PUTUSNYA PERNIKAHAN
Dosen Pengampu:
Ahmad Rasyid, S.H.I, M.A.
2021 M/1443 H
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Talak........................................................................................2
B. Macam-Macam Talak................................................................................3
C. Akibat Hukum Talak.................................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua yang terjadi dalam perjalanan hidup seorang manusia merupakan
kehendak Rabbnya Yang Maha Agung. Seorang manusia tidak akan selamanya
merasa bahagia dan juga tidak akan selamanya menanggung nestapa. Dari semua
perputaran kejadian yang kita temui pada setiap episode kehidupan membawa
pelajaran dan hikmahnya masing-masing agar kita semakin mengerti hakikat
penciptaan kita selaku hamba di muka bumi ini.
Allah ta’ala telah menciptakan segala sesuatunya berpasang-pasangan, ada
laki-laki dan ada perempuan, ada suka dan ada duka, ada pertemuan dan ada
perpisahan. Sudah lumrah bagi setiap hal yang memiliki awal pasti juga memiliki
akhir, tidak terkecuali dalam ikatan pernikahan. Ada waktunya untuk kita bertemu
dengan seseorang yang kita cintai dan ada pula waktunya ketika kita harus
berpisah dengan seseorang yang disayangi. Perpisahan yang terjadi bukanlah
akhir dari sebuah perjalanan hidup, melainkan sebuah pembelajaran untuk
pendewasaan diri.
Kali ini, kita akan berbicara tentang perpisahan antara dua insan yang
mencinta, antara sepasang suami istri. Berpisahnya sepasang suami dan istri
disebabkan oleh dua hal umum yaitu, kematian dan perceraian.
Ikatan pernikahan yang dipisahkan karena kematian, adalah suatu hal lumrah
yang dapat kita fahami bersama. Namun, perpisahan antara suami dengan istri
dapat juga disebabkan oleh perceraian. Bagaimanakah Islam mengatur masalah
perceraian ini? Kemudian, apa yang sajakah yang harus dilakukan oleh seorang
wanita ketika perpisahan itu terjadi?
Perpisahan yang diakibatkan oleh perceraian memiliki ruang lingkup bahasan
yang lebih luas daripada perpisahan yang diakibatkan oleh kematian. Untuk itu,
kita harus mengetahui beberapa masalah yang dibahas dalam ruang lingkup
perceraian terlebih dulu, sebelum kita membahas hal-hal apa saja yang harus
dilakukan oleh seorang wanita setelah terjadinya perpisahan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari talak?
2. Bagaimana macam-macam talak?
3. Bagaimana akibat hukum talak?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari talak.
2. Untuk menjelaskan macam-macam talak.
3. Untuk menjelaskan akibat hukum talak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Talak
Talak terambil dari kata “ithlaq” ( )الطالقyang menurut bahasa artinya:
melepaskan atau meninggalkan”. Menurut istilah syara’, talak yaitu melepas tali
perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri. Menurut Abdul Rahman al-
Jaziri, talak adalah melepaskan ikatan (hall al-qaid) atau bisa juga disebut
mengurangi pelepasan ikatan dengan menggunakan kata-kata yang telah
ditentukan.1
Jadi, talak itu ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah
hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya, dan ini terjadi
dalam hal talak bai’n, sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan
ialah berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya
jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu,
dan dari satu menjadi hilnag hak talak itu, yaitu terjadi dalam talak raj’i.
1
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta:
Kencana,2014), hlm. 207.
2
[Lihat uraiannya dalam Ensiklopedi Fiqh Wanita (II/383-385)]
2
B. Macam-Macam Talak
1. Dari segi pernyataan talak (Dilihat dari ketegasan kalimatnya)
a. Thalaq shariih (ungkapan cerai secara eksplisit) talak yang kalimatnya
dapat langsung difahami ketika diucapkan dan tidak mengandung
kemungkinan makna yang lain. Misalnya ungkapan “kau ku thalaq”, “kau
kucerai”, dsb. meskipun pernyataan tersebut diucapkan dengan tanpa niat
di dalam hati, talak tersebut sah. Maka talak yang lafaznya jelas
diucapkan oleh suami meski dalam keadaan bercanda, talaknya jatuh dan
dianggap sebagai talak satu.
b. Thalaq kinaayah (ungkapan cerai secara implisit) talak yang redaksinya
mengandung beberapa kemungkinan makna, bisa bermakna talak atau
selainnya. Misalnya ungkapan “menjauhlah dariku”, “putuslah kau
dariku”, “carilah laki-laki lain untukmu”, “kembalilah kepada
keluargamu” dsb., jika di dalam hati sang suami berniat menceraikan
istrinya maka sah talaknya, tetapi jika tidak disertai niat di dalam hati
maka tidak jatuh talak.
3
1. Suami berniat agar talaknya jatuh tatkala syaratnya tersebut terpenuhi. Jika
istri melaksanakan apa yang disyaratkan dalam talak tersebut maka talak
terjadi.
2. Suami hanya bermaksud untuk memperingati istrinya agar tidak berbuat
hal yang demikian, namun bukan dalam rangka mentalak. Untuk kasus ini
hukumnya sebagaimana sumpah. Artinya, apabila syarat tersebut tidak
terpenuhi, maka suami tidak dibebani apa-apa, namun jika syaratnya tersebut
terpenuhi, dimana istri melanggar apa yang disampaikan suaminya maka
suami wajib membayar kafarat sumpah.3
b. talak Mudhaf adalah talak yang dikaitkan dengan waktu tertentu.
Misalnya seorang suami mengatakan kepada istrinya: “Tanggal 1 bulan
depan kamu tertalak”. Mayoritas ulama berpendapat bahwa talak yang
diucapkan dalam kondisi semacam ini terlaksana jika waktu jatuh temponya
sudah datang. Sehingga sang istri tertalak sejak datangnya waktu yang
disebutkan dalam kalimat talak.4
3. Dari segi kemungkinan rujuk (Dilihat dari boleh dan tidaknya rujuk)
a. Thalaq Bain. Talak bain merupakan talak yang tidak memperbolehkan
seorang mantan istrinya kecuali melalui pernikahan kembali. Talak ini
dibedakan atas bain shughra dan bain kubra
(1) Bain Shughra, ada 3 bentuk:
(a) Mentalak istri yang belum disetubuhi, dengan talak satu atau
talak dua.
(b) Mentalak istri yang telah disetubuhi dengan talak tebus (khul’)
(c) Talak yang terjadi akibat kedua suami istri atau salah satunya
murtad. Jika tidak segera kembali masuk Islam hingga kadar
masa ‘iddah maka termasuk ke dalam talak bain.
(2) Bain kubra atau talak tiga, yaitu talak yang berakibat sang suami
tidak boleh kembali (rujuk) dengan istrinya sebelum sang istri
menikah dan bersetubuh dengan orang lain lalu diceraikan oleh suami
keduanya itu.
b. Thalaq Raj’i
Talak raj’i yaitu talak yang memperbolehkan suami rujuk dengannya
tanpa melalui nikah. Talak ini hanya diperbolehkan sebanyak dua kali.
Setelah talak tiga maka jatuh pada talak bain.
3
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu” Al-Fataawaa (XXXIII/44-46, 58-60, 64-66).
4
(Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaithiyah, XXIX/37).
4
mencampurinya. Jadi, suami menjatuhkan talak ketika istrinya dalam
keadaan suci dari haid dan belum pernah dicampuri sejak masa haid
terakhir istrinya berakhir.
b. Talak bid’i adalah talak yang menyelisihi ketentuan syari’at, sehingga
hukum talak ini adalah haram dan orang yang melakukannya berdosa.
Keadaan ini berlaku manakala seorang suami mentalak istrinya dalam
keadaan haid atau dalam masa suci setelah ia mencampuri istrinya, atau
seorang suami yang melontarkan tiga talak sekaligus dengan satu lafaz
atau dalam satu majelis. Misal, perkataan suami, “Engkau saya talak
tiga,” atau suami mengatakan: “Engkau tertalak, engkau tertalak, engkau
tertalak,” (diulang tiga kali), maka ucapannya itu dihukumi sebagai talak
satu.5
5
Lihat pembahasan mengenai masalah ini dalam I”laamul Muwaqqi”iin (IV/377-426), Al-Jaami”
fii Ahkaamith Thalaaq wa Fiqhihi wa Adillatihi (hal. 79-85), dan Al-Mughni (VII/98).
5
a. Kedua mereka itu tidak terikat lagi dalam tali perkawinan dengan status
janda atau duda.
b. Kedua mereka itu bebas untuk melakukan perkawinan dengan pihak lain.
c. Kedua mereka itu boleh untuk melakukan perkawinan kembali sepanjang
tidak dilarang oleh UU atau agama mereka.
6
Wati Rahmi Ria, Ilmu Hukum Islam dan Muhammad Zulfikar, Ilmu Hukum Islam, (Bandar
Lampung: Gunung Pesagi, 2017), Hlm. 72
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Talak secara bahasa berarti melepaskan ikatan. Kata ini adalah derivat dari
ْ ِ “ اإْلithlaq”, yang berarti melepas atau meninggalkan. Secara syar’i, talak
kata طاَل ق
berarti melepaskan ikatan perkawinan.
Dalil Dibolehkannya Talak:
ِ ُوف أَوْ تَس
ٍ ْري ٌح بِإِحْ َس
ان ٍ ك بِ َم ْعر ُ الطَّاَل
ٌ ق َم َّرتَا ِن فَإ ِ ْم َسا
“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” (QS. Al Baqarah:
229)
يَا أَيُّهَا النَّبِ ُّي إِ َذا طَلَّ ْقتُ ُم النِّ َسا َء فَطَلِّقُوهُ َّن لِ ِع َّدتِ ِه َّن
“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu Maka hendaklah kamu
ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)”
(QS. Ath Tholaq: 1)
Hukum Talak:
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Talak boleh jadi ada yang haram, ada
yang makruh, ada yang wajib, ada yang sunnah dan ada yang boleh.” Rincian
hukum talak di atas adalah sebagai berikut:
Pertama, talak yang haram yaitu talak bid’i (bid’ah) dan memiliki beberapa
bentuk.
Kedua, talak yang makruh yaitu talak yang tanpa sebab apa-apa, padahal masih
bisa jika pernikahan yang ada diteruskan.
Ketiga, talak yang wajib yaitu talak yang di antara bentuknya adalah adanya
perpecahan (yang tidak mungkin lagi untuk bersatu atau meneruskan pernikahan).
Keempat, talak yang sunnah yaitu talak yang disebabkan karena si istri tidak
memiliki sifat ‘afifah (menjaga kehormatan diri) dan istri tidak lagi
memperhatikan perkara-perkara yang wajib dalam agama (seperti tidak
memperhatikan shalat lima waktu), saat itu ia pun sulit diperingatkan.
Kelima, talak yang hukumnya boleh yaitu talak ketika butuh di saat istri berakhlak
dan bertingkah laku jelek dan mendapat efek negatif jika terus dengannya tanpa
bisa meraih tujuan dari menikah.
Macam Talak: Talak Sunni dan Talak Bid’i
Sebagian ulama membagi talak menjadi dua macam, yaitu talak
sunni dan talak bid’i.
Talak sunni adalah talak yang mengikuti petunjuk Alquran dan As Sunnah,
yaitu mentalak istri ketika istri dalam keadaan suci (bukan masa haid) dan belum
disetubuhi.
7
Talak bid’i adala talak yang menyelisihi petunjuk Alquran dan As Sunnah,
yaitu mentalak istri di saat istri dalam keadaan haid atau mentalaknya dalam
keadaan suci setelah disetubuhi.
B. Saran
Penulis merasa apa yang sudah dibuat ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itulah kritik dan saran dari segenap pembaca semua sangat dinantikan oleh
penulis.
Penulis akan menerima kritik, saran serta masukan sebagai bahan
pertimbangan di kemudian hari. Besar harapan penulis untuk membuat makalah
yang lebih baik lagi daripada ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
10