Anda di halaman 1dari 14

TALAQ DAN KHULU’

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah : B. Indonesia
Dosen : H. Fimeir Liadi

Disusun Oleh :
Furkan Nugroho
1601112116

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGRI PALANGKA RAYA


JURUSAN TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2016 M/1438 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-nya saya dapat menyelsaikan makalah
ini dengan judul “Talaq dan Khulu’”. Tidak lupa juga shlawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Terima kasih
saaya haturkan pada Bapa Fimeir Liadi selaku dosen mata kuliah B.indonesia
yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan pembaca mengenai talaq dan khulu’. Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya sangat berharap adanya kritik, saran dan usulan dari pembaca
agar kami dapat lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua. Sekiranya cukup sekian kata pengantar dari saya mohon maaf jika ada
kata-kata yang kurang berkenan karna manusia tempatnya salah dan lupa, sekian
dan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Palangka Raya,21 Oktober 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................ I
DAFTAR ISI..........................................................................................................
.................................................................................................................................
II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Talaq.......................................................................................... 2
B. Rukun dan Syarat-syarat Talaq.................................................................... 2
C. Macam-macam Talaq.................................................................................. 4
D. Hukum Talaq............................................................................................... 7
E. Pengertian Khulu’........................................................................................ 8
F. Hukum Khulu’............................................................................................. 8
G. Syarat-syarat Khulu’.................................................................................... 9
H. Hikmah Khulu’............................................................................................ 9

BAB III PENUTUP..............................................................................................10


A. Simpulan....................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Talaq adalah memutuskan hubungan suami istri dengan syarat-syarat dan
shighat tertentu sesuai dengan syariat yang telah ditetapkan. Fenomena yang kita
lihat saat ini adalah banyak sekali berita berita yang membahas tentang
perceraian yang terjadi dikalangan artis misalnya saja ada yang hari ini menikah
besoknya cerai dan masih banyak lagi kasus-kasus yang serupa, mereka solah-
olah menganggap pernikahan dan perceraian hanya sebagai gurauan demi
memperoleh ketenaran dan lain lain. Padahal pernikahan dan perceraian
mempunyai aturan atauran yang sudah ditentukan dalam syariat islam, dan para
ulama pun sepakat bahwa orang yang mempermainkan syariat(hukum Allah)
adalah orang yang berdosa dan sama seperti orang yang menghina agama. Melihat
kejadian kejadian diatas pelu kiranya bagi kita untuk lebih memahami apa itu
talaq, syarat-syaratnya, hukumnya dsb.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian talaq ?
2. Apa sajakah syarat-syarat talaq ?
3. Apa sajakah macam-macam talaq ?
4. Apa pengertian dari fasakh ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian talaq.
2. Untuk mengetahui apa saja syrat-syarat talaq.
3. Untuk mengetahui macam-macam talaq.
4. Untuk mengetahui tentang fasakh.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Talaq
Kata talaq berasal dari bahasa Arab yang artinya menurut bahasa adalah
melepaskan ikatan. Adapun menurut syariat islam talaq artinya ialah melepaskan
ikatan pernikahan dengan lafaz tertentu yang mengandung arti menceraikan.
Talaq merupakan jalan terakhir dalam sebuah ikatan suami istri jika sudah tidak
terdapat lagi kecocokan dalam membina rumah tangga mereka. Talaq yaitu
perbuatan yang halal,namun juga sesuatu yang dibenci oleh Allah, sebagaimana
sabda Nabi saw. :
‫ ابغض الحالل الى هللا الطالق‬: ‫ قل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن ابن عمر رضى هللا عنهما قل‬.
(‫) رواه ابو داود وابن ماجه‬
Artinya :
Dari Ibnu Umar ra. Ia berkata : Rasullullah saw telah bersabda : “diantara hal-hal
yang halal namun dibenci oleh Allah ialah talaq”.
(H.R. Abu Dawud,Ibnu Majah dan disahkan oleh Hakim dan abu Hatim
mengatakan mursalnya)

B. Rukun dan Syarat-syarat Talaq


Rukun talaq ada lima, yaitu orang yang menalak sighat atau kata-kata
talaq,objek yang ditalaq, qashdhu talaq, dan kekuasaan terhadap yang ditalaq.
Adapun syarat-syarat rukun talaq tersebut adalah sebagai berikut :
1. Orang yang menalaq
Talaq dianggaap sah bila dilakukan oleh suami yang berakal, baligh dan
kehendak senddiri(mukhtar). Maka sifat mukallaf atau orang yang telah
dibebankan atasnya kewajiban menunaikan ibadah dalah termasuk syarat orang
yang menalaq.1

1
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafii,(Jakarta : PT. Niaga Swadaya), Hlm. 580

2
3

2. Sighat Talaq
Redaksi atau kata-kata(shighat) talaq yang ditujukan kepada pihak
perempuan bisa menggunakan kata-kata yang jelas(sharih), dengan kata
kiasan(kinayah), dan bisa juga dengan isyarat(bil isyarah) bagi orang yang
bisu.
Talaq yang diucapkan dengan kalimat sharih yang secara tekstual tidak
mengandung makna lain selain talaq, hukumnya sah walaupun tanpa ada niat.
Menurut pendapat yang masyhur, shighat yang sharih ada tiga, yaitu
talak(cerai), firaq(lepas), dan sirah(bebas).2
Talaq juga bisa jatuh dengan kata-kata kiasan(kinayah), yakni kalimat
yang mengandung makna talaq sekaligus juga mengandung makna lain, tetapi
harus disertai dengan niat dari sipelaku. Maksudnya, dia memang bertujuan
menjatuhkan talaq tersebut.
Adapun shighat talaq kinayah, contohnya “kamu kosong dariku”,
“rahimmu sekarang bebas”, “pergilah kepada keluargamu”, dan lain-lain.
Semua kalimat di atas berbentuk kiasan (kinayah). Jika sipelaku
mengucapkannya disertai dengan niat maka sah talaqnya, tetapi jika tanpa niat
maka siwanita tidak tertalaq.3
Shighat talaq dengan isyarat hanya diperbolehkan bagi orang yang bisu,
jadi isyarat talaq yang dilakukan oleh orang yang normal maka tidak membawa
konsekuensi hukum apapun. Adapun orang bisu maka seluruh akadnya seperti
jual beli, pernikahan, talaq, dan lain-lain adalah sah dengan isyarat.4
3. Objek yang di Talaq
Orang yang di talaq adalah wanita berikut seluruh jasad, ruh, wujud
atau sebagian unsur yang membentuknya. Seandainya seseorang menalaq
sebagian unsur wanita, misalnya dia berkata”seperempat atau setengahmu, atau
bagian tubuhmu,hatimu, atau darahmu ditalaq,” maka talaqnya sah. Namun
menurut pendapat ashah, talaq tidak jatuh pada bagian tubuh yang tidak vital
seperti, sperma, susu, atau zat sisa ereksi seperti keringat dan urine, sebab
2
Ibid. hlm 582
3
Ibid. hlm 583
4
Ibid. hlm 586
4

semua itu tidak menyatu dengan jasad sebagai satu wujud ciptaan, berbeda
dengan anggota tubuh yang telah disebutkan sebelumnya.5
4. Qashdhu(kesengajaan) dalam Talaq
Qashdhu adalalah kehendak senidiri atau tanpa ada unsur paksaan yang
dilakukan seseorang untuk terlaksana dan tercapainya tujuan yang
diharapkan(sengaja melakukan sesuatu). Adapun qasdhu dalam talaq adalah
kehendak dari sipelaku talaq yang ditujukan kepada orang yang ditalak tanpa
ada unsur lain yang membuatnya bisa mengucapkan talaq tersebut. Talaq yang
dilontarkan oleh orang yang tidur, orang yang tergelincir dalam omongannya,
orang yang dipaksa, dan orang yang tidak mengetahui makna talaq adalah tidak
sah. Namun, talaq yang dilakukan orang yang bercanda dan mabuk dihukumi
sah.6
5. Kekuasaan Objek Talaq, Istri
Talaq disyaratkan harus ditujukan kepada istri yang sah setelah adanya
akad pernikahan(sudah menjadi kekuasaannya). Karena itu, menyatakan talaq
kepada orang yang belum dikuasainya(wanita lain) maka tidak membawa
konsekuensi hukum apa pun(tidak sah).7

C. Macam-macam Talaq
Talaq ada tiga Munajjas(langsung), Mudhof(disandarkan), dan
Mu’allaq(digantung).dan berikut penjelasannya :
1. Talak Munajjaz
Talaq munajjas adalah talaq yang diucapkan langsung, seperti ucapan
terhadap istri : kamu saya cerai atau saya telah menceraikanmu, talaq seperti
ini akan langsung jatuh seketika itu juga karna dia tidak mengikatnya dengan
apa pun.
2. Talaq Mudhof
Talaq mudhof adalah talaq yang disandarkan dengan waktu contohnya
seperti perkataan suami atas istri: kamu saya cerai besok atau pada awal bulan,
5
Ibid. hlm 592
6
Ibid. hlm 589
7
Ibid. hlm 593
5

talaq seperti ini tidak akan jatuh kecuali telah sampai pada waktu yang telah
ditentukan.
3. Talaq Mu’allaq
Talaq mu’allaq adalah talaq yang dilontarkan dengan menggunakan
syarat seperti perkataan suami terhadap istri: jika kamu pergi ke pasar maka
kamu telah tertalaq satu, maka ini akan jatuh apabila sisuami memang berniat
menalaq siistri,tetapi apabila si suami tidak berniat menalaq dan hanya
bermaksud untuk melarang maka talaq tidak jatuh tetapi harus membayar
kaffarat jika si istri melanggarnya.8

Dilihat dari segi kulitasnya talaq terbagi dua yaitu, talaq sunni, dan bid’i.
1. Talaq Sunni
Talaq sunni adalah talaq yang sesuai dengan syariat islam yaitu
menceraikan istri yang dalam keadaan suci dan belum disetubuhi selama masa
itu, tetapi sudah digauli sebelumnya dan tidak dalam kondisi hamil.9
2. Talaq Bid’ah
Talaq bid’ah yaitu talaq yang menyelisihi syariat dan hukumnya haram.
Talaq bid’ah terbagi dua ;
a) Biad’ah dalam waktu, seperti ketika menceraikannya dalam waktu haid,
nifas, atau dalam keadaan suci yang telah disetubuhinya namun belum ada
kejelasan hamil atau tidaknya. Talaq seperti ini haram hukumnya namun
tetap sah talaqnya, akan tetapi pelakunya berdosa, dia harus merujuknya
kembali jika itu bukan talaq tiga.10 sebagaimana yang ada di dalam hadis.
‫فذكر ذلك عمر للنبي صلى هللا عليه وسلم‬,‫عن ابن عمررضي هللا عنه انه طلق امراته وهي حاءض‬
)‫ ثم ليطلقها طاهرا اوحامال (اخرجه مسلم‬,‫ مره فليراجعها‬:‫فقال‬
Bahwasannya Ibnu Umar r.a menceraikan istrinya yang masih dalam
keadaan haidh, pergilah Umar memberitahu Nabi SAW tentang hal tersebut,

8
Muhammad bin Ibrahim, Ringkasan Fiqih Islam,(Jakarta : Islam House, 2012). Hlm.
917
9
Ibid. hlm. 919
10
Ibid. hlm 920
6

maka beliaupun bersabda: “perintahkan dia untuk merujuknya, kemudian


menceraikannya dalam keadaan wanita tersebut suci atau hamil.
b) Bid’ah dalam jumlah: seperti dengan menjatuhkan talaq tiga dalam satu
kalimat, atau menceraikannya tiga kali berurutan seperti perkataan: kamu
cerai,kamu cerai, kamu cerai. Talaq seperti ini haram, namun tetap jatuh,dan
pelakunya berdosa.

Talaq di lihat dari segi jumlah terbagi dua yaitu:


1. Talaq raj’i.
Yaitu sesorang suami yang menalaq istrinya dengan talak satu atau
dua. Jadi taalaq raj’i adalah talaq satu dan dua, apabila seorang suami menalaq
istrinya yang sudah digaulinya dengan talaq satu maka dia masih bisa
merujuknya selama masa iddah dari istrinya, begitu juga dengan talaq dua yaitu
setelah rujuk yang pertama kemudian ditalaq lagi maka jatuh talaq dua dan
masih bisa rujuk keduanya(suami-istri) selama masih berada dalam masa
iddah. Selain itu wanita yang ditalaq raj’i wajib baginya untuk beriddah
dirumah suaminya dengan harapan sisuami mau merujuknya kembali dan
dianjurkan kepada si wanita untuk berdandan dihadapannya agar sisuami
berkeinginan merujunya. Tidak diperbolehkan bagi suami mengeluarkannya
dari rumah selama masa iddah.
2. Talaq bain
Adalah talaq yang menyebabkan suami istri terpisah secara
menyeluruh,dan talaq bain terbagi dua:
a. Bain sughra: adalah talaq raj’i yang tidak dirujuk kembali hingga masa
iddah selsai.
b. Bain kubra: yaitu talaq tiga dan tidak bisa dirujuk kembali. Wanita yang
ditalaq tiga beriddah dirumah keluarganya karna ia tidak halal dengan
mantan suaminya.
7

D. Hukum Talaq
Talaq mempunyai lima hukum: wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah.
1. Talaq yang wajib ada dalam dua kasus. Kasus pertama ialah ketika adanya
pertengkaran yang hebat antara suami istri dan masing masing sudah
mengangkat juru damai, lalu kedua juru damai tersebut menyarankan untuk
talaq. Kasus kedua adlah suami bersumpah ila’ terhadap istrinya dan tidak mau
kembali padanya.11
2. Sedangkan talaq yang sunnah ada dalam dua kasus berikut. Kasus pertama,
suami memotong hak istrinya dalam berumah tangga atau hal lainnya. Sebab
dalam kasus ini, jika suami tidak menalaq istrinya, tidak bisa diprediksi apakah
pernikahan tersebut berakhir pada perpecahan atau kekerasan nantinya.
Kasus kedua, istri tidak bisa menjaga kehormatan dirinya dan suaminya
maka suami sunnah menalaqnya. Pernah serang pria menemui Nabi
Muhammad SAW. Dan berkata “istriku tidak menolak sentuhan pria lain.”
Nabi menjawab, “taalaqlah dia”. Selain itu suami juga sunnah menalaq istrinya
yang kepribadiannya tidak lurus dan berprilaku buruk.12
3. Talaq haram adalah talaq yang menyelisihi syariat islam dan bid,ah seperti
menalaq istri yang dalam keadaan haid setelah digaulinya.
4. Talak makruh adalah talak yang tidak sesuai dengan sunnah namun tidak
sampai bid,ah seperti menalak istri yang berkepribadian normal.
5. Terakhir adalah talak mubah adalah talaq seorang suami yang sudah tidak
bergairah lagi terhadap istrinya.

11
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafii,(Jakarta : PT. Niaga Swadaya.2010), Hlm.604
12
Ibid. hlm 605
8

E. Pengertian Khulu’
Secara bahasa khulu’ berarti tebusan. Sedangkan secara istilah khulu’
adalah seorang istri yang menceraikan suaminya dengan mengembalikan mahar
yang telah diberikan kepadanya. Artinya, tebusan itu dibayarkan oleh seorang istri
kepada suaminya agar sisuami mau menceraikannya. Sebagaimana yang telah
difirmankan Allah swt. Dalam surah al-baqarah ayat: 229 yang menjadi dasar
disyariatkannya khulu’.
‫ فان خفتم اال يقيما حدود هللا فالجناح‬.‫واليحل لكم ان تاخذوا مما اتيتموهن شيئا اال ان يخافاااليقيما حدود هللا‬
)229 : ‫(البقرة‬ ‫ تلك حدود هللا فال تعتدوها ومن يتع̂د حدود هللا فاولئك هم الظلمون‬.‫عليهما فيماافتدت به‬
Artinya : “tidaklah halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang
telah engkau berikan kepada mereka(istri) kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum- hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa
keduanya khawatir tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada
dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus
dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, barang siapa yang melanggar hukum Allah,
mereka itulah orang-orang yang aniaya.”

F. Hukum Khulu’
Seperti halnya talaq hukum khulu’ bisa saja jadi wajib, haram, makruh,
sunnah, dan adakalanya mubah sesuai dengan kondisi yang terjadi.
Khulu’ itu wajib dilakukan ketika permintaan istri karena suami tidak mau
memberi nafkah atau menggauli istri, sedang istri menjadi tersiksa. Khulu’ itu
hukumya haram jika dimaksudkan untuk menyengsarakan istri dan anak-anaknya.
Khulu’ itu dibolehka(mubah) ketika ada keperluan yang membolehkan istri
menempuh jalan ini. Khulu’ dimakruhkan jika tidak ada keperluan untuk hal ini,
dan menadi sunnah hukumnya jika dimaksudkan untuk mencapai kemaslahatan
yang lebih memadai bagi keduanya.13

13
Ghozali ,fiqih munakahat (Jakarta : Kencana Prenada Media Group.2008),Hlm 224
9

G. Syarat-syara Khulu’
Ada bagi syarat bagi pasangan suami istri untuk bisa melakukan khulu’.
Syart-syarat ittu adalah:
1. Seorang istri bolrh meminta kepada suaminya untuk melakukan khulu’ jika
tampak adanya bahaya yang mengancam dan ia merasa takut tidak akan
menegakkan hukum Allah Azza Wa Jalla.
2. Khulu’ itu hendaknya dilakukan sampai selsai tanpa dibarengi tindakan
penganiayaan dari suami. Jikapihak suami melakukan penganiayaan, maka ia
tidak boleh mengambil sesuatu pun dari istrinya
3. Khulu’ itu berasal dari pihak istri dan bukan dari pihak suami.14

H. Hikmah diSyariatkannya Khulu’


Khulu’ sendiri sebenarnya di benci olrh syariat yang mulia seperti halnya
talaq. semua akal dan perasaan sehat menolak khulu’, hanya saja Allah Yang
Maha Bijaksana memperbolehkannya untuk menolak bahaya ketika tidak mampu
menegakkan hukum-hukum Allah.
Penjelasanya, kalau terjadi perselisihan antara suami istri, maka
perselisihan itu menyebabkan masing-masing ingin berpisah dari yang lain.
Mungkin istri tidak kuat lagi brgaul dengan suaminya dan ingin berpisah. Maka
tidak ada jalan penyelamatan kecuali dengan khulu’, yaitu dengan membayar
sejumlah agar suami mentalaqnya sehingga ia selamat dari beban perkawinan,
kalau suaminya mau mengabulkan permintaan istri tersebut.15

14
Ghoffar, Fiqih Keluarga (Jakarta :Pustaka Al- Kautsar.2006), Hlm.309-310
15
Ghozali ,fiqih munakahat (Jakarta : Kencana Prenada Media Group.2008),Hlm 220
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kata talaq berasal dari bahasa Arab yang artinya menurut bahasa adalah
melepaskan ikatan. Adapun menurut syariat islam talaq artinya ialah melepaskan
ikatan pernikahan dengan lafaz tertentu yang mengandung arti menceraikan.
Rukun talaq ada lima, yaitu orang yang menalak sighat atau kata-kata
talaq,objek yang ditalaq, qashdhu talaq, dan kekuasaan terhadap yang ditalaq.
Macam-macam talaq yaitu : jika dilihat dari segi kulitasnya talaq ada dua
1. Talaq sunni
2. Talaq bid’i
Sedang jika ditinjau dari segi jumlahnya, talaq terbagi dua juga;
1. Talaq raj’i
2. Talaq bain
Secara bahasa khulu’ berarti tebusan. Sedangkan secara istilah khulu’
adalah seorang istri yang menceraikan suaminya dengan mengembalikan mahar
yang telah diberikan kepadanya. Artinya, tebusan itu dibayarkan oleh seorang istri
kepada suaminya agar sisuami mau menceraikannya.

B. Saran
Dalam menjalani kehidupan sebagai sepasang suami istri di dalam rumah
tangga, tidak selamanya selalu berjalan dengan mulus selalu ada cobaan-cobaan
yang terkadang membuat hubungan tersebut menjadi agak renggang. Saran kami
jika masalah yang yang terjadi masih dapat di selsaikan secara kekeluargaan maka
hal tersebut sangatlah bagus dan janganlah terburu-buru dalam memutuskan suatu
masalah tersebut dengan jalan perceraian, karena cerai merupakan jalan terakhir
dan termasuk perbuatan halal yang dibenci Allah swt.
Sekian dari kami semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan
manfaat untuk diri kami pribadi dan juga untuk para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ghoffar, Fiqih Keluarga Jakarta :Pustaka Al- Kautsar.2006.

Ghozali ,fiqih munakahat, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.2008.

Muhammad bin Ibrahim, Ringkasan Fiqih Islam,(Jakarta : Islam House, 2012).

Zuhaili Wahbah, Fiqih Imam Syafii,Jakarta : PT. Niaga Swadaya.

11

Anda mungkin juga menyukai