Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TALAK/PERCERAIAN DALAM

PERNIKAHAN

Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama

Dosen Pengampu : M.Dliya’Ulami,S.Pd.I,M.Pd.I

Disusun oleh :
Imas setyoningrum (B.131.22.0562)

PROGRAM STUDI SI MANAJEMEN (KELAS C SORE)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEMARANG

T.A 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunianya, penulis mampu menyelesaikan Makalah yang berjudul "Tala,/Perceraian dalam
pernikahan". Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Agama.

Selain itu, Makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi saya
sebagai penulis dan bagi para pembaca. penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak
M.Dliya’Ulami,S.Pd.I,M.Pd.I Selaku Dosen Pembimbing dan kepada semua pihak yang
membantu dalam penulisan makalah ini.

Penulis mohon maaf apabila terdapat salah kata dalam penulisan Makalah dan penulis
juga mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan pertimbangan perbaikan
Makalah kedepannya.

Semarang, 19 April 2023

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah keluarga yang menjalani kehidupan tidak selamanya keadaan berjalan


denganbaik dan sesuai dengan yang diharapkan, tetapi ada hal-hal lainnya yang secara
sengaja atautidak sengaja menjadi penghambat dan akhirnya menjadi masalah
ditengah jalannyakeharmonisan dan kedamaian keluarga tersebut. Permasalahan-
permasalahan kecil yangterakumulasi karena tidak adanya penyelesaian yang baik
akhirnya dapat menjadi masalahdan hambatan besar. Apabila segala jalan dan upaya
sudah ditempuh untuk menyingkirkanhambatan-hambatan dan menyelesaikan segala
permasalahan tersebut tetapi ternyata tidakberhasil, maka jalan terbaik yang ditempuh
adalah perceraian. Perceraian dianggap sebagaijalan instan untuk membereskan
segala hambatan dan permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga, perceraian
bukan lagi dianggap sebuah hal yang tabu untuk dijalani.Perceraian adalah hal
yang lumrah dan biasa dan masyarakat.

Talak merupakan salah satu sebab dan cara berakhirnya perkawinan yangterjadi
atas inisiatif suami. menurut arti bahasa, talak berarti melepaskan.Sedangkan
menurut istilah talak berarti melepas ikatan pernikahan, ataumenghilangkan
ikatan pernikahan pada saat itu Juga (melalui talak ba’in) ataupada masa mendatang
setelah iddah (melalui talak raj’i) dengan ucapan tertentu. Mengenai hukum talak, para
ulama fikih berbeda pendapat. Di antaramereka ada yang melarang melakukan talak
kecuali jika disertai dengan alasanyang dibenarkan (syari’at). Bercerai merupakan
bagian dari pengingkaran atasnikmat Allah SWT, karena pernikahan adalah salah
satu nikmat Allah SWT,sementara mengingkari nikmat Allah SWT hukumnya adalah
haram. Karena itu,bercerai hukumnya haram kecuali dalam kondisi darurat. Untuk
lebih jelas dimakalah ini akan dibahas mengenai hal-hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Talak Dalam Islam?
2. Bagaimana hukum Talak dan Dalil Hukumnya?
3. Apa saja rukun dan syariat Talak?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui Definisi Talak Dalam Islam
2. Untuk mengatahui Hukum Talak dan Dalil Hukumnya
3. Untuk mengetahui Rukun dan syariat talak

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Talak Dalam Islam

Talak di ambil dari kata itlak artinya melepaskan atau meninggalkan. Talakmenurut
bahasa adalah membuka ikatan, baik ikatan nyata seperti ikatan kudaatau ikatan tawanan
atau pun ikatan ma’nawi seperti nikah. Talak menurut istilahadalah menghilangkan
ikatan pernikahan atau menguranggi pelepasan ikatan dengan mengunakan kata-
kata tertentu. Talak menurut syara’ ialah melepaskan taali perkawinan dan mengakhiri
tali pernikahan suami istri.Langgengnya kehidupan dalam ikatan perkawinan merupakan
suatu tujuanyang di utamakan dalam iman.

Oleh karna itu dapat di katakan bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan yang
paling suci dan kokoh dan tempaat mencurahkan kasih sayang dandapat memelihara
anak-anaknya sehingga mereka tumbuh dengan baik. Begitu kuat dan kokohnya
hubungan antara suami istri maka tidaksepantasnya apabila hubungan tersebut di
rusak dan di sepelekan, setiap usahauntuk menyepelekan hubungan pernikahan dan
melemahkannya sangat dibencioleh Islam karna ia merusakkebaikan dan menghilangkan
kemaslahatan antarasuami istri.1

2.2 Macam-Macam Talak


Perceraian dapat terjadi dengan segala cara yang menunjukkanberakhirnya
hubungan suami istri, baik dinyatakan dengan kata-kata, atau dengansurat kepada
istrinya, atau dengan isyarat oleh orang orang yang bisu atau denganmengirimkan seorang
utusan. Jika seseorang berniat menalaq istrinya didalamhatinya tanpa diungkapkan atau
semacamnya maka tidak terjadi talak menurut umumnya orang-orang berilmu.
Diantaranya Atha’, Jabir bin Zaid, Said binZubair, Yahya bin Abi Katsir, Asy-
Syafi’i, Ishak, Al-Qasim, Salim, dan Al-Hasan.Berkenaan hal ini Zuhri berkata:
“Jika seseorang berazam demikian, maka terjadilah talak.” Ibn Sirin berkenaan
orang yang menalaq istrinya dalam hati berkata: “Tidakkah Allah mengetahuinya?”
Sedangkan pendapat jumhur Ulama’lebih kuat karena sabda Rasulullah SAW:

ُ ‫َتنّْ تّ نكَ تّ جّ وم ّ ّزْ َتنّْ َت ْمم َ ُما مّا حّدَثّت ْتنِْ م ّ ْن‬
ّْ ‫ف َسهّا مّا ّتم َتعّ َم ّلْ َت ّوْ َت َتكّ ّلم‬
Sesungguhnya Allah melewati umatku (tidak adasanksinya) apa yang
dikatakan hati selagi belumdikerjakan atau belum diungkapkan. (HR. Al-Bukhari,
An-Nasa’i, dan At-Tirmidzi)

1
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammaz Azzam dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, op.cit., h. 274-
276

2
Hadits ini hasan shahih (shahih lighairihi) sebagaimana talakmenghilangkan
kepemilikan, ia tidak terjadi jika hanya dengan niat seperti jualbeli dan hibah. Berikut ini
adalah beberapa ungkapan talak:
1. Talak dengan Kata-kata

Ucapan talak dengan kata-kata ada dua macam, yaitu sharih (jelas) dankinayah
(sindiran). Talak sharih adalah talak yang diungkapkan dengan kata yangterus terang
yaitu kata-kata yang mudah dipahami artinya dan tidak mengandungsesuatu lain selain
talak itu sendiri. Sedangkan Talak kinayah adalah setiap katayang mirip talak dan lainnya
atau talak yang mengandung sesuatu selain talak. Talak sharih terjadi tanpa tanpa niat.
Talak sharih itu menggunakan tiga lafal yaitu: Cerai (thalaq), pisah (firaq),dan terlepas
(sarah). Lafal pertama sudahpopular, baik secara bahasa maupun syara’. Lafal kedua dan
ketiga terdapat dalamAl-Qur’an dengan makna terpisah antara kedua pasang suami dan
istri. Keduanyadiungkapkan secara jelas seperti lafal talak. Allah SWT berfirman: Maka
menahandengan baik atau melepaskan dengan baik. (QS. Al-Baqarah (2): 229)
danTahanlah mereka dengan baik atau pisahlah dengan baik. (QS. Al-Baqarah (2):231)
dan firman-Nya: Dan jika mereka berpisah Allah mengkayakan mereka darikeluasan-
Nya. (QS. An-Nisa’ (4): 130).2
2. Talak dengan Isyarat
Talak dengan isyarat tidak terlepas dari dua hal, yaitu:

 syarat bagi orang Bisu


syarat bagi orang yang bisu merupakan alat komunikasidan menjelaskan makssud
hatinya kepada orang lain. karenaitu isyarat seperti ini dipandang nilainya sama dengan
kata-kata yang diucapkan dalam menjatuhkan talak. Jika iamemberikan isyarat
yang menunjukkan pada maksudnyayaitu menghentikan hubungan pasangan
suami-istri dansemua orang paham, maka talak itu sharih. Jika isyarat itutidak
dapat dipahami melainkan orang-orang yang cerdassaja, ada dua pendapat,
adakalanya sharih dan adakalanyakinayah.Sebagian ahli fiqih mensyaratkan bahwa
isyarat orang bisuitu dibolehkan apabila ia tidak dapat menulis dan
tidakmengetahui tulisan.3

 Isyarat bagi Orang yang dapat Berbicara


Ulama’ berbeda pendapat tentang isyarat orang yangdapat berbicara:Pertama:
Isyarat talak bagi orang yang dapat berbicara tidaksah talaknya, karena isyarat yang
diterima dan menempatiucapan bagi haknya orang bisu diposisiksn karena

2
Dr. H. Abd. Rahman Ghazaly, M.A., Fiqih Munakahat,(Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-2, h. 211-213.

3
Asy-Syekh Muhammad bin Qosim Al-Ghazy, Fat-hul Qorib jilid 2, Penerjemah: Achmad Sunarto,
(Surabaya: Al-Hidayah, 1992), h. 67.

3
darurat,sedangkan disini tidak ada darurat. perpindahan orang yangdapat berbicara dari
ucapan ke isyarat dipahami tidakbertujuan talak dan jika bertujuan maka hal tersebut
sangatlangka bermaksud memberi pengalaman.Kedua: Isyarat orang yang dapat
berbicara dikategorikan talaksindiran, karena secara global memberi pemahaman talak.

2.3 Hukum Talak Dan Dalil Hukumnya


Syari’at Islam menjadikan pertalian suami istri dalam ikatan perkawinansebagai pertaian
yang suci dan kokoh, sebagaimana Al-Qur’an memberikan istilahpertalian itu dengan
mitsaq ghalizh (janji kukuh). Firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 21 menyatakan:

َ ‫فا ّودّ َث حّا َ ُنوُ َونّأَ َّ ْك َي‬


ّ ‫ك ّوو ّظي‬
‫َل‬ ُ ‫ع م َْعا ّْ َل‬
َ ‫ف ُل َع م ّ َض‬ َ ‫ودَو ْ َتيَد ْت َه ُل َع وم ّ ّن َواّ ّْ َل‬
Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil darikamu janji yang kuat

Oleh karena itu suami-istri wajib memelihara hubungannyatali pengikat itu, dan tidak
sepantasnya mereka berusahamerusak dan memutuskan tali pengikat tersebut.
Meskipundalam hukum Islam suami diberi kewenangan menjatuhkan talak,namun tidak
dibenarkan suami menggunakan hak nya itudengan gegabah dan sesuka hati,
apalagi hanya menurutkanhawa nafsunya.Menjatuhkan talak tanpa alasan dan sebab
yang dibenarkan adalah termasuk perbuatan tercela, terkutuk dan dibenci oleh Allah.4

4
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 8, Penerjemah: Drs. Mohammad Thalib, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1980), cet.
Ke-14, h. 9-10.

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahasan isi makalah ini adalah:


 Talak menurut bahasa adalah membuka ikatan. Sedangkanmenurut syara’ ialah
melepaskan taali perkawinan danmengakhiri tali pernikahan suami istri.
 Seorang suami apabila sudah mengumpuli istrinya maka iaberhak tiga kali talak.
Para ulama’ sepakat, suami dilarangmentalak istrinya tiga kali berturut-turut
dalam masa satukali suci.

3.2 Saran
Beginilah makalah ini disusun. Semoga bermanfaat baik bagi pembaca maupun bagi
makalah itu sendiri. Kami memahami bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan
agar kami dapat lebih baik lagi pada makalah selanjutnya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammaz Azzam dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,
op.cit., h. 274-276

Dr. H. Abd. Rahman Ghazaly, M.A., Fiqih Munakahat,(Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-
2, h. 211-213.

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 8, Penerjemah: Drs. Mohammad Thalib, (Bandung: PT Al-
Ma’arif, 1980), cet. Ke-14, h. 9-10.

Asy-Syekh Muhammad bin Qosim Al-Ghazy, Fat-hul Qorib jilid 2, Penerjemah: Achmad
Sunarto, (Surabaya: Al-Hidayah, 1992), h. 67.

Anda mungkin juga menyukai