Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

RUJU’

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fikih Munakahat dan Jinayah

Dosen Pengampu: Saepuddin, M.Ag.

Disusun oleh:

Anisah Husnul Khotimah 20.03.2715

Malza Nurdiani 19.03.2377

Shofia Bilqis 19.03.2346

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG

Jl. Ciganitri No.2, Cipagalo, Kec. Bojongsoang, Bandung, Jawa Barat 40287

No. Telp (022) 7563521

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Fikih
Munakahat dan Jinayah tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami ucapkan jazaakumullaahu khayran katsira kepada bapak Saepuddin, M.Ag.
selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini dan kepada semua pihak yang telah ikut serta
dalam memberikan bimbingan dan arahannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Penulisan makalah berjudul “RUJU’” dapat diselesaikan karena bantuan banyak
pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembacanya. Kami
menyadari bahwa tulisan dan bahasan ini sangat jauh dari kata sempurna. Karena itu kami
dengan senang hati menerima segala bentuk kritik dan saran demi menyempurnakan makalah
ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, mohon maaf jika banyak kesalahan dalam
makalah ini.

Bandung, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Masalah......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2

A. Pengertian Ruju’ ....................................................................................................2


B. Hukum Ruju’ .........................................................................................................2
C. Syarat dan Rukun Ruju’ .........................................................................................3
D. Tata cara Ruju’ .......................................................................................................3
E. Hikmah Ruju’ ........................................................................................................5

BAB III PENUTUP..........................................................................................................6

A. Kesimpulan.............................................................................................................6
B. Saran.......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam memandang pernikahan sebagai sesuatu yang sakral, serius, tidak boleh
main-main atau sementara. Mengingat betapa urgennya pernikahan, Islam
memandangnya sebagai hal yang harus dipertahankan. Namun demikian, Islam tidak
menutup mata dengan realitas bahwa adakalanya rumah tangga mengalami berbagai
persoalan sehingga harus mengalami perceraian. Dalam Islam perceraian memiliki
prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang “rumit” dan tidak mudah, hal ini menjadi
alasan agar tidak banyak yang melakukan perceraian. Mengingat perceraian/talak
merupakan barang halal yang dibenci oleh Allah SWT. Sebagai bukti bahwa Islam
sangat consen dengan pernikahan dan agar selalu dijaga dengan baik, maka setelah
terjadinya perceraian pun Islam masih membuka peluang untuk terjadinya ruju’ yang
dilakukan dalam masa ‘iddah yang bukan talak bain kubra.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ruju’?
2. Bagaimana hukum ruju’?
3. Apa saja rukun dan syarat-syarat ruju’?
4. Bagaimana tata cara ruju’?
5. Apa hikmah ruju’?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengetahuan ruju’
2. Untuk mengetahui hukum ruju’
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat-syarat ruju’
4. Untuk mengetahui tata cara ruju’
5. Untuk mengetahui hikmah ruju’

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ruju’
Menurut bahasa arab, kata ruju’ berasal dari kata raja’a-yarji’u-ruju’an yang
berarti kembali dan mengembalikan. Dalam istilah hukum Islam, para fuqaha mengenal
istilah ruju’ dan istilah “raja’ah” yang keduanya semakna. Defenisi ruju’ dalam
pengertian Fiqih menurut al-Mahalli adalah kembali ke dalam hubungan pernikahan dari
cerai yang bukan thalaq ba’in, selama masa ‘iddah.
Yang dimaksud dengan ruju’ ialah mengembalikan istri yang telah ditalak pada
pernikahan yang asal sebelum diceraikan. Ruju’ bisa terjadi karena dalam pernikahan
telah terjadi talak sebelumnya dari seorang suami karena berbagai alasan.

B. Dasar hukum ruju’


Firman Allah swt dalam surah al-Baqarah ayat 229:
‫َو ُبُعْو َلُتُهَّن َاَح ُّق ِبَر ِّد ِهَّن ِفْي ٰذ ِلَك ِاْن َاَر اُد ْٓو ا ِاْص اَل ًحا‬
Artinya: “...Dan suami-suaminya berhak meruju’inya dalam masa menanti itu, jika
mereka (para suami) menghendaki ishlah...”
Demikian pula firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 228:
‫َالَّطاَل ُق َم َّر ٰت ِن ۖ َفِاْمَس اٌۢك ِبَم ْع ُرْو ٍف َاْو َتْس ِرْيٌۢح ِبِاْح َس اٍن‬
Artinya: “Thalaq itu (yang dapat diruju’) ada dua kali, maka setelah itu boleh diruju’
lagi dengan cara yang baik atau lepaskan dengan yang baik pula…”
Dengan demikian, Islam masih memberi jalan bagi suami yang telah menjatuhkan
talak raj’i kepada istrinya untuk merujuk kembali selama dalam masa iddah. Akan tetapi
jika masa iddahnya telah habis maka tidak ada jalan bagi suami atas istrinya kecuali
dengan akad pernikahan baru. Hukum rujuk ada lima, yakni:
1) Wajib, apabila suami yang menceraikan salah seorang istrinya dan dia belum
menyempurnakan pembagian waktunya terhadap istri yang diceraikan itu.
2) Haram, apabila ruju’ itu menjadi sebab mendatangkan kemudaratan kepada istri
tersebut.
3) Makruh, apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada ruju’.
4) Jaiz (boleh), ini adalah hukum ruju’ yang asli.

2
5) Sunah, Sekiranya mendatangkan kebaikan.

C. Rukun dan syarat-syarat ruju’


Rukun dan syarat-syarat ruju’ adalah hal yang harus dipenuhi untuk telaksananya
sebuah perbuatan ruju’ tersebut. Di antara rukun dan syarat-syarat ruju’ tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Syarat-syarat ruju’
Ruju’ dapat terjadi selama istri masih dalam masa ‘iddah talak raj’i, maka apabila
mantan suami hendak meruju’ istrinya, maka hendaklah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a) Mantan istri yang ditalak itu sudah pernah dicampuri
b) Harus dilakukan dalam masa ‘iddah
c) Harus dipersaksikan oleh dua orang saksi
d) Talak yang dijatuhkan oleh suami tidak disertai iwad dari istri
e) Persetujuan istri yang akan diruju’.
2. Rukun ruju’
a) Sighat (lafaz), sighat ada 2 (dua), yaitu: terang-terangan (sharih), misalnya
dikatakan, “Saya kembali kepada isteri saya” atau “Saya ruju‟ padamu”. Dan
melalui sindiran, misalnya “Saya pegang engkau” atau “Saya kawin engkau”
dan sebagainya.
b) Isteri (perempuan yang diruju’), adapun syarat sahnya ruju’ bagi perempuan
yang diruju’ itu adalah isteri yang sah dari laki-laki yang meruju’. Tidak sah
meruju’ perempuan yang bukan isterinya.
c) Suami, ruju’ ini dilakukan oleh suami atas kehendaknya sendiri (bukan
dipaksa), dan suami tersebut juga telah menikahi isterinya itu dengan nikah
yang sah.
d) Saksi; Terkait masalah saksi telah berselisih paham para ulama, apakah saksi itu
wajib menjadi rukun atau sunat. Dalam hal ini sebagaian ulama mengatakan
wajib, dan sebagain lain mengatakan tidak wajib tetapi hanya sunat.

D. Tatacara pelaksanaan ruju’


Ruju’ harus diikrarkan dengan perkataan secara tegas dan terang-terangan (benar-
benar berniat sungguh untuk merujuk) kepada bekas istrinya. Ruju’ tidak bermotif untuk

3
menyakiti atau menyusahkan bekas istrinya. Kemauan dan keikhlasan ruju’ dari suami,
serta lafaz ruju’ “aku ruju’ kamu” yang syarih diucapkan kepada bekas istrinya
dihadapan minimal dua orang saksi adalah tata cara ruju’ dari rukun ruju’ tersebut.
Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 167 sampai dengan pasal 169 dijelaskan mengenai
tata cara melaksanakan ruju’. Adapun bunyi pasal tersebut adalah:
Pasal 167:
(1) Suami yang hendak merujuk istrinya datang bersama-sama istrinya ke Pegawai
Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahi tempat
tinggal suami istri dengan membawa penetapan tentang terjadinya talak dan surah
keterangan lain yang diperlukan.
(2) Rujuk dilakukan dengan persetujuan istri di hadapan Pegawai Pencatat Nikah atau
Pembantu Pegawai Pencatat Nikah.
(3) Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah memeriksa dan
menyelidiki apakah suami yang akan merujuk itu memenuhi syarat-syarat merujuk
menurut hukum munakahat, apakah rujuk yang akan dilakukan itu masih dalam masa
iddah talak raj’i, apakah perempuan yang akan dirujuk itu adalah istrinya.
(4) Setelah itu suami mengucapkan rujuknya dan masing masing yang bersangkutan
beserta saksi-saksi menandatangani Buku Pendaftaran Rujuk.
(5) Setelah rujuk itu dilaksanakan, Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai
Pencatat Nikah menasihati suami istri tentang hukum-hukum dan kewajiban mereka
yang berhubungan dengan rujuk.

Pasal 168:

(1) Dalam hal rujuk dilakukan di hadapan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah daftar rujuk
dibuat rangkap 2 (dua), diisi dan ditandatangani oleh masing-masing yang
bersangkutan beserta saksi-saksi, sehelai dikirim kepada Pegawai Pencatat Nikah
yang mewilayahinya, disertai surahsurah keterangan yang diperlukan untuk dicatat
dalam buku pendaftar rujuk dan yang lain disimpan.
(2) Pengiriman lembar pertama dari daftar rujuk oleh Pembantu Pegawai Pencatat Nikah
dilakukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sesudah rujuk dilakukan.
(3) Apabila lembar pertama dari daftar rujuk itu hilang, maka pembantu Pegawai Pencatat
Nikah membuatkan salinan dari daftar lembar kedua, dengan berita acara tentang
sebab-sebab hilangnya.

4
Pasal 169:

(1) Pegawai Pencatat Nikah membuat surah keterangan tentang terjadinya rujuk dan
mengirimkannya kepada Pengadilan Agama di tempat berlangsungnya talak yang
bersangkutan, dan kepada suami dan istri masing-masing diberikan Kutipan Buku
Pendaftar Rujuk menurut contoh yag ditetapkan oleh Menteri Agama.
(2) Suami istri atau kuasanya dengan membawa Kutipan Buku Pendaftar Rujuk tersebut
datang ke Pengadilan Agama di tempat berlangsungnya talak dahulu untuk mengurus
dan mengambil Kutipan Akta Nikah masing-masing yang bersangkutan setelah diberi
catatan oleh Pengadilan Agama dalam ruang yang telah tersedia pada Kutipan Akta
Nikah tersebut, bahwa yang bersangkutan telah rujuk.
(3) Catatan yang dimaksud ayat (2) berisi tempat terjadinya rujuk, tanggal rujuk
diikrarkan, nomor dan tanggal Kutipan Buku Pendaftar Rujuk dan tanda tangan
Panitera.

Ketentuan tentang pencatatan ruju’ tersebut diatas hanya didasarkan kepada


konsep maslahah mursalah, karena tidak ada nash yang mengaturnya. Dasar konsep
ini adalah untuk membangun suatu peraturan hukum untuk mewujudkan
kemaslahatan umat, sebab sebagaimana nikah ruju’ pun hanya bisa dibuktikan dengan
akta. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketertiban hukum dan administrasi dalam
masyarakat.

E. Hikmah ruju’
Ruju’ merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, karena adakalanya seseorang
menceraikan istrinya tapi kemudian menyesali tindakannya itu. Hal ini disinggung oleh
Allah SWT dalam firman-Nya, “kamu tidak tahu, barangkali Allah menjadikan sesudah
itu sesuatu yang baru.” (QS. Ath-Thalaq ayat 1)
Disaat itulah dibutuhkan kesempatan untuk mengembalikan hubungan seperti
semula. Jika tidak ada ruju’, maka dia tidak dapat menjalin kembali hubungan tersebut
karena bisa saja sang istri tidak bersedia untuk menikah Kembali dengannya, sedangkan
dia sendiri tidak dapat menahan kesabaran untuk bersua dengannya, sehingga bisa saja
terjerumus dalam perbuatan zina. Karena itulah syari’at membenarkan adanya ruju’
untuk memperbaiki hubungan antara pasangan suami istri. Dan karena itu pula, syariat
tidak membenarkan wanita yang diceraikan untuk keluar dari rumah suaminya karena

5
masih ada harapan yang sangat besar untuk kembalinya hubungan mereka seperti
sediakala, setelah hilangnya faktor yang memicu terjadinya talak tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

ruju’ ialah mengembalikan istri yang telah ditalak pada pernikahan yang asal
sebelum diceraikan. Dasar hukum ruju’ ada 5 yaitu: wajib, haram, makruh, jaiz dan
sunah. Ruju’ memiliki syarat dan rukun yang harus dipenuhi, seperti syaratnya:
mantan istri yang ditalak itu sudah pernah dicampuri, harus dilakukan dalam masa
‘iddah dan dipersaksikan oleh dua orang saksi, talak yang dijatuhkan oleh suami tidak
disertai iwad dari istri dan dilakukan dengan persetujuan istri yang akan diruju’.
Adapun rukunnya: shigat, suami, istri dan saksi.

Ruju’ hendaknya diikrarkan dengan perkataan secara tegas dan terang-


terangan (benar-benar berniat sungguh untuk merujuk) kepada bekas istrinya dan
tidak bermotif menyakiti atau menyusahkan. Syari’at membenarkan adanya ruju’
untuk memperbaiki hubungan antara pasangan suami istri. Dan karena itu pula,
syariat tidak membenarkan wanita yang diceraikan untuk keluar dari rumah suaminya
karena masih ada harapan yang sangat besar untuk kembalinya hubungan mereka
seperti sediakala, setelah hilangnya faktor yang memicu terjadinya talak tersebut.

B. Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami selalu
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan
perbaikan bagi kami sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatullah. Fiqih, 2019. (Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad


Al-Banjari)

Kholid, A.R. Idham. 2016. Di persimpangan jalan antara melanjutkan perceraian atau
memilih rujuk pada masa Iddah. Ejournal INSKLUSIF. Edisi 1 Volume 1 halaman 21

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya

Felinda, Ressa, dkk. 2016. Rujuk. Makalah

Wendra, Afrilia “Pernikahan, Talak, Dan Rujuk Dalam Islam”,


http://segoresinfo.blogspot.co.id/2015/02/pernikahan-talak-dan-rujuk-dalam-
islam.html, diakses pada 18 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai