permintaan istri adalah khulu’, dengan
memberikan tebusan atau uang iwad (ganti rugi) kepada suami dan atas
persetujuannya.
Sebagaimana dalam Pasal 37 Undang-Undang Perkawinan sebagai
berikut.
a. Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan
tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.
b. Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan
perceraian diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman tergugat.
c. Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri
maka gugatan diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi perkawinan mereka dilangsungkan atau ke pengadilan agama
Jakarta Pusat.

D. Akibat dari Perceraian


Ketika putusnya ikatan perkawinan antara seorang suami dengan seorang istri
akan mucul berbagai ketentuan dan akibat. Dapat dilihat dalam KUHPerdata
akibat perceraian ada tiga jenis, ialah sebagai berikut:9

1. Akibat Terhadap Istri


a. Pembubaran perkawinan yang disebabkan perceraian mengakibatkan hak
dan kewajiban istri menjadi terhapus terhitung sejak bubarnya perkawinan
tersebut.
b. Istri memperoleh kembali kedudukannya sebagai wanita yang tidak kawin
dan kekuasaannya sebagai orang tua menjadi terhenti.

9
Zaeni Asyhadie dkk, Hukum Keluarga menurut hukum positif di Indonesia (Depok: Rajawali
Pers,2020),hal.200

8
2. Akibat Terhadap Harta Kekayaan
a. Akibat perceraian, kebersamaan harta yang menjadi terhenti.
b. Semua tunjangan dan keuntungan yang telah diperjanjikan oleh pihak
ketiga tetap berlaku dan harus dipenuhi.
c. Pihak suami mempunyai kewajiban untuk membiayai kehidupan istri dan
anaknya.
3. Akibat Terhadap Anak-anak di Bawah Umur

a. Dengan bubarnya perkawinan, berakhir pula kekuasaan orang tua


terhadap anak yang dibawah umur namun harus digantikan dengan
perwalian.
b. Hubungan antara suami dan istri menjadi bubar karena perceraian, tetapi
hubungan antara orang tua dan anak masih tetap berlangsung.
c. Hak salah satu pihak untuk mengunjungi anak-anaknya yang dibawah
umur masih tetap ada.

D. Cerai Tanpa Putusan Pengadilan


Secara hukum Islam, perceraian dapat jatuh apabila seorang suami
mengucapkan kata talak kepada istrinya baik secara sungguh- sungguh atau
secara tidak sungguh-sungguh. Berdasarkan hadis Rasulullah yang
artinya:”Dari Abu Hurairah berkata: Ada tiga hal apabila dilakukan baik
dalam keadaan sungguh-sungguh ataupun bercanda, maka dianggap
bersungguh-sungguh yaitu: nikah, talak, dan rujuk.(Imam Abu Dawud,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Berkenaan dengan perceraian tanpa putusan pengadilan secara hukum
Islam adalah sah, namun pada hukum positif di Indonesia perceraian tanpa
putusan pengadilan tidak sah ini berdasarkan pada Undang-undang No. 1
Tahun 1974 tentang perkawinan disebutkan:”Perceraian hanya dapat
dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”. Dan dalam
pasal 114 Kompilasi Hukum Islam (KHI), disebutkan putusnya ikatan
perkawinan karena perceraian dapat diakibatkan Karena adanya talak dari
suami atau adanya gugatan dari istri. Dalam Pasal 114 menyatakan “putusnya
perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau
berdasarkan gugatan perceraian”.

9
Secara hukum, perceraian sah jika diproses melalui sidang di pengadilan
Agama baik cerai talak maupun cerai gugatan yang mewilayahi tempat tinggal
istri.
Keputusan tersebut menyatakan setiap pasangan suami istri hendak
melakukan perceraian tidak bisa sembarang tempat, di haruskan di pengadilan
di hadapan hakim dalam acara persidangan dengan jalan yang telah
diputuskan dalam Undang-undang yang berlaku.
Untuk mewujudkan kemaslahatan perceraian haruslah dilakukan di depan
sidang pengadilan Agama, dengan tujuan agar suami tidak semau-maunya
menggunakan talak dan cerai sebagai penyelesaian konflik yang terjadi.
Pengadilan tidak akan menjatuhkan talak kalau tidak memenuhi alasan
alasan yang menyebabkan suatu perceraian yang terjadi di antara suami istri
yang terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran, dan tidak ada
harapan lagi untuk hidup rukun dalam rumah tangga.
Supaya memperoleh kejelasan hukum dari pemerintah dalam
melindungi hak masing masing, perceraian harus dilakukan didepan sidang
pengadilan Agama, hal ini juga dilakukan agar suami tidak semau-maunya
dalam mengatakan talak dan disamping keberadaan wanita atau istri
terlindungi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam hukum Islam dapat saja terjadi kapan dan dimanapun seorang suami
mengatakan talak,maka pada saat itupun perceraian sudah dianggap sah.
Tapi dalam hukum positif , perceraian di anggap sah jika dilakukan di
pengadilan atau di hadapan hakim sesuai dengan Undang-undang No.1 tahun
1974 pasal 39,tentang perkawinan.
B. Saran
Biarpun secara hukum Islam perceraian tanpa putusan pengadilan adalah sah
Namun jika dilakukan dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku di
Indonesia akan lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Syarifuddin Amir , Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (antara fiqh munakahatdan undang-undang
perkawinan) (Kencana: Prenamedia Group,2006)

Zaeni Asyhadie dkk, Hukum Keluarga menurut Hukum Positif di Indonesia (Depok: Rajawali
Pers,2020)

Jannah Miftahul, Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Positif Terhadap Cerai Tanpa Putusan
Pengadilan Agama. Jurnal Hukum Islam, Volume 8, Nomor 2,(2021).

Tihami,sohari sahrani,fikih munakahat(kajian fikih nikah lengkap),(Depok,Rajawali


Pers,2018)

Internet

‫ص‬ ْ ُ ْ ‫الن َك َ ْ ُ ْ ا ُ َّ َ ْ ا‬
ِّ ُ َ ‫َّ ا ُ ا‬
ِ ‫اح أو نقصان ِحل ِه ِبلف ِظ محصو‬
ِ ‫الطَلق ِإزلة‬

Repository.radenintan.ac.id, Juni 2016, diakses dari http://repository.radenintan.ac.id/1569/3/ BAB


II.pdf.

“Pengertian Perceraian Dan Cerai Gugat” repository.umko.ac.id, September 2019, diakses dari
http://repository.umko.ac.id/id/eprint/254/3/BAB%202%20RIJAYA.pdf.

12

Anda mungkin juga menyukai