Disusun Oleh :
Kelompok 6
Segala puji bagi Allah SWT. Dzat yang Maha Esa, karena hanya dengan ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan
yaitu tentang “Nusyuz, Syiqaq dan Fasakh Nikah”. Makalah ini sengaja disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perkawinan Islam.
Tidak lupa penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
turut berpatisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis sadar sebagai
makhluk sosial penulis tidak bias berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain
dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari-Nya
Penulis berharap agar mahasiswa khususnya, dan umumnya dari para pembaca
dapat memberikan kritik yang positif dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan adalah suatu hal yang memang senantiasa di harapkan oleh para
insan, penikahan tidak hanya sebagai sarana agar seseorang terbebas dari
keharaman akan lawan jenisnya. Tapi, menciptakan keluarga harmonis, bahagia,
dan penuh dengan kasih sayang diantara satu sama lain yang memang sudah
menjadi tujuan dari sebuah pernikahan, yaitu dengan menciptakan keluarga yang
sakainah, mawadah,warahmah.
Namun, tidak selamanya dalam menjalani sebuah rumah tangga itu tidak
sesuai dengan apa yang dicita-citakan, akan tetapi pertengkaran dan perselisihan
juga seringkali turut serta dalam menghiasi rumah tangga. Bahkan sampai dimana
suami dan istri tidak bisa mempertahankan apa yang harus mereka pertahankan.
Oleh karena itu, kami kelompok dua mengusung tema yang memang berkenaan
dengan problem-problem dalam rumah tangga, seperti nusyuz, syiqaq serta
pengertian dan penyelesaiannya yang erat sekali dalam pernikahan. Baik itu yang
ditimbulkan dari kecemburuan, penolakan istri terhadap suami, kebencian yang
berlebihan dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Nusyuz, Syiqaq, dan Fasakh nikah?
2. Apa saja bentuk nusyuz istri kepada suami dan bagaimana cara
penyelesaiannya?
3. Apa saja hal yang menyebabkan fasakh nikah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Nusyuz, Syiqah, dan Fasakh nikah
2. Mengetahui bentuk nusyuz istri kepada suami dan cara penyelesaiannya
3. Mengetahui hal yang menyebabkan fasakh nikah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqhus Sunnah Lin Nisaa, Fiqih Sunah Untuk Wanita. (Cet I;
Jakarta: Darul Bayan Al-Haditsah), h. 739
2
Abu 'Ubaidah Usamah bin Muhammad Al-Jammal, Kitab Al-Mu'minat Al-Baqiyat Ash-Shalihat fi
Ahkam Takhtashshu bihal Mu'minat, diterjemahkan Arif Rahman Hakim, Shahih Fiqih Wanita
Muslimah. (Cet. 1; Surakarta: Insan Kamil), h. 346
2
d. Memasukkan orang yang tidak disukai suaminya kedalam rumah.3
2. Pengertian Syiqaq
Syiqaq menurut bahasa dapat diartikan pertengkaran. Sedangkan menurut
istilah syiqaq berarti krisis memuncak yang terjadi antara suami istri, sehingga
antara keduanya yaitu suami isteri sering terjadi perselisihan yang menjadikan
keduanya tidak dapat dipertemukan (diselesaikan) dan kedua belah pihak tidak
dapat mengatasinya.
Menurut istilah fiqih berarti perselisihan antara suami dan istri yang
diselesaikan oleh dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari pihak suami dan
seorang hakam dari pihak istri.4
3
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 2, (Cet.VI; Bandung: Pustaka Setia), h. 49
4
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, hal 173.
5
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 142.
6
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 197.
3
keduanya mencapai tujuan perkawinan, yaitu kehidupan sakinah, mawaddah,
warahmah, atau perkawinan itu akan merusak hubungan antara keduanya. Atau
dalam masa perkawinannya itu ternyata bahwa keduanya mestinya tidak mungkin
melakukan perkawinan. Hal-hal yang memungkinkan mereka keluar dari kemelut
itu adalah perceraian.7
Pertama, diberi nasehat. Di antara hal yang dapat dilakukan suami adalah:
1. Memperingatkan istri dengan hukuman Allah SWT bagi perempuan yang
bermalam sedangkan suami marah dengannya.
2. Mengancam dengan tidak memberi sebagian kesenangan materiil.
7
Ibid., hal. 244.
8
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Dosa-dosa Suami Istri yang Meresahkan Hati, (Solo: Kiswah,
2011), h. 53
4
3. Mengingatkan istri pada sesuatu yang layak dan patut dan menyebutkan
dampak-dampak nusyus, di antaranya bisa berupa perceraian yang berdampak
baginya keretakan eksistensi keluarga dan terlantarnya anak-anak.
4. Menjelaskan istri tentang apa yang mungkin terjadi di akhirat, bagi perempuan
yang ridha dengan Tuhannya dan taat kepada suaminya.
5. Menasihati istri dengan kitabullah, yang mewajibkan perempuan untuk bersama
dengan baik, bergaul dengan baik terhadap suami, dan mengakui posisi suami
atasnya.
6. Menasehati istri dengan menyebutkan hadis-hadis Nabi SAW, menyebut sejarah
hidup ibu orang-orang mukmin.
7. Memilih waktu dan tempat yang sesuai untuk berbicara, kecuali memperbanyak
sikap untuk mengokohkan dan menghilangkan kesulitan.
Kedua, jika nasehat belum mampu menyadarkan istri yang nusyus, maka
jangan tidur dengan istri atau pisah tempat tidur. Tapi, jangan sampai terlalu lama.
Maksimal tiga malam.
Ketiga, jika masih tetap begitu, maka suami boleh memukulnya. Akan tetapi,
pukulan terhadap istri yang nusyus harus sesuai syari’at yaitu yang tidak
membahayakan dan tidak melukai. Jangan memukul bagian wajah dan kepala.9
1. Fasakh yang disebabkan rusak atau terdapatnya cacat dalam akad nikah antara
lain sebagai berikut:
a) Setelah pernikahan berlangsung dikemudian hari diketahui bahwa suami
isteri adalah saudara sekandung, seayah, seibu atau saudara sepersusuan.
9
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2010), h. 303
5
b) Apabila ayah atau kakek menikahkan anak laki-laki atau perempuan di bawah
umur dengan orang yang juga di bawah umur, maka setelah kedua anak ini
dewasa mereka berhak atau menghentikan pernikahan itu. Apabila anak itu
menghentikan pernikahan tersebut, maka dinamakan fasakh. Hak pilih seperti
ini oleh ulama fiqih tersebut khiyar al-bulugh.
2. Fasakh yang disebabkan ada penghalang setelah berlangsungnya pernikahan
misalnya antara lain sebagai berikut:
a) Salah seorang diantara suami isteri itu murtad (keluar dari agama Islam).
b) Apabila pasangan suami isteri tersebut dahulunya menganut agama non
islam, kemudian isterinya memeluk agama islam, maka dengan sendirinya
akad pernikahan itu batal. Apabila suaminya yang masuk Islam sedangkan
wanita tersebut kitabiyah (yahudi atau nasrani) maka pernikahan tersebut
tidak batal.10
c) Suami atau isteri mempunyai penyakit yang gawat, atau cacat pada salah satu
pihak yang menghalangi kehidupan seksual yang wajar.
d) Suami tidak mampu memberi nafkah.
e) Suami menghilang dalam waktu yang lama (4 bulan)11
Dalam buku ilmu fiqih disebutkan beberapa alasan fasakh nikah yaitu:
a) Tidak adanya nafkah bagi isteri
Imam Malik, Asy Syafi’I, dan Ahmad berpendapat bahwa Hakim boleh
menetapkan putusnya perkawinan karena suami tidak memberi nafkah pada
isteri, baik karena memang tidak ada lagi nafkah itu atau suami menolak
memberi nafkah.
b) Terjadi cacat atau penyakit
Jika terjadi cacat atau penyakit pada salah satu pihak baik suami atau isteri
sedemikian rupa sehingga mengganggu kelestarian hubungan suami isteri
sebagaimana mestinya, atau menimbulkan penderitaan batin pihak yang
10
Abdul Aziz Dahlan (eds), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid I, Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1996,
cet. Ke-I, hlm. 317
11
Ibid. hlm. 320
6
satunya, membahayakan hidupnya, mengancam jiwanya, maka
yangbersangkutan berhak mengadukan halnya kepada hakim,kemudian
pengadilan memfasakh perkawinan mereka.
c) Penderitaan yang menimpa isteri.
Isteri yang menderita fisik atau batin karena tingkah suaminya, semisal
suami menyakiti badan isteri dan menyengsarakannya, suami pergi
menghilang tidak diketahui keadaannya, suami dihukum penjara dan lain
sebagainya, sehingga isteri menderita lahir maupun batin, maka dalam hal ini,
isteri berhak mengadukan halnya kepada hakim, kemudian pengadilan
memutuskan perkawinannya.12
12
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Penerbit Perdana Media Group, Cet. III, 2002,
hlm.143
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nusyuz adalah pelanggaran yang dilakukan oleh seorang istri terhadap
kewajibannya yang ditetapkan oleh Allah SWT. agar taat kepada suami. Sehingga
seolah-olah istri menempatkan dirinya lebih tinggi dari pada suami.
Syiqaq dapat diartikan sebagai pertengkaran.
Fasakh disebut juga dengan batalnya perkawinan atau putusnya perkawinan.
1. Menolak ajakan suami di tempat tidur. Ini adalah sikap nusyuz terbesar.
2. Mengkhianati suami terkait dengan kehormatan dirinya, yaitu dengan menjalin
hubungan haram dengan laki-laki lain.
3. Memasukkan orang lain ke dalam rumah, yang mana suami tidak suka bila orang
itu masuk ke dalam rumahnya, baik ketika suami ada maupun tidak ada.
4. Lalai dalam melayani suami.
5. Menghambur-hamburkan harta suami dan membelanjakannya untuk sesuatu
yang tidak pantas.
6. Menyakiti suami dengan perkataan buruk, mencelanya atau mencacinya.
7. Keluar dari rumah tanpa izin suami.
8. Menyebarluaskan rahasia suami dan menurunkan tirai pelindung
kehormatannya.
Cara penyelesaiannya:
1. Menasehatinya
2. Pisah tempat tidur
3. Memukul
1. Fasakh yang disebabkan rusak atau terdapatnya cacat dalam akad nikah
2. Fasakh yang disebabkan ada penghalang setelah berlangsungnya pernikahan
8
DAFTAR PUSTAKA
Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqhus Sunnah Lin Nisaa, Fiqih Sunah Untuk
Wanita. Jakarta: Darul Bayan Al-Haditsah 2017
Abu 'Ubaidah Usamah bin Muhammad Al-Jammal, Kitab Al-Mu'minat Al-Baqiyat Ash-
Shalihat fi Ahkam Takhtashshu bihal Mu'minat, diterjemahkan Arif Rahman
Hakim, Shahih Fiqih Wanita Muslimah. Surakarta: Insan Kamil 2015
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga dalam Islam, Jakarta:
Sinar Grafika Offset, 2010
Abdul Aziz Dahlan (eds), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid I, Jakarta: Ictiar Baru Van
Hoeve, 1996
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta: Penerbit Perdana Media Group, Cet. III,
2002