Dibuat oleh :
Ridwan Fahrurrozi PAI / I A 021.011.0045
Dita Ma'rifah Soraya PAI / I A 021.011.0019
Humairoh KM TADRIS / I A 021.031.0074
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Ilmu Kalam...........................................................................................................5
B. Sumber-sumber Ilmu Kalam..................................................................................................8
C. Ruang Lingkup Ilmu Kalam.................................................................................................13
D. Fungsi Ilmu Kalam................................................................................................................14
BAB III...............................................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................................16
Kesimpulan....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah ilmu kalam berasal dari kata al-kalam, yang mula-mula berarti susunan
kata yang mengandung suatu maksud. Kemudian kata tersebut menunjukkan salah
satu sifat Tuhan, yaitu sifat berbicara atau mutakaliman. Sedangkan kata ”ilmu
kalam” sendiri mulai terpakai dimasa khalifah al-Ma’mun pada Zaman Dinasti
Abbasiah. Pada masa itu dipelajari buku-buku terjemahan filsafat Yunani oleh kaum
Mu’tazilah, kemudian mereka dipertemukanlah sistem filsafat dengan kajian agama
tentang Tuhan, hasil kajian tersebut menjadi ilmu yang berdiri sendiri dengan nama
ilmu kalam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari ilmu kalam ?
2. Bagaima sumber-sumber ilmu kalam ?
3. Bagaimana ruang lingkup ilmu kalam ?
4. Bagaimana fungsi ilmu kalam ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu kalam.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber ilmu kalam.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu kalam.
4. Untuk mengetahui fungsi ilmu kalam.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah ilmu kalam terdiri dai dua kata ilmu dan kalam. Kata ilmu kalam dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengandung arti pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu. 1 Adapun kata kalam adalah
bahasa Arab yang berarti kata-kata. Ilmu kalam secara Harfiah berarti Ilmu kata-kata.
Walaupun dikatakan Ilmu tentang kata-kata, namun ilmu ini tidak ada sangkut
pautnya sama sekali dengan ilmu bahasa. Ilmu kalam menggunakan kata-kata dalam
menyusun argumen-argumen yang digunakannya.
Ilmu kalam juga disebut dengan Ilmu Tauhid. Kata tauhid mengandung arti
satu atau Esa. Jadi, Ilmu kalam membahas ajaran-ajaran dalam agama Islam. Ajaran-
ajaran dasar itu menyangkut wujud Allah, kerasulan Muhammmad, dan Al-Qur’an.2
Abu Hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar. Menurut
persepsinya, hukum Islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua bagian.
Pertama, Fiqh al-akbar, membahas keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu
tauhid. Kedua, fiqh al-ashghar, membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah
muamalah, bukan pokok-pokok agama, tetapi hanya cabang saja.3 Al-Farabi
mendefinisikan Ilmu Kalam sebagai disiplin ilmu yang membahas Dzat dan Sifat
Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah
setelah kematian yang berlandaskan doktrin Islam. Penekanan akhirnya adalah
menghasilkan ilmu ketuhanan secara filosofis.
Adapun Ibnu Khaldun mendefinisikan Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang
mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil
rasional.
1
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Pranadamedia grup, 2014), hlm.1.
2
Ibid, hlm. 3.
3
Abdul Rozak dan Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 20.
Sedangkan Musthafa Abdul Raziq berpendapat bahwa ilmu ini (ilmu kalam)
bersandar kepada argumentasi-argumentasi rasional yang berkaitan dengan akidah
imaniah, atau sebuah kajian tentang akidah Islamiyah yang bersandar kepada nalar.4
Menurut Ahmad Hanafi, di dalam nash-nash kuno tidak terdapat perkataan al-
Kalam yang menunjukkan suatu ilmu yang berdiri sendiri sebagaimana yang diartikan
sekarang. Arti semula dari istilah al-Kalam adalah kata-kata yang tersusun yang
menunjukkan suatu maksud Kemudian dipakai untuk menunjukkan salah satu sifat
Tuhan, yaitu sifat berbicara. Sebagai contoh, kata-kata kalamullah banyak terdapat
dalam Al-Qur’an, diantaranya pada:
٧٥- َق ِّم ْنهُ ْم يَ ْس َمعُونَ َكالَ َم هّللا ِ ثُ َّم ي َُح ِّرفُونَهُ ِمن بَ ْع ِد َما َعقَلُوهُ َوهُ ْم يَ ْعلَ ُمون ْ أَفَت
ْ َُط َمعُونَ أَن ي ُْؤ ِمن
ٌ وا لَ ُك ْم َوقَ ْد َكانَ فَ ِري
Artinya:
Artinya:
“Rasul-rasul itu Kami Lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara
mereka ada yang (langsung) Allah Berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang
Ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan Kami Beri ‘Isa putra Maryam beberapa
mukjizat dan Kami Perkuat dia dengan Ruhul Qudus.** Kalau Allah Menghendaki,
niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, setelah bukti-
4
Ibid, hlm. 21.
bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka
yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau Allah Menghendaki, tidaklah mereka
berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah Berbuat menurut kehendak-Nya.”
١٦٤- ً ك ِمن قَ ْب ُل َو ُر ُسالً لَّ ْم نَ ْقصُصْ هُ ْم َعلَ ْيكَ َو َكلَّ َم هّللا ُ ُمو َسى تَ ْكلِيما َ ََو ُر ُسالً قَ ْد ق
َ صصْ نَاهُ ْم َعلَ ْي
Artinya:
“Dan ada beberapa rasul yang telah Kami Kisahkan mereka kepadamu sebelumnya
dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami Kisahkan mereka kepadamu. Dan
kepada Musa, Allah Berfirman langsung.”
Adapun yang melatarbelakangi mengapa ilmu ini dinamakan Ilmu Kalam adalah:5
Jadi lebih ringkasnya ilmu kalam bisa diberi nama-nama lain, yaitu:6
6
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Pranadamedia grup, 2014), hlm. 4.
7
Abdul Rozak dan Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 22.
1. Al-Quran
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan
dengan masalah ketuhanan, diantarannya adalah:
a. Q.S. Al-Ikhlas : 1-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Maha Esa.
b. Q.S. Asy-Syara : 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apa
pun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
c. Q.S. Al-Furqan : 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha
Penyayang bertakhta di atas “Arsy”. Ia pencipta langit, bumi, dan semua yang
ada diantara keduanya.
d. Q.S.Al-Fath : 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai “tangan” yang
selalu berada diatas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama
mereka berpegang teguh dengan janji Allah.
e. Q.S. Thaha : 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “mata”
yang selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak, termasuk gerakan hati
makhluk-Nya.
2. Hadis8
Ada pula beberapa Hadits yang kemudian dipahami sebagian umat sebagai
prediksi Nabi mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu kalam,
diantaranya:
8
Ibid, hlm. 7.
“Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Ia mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda, “ Orang-orang Yahudi akan terpecah belah menjadi tujuh
puluh dua golongan.”
Ada pula pada riwayat yang hanya sampai kepada sahabat. Diantaranya
adalah Hadits yang mengatakan bahwa umat Islam akan terpecah belah ke dalam
beberapa golongan. Diantara golongan-golongan itu, hanya satu saja yang benar,
sedangkan yang lainnya sesat.
3. Pemikiran manusia9
Sebagai salah satu sumber ilmu kalam, pemikiran manusia berasal dari
pemikiran umat Islam sendiri dan pemikiran yang berasal dari luar umat Islam. Di
dalam Al-Qur’an, banyak sekali terdapat ayat-ayat yang memerintahkan manusia
untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Dalam hal ini biasanya Al-Qur’an
menggunakan redaksi tafakkur, tadabbur, tadzakkur, tafaqqah, nazhar, fahima,
aqala, ulul al-albab, ulul al-ilm, ulul al-abshar, dan ulul an-nuha. Diantara ayat-
ayat tersebut yaitu:
9
Ibid, hlm. 7.
Ayat-ayat yang lain dapat ditemukan pada Surah Muhammad : 24, An-
Nahl : 68-69, Al-Isra’ : 44, Al-An’am : 97-98, At-Taubah : 122, Shad : 29, Az-
Zummar : 9, Adz-Dzariyat : 47-49, Al-Ghatsiyah : 7-20, dan lain-lain.
Oleh karena itu, jika umat Islam sangat termotivasi untuk memaksimalkan
penggunaan rasionya, hal itu bukan karena ada pengaruh dari pihak luar saja,
melainkan karena adanya perintah langsung dari ajaran agama mereka. Hal inilah
yang akhirnya menyebabkan sangat jelasnya penggunaan rasio dan logika dalam
pembahasan ilmu kalam.
Adapun sumber kalam berupa pemikiran dari luar Islam, Ahmad Amin
menyebutkan setidaknya ada tiga faktor penting.
4. Insting10
10
Ibid, hlm. 7.
Secara Instingtif, manusia selalu ingin bertuhan. Oleh sebab itu,
kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia pertama.
Abbas Mahmoud Al-Akkad mengatakan bahwa keberadaan mitos merupakan
asal-usul agama di kalangan orang-orang primitif. Tylor justru mengatakan bahwa
animisme menganggapan adanya kehidupan pada benda-benda mati merupakan
asal-usul kepercayaan adanya Tuhan. Adapun Spencer mengatakan lain lagi. Ia
mengatakan bahwa pemujaan terhadap nenek moyang merupakan bentuk ibadah
yang paling tua. Keduanya menganggap bahwa animisme dan pemujaan terhadap
nenek moyang sebagai asal-usul kepercayaan dan ibadah tertua terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, lebih dilatarbelakangi oleh adanya pengalaman setiap manusia
yang suka mengalami mimpi.
Jadi metodologi yang digunakan oleh Ilmu Kalam dikenal dengan dalil naqli
(dalil yang menggunakan nash-nash agama, yaitu Al-Qur’an dan Hadis Nabi) Serta
dali aqli (dalil yang menggunakan argumentasi rasional). Dalam menggunakan dua
metode tersebut timbul dua corak pemikiran kalam,yakni pemikiran kalam rasional
dan pemikiran kalam tradisional.11
11
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Pranadamedia grup:, 2014), hlm. 5.
Pemikiran kalam rasional mempunyai ciri-ciri: memberi makna harfi kepada
nash manusia terkait dalam berkehendak dan berbuat, sunnatullah berubah-ubah,
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan berlaku semutlak-mutlaknya, dan memberi
daya yang kecil kepada akal.
Di dalam pemikiran kalam dikenal dengan istilah ushul (dasar) dan furu'
(cabang). Pengertian ushul dalam pemikiran kalam adalah ajaran-ajaran dasar agama
yang di kalangan mutakalimin tidak diperselisihkan lagi. Ajaran dasar itu adalah:
Allah Maha Esa, Muhammad adalah Rosul, hari akhirat itu pasti, surga dan neraka itu
ada.
Sementara itu pengertian furu' (cabang) dalam pengertian Islam adalah hasil
interpretasi dari ajaran dasar yang diantara para mutakalimin diperselisihkan
pemahamannya. Dengan kata lain masalah furu' adalah masalah-masalah yang ada di
seputar akidah Islam yang bukan ajaran dasar. Ajaran yang bukan dasar itu antara
lain: Allah mempunyai sifat diluar zat atau tidak, diutusnya rasul wajib atau bukan,
Al-Qur'an bersifat qodim atau baharu. Surga dan neraka itu bersifat jasmani atau
rohani, dan melihat Allah di akhirat apakah dengan penglihatan jasmani atau rohani.12
Ruang lingkup Ilmu Kalam adalah ajaran –ajaran dasar Islam. Ajaran dasar
itu disebut dengan akidah dalam Islam. Ajaran akidah itu meliputi wujud Allah,
kerasulan Muhammad, kewahyuan Al-Qur’an masalah siapa mukmin dan siapa kafir,
tentang surga dan neraka, kekuasaan Allah, dan kebebasan manusia. 13 Yang akan
diperkuat dengan-dengan dalil-dalil rasional agar terhindar dari akidah-akidah yang
menyimpang.
Harun lebih lanjut mengatakan bahwa persoalan kalam yang pertama kali
muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Dalam arti
siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Khawarij
sebagaimana yang telah disebutkan, memandang bahwa orang-orang yang terlibat
dalam peristiwa tahkim yakni Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa Al-Asy’ari
adalah kafir berdasarkan firman Allah surat Al-Maidah ayat 44.
12
Ibid, hlm. 6.
13
Ibid, hlm. 4.
Persoalan ini telah menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam yaitu:14
a. Aliran Khawarij, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir,
dalam arti telah keluar dari Islam atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh.
b. Aliran Murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar masih tetap
mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, hal itu
terserah kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya.
c. Aliran Mu’tazilah, yang tidak menerima pendapat kedua diatas.
14
Abdul Rozak dan Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 35.
dan kemampuan terhadap unsur unsur yang akan menggoyahkan
keimanan mereka dalam bidang i’tiqad
c. Karena itu dengan modal tersebut diharapkan dapat jadi pandangan
atau sebagai falsafah hidup bagi kaum muslimin dalam menjalani
kehidupannya yang dalam hal ini sebagai ”way of life”
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nasir, Sahilun A. 2010. Pemikiran Kalam (teologi Islam). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. 2013. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. 2014. Ilmu Kalam. Bandung: Pustak Setia.
Yusuf, M yunan. 2014. Alam Pikir Islam Pemikiran Kalam. Jakarta: Pranadamedia
grup.