Oleh :
Anisa Sadiah 021.011.0057
M. Abdul gofur 021.011.0043
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)SILIWANGI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan berbagai
macam kenikmatan kepada kita, baik itu nikmat iman, islam maupun nikmat yang tidak kalah
pentingnya yaitu nikmat kesehatan.
Terimakasih kepada Dosen kami yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk membuat makalah ini dan kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini,karena kami
masih dalam proses pembelajaran untuk itu kami harap untuk saran dan masukannya.
A. Latar Belakang
Poligami merupakan perkawinan yang sesuai dengan fitroh manusia dan memiliki status perkawinan
yang sah danbertujuan membangun rumah tangga sakinah, mawaddah dan rahmah. Anjuran dalam
melaksanakan perkawinan diantaranya bertujuan untuk menjaga kesucian jiwa dan mendapatkan
keturunan.Poligami pada masa lampau banyak yang mempraktekan di berbagai Negara seperti: Jepang,
India, Afrika, Jerman, Prancis, Australia, Belanda, Denmark, Swedia dan lain-lain
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian rumah tangga
KBBI menjelaskan bahwa rumah tangga adalah yang berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah
atau yang berkenaan dengan keluarga.
Rumah Tangga Menurut ajaran agama Islam, arti rumah tangga adalah ikatan pernikahan yang sah dan
dilandasi oleh nilai-nilai atau syariat islam. Jika sesuai ajaran agama dan syariat Islam, maka akan
membawa kemudahan dan keberkahan dalam mewujudkan suatu keluarga sakinah, mawaddah, dan
warahmah.
Kehidupan rumah tangga juga bisa menjadi sebagai sarana dakwah.Artinya, setiap pasangan
memerlukan kesadaran bahwa mereka memiliki kewajiban untuk saling memberi nasihat, mengajak
kebaikan, dan mencegah dari berbagai setiap kemungkaran.
B. Pengertian Poligami
Secara etimologis, istilah poligami berasal dari bahasa yunani terdiri dari dua pokok kata, yaitu Polu dan
Gamein. Polu berarti banyak, Gamein berarti kawin. Jadi Poligami berarti perkawinan yang banyak.
Pengertian etimologis tersebut dapat dijabarkan dan dipahami bahwa poligami merupakan perkawinan
dengan salah satu pihak (suami) mengawini lebih dari seorang isteri dalam waktu yang bersamaan.
Artinya isteri- isteri tersebut masih dalam tanggungan suami dan tidak diceraikan serta masih sah
sebagai isterinya. selain poligami ada juga istilah poliandri. Poliandri adalah suatu bentuk perkawinan
dengan ciri salah satu pihak (isteri) memiliki lebih dari seorang suami dalam waktu bersamaan.
Islam membolehkan poligami dengan jumlah wanita yang terbatas dan tidak mengharuskan umatnya
melaksanakan monogamy mutlak dengan pengertian seorang laki-laki hanya boleh beristeri seorang
wanita dalam keadaan dan situasi apapun, Islam, pada dasarnya, menganut sistem monogami dengan
memberikan kelonggaran dibolehkannya poligami terbatas, pada prinsipnya, seorang laki-laki hanya
memiliki seorang isteri dan sebaliknya seorang isteri hanya memiliki seorang suami.
Yaitu terletak dalam surat An-Nisa` ayat 3 . Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku
adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Maksudnya berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat,
giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah. Dan Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat
tertentu. sebelum turun ayat Ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum
nabi Muhammad SAW. Ayat Ini membatasi poligami sampai empat orang saja.
Dan demikian juga disebutkan dalam surat An-Nisa` ayat 129, Allah SWT berfirman: Artinya: Dan
kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin
berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga
kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri
(dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
c) Wanita yang dipoligami tidak ada hubungan saudara dengan isterinya baik susuan maupun nasab,
karena dilarang mengumpulkan isteri dengan saudaranya atau dengan bibinya, larangan ini terdapat
pada Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 23 yaitu
d) Memiliki harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan bertambahnya isteri,
maksudnya bagi seorang suami yang ingin menikah dengan seorang wanita harus yang sudah mampu,
jika belum mampu haruslah menahan dulu (puasa).
e). Persetujuan dari isteri, hal ini sesuai dengan posisi suami dan isteri dianggap satu kesatuan dalam
keluarga, Apapun yang dilakukan oleh suami dimintakan izin kepada isteri, apalagi masalah ingin
beristeri lagi. Persetujuan ini sangat penting demi keutuhan dan kelangsungan hidup berkeluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Poligami menurut hukum Islam adalah perkawinan yang sah dengan syarat seorang suami dapat berlaku
adil dan mampu menafkahi istrinya tanpa ada berat sebelah, sedangkan perkawinan poligami menurut
hukum perdata juga sah asalkan telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yaitu yang lebih
utama adalah persetujuan
B. Daftar Pustaka
1. Beni Ahmad Saebani dan Boedi Abdullah,Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, (Bandung:
Pustaka Setia, 2013), hlm. 5.
2. Dedi Supriyadi dan Mustofa,Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam,(Bandung: Pustaka Al-
Fikriis, 2009), hlm. 82.
3. Muhammad Saleh Ridwan, “Poligami dalam Undang Undang Perkawinan di Indonesia”, Jurnal Al-
Risalah, Vol. 10, No. 2, hlm. 375.
5. Tihami dan Sohari Sahrani , Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap (Jakarta : PT Raja Gravindo
Persada, 2013), h. 357