RUJU’
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fikih Munakahat dan Jinayah
Disusun oleh:
Jl. Ciganitri No.2, Cipagalo, Kec. Bojongsoang, Bandung, Jawa Barat 40287
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Fikih
Munakahat dan Jinayah tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami ucapkan jazaakumullaahu khayran katsira kepada bapak Saepuddin, M.Ag.
selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini dan kepada semua pihak yang telah ikut serta
dalam memberikan bimbingan dan arahannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Penulisan makalah berjudul “RUJU’” dapat diselesaikan karena bantuan banyak
pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembacanya. Kami
menyadari bahwa tulisan dan bahasan ini sangat jauh dari kata sempurna. Karena itu kami
dengan senang hati menerima segala bentuk kritik dan saran demi menyempurnakan makalah
ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, mohon maaf jika banyak kesalahan dalam
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Masalah......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Kesimpulan.............................................................................................................6
B. Saran.......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam memandang pernikahan sebagai sesuatu yang sakral, serius, tidak boleh
main-main atau sementara. Mengingat betapa urgennya pernikahan, Islam
memandangnya sebagai hal yang harus dipertahankan. Namun demikian, Islam tidak
menutup mata dengan realitas bahwa adakalanya rumah tangga mengalami berbagai
persoalan sehingga harus mengalami perceraian. Dalam Islam perceraian memiliki
prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang “rumit” dan tidak mudah, hal ini menjadi
alasan agar tidak banyak yang melakukan perceraian. Mengingat perceraian/talak
merupakan barang halal yang dibenci oleh Allah SWT. Sebagai bukti bahwa Islam
sangat consen dengan pernikahan dan agar selalu dijaga dengan baik, maka setelah
terjadinya perceraian pun Islam masih membuka peluang untuk terjadinya ruju’ yang
dilakukan dalam masa ‘iddah yang bukan talak bain kubra.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ruju’?
2. Bagaimana hukum ruju’?
3. Apa saja rukun dan syarat-syarat ruju’?
4. Bagaimana tata cara ruju’?
5. Apa hikmah ruju’?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengetahuan ruju’
2. Untuk mengetahui hukum ruju’
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat-syarat ruju’
4. Untuk mengetahui tata cara ruju’
5. Untuk mengetahui hikmah ruju’
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ruju’
Menurut bahasa arab, kata ruju’ berasal dari kata raja’a-yarji’u-ruju’an yang
berarti kembali dan mengembalikan. Dalam istilah hukum Islam, para fuqaha mengenal
istilah ruju’ dan istilah “raja’ah” yang keduanya semakna. Defenisi ruju’ dalam
pengertian Fiqih menurut al-Mahalli adalah kembali ke dalam hubungan pernikahan dari
cerai yang bukan thalaq ba’in, selama masa ‘iddah.
Yang dimaksud dengan ruju’ ialah mengembalikan istri yang telah ditalak pada
pernikahan yang asal sebelum diceraikan. Ruju’ bisa terjadi karena dalam pernikahan
telah terjadi talak sebelumnya dari seorang suami karena berbagai alasan.
2
5) Sunah, Sekiranya mendatangkan kebaikan.
3
menyakiti atau menyusahkan bekas istrinya. Kemauan dan keikhlasan ruju’ dari suami,
serta lafaz ruju’ “aku ruju’ kamu” yang syarih diucapkan kepada bekas istrinya
dihadapan minimal dua orang saksi adalah tata cara ruju’ dari rukun ruju’ tersebut.
Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 167 sampai dengan pasal 169 dijelaskan mengenai
tata cara melaksanakan ruju’. Adapun bunyi pasal tersebut adalah:
Pasal 167:
(1) Suami yang hendak merujuk istrinya datang bersama-sama istrinya ke Pegawai
Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahi tempat
tinggal suami istri dengan membawa penetapan tentang terjadinya talak dan surah
keterangan lain yang diperlukan.
(2) Rujuk dilakukan dengan persetujuan istri di hadapan Pegawai Pencatat Nikah atau
Pembantu Pegawai Pencatat Nikah.
(3) Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah memeriksa dan
menyelidiki apakah suami yang akan merujuk itu memenuhi syarat-syarat merujuk
menurut hukum munakahat, apakah rujuk yang akan dilakukan itu masih dalam masa
iddah talak raj’i, apakah perempuan yang akan dirujuk itu adalah istrinya.
(4) Setelah itu suami mengucapkan rujuknya dan masing masing yang bersangkutan
beserta saksi-saksi menandatangani Buku Pendaftaran Rujuk.
(5) Setelah rujuk itu dilaksanakan, Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai
Pencatat Nikah menasihati suami istri tentang hukum-hukum dan kewajiban mereka
yang berhubungan dengan rujuk.
Pasal 168:
(1) Dalam hal rujuk dilakukan di hadapan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah daftar rujuk
dibuat rangkap 2 (dua), diisi dan ditandatangani oleh masing-masing yang
bersangkutan beserta saksi-saksi, sehelai dikirim kepada Pegawai Pencatat Nikah
yang mewilayahinya, disertai surahsurah keterangan yang diperlukan untuk dicatat
dalam buku pendaftar rujuk dan yang lain disimpan.
(2) Pengiriman lembar pertama dari daftar rujuk oleh Pembantu Pegawai Pencatat Nikah
dilakukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sesudah rujuk dilakukan.
(3) Apabila lembar pertama dari daftar rujuk itu hilang, maka pembantu Pegawai Pencatat
Nikah membuatkan salinan dari daftar lembar kedua, dengan berita acara tentang
sebab-sebab hilangnya.
4
Pasal 169:
(1) Pegawai Pencatat Nikah membuat surah keterangan tentang terjadinya rujuk dan
mengirimkannya kepada Pengadilan Agama di tempat berlangsungnya talak yang
bersangkutan, dan kepada suami dan istri masing-masing diberikan Kutipan Buku
Pendaftar Rujuk menurut contoh yag ditetapkan oleh Menteri Agama.
(2) Suami istri atau kuasanya dengan membawa Kutipan Buku Pendaftar Rujuk tersebut
datang ke Pengadilan Agama di tempat berlangsungnya talak dahulu untuk mengurus
dan mengambil Kutipan Akta Nikah masing-masing yang bersangkutan setelah diberi
catatan oleh Pengadilan Agama dalam ruang yang telah tersedia pada Kutipan Akta
Nikah tersebut, bahwa yang bersangkutan telah rujuk.
(3) Catatan yang dimaksud ayat (2) berisi tempat terjadinya rujuk, tanggal rujuk
diikrarkan, nomor dan tanggal Kutipan Buku Pendaftar Rujuk dan tanda tangan
Panitera.
E. Hikmah ruju’
Ruju’ merupakan kebutuhan yang sangat mendesak, karena adakalanya seseorang
menceraikan istrinya tapi kemudian menyesali tindakannya itu. Hal ini disinggung oleh
Allah SWT dalam firman-Nya, “kamu tidak tahu, barangkali Allah menjadikan sesudah
itu sesuatu yang baru.” (QS. Ath-Thalaq ayat 1)
Disaat itulah dibutuhkan kesempatan untuk mengembalikan hubungan seperti
semula. Jika tidak ada ruju’, maka dia tidak dapat menjalin kembali hubungan tersebut
karena bisa saja sang istri tidak bersedia untuk menikah Kembali dengannya, sedangkan
dia sendiri tidak dapat menahan kesabaran untuk bersua dengannya, sehingga bisa saja
terjerumus dalam perbuatan zina. Karena itulah syari’at membenarkan adanya ruju’
untuk memperbaiki hubungan antara pasangan suami istri. Dan karena itu pula, syariat
tidak membenarkan wanita yang diceraikan untuk keluar dari rumah suaminya karena
5
masih ada harapan yang sangat besar untuk kembalinya hubungan mereka seperti
sediakala, setelah hilangnya faktor yang memicu terjadinya talak tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ruju’ ialah mengembalikan istri yang telah ditalak pada pernikahan yang asal
sebelum diceraikan. Dasar hukum ruju’ ada 5 yaitu: wajib, haram, makruh, jaiz dan
sunah. Ruju’ memiliki syarat dan rukun yang harus dipenuhi, seperti syaratnya:
mantan istri yang ditalak itu sudah pernah dicampuri, harus dilakukan dalam masa
‘iddah dan dipersaksikan oleh dua orang saksi, talak yang dijatuhkan oleh suami tidak
disertai iwad dari istri dan dilakukan dengan persetujuan istri yang akan diruju’.
Adapun rukunnya: shigat, suami, istri dan saksi.
B. Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami selalu
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan
perbaikan bagi kami sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.
6
DAFTAR PUSTAKA
Kholid, A.R. Idham. 2016. Di persimpangan jalan antara melanjutkan perceraian atau
memilih rujuk pada masa Iddah. Ejournal INSKLUSIF. Edisi 1 Volume 1 halaman 21