Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

NIKAH DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi PAI 1 & 2
Dosen : Dr.Rifyal Luthfi MR.,M.Pd.I.

Disusun Oleh :
Annisa Permata Bunda (1901
Aulia Andreani ( 1901168)
Darti anisa

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) TASIKMALAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur dengan mengucapkan Alhamdulillah rahmat, taufiq serta hidayah
Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang telah
ditentukan. Sholawat serta salam semoga sanantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang
mengikuti jejaknya.
Dan tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing mata
kuliah “ materi pai 1 dan 2 “ yang tak pernah lelah dan bosan memberikan
bimbingan dan arahannya yang selalu membangunkan semangat kepada para
mahasiswanya.
Selaku penyusun makalah ini saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan makalah yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR................................................................
.......................................... i
DAFTAR ISI
..............................................................................
....................................... ii
BAB I
..............................................................................
................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................
............................................ 1
Latar Belakang …………………...……………………………………………………….
1
Rumusan Masalah……………………………………………………………………….…
1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..………..… 2
PERNIKAHAN…………………………………..……………………………………… 2
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI ….………………………………………..…… 4
BAB IIIPENUTUP ………………………………………………………………..…..… 9
KESIMPULAN ………………………………………………………………………..… 9
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….…… 10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan adalah pintu gerbang bagi suatu pembentukan rumah tangga yang legal
yang di akui oleh umat beragama. keluarga ädalah satuan térkecil dalam system
social,syariat islam telah sungguh-sungguh memperhatikan segala permasalahan
keluarga karna keluarga merupakan fondasi pertama dalam membangun sebuah
masyarakat.ketika bangunan itu kuat dan andal di didirikan pada dasar yang
sehat dan fondasi yang kuat pula maka produk masyarakat nya pun menjadi kuat
dan enerjik. Seperi itulah keluarga dan juga perlu di ketahui bahwa
kehidupan rumah tangga tidak lepas dari permasalahan, baik masalah yang sepele
hingga masalah yang membutuhkan kedewasaan berpikir. agar terhindar dari
pertengkaran yang berkepanjangan.Sehingga hal ini membutuhkan saling memahami
antar suami istri, maka dari itu perlu mengetahui antara hak dan
kewajiban suami terhadap isteri atau hak dan kewajiban ister iterhadap suami.
Dewasa ini banyak kasus perceraian yang terjadi di kalangan masyarakat,
walaupun banyak orang yang memahami hak dan kewajiban masing-masing baik
itu hak kewajiban suami terhadap istri atau sebaliknya. Maka dipandang
perlu untuk kita mengkaji dan membahas hal tersebut secara lebih
terperinci terperinci
.
B. RumusanMasalah

Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :


 Pengertian Pernikahan apa saja ?
 pengertian hak dan kewajiban suami istri?
 Hak dan kewajiban suami itri menurut hukum islam dan UU NO.1 Tahun 1974.
 Hak dan kewajiban istri menurut pendapat imam mazhab?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERNIKAHAN
1. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Secara etimologi, pernikahan berarti persetubuhan. Ada pula yang
mengartikannya perjanjian (al-aqdu).Secara terminologi pernikahan menurut Abu
Hanifah adalah : “aqad yang dikukuhkan untuk memperoleh kenikmatan dari
seorang wanita, yang dilakukan dengan sengaja.
Menurut mazhab Maliki, pernikahan adalah : “ aqad yang dilakukanuntuk
mendapatkan kenikmatan dari wanita “. Dengan aqad tersebut seseorang akan
terhindar dari perbuatan haram (zina). Menurut Mazhab Syafi’i pernikahan
adalah : “ aqad yang menjamindiperbolehkannya persetubuhan”.Sedang menurut
mazhab Hambali adalah : “Aqad yang didalamnya terdapat lafazh pernikahan yang
jelas, agar diperbolehkan bercampur”.
2. DASAR HUKUM PERNIKAHAN
Islam sangat menganjurkan pernikahan, karena banyak mendatangkan kemaslahatan
bagi manusia. Oleh karenanya, Islam mensyariatkan nikah bagi setiap individu
3. RUKUN DAN SYARAT SAH PERNIKAHAN
Pengertian rukun dan Syarat Sah pernikahan Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada
yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah).

a. Rukun Perkawinan
Jumhur ulama sepakat bahwa rukun pernikahan itu terdiri atas :
1) Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan
2) Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita
3) Adanya dua orang saksi
4) Sighat akad nikah, yaitu ijab qabul yang diucapkan oleh wali atau
5) wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki
laki.
b. Syarat Sahnya Pernikahan
Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua sebagai
berikut
1. Calon mempelai perempuannya halal dikawini oleh laki-laki yang ingin
menjadikannya istri.
Akad nikahnya dihadiri para saksi
Adapun syarat-syarat saksi adalah sebagai berikut :
 Berakal, bukan orang gila
 Baliqh, bukan anak-anak
 Merdeka, bukan budak
 Islam
 Kedua orang saksi itu mendengar

4. HUKUM PERNIKAHAN
Hukum melakukan pernikahan atau perkawinan dapat dibedakan kedalam lima macam,
yaitu sebagai berikut :
a. Pernikahan Wajib (az-zawaj al-wajib),
b. Pernikahan yang dianjurkan (az-zaaj al-mustahab),
c. Pernikahan yang kurang/tidak disukai (az-zawaj al-makruh),
d. Pernikahan yang dibolehkan (az-zawaj al-mubah), yaitu pernikahan yang
dilakukan tanpa ada faktor-faktor yang mendorong (memaksa) atau yang
mengahalang-halangi.
e. Menurut Syariat, disunnahkan menikahi wanita yang mempunyai latar belakang
agama yang baik, mampu menjaga diri dan berasal dari keturunan yang baik-baik.
B. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
1. PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN
Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat dan rukunnya maka
akan menimbulkan akibat hukum dengan demikian, akan menimbulkan pula
hak dan dan kewajibannya
untuk memperoleh sesuatu dari orang yang berkewajiban memberikan hak
tersebut atau apa-apa yang di terima oleh seorang dari orang lain,
sedangkan Kewajiban adalah apa yang harus dikerjakan untuk memberikan
hak orang lain . Membicarakan kewajiban dan hak suami istri.
Menurut sayyid sabiq hak dan kewajiban suami istri ada
tiga macam yaitu:
1. Hak istri atas suami
2. Hak suami atas istri
3. Hak bersama

2. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU NO.1
TAHUN 1974
Secara umum Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 pasal 33 dan 34 menyebutkan
bahwa suami istri wajib saling cinta mencintai,hormat menghormati, setia dan
saling bantu membantu satu sama lain.di antara hak dan kewajiban yaitu:
A. Hak istri yaitu :
1. Hak istri menerima mahar
2. Hak di gauli dengan baik
3. Hak istri dalam massa iddah
4. Hak hadanah
5. Sabar dan selalu membina akhlak istri
6. Perlakuan yang baik

B. Hak-hak suami yaitu:


1. Mematuhi suami
2. Memelihara kehormatan dan harta suami
3. Berhias untuk suami
4. Menjadi partner suami
5. Melayani suami dengan baik
6. Tidak menolak ajakan suami ketempat tidur

C. Hak-hak berserikat suami dan itri


1. Kehalalan bersenang-senang
2. Keharaman mertua
3. Saling mewarisi
4. Mu’asyarah dengan baik
5. Keturunan dan sandaran keturunan kepada kedua orang tua.

D. Kewajiban suami terhadap istri


1. Seorang suami berkewajiban membimbing istri dan rumah tangganya
akan tetai mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting di
putuskan oleh suami istri bersama
2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperlyuan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya
3. Seorang suami berkewajiban memberi pakaian sesuai dengan apa
yang di pakai
4. Seorang suami di larang memukul istrinya terlebih di bagian muka
5. Seorang suami di larang menjelekkan istri (termasuk
keluarganya)
6. Seorang suami di larang memisahhkannya (berpisah dengannya )
kecuali masih dalam satu rumah
7. Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban
member temat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara
berimbang menurut besar kecil jika ada perjanjian perkawinan.
8. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan
istrinysa dalam satu tempat kediaman.

E. Kewajiban istri terhadap suami yaitu:


1. mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya
2. Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir bathin
kepada suami yang di benarkan oleh hukum islam

3. HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI MENURUT PENDAPAT IMAM MAZHAB


Terdapat empat imam mazhab yaitu mazhab ass-syafi’i, al-hanafi, al-hambali
dan maliki memiliki perbedaan pendaat bahwa istri pada hakikatnya punya
kewajiban berkhidmat kepada suaminya di antaranya sebagai berikut:
a. Mazhab al-hanafi
Al imam al-kasani dalm kitab al-badai menyebutkan , seandainya suami pulang
bawa bahan pangan yang masih harus di masak dan di olah lalu istrinya enggan
untuk memasak dan mengelolanya maka istri itu tidak boleh di paksa. Suaminya
di erintahkan membawa makanan siap santap.Di dalam kitab Al-Fatawa Al-Hindiyah
fi Fiqhil Hanafiyah disebutkan: Seandainya seorang istri berkata, "Saya tidak
mau masak dan membuat roti", maka istri itu tidak boleh dipaksa untuk
melakukannya. Dan suami harus memberinya makanan siap santan, atau menyediakan
pembant untuk memasak makanan.
b. Mazhab Maliki
Di dalam kitab Asy-syarhul Kabir oleh Ad-Dardir, ada disebutkan: wajib atas
suami berkhidmat (melayani) istrinya. Meski suami memiliki keluasan rejeki
sementara istrinya punya kemampuan untuk berkhidmat, namun tetap kewajiban
istri bukan berkhidmat. Suami adalah pihak yang wajib berkhidmat. Maka wajib
atas suami untuk menyediakan pembantu buat istrinya.
c. Mazhab As-Syafi'i
Di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab karya Abu Ishaq f. Asy-Syirazi
rahimahullah, ada disebutkan: Tidak wajib atas istri berkhidmat untuk membuat
roti, memasak, mencuci dan bentuk khidmat lainnya, karena yang ditetapkan
(dalam pernikahan) adalah kewajiban untuk memberi pelayanan seksual
(istimta'), sedangkan pelayanan lainnya tidak termasuk kewajiban.
d. Mazhab Hanabilah
Seorang istri tidak diwajibkan untuk berkhidmat kepada suaminya, baik berupa
mengadoni bahan makanan, membuat roti, memasak, dan yang sejenisnya, termasuk
menyapu rumah, menimba air di sumur. Ini merupakan nash Imam Ahmad
rahimahullah. Karena aqadnya hanya kewajiban pelayanan seksual. Maka pelayanan
dalam bentuk lain tidak wajib dilakukan oleh istri, seperti memberi minum kuda
atau memanen tanamannya.
e. Mazhab Az-Zhahiri
Dalam mazhab yang dipelopori oleh Daud Adz Dzahiri ini, kita juga menemukan
pendapat para ulamanya yang tegas menyatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi
istri untuk mengadoni, membuat roti, memasak dan khidmat lain yang sejenisnya,
walau pun suaminya anak khalifah. Suaminya itu tetap wajib menyediakan orang
yang bisa menyiapkan bagi istrinya makanan dan minuman yang siap santap, baik
untuk makan pagi maupun makan malam. Serta wajib menyediakan pelayan

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
pernikahan merupakan pintu gerbang menuju pembentukan lembaga keluarga,oleh
sebab itu suatu keluarga harus di bina bagai madrasah yang memberikan
pengalaman beragama yang mengajarkan nilai-nilai islami. Pernikahan adalah
suatu pristiwa yang fitrah,tarbiyah,dan sarana paling agung dalam memelihara
keturunan dan memperkuat hubungan antar sesama manusia yang menjad sebab
terjaminnya kenangan,cinta dan kasih sayang. Hukum keluarga berasal dari
hukum perkawinan yang merupakan bagian dari hukum perdata yang mengatur dan
melindungi hak-hak pribadi. Hal tersebut bertitik tolak dari prinsip bahwa
kedudukan manusia di lindungi oleh hukum yang secara keperdataan artinya di
lindungi hak-haknya sehingga kebebasan hidup manusia untuk memiliki dan
menggantikan kepemilikannya tidak merugikan orang lain. Sebagai mana dalam
makalah ini yang melibatkan hak-hak dan kewajiban suami. Walaupun di dalam
perbedaan pendapat para imam mazhab dalam menafsirkan sesuatu tidak dapat
menghilang kan antara hak dan kewajiban antara suami dan istri , kesemuanya
memunyai vitbeck (timbale balik) di dalam keluarga.
Sekian kurang dan lebih atas penulisan makalah ini apabila ada kekeliruan
kalimat dan slain sebagainya mohon maaf dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Abd.Rahman Ghazali,fiqih munakahat,(Jakarta:kencana,2006)


J.C.T.Simorankir,Rudy T. Erwin,J.T. Prasetyo, kamus hukum, cet. IV
(Jakarta :Sinar Grafika,2005),60
Drs.Beni Ahhmad Saebani,fiqih munakahat 2,(Bandung:Pustaka setia,2001)
Dr.Abdul Aziz, Muhammad Azzam,fiqih munakahat,(jakart:13220)

Anda mungkin juga menyukai