Anda di halaman 1dari 17

PERSOALAN UTAMA YANG DIBICARAKAN

DALAM ILMU KALAM


MAKALAH
Makalah Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Yang Diberikan Oleh
Dosen Pengampu Dr. Yudi Kuswandi, S.Pdi, M.Ag.

Dibuat oleh :
Ridwan Fahrurrozi PAI / I A 021.011.0045
Dita Ma'rifah Soraya PAI / I A 021.011.0019
Humairoh KM TADRIS / I A 021.031.0074

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SILIWANGI BANDUNG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Ilmu Kalam...........................................................................................................5
B. Sumber-sumber Ilmu Kalam..................................................................................................8
C. Ruang Lingkup Ilmu Kalam.................................................................................................13
D. Fungsi Ilmu Kalam................................................................................................................14
BAB III...............................................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................................16
Kesimpulan....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah ilmu kalam berasal dari kata al-kalam, yang mula-mula berarti susunan
kata yang mengandung suatu maksud. Kemudian kata tersebut menunjukkan salah
satu sifat Tuhan, yaitu sifat berbicara atau mutakaliman. Sedangkan kata ”ilmu
kalam” sendiri mulai terpakai dimasa khalifah al-Ma’mun pada Zaman Dinasti
Abbasiah. Pada masa itu dipelajari buku-buku terjemahan filsafat Yunani oleh kaum
Mu’tazilah, kemudian mereka dipertemukanlah sistem filsafat dengan kajian agama
tentang Tuhan, hasil kajian tersebut menjadi ilmu yang berdiri sendiri dengan nama
ilmu kalam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari ilmu kalam ?
2. Bagaima sumber-sumber ilmu kalam ?
3. Bagaimana ruang lingkup ilmu kalam ?
4. Bagaimana fungsi ilmu kalam ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu kalam.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber ilmu kalam.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu kalam.
4. Untuk mengetahui fungsi ilmu kalam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam

Istilah ilmu kalam terdiri dai dua kata ilmu dan kalam. Kata ilmu kalam dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengandung arti pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu. 1 Adapun kata kalam adalah
bahasa Arab yang berarti kata-kata. Ilmu kalam secara Harfiah berarti Ilmu kata-kata.
Walaupun dikatakan Ilmu tentang kata-kata, namun ilmu ini tidak ada sangkut
pautnya sama sekali dengan ilmu bahasa. Ilmu kalam menggunakan kata-kata dalam
menyusun argumen-argumen yang digunakannya.

Ilmu kalam juga disebut dengan Ilmu Tauhid. Kata tauhid mengandung arti
satu atau Esa. Jadi, Ilmu kalam membahas ajaran-ajaran dalam agama Islam. Ajaran-
ajaran dasar itu menyangkut wujud Allah, kerasulan Muhammmad, dan Al-Qur’an.2

Abu Hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar. Menurut
persepsinya, hukum Islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua bagian.
Pertama, Fiqh al-akbar, membahas keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu
tauhid. Kedua, fiqh al-ashghar, membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah
muamalah, bukan pokok-pokok agama, tetapi hanya cabang saja.3 Al-Farabi
mendefinisikan Ilmu Kalam sebagai disiplin ilmu yang membahas Dzat dan Sifat
Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah
setelah kematian yang berlandaskan doktrin Islam. Penekanan akhirnya adalah
menghasilkan ilmu ketuhanan secara filosofis.

Adapun Ibnu Khaldun mendefinisikan Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang
mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil
rasional.

1
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Pranadamedia grup, 2014), hlm.1.
2
Ibid, hlm. 3.
3
Abdul Rozak dan Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 20.
Sedangkan Musthafa Abdul Raziq berpendapat bahwa ilmu ini (ilmu kalam)
bersandar kepada argumentasi-argumentasi rasional yang berkaitan dengan akidah
imaniah, atau sebuah kajian tentang akidah Islamiyah yang bersandar kepada nalar.4

Menurut Ahmad Hanafi, di dalam nash-nash kuno tidak terdapat perkataan al-
Kalam yang menunjukkan suatu ilmu yang berdiri sendiri sebagaimana yang diartikan
sekarang. Arti semula dari istilah al-Kalam adalah kata-kata yang tersusun yang
menunjukkan suatu maksud Kemudian dipakai untuk menunjukkan salah satu sifat
Tuhan, yaitu sifat berbicara. Sebagai contoh, kata-kata kalamullah banyak terdapat
dalam Al-Qur’an, diantaranya pada:

٧٥- َ‫ق ِّم ْنهُ ْم يَ ْس َمعُونَ َكالَ َم هّللا ِ ثُ َّم ي َُح ِّرفُونَهُ ِمن بَ ْع ِد َما َعقَلُوهُ َوهُ ْم يَ ْعلَ ُمون‬ ْ ‫أَفَت‬
ْ ُ‫َط َمعُونَ أَن ي ُْؤ ِمن‬
ٌ ‫وا لَ ُك ْم َوقَ ْد َكانَ فَ ِري‬

Artinya:

“Maka apakah kamu (Muslimin) sangat mengharapkan mereka akan percaya


kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar Firman Allah, lalu
mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka mengetahuinya?”

Surat Al-Baqarah ayat 253,

ِ ‫ا‬vvَ‫رْ يَ َم ْالبَيِّن‬vv‫ى ا ْبنَ َم‬v‫يس‬


‫ت‬ َ ‫ا ِع‬vvَ‫ت َوآتَ ْين‬
ٍ ‫ ا‬v‫هُ ْم َد َر َج‬v‫ْض‬َ ‫ َع بَع‬vَ‫ْض ِّم ْنهُم َّمن َكلَّ َم هّللا ُ َو َرف‬
ٍ ‫هُ ْم َعلَى بَع‬v‫ْض‬ َ ‫ ْلنَا بَع‬v‫ض‬ َ ‫تِ ْل‬
َّ َ‫ ُل ف‬v‫ك الرُّ ُس‬
ْ vُ‫اختَلَف‬ ُ ‫ُس َولَوْ َشاء هّللا ُ َما ا ْقتَت ََل الَّ ِذينَ ِمن بَ ْع ِد ِهم ِّمن بَ ْع ِد َما َجاء ْتهُ ُم ْالبَيِّن‬
ِ ‫ُوح ْالقُد‬
َ‫وا فَ ِم ْنهُم َّم ْن آ َمن‬v ْ ‫َات َولَـ ِك ِن‬ ِ ‫َوأَيَّ ْدنَاهُ بِر‬
٢٥٣- ‫وا َولَـ ِك َّن هّللا َ يَ ْف َع ُل َما ي ُِري ُد‬
ْ ُ‫َو ِم ْنهُم َّمن َكفَ َر َولَوْ َشاء هّللا ُ َما ا ْقتَتَل‬

Artinya:

“Rasul-rasul itu Kami Lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara
mereka ada yang (langsung) Allah Berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang
Ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan Kami Beri ‘Isa putra Maryam beberapa
mukjizat dan Kami Perkuat dia dengan Ruhul Qudus.** Kalau Allah Menghendaki,
niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, setelah bukti-

4
Ibid, hlm. 21.
bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka
yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau Allah Menghendaki, tidaklah mereka
berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah Berbuat menurut kehendak-Nya.”

Surah an-Nisa’ ayat 164.

١٦٤- ً ‫ك ِمن قَ ْب ُل َو ُر ُسالً لَّ ْم نَ ْقصُصْ هُ ْم َعلَ ْيكَ َو َكلَّ َم هّللا ُ ُمو َسى تَ ْكلِيما‬ َ َ‫َو ُر ُسالً قَ ْد ق‬
َ ‫صصْ نَاهُ ْم َعلَ ْي‬

Artinya:

“Dan ada beberapa rasul yang telah Kami Kisahkan mereka kepadamu sebelumnya
dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami Kisahkan mereka kepadamu. Dan
kepada Musa, Allah Berfirman langsung.”

Penggunaan al-Kalam sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri sebagaimana


kita kenal saat ini pertama kali digunakan pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah,
tepatnya pada masa khalifah Al-Ma’mun. Sebelumnya, pembahasan tentang
kepercayaan-kepercayaan dalam islam disebut al-fiqh fi ad-din, sebagai imbangan
terhadap al-fiqh fi al-ilm yang diartikan ilmu hukum (ilmu qanun). Biasanya mereka
menyebutkan al-fiqhi fiddiniafdhalu minal fiqhi fil ‘ilmi, ilmu akidah lebih baik dari
ilmu hukum.

Adapun yang melatarbelakangi mengapa ilmu ini dinamakan Ilmu Kalam adalah:5

1. Permasalahan terpenting yang menjadi tema perbincangan pada masa


permulaan Islam adalah masalah firman Allah (Kalam Allah), yaitu Al-
Qur’an. Apakah Kalamullah tersebut qadim atau hadis ( baru )? Walaupun
permasalahan ini hanya merupakan salah satu bagian dari pembahasan ilmu
ketuhanan dalam Islam, namun karena ia menjadi bagian terpenting maka ilmu
ini dinamai Ilmu Kalam.
2. Dalam membahas masalah-masalah ketuhanan, para mutakallim (ahli Ilmu
Kalam) menggunakan dalil-dalil aqliyah dan dampaknya tercermin pada
keahlian mereka dalam berargumentasi dengan mengolah kata-kata. Dengan
demikian, mutakallim diartikan juga dengan ahli debat yang pintar memakai
kata-kata.
5
Novan Ardy Wiyani, Ilmu Kalam, (Bumiayu: Teras, 2013), hlm. 1.
3. Secara harfiah, kata kalam berarti “pembicaraan”. Tetapi secara istilah, kalam
tidaklah dimaksudkan “pembicaraan” dalam pengertian sehari-hari, melainkan
dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika.
Maka ciri utama Ilmu Kalasm ialah rasionalitas atau logika.

Masalah yang disebutkan di atas pada hakikatnya merupakan dasar-dasar dari


ajaran Islam. Dasar-dasar dari ajaran agama disebut Ushul al-Dinatau juga dinamakan
dengan Ilm al-Aqaid. Oleh sebab itu Ilmu Kalam juga disebut dengan Ilmu al-Ushul
al-Din atau Ilmu al-Aqaid al-Diniyah. Dalam literatur Barat disiplin ini disebut
dengan Islamic Theology atau Theology of Islam.

Jadi lebih ringkasnya ilmu kalam bisa diberi nama-nama lain, yaitu:6

1. Ilmu Ushul Al-Din (Ilmu tentang Dasar-dasar Agama)


2. Ilmu al-Aqaid al-Diniyah (Ilmu tentang Aqidah Keagamaan atau Ajaran-
ajaran Pokok Agama)
3. Ilmu al-Tauhid (ilmu yang membahas tentang keesaan Allah)
4. Teologi Islam (Ilmu Ketuhanan Islam). Dalam literatur Barat teologi Islam
disebut dengan The Islamic Theology atau The Theology of Islam.
5. Al-Fiqh al-Akbar (Fikih Besar atau Ajaran dasar)

B. Sumber-sumber Ilmu Kalam

Sumber-sumber ilmu kalam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dalil


naqli (Al-Qur’an dan Hadits) dan dalil aqli (akal pemikiran manusia). Al-Qur’an dan
Hadits merupakan sumber utama yang menerangkan tentang wujud Allah, sifat-sifat-
Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan permasalahan akidah Islamiyah uang lainnya. Para
mutakallim tidak pernah lepas dari nash-nash Al-Qur’an dan Hadits ketika berbicara
masalah ketuhanan. Masing-masing kelompok dalam ilmu kalam mencoba
memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dan Hadits lalu kemudian menjadikannya
sebagai penguat argumentasi mereka.

Berikut ini adalah sumber-sumber ilmu kalam:7

6
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Pranadamedia grup, 2014), hlm. 4.
7
Abdul Rozak dan Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 22.
1. Al-Quran

Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan
dengan masalah ketuhanan, diantarannya adalah:

a. Q.S. Al-Ikhlas : 1-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Maha Esa.
b. Q.S. Asy-Syara : 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apa
pun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
c. Q.S. Al-Furqan : 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha
Penyayang bertakhta di atas “Arsy”. Ia pencipta langit, bumi, dan semua yang
ada diantara keduanya.
d. Q.S.Al-Fath : 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai “tangan” yang
selalu berada diatas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama
mereka berpegang teguh dengan janji Allah.
e. Q.S. Thaha : 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “mata”
yang selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak, termasuk gerakan hati
makhluk-Nya.

Ayat-ayat diatas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan,


dan hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan
rinciannya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam
menginterpretasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ketuhanan disistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu
yang dikenal dengan istilah ilmu kalam.

2. Hadis8

Masalah-masalah dalam ilmu kalam juga disinggung dalam banyak hadis,


diantaranya yaitu hadis yang menjelaskan tentang iman, Islam, dan ihsan termasuk
menyinggung ilmu kalam, salah satu di antaranya juga

Ada pula beberapa Hadits yang kemudian dipahami sebagian umat sebagai
prediksi Nabi mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu kalam,
diantaranya:

8
Ibid, hlm. 7.
“Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Ia mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda, “ Orang-orang Yahudi akan terpecah belah menjadi tujuh
puluh dua golongan.”

“Hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar. Ia mengatakan bahwa


Rasulullah bersabda, “ Akan menimpa umatku yang pernah menimpa Bani Israil,
Bani Israil telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah
belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan
saja, “ Siapa mereka itu, wahai Rasulullah?” tanya para sahabat. Rasulullah
menjawab ‘mereka adalah yang mengikuti jejakku dan sahabat-sahabatku’.

Syaikh Abdul Qadir mengomentari bahwa Hadits yang berkaitan dengan


masalah faksi umat ini, yang merupakan salah satu kajian ilmu kalam, mempunyai
sanad sangat banyak. Diantara sanad yang sampai kepada Nabi adalah yang
berasal dari berbagai sahabat, seperti Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu Ad-
Darba, Jabir, Abu Said Al-Khudri, Abu Abi Kaab, Abdullah bin Amr bin Al-Ash,
Abu Ummah, Watsilah bin Al-Aqsa.

Ada pula pada riwayat yang hanya sampai kepada sahabat. Diantaranya
adalah Hadits yang mengatakan bahwa umat Islam akan terpecah belah ke dalam
beberapa golongan. Diantara golongan-golongan itu, hanya satu saja yang benar,
sedangkan yang lainnya sesat.

3. Pemikiran manusia9

Sebagai salah satu sumber ilmu kalam, pemikiran manusia berasal dari
pemikiran umat Islam sendiri dan pemikiran yang berasal dari luar umat Islam. Di
dalam Al-Qur’an, banyak sekali terdapat ayat-ayat yang memerintahkan manusia
untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Dalam hal ini biasanya Al-Qur’an
menggunakan redaksi tafakkur, tadabbur, tadzakkur, tafaqqah, nazhar, fahima,
aqala, ulul al-albab, ulul al-ilm, ulul al-abshar, dan ulul an-nuha. Diantara ayat-
ayat tersebut yaitu:

Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia


diciptakan. Dia diciptakan dari air yang memancar. Yang keluar dari antara
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.” (Q.S. At-Thariq Ayat 5)

9
Ibid, hlm. 7.
Ayat-ayat yang lain dapat ditemukan pada Surah Muhammad : 24, An-
Nahl : 68-69, Al-Isra’ : 44, Al-An’am : 97-98, At-Taubah : 122, Shad : 29, Az-
Zummar : 9, Adz-Dzariyat : 47-49, Al-Ghatsiyah : 7-20, dan lain-lain.

Oleh karena itu, jika umat Islam sangat termotivasi untuk memaksimalkan
penggunaan rasionya, hal itu bukan karena ada pengaruh dari pihak luar saja,
melainkan karena adanya perintah langsung dari ajaran agama mereka. Hal inilah
yang akhirnya menyebabkan sangat jelasnya penggunaan rasio dan logika dalam
pembahasan ilmu kalam.

Adapun sumber kalam berupa pemikiran dari luar Islam, Ahmad Amin
menyebutkan setidaknya ada tiga faktor penting.

Pertama, kebanyakan orang-orang yang memeluk Islam setelah


kemenangannya, pada awalnya mereka memeluk berbagai agama yaitu Yahudi,
Nasrani, Manu, Zoroaster, Brahmana, Sabiah, Atheisme, dan lain-lain. Mereka
dilahirkan dan dibesarkan dalam ajaran-ajaran agama ini. Bahkan diantara mereka
ada yang benar-benar memahami ajaran agama aslinya. Setelah pikiran mereka
tenang dan mereka benar-benar teguh memeluk agama Islam, mulailah mereka
memikirkan ajaran-ajaran agama mereka sebelumnya dan mengangkat persoalan-
persoalannya lalu memberinya corak baju keislaman.

Kedua, golongan Mu’tazilah memusatkan perhatiannya untuk dakwah


Islam dengan membantah argumentasi-argumentasi orang-orang yang memusuhi
Islam. Untuk itu, mereka tidak akan bias menolak lawa-lawannya kecuali sesudah
mereka mempelajari pendapat-pendapat serta alas alasan-alasan lawan mereka.
Maka terjadilah perdebatan-perdebatan yang rasional antar agama saat itu.

Ketiga, sebagaimana pada faktor kedua dimana para mutakallimun sangat


membutuhkan filsafat Yunani untuk mengalahkan lawan-lawannya, maka mereka
terpaksa mempelajari dan mengambil manfaat dari ilmu logika, terutama dari sisi
ketuhanannya. Misalnya An-Nadham, seorang tokoh Mu’tazilah, ia mempelajari
filsafat Aristoteles dan menolak beberapa pendapatnya, demikian juga Abu al-
Hudzail al-‘Allaf

4. Insting10

10
Ibid, hlm. 7.
Secara Instingtif, manusia selalu ingin bertuhan. Oleh sebab itu,
kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia pertama.
Abbas Mahmoud Al-Akkad mengatakan bahwa keberadaan mitos merupakan
asal-usul agama di kalangan orang-orang primitif. Tylor justru mengatakan bahwa
animisme menganggapan adanya kehidupan pada benda-benda mati merupakan
asal-usul kepercayaan adanya Tuhan. Adapun Spencer mengatakan lain lagi. Ia
mengatakan bahwa pemujaan terhadap nenek moyang merupakan bentuk ibadah
yang paling tua. Keduanya menganggap bahwa animisme dan pemujaan terhadap
nenek moyang sebagai asal-usul kepercayaan dan ibadah tertua terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, lebih dilatarbelakangi oleh adanya pengalaman setiap manusia
yang suka mengalami mimpi.

Di dalam mimpi, seorang dapat bertemaan terhadap, bercakap-cakap,


bercengkerama, dan sebagainya dengan orang lain, bahkan dengan orang yang
telah mati sekalipun. Ketika seorang yang mimpi itu bangun, dirinya tetap berada
di tempat semula. Kondisi ini telah membentuk intuisi bagi setiap orang yang
telah bermimpi untuk meyakini bahwa apa yang telah dilakukannya dalam mimpi
adalah perbuatan roh lain, yang pada masanya roh itu akan segera kembali. Dari
pemujaan terhadap roh berkembang ke pemujaan terhadap matahari, lalu lebih
berkembang lagi pada pemujaan terhadap benda-benda langit atau alam lainnya.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa kepercayaan adanya Tuhan, secara


instingtif, telah berkembang sejak keberadaan manusia pertama. Oleh sebab itu,
sangat wajar kalau William L. Reese mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan
dengan ketuhanan, yang dikenal dengan istilah theologia, telah berkembang sejak
lama. Ia bahkan mengatakan bahwa teologi muncul dari sebuah mitos (thelogia
was originally viewed as concerned with myth). Selanjutnya, teologi itu
berkembang menjadi “theology natural” (teologi alam) dan “revealed theology “
(teologi wahyu).

Jadi metodologi yang digunakan oleh Ilmu Kalam dikenal dengan dalil naqli
(dalil yang menggunakan nash-nash agama, yaitu Al-Qur’an dan Hadis Nabi) Serta
dali aqli (dalil yang menggunakan argumentasi rasional). Dalam menggunakan dua
metode tersebut timbul dua corak pemikiran kalam,yakni pemikiran kalam rasional
dan pemikiran kalam tradisional.11
11
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Pranadamedia grup:, 2014), hlm. 5.
Pemikiran kalam rasional mempunyai ciri-ciri: memberi makna harfi kepada
nash manusia terkait dalam berkehendak dan berbuat, sunnatullah berubah-ubah,
kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan berlaku semutlak-mutlaknya, dan memberi
daya yang kecil kepada akal.

Di dalam pemikiran kalam dikenal dengan istilah ushul (dasar) dan furu'
(cabang). Pengertian ushul dalam pemikiran kalam adalah ajaran-ajaran dasar agama
yang di kalangan mutakalimin tidak diperselisihkan lagi. Ajaran dasar itu adalah:
Allah Maha Esa, Muhammad adalah Rosul, hari akhirat itu pasti, surga dan neraka itu
ada.

Sementara itu pengertian furu' (cabang) dalam pengertian Islam adalah hasil
interpretasi dari ajaran dasar yang diantara para mutakalimin diperselisihkan
pemahamannya. Dengan kata lain masalah furu' adalah masalah-masalah yang ada di
seputar akidah Islam yang bukan ajaran dasar. Ajaran yang bukan dasar itu antara
lain: Allah mempunyai sifat diluar zat atau tidak, diutusnya rasul wajib atau bukan,
Al-Qur'an bersifat qodim atau baharu. Surga dan neraka itu bersifat jasmani atau
rohani, dan melihat Allah di akhirat apakah dengan penglihatan jasmani atau rohani.12

C. Ruang Lingkup Ilmu Kalam

Ruang lingkup Ilmu Kalam adalah ajaran –ajaran dasar Islam. Ajaran dasar
itu disebut dengan akidah dalam Islam. Ajaran akidah itu meliputi wujud Allah,
kerasulan Muhammad, kewahyuan Al-Qur’an masalah siapa mukmin dan siapa kafir,
tentang surga dan neraka, kekuasaan Allah, dan kebebasan manusia. 13 Yang akan
diperkuat dengan-dengan dalil-dalil rasional agar terhindar dari akidah-akidah yang
menyimpang.

Harun lebih lanjut mengatakan bahwa persoalan kalam yang pertama kali
muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Dalam arti
siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Khawarij
sebagaimana yang telah disebutkan, memandang bahwa orang-orang yang terlibat
dalam peristiwa tahkim yakni Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa Al-Asy’ari
adalah kafir berdasarkan firman Allah surat Al-Maidah ayat 44.
12
Ibid, hlm. 6.
13
Ibid, hlm. 4.
Persoalan ini telah menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam yaitu:14

a. Aliran Khawarij, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir,
dalam arti telah keluar dari Islam atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh.
b. Aliran Murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar masih tetap
mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, hal itu
terserah kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya.
c. Aliran Mu’tazilah, yang tidak menerima pendapat kedua diatas.

D. Fungsi Ilmu Kalam

Berdasarkan pada pengertian dan kedudukan ilmu tauhid yang mendasari


semua keilmuan dan amalan dalam Islam , maka ilmu kalam berfungsi dalam dua
bidang yang salin terjalin antara yang satu bidang dengan yang lainnya yaitu:

a. Dalam Bidang I’tiqoyah

a. ilmu kalam berfungsi memberikan dasar dan landasan mental (basic


mentalty) yang kuat bagi keimanan seorang muslim terhadap keesaan
tuhan sebagai satu-satunya sesembahan dalam ibadah (tauhid uluhiyah)
b. memberikan penerangan yang bersifat dakwah terhadap orang-orang
non muslim untuk diajak beriman secara tauhid yang tidak bercampur
dengan kemusyrikan dengan penjelasan yang baik dan bijaksana, baik
dalam artian menolak terhadap semua ajaran ketuhanan yang salah
diinterpretasikan maupun bersifat operatif terhadap pemahaman yang
bersifat merusak kemurnian tauhid.

b.Dalam Bidang Ijtihad

Dalam bidang ini ilmu kalam berfungsi:


a. Menjelaskan dan membahas obyek ilmu tauhid secara ilmiah, dengan
berdasarkan dalil naqli yang shahih dan dikuatkan dengan dalil aqli
yang tidak bertentangan / menyimpang dari ajaran Islam itu sendiri
b. Melengkapi dasar dasar / landasan ilmiah bagi keimanan orang-orang
Islam yang sekaligus berarti mempersenjatai mereka dengan dalil dalil
ilmiyah . dengan demikian agar orang-orang Islam memiliki kekebalan

14
Abdul Rozak dan Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 35.
dan kemampuan terhadap unsur unsur yang akan menggoyahkan
keimanan mereka dalam bidang i’tiqad
c. Karena itu dengan modal tersebut diharapkan dapat jadi pandangan
atau sebagai falsafah hidup bagi kaum muslimin dalam menjalani
kehidupannya yang dalam hal ini sebagai ”way of life”
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Kalam


adalah suatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliyah
(rasional ilmiah) dan sebagai tameng terhadap segala tantangan dari para
penentang, berdasarkan sumber-sumber yang sudah diterangkan yang kemudian
akan bermanfaat bagi diri kita dalam menjaga akidah Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Nasir, Sahilun A. 2010. Pemikiran Kalam (teologi Islam). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. 2013. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.

Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. 2014. Ilmu Kalam. Bandung: Pustak Setia.

Wiyani, Novan Ardi. 2013. Ilmu Kalam. Bumiayu: Teras.

Yusuf, M yunan. 2014. Alam Pikir Islam Pemikiran Kalam. Jakarta: Pranadamedia
grup.

Anda mungkin juga menyukai