Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGANTAR ILMU KALAM

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tauhid

Disusun oleh kelompok 7:


Annisa Tulmardiah (3422017)
Faizhatul Azmi (3422018)
Sarah Nurfarizki (3422019)

Dosen Pengampu:
Fitriawati, M.Ag

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH LOKAL A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK

BUKITTINGGI

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas karunia
dan rahmat-nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul Ilmu Kalam
dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Tauhid. Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang
terhormat Ibuk Fitrawati, M.Ag selaku pembimbing dalam pembuatan makalah
ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini yang
tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Ilmu Tauhid yakni apa itu
Ilmu Kalam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dengan keterbatasan yang kita miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima
dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 29 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengertian Ilmu Kalam ........................................................................ 3
B. Awal Munculnya Ilmu Kalam Dalam Pemikiran Islam ....................... 4
C. Kedudukan dan Manfaat Ilmu Kalam .................................................. 7
D. Metode Pemahaman Ilmu Kalam ......................................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12


A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara harfiah kalam artinya perkataan atau percakapan.
Sedangkan secara etimologi bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang
membicarakan tentang wujud Allah, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya,
sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada pada-
Nya, dan membicarakan tentang Rasul-Rasul Allah untuk menetapkan
kebenaran kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada
padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang
mungkin terdapat pada-Nya. Ilmu kalam merupakan ilmu yang
membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan
keagamaan (agama islam) dengan bukti-bukti yang yakin.
Ilmu kalam dikenal sebagai ilmu keislaman yang berdiri sendiri,
yakni pada masa khalifah al-Ma`mun (813-833) dari Bani Abbasiyah.
Sebelum itu pembahasan terhadap kepercayaan islam disebut al-fiqhu fi al-
din sebagai lawan dari al-fiqhu fi ak-`ilmi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ilmu kalam?
2. Bagaimana awal munculnya ilmu kalam?
3. Apa kedudukan dan manfaat ilmu kalam?
4. Bagaimana metode pemahaman ilmu kalam?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami apa itu ilmu kalam.
2. Untuk memahami awal munculnya ilmu kalam.
3. Untuk memahami kedudukan dan manfaat ilmu kalam.
4. Untuk memahami metode pemahaman ilmu kalam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam


Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata “kalam” diartikan dengan
perkataan atau kata (terutama bagi Allah). Sedangkan menurut Bahasa
dalam perspektif tauhid yaitu ilmu yang membicarakan atau membahas
tentang masalah ketuhanan atau ketauhidan (mengesakan Allah).
Ilmu kalam sebagaimana dikemukakan oleh Rasyid Ridha adalah
ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-
kepercayaan keagamaan (agama islam) dengan bukti-bukti yang yakin.
Sedangkan Ibnu Khaldun lebih menekankan kepada kegunaannya yakni
mepertahankan kemurniaan keyakinan agama.
Menurut Muhammad Abduh, ilmu kalam adalah ilmu yang
membicarakan tentang wujud Tuhan (Allah, sifat-sifat yang wajib/mesti
ada pada-Nya), dan juga ilmu yang membicarakan tentang Rasul-rasulnya
Tuhan (Allah) yang telah ditetapkan-Nya serta mengetahui sifat-sifat yang
mesti ada padanya, dan sifat-sifat yang tidak mungkin ada padanya.
Al-Kalam dalam arti semula adalah kata-kata yang tersusun, yang
menunjukkan suatu maksud. Kemudian berkembang menjadi suatu yang
digunakan untuk menunjukkan salah satu sifat Tuhan yaitu Sifat
Berbicara.
Di dalam Al-Qur’an, banyak didapati perkataan Kalamullah,
seperti yang terdapat di dalam surat al-Baqarah 75:

َ ُ‫ُّٰللاُث َّمُي َح ِرف ْونَهٗ ُمِ ْۢ ْنُبَ ْع ُِدُ َما‬


َ ‫عقَل ْوه‬
ُ‫ُوه ْم‬ ِ ‫ُم ْنه ْمُيَ ْس َمع ْونَ ُك َََل َم ه‬ َ ‫اَفَت َْط َمعُ ْونَ ُا َ ْنُيُّؤْ مِ ن ْواُلَك ْم‬
ِ ‫ُوقَدُْ َكانَ ُفَ ِر ْي ٌق‬

َُ‫ُيَ ْعلَم ْون‬

“Apakah kamu mengharapkan mereka akan percaya kepada kamu,


padahal semuanya dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka

2
mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedangkan mereka
mengetahui.” (Al-Baqarah:75)1

Dasar-dasar dan Ruang Lingkup Ilmu Kalam


a. Al-Quran
Sebagai dasar dan sumber ilmu kalam, Al-Quran banyak
menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan,
diantaranya adalah dalam QS. Al-Ikhlas:
Artinya:
“Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (3) dan tidak ada
sesuatu yang sama dengan dia.”
Dan masih terdapat di dalam QS. Asyura:7, QS. Al Furqan:59, QS.
Al Fath:10, dan masih banyak lagi ayat-ayat yang berkaitan dengan
dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan dan hal-hal lain yang berkenaan
dengan eksistensi Tuhan.
b. Hadis
Hadis Nabu SAW pun banyak membicarakan masalah-masalah
yang dibahas ilmu kalam yang dipahami sebagian ulama sebagai
prediksi Nabi mengenai munculnya kemunculan berbagai golongan
dalam ilmu kalam, diantaranya adlah:
Hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. ia mengatakan
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “orang-orang Yahudi akan
terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh golongan.”
c. Pemikiran Manusia
Pemikiran manusia dalam hal ini, baik berupa pemikiran umat
islam maupun diluar umat islam, sebelum filsafat Yunani masuk dan
berkembang di dunia islam, umat islam sendiri telah menggunakan
pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan

1
Hasan Basri, Murif Yahya,Tedi Priatna, Ilmu Kalam Sejarah dan Pokok Pikiran Aliran-
aliran, (Bandung: Azkia Pustaka Utama, 2007), hlm. 1-2

3
dengan ayat-ayat Al-Quran, terutama yang belum jelas maksudnya (al-
mutasyabihat).
d. Insting
Secara instinngtif, manusia selalu ingin bertuhan, oleh karena itu
kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia
pertama.2

B. Awal Munculnya Ilmu Kalam dalam Pemikiran Islam


Ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada
masa Nabi Muhammad saw., maupun pada masa sahabat. Akan tetapi baru
muncul atau dikenal pada masa berikutnya, setelah banyak orang yang
membicarakan soal metafisik. Lebih tepatnya ilmu kalam berdiri sejak
khalifah al-Makmun dari Bani Abbasiyah. Di mana sebelumya mengenai
kepercayaan islam yang dibahas dalam al-Fiqh fi al-Din.
Faktor timbulnya ilmu kalam dari intern islam dan kaum Muslimin
ialah ketika kaum muslim selesai membuka negeri-negeri baru untuk
masuk islam, mereka mulai tenteram dan tenang pikiranya di samping
melimpah rezekinya dan di sinilah mulai mengemukakan persoalan agama
dan berusaha mempertemukan nash-nash agama yang kelihatannya saling
bertentangan.
Persoalan terakhir yang menjadi faktor munculnya ilmu kalam
ialah persoalan politik seperti mengenai kepemimpinan sepeninggal
Rasulullah saw. beliau tidak mengangkat seorang pengganti., tidak pula
menentukan cara pemilihan penggantinya sehingga antara sahabat
Muhajirin dan Anshar terdapat perselisihan, masing-masing menghendaki
supaya pengganti Rasulullah dari pihaknya.
Ada juga faktor internal yang menjadai awal munculnya ilmu
kalam di kalangan umat islam yakni banyak di antara pemelul islam yang
sebelumnya beragama Yahudi, Nasrani, dan lain-lain yang memasukkan

2
Muslim Nasutin, Transformasi Akidah Dalam Kehidupan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1999), hlm. 18

4
ajarannya ke dalam ajaran islam. Persoalan teologi islam sebenarnya
bermula dan lebih didominasi oleh pergolakan politik bukan murni dari
permasalahan agama yakni permasalahan tentang kepemimpinan atau
khalifah setelh Nabi Muhammad saw. wafat, dengan warna sentimen
kelompok dari kesukuan yang cukup kentara dan kental. Peralihan
kekuasaan kekuasaan dari Nabi ke Sayidina Bani Sa’idah salah satu bukti
warna politik, khususnya mengenai kepemimpinan yang menjadi isu
sentral saat itu.
Persoalan politik teologi yang meneyelubungi pembunuhan
Utsman ibn Affan di Madinah pada 656M, semakin memperuncing friksi
umat islam. Peristiwa tersebut menjadi titik awal yang tepat untuk
mengkaji pergulatan dialektika ajaran dan praktik-praktik keagamaan.
Peristiwa terbunuhnya Khalifah Utsman bermula dari lahirnya gerakan
kelompok-kelompok yang tidak puas terhadap kebijakan politikyang
diambilnya.
Sayidina Ali sebagai khalifah terpilih pengganti Sayidina Utsman
ibn Affan mendapat tentangan dari pemuka-pemuka yang ingin mejadi
khalifah, terutama Thalhah dari Zubair dari Makkah yang mendapat
dukungan dari Siti Aisyah. Mereka dikalahkan Sayidina Ali pada Perang
Jamal di Irak tahun 657 M, baik Thalhah maupun Zubair mati terbunuh
sehingga Aisyah dikembalikan ke Madinah dikawal pasukan yang
dipimpin saudaranya sendiri yakni Muhammad ibn Abi bakar.
Setelah peperangan Jamal selesai, Sayidina Ali mendapat
tentangan dari Muawiyah ibn Abi Sufyan, gubernur Damaskus yang tidak
mau mengakui Ali sebagai khalifah. Muawiyah malah menuntut Sayidina
Ali menghukum para pembunuh Utsman dan tuntutan dari Muawiyah
tidak dihiraukan sehingga terjadilah pertempuran antara pasukan Sayidina
Ali dan Muawiyah ibn Abi Sufyan yang dikenal dengan perang Shiffin
pada 658 M.
Perang Shiffin diselesaikan dengan tahkim atau arbitrase ketika
pasukan Muawiyah terdesak mundur. Pihak Sayidina Ali yang mau

5
memenangkan perang mengalami kerugian yakni diturunkan dari
jabatannyas sebagai khalifah digantikan oleh Muawiyah. Walupun
demikian, Sayidina Ali tetap mempertahankan jabatannya sebagai khalifa
hingga beliau wafat pada 661 M.
Sepeninggal Sayidina Ali, sebagian dari pasukannya yang tidak
menyetujui penyelesaian perang dengan dengan jalan tahkim,
meninggalkan barisannya sehingga dikenal dengan nama Khawarij.
Mereka menginginkan bahwa putusan hanya yang ada dalam Al-Qur’an.
Dalam pandangan Khawarij, baik Ali maupun Muawiyah serta
utusan dari keduanya yakni Amr ibn ‘Ash (utusan dari Muawiyah) dan
Abu Musa al-Asy’ari (utusan dari Sayidina Ali) dan orang-orang yang
menerima tahkim adalah kafir. Mereka merujuk kepada surah al-Maidah
ayat 44 bahwa siapa yang tidak menentukan hokum dengan apa yang telah
diturunkan Allah adalah kafir.
Oleh karenanya, keempat pemuka Islam serta pengikutnya telah
dipandang kafir atau telah keluar dari Islam sehingga harus dibunuh. Di
maka kemudian, kaum Khawarij memutuskan untuk membunuh keempat
pemuka Islam tersebut dan hanya Sayidina Ali yang berhasil dibunuh.
Selanjutnya Khawarij pecah menjadi beberapa sekte sehingga konsepsi
kafir yang menjadi jargon dalam diri Khawarij mengalami perubahan,
yang dianggap kafir bukan hanya orang yang tidak menentukan hukum
dengan Al-Qur’an tetapi orang yang berbuat dosa besar.
Dari sinilah (ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri yang
membicarakan persoalan metafisik) kemudian aliran-aliran teologi dalam
Islam muncul seperti Mu’tazilah, Syiah, Murjiah, Qadariyah, Jabbariyah,
Asy’ariyah, Maturidiyah hingga Ahlussunnah wal Jamaah di masa klasik.
Adapun tentang aliran yang berkembang dalam sejarah kehidupan
manusia tidak dapat ditentukan secara pasti karena masing-masing penulis
buku atau literature memiliki pandangan yang berbeda. Ada kalanya
memahami suatu aliran tertentu disebut dengan sekte dan ada kalanya juga

6
memandang lain bahwa aliran bukan merupakan sekte yang dalam hal ini
tergantung kepada perspektif mereka masing-masing.3

C. Kedudukan dan Manfaat Ilmu Kalam


Posisi awal timbulnya keilmuan ini, sebenarnya sudah sejak zaman
sahabat yaitu ketika peristiwa terbunuhnya khalifah Usman bin affan ilmu
kala mini lahir. Namun seiring berjalannya waktu dan penguasa umat
islam pada saat itu maka keberadaan ilmu kala mini seolah tenggelam dan
hanya terdapat pada individu-individu umat islam sebagian adapun suatu
kelompok tidak begitu besar yang mempelajari ilmu kalam ini. Namun
mereka senantiasa menanam akan pengertian ilmu kalam kepada generasi
penerus mereka hingga ilmu kalam tetap terpelihara.
Ketika memasuki periode kekuasaan Bani Abbasiyah barulah ilmu
kala mini muncul kembali ke permukaan dengan filsafat Yunani ysng
membuat ilmu ini berkembang pesat. Walaupun terlihat dalam sejarah
keilmuan islam lebih dahulu muncul yaitu ilmu kalam namun dalam
pengkajiannya ilmu kala mini seolah dikesampingkan dari pada disiplin
ilmu yang lainnya, seperti fiqh, ushul fiqh, tafsir, ulumul quran, dan
ulumul hadist.
Jadi sebutan ilmu kalam sebagai suatu disiplin ilmu baru muncul
pada penghujung abad pertama hijrian ketika para ulama dengan bergairah
membicarakan Al-Quran (ilmu ilahi) yaitu apakah Al-Quran itu qadim
atau baharu.
Dilihat dari kedudukan ilmu kalam di pendidikan, di dalam
kurikulum untuk sekolah seperti SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA mata
pelajaran ilmu kalam tidak dipelajari. Namun untuk kurikulum beberapa
pesantren dan perguruan tinggi islam ilmu kalam mendapat tempat sebagai
materi kuliah yang diajarkan sebagai mata kuliah keilmuan.4

3
Aminol Rosid Abdullah, Memahami Ilmu Kalam dari Era Klasik hingga Kontemporer,
(Malang: Literasi Nusantara, 2021), hlm. 16-17
4
Muslim Nasutin, Transformasi Akidah Dalam Kehidupan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1999), hlm. 39

7
Manfaat Ilmu Kalam
Manfaat ilmu kalam ini adalah sebagai berikut:
1. Mеnguаtkаn kеіmаnаn pengetahuan kalam уаng didalamnya dibahas
mеngеnаі mаѕаlаh kеtuhаnаn (Allаh), Rasul, аlаm ghaib dаn ѕеgаlа
ѕеѕuаtu yang bеrkаіtаn dengan rukun iman dalam islam, ѕеhіnggа
dараt menguatkan ѕеѕеоrаng. Hаl іnі dіkаrеnаkаn seseorang yang
mеmреlаjаrі іlmu kаlаm akan mengungkapkan dalil-dalil dan yang
mеmреrkuаt аrgumеn tеntаng аkіdаh іѕlаm ѕеhіnggа nantinya akan
tіmbul саrа berpikir rаѕіоnаl аtаu lоgіѕtіk уаng mеnghubungkаn
keyaninan dаlаm аgаmа іѕlаm ditambah dеngаn аrgumеn уаng didapat
ѕааt belajar іlmu kаlаm. Argumen уаng dimaksud adalah alasan
реmbеlааn аtаu аlаѕаn dаѕаr untuk mеngіmаnі ѕеmuа yang аdа dаlаm
“rukun іmаn”.
2. Mеmbеrіkаn jаwаbаn аtаѕ реnуіmраngаn ajaran, pаdа ѕааt іnі tidak
sedikit mаѕаlаh уаng ada tеrkаіt penyimpangan ajaran agama islam.
Pеnуіmраngаn аjаrаn уаng аdа bіаѕаnуа dіѕеrtаі dengan іdеоlоgі
ekstrim mаuрun mеngаndung kesalahan уаng mеmbеlоkkаn
kеbеnаrаn, maka dаrі іtu mempelajari ilmu kаlаm akan mеmbеrіkаn
jаwаbаn kеbеnаrаn tentang fеnоmеnа реnуіmраngаn аjаrаn dі
mаѕуаrаkаt yang bisa dіѕеbаbkаn oleh bаnуаk faktor, terutama fаktоr
lingkungan. Mаnfааt іnі sangat реntіng ѕеbаgаі keyakinan ѕеѕеоrаng
аgаr tіdаk mudаh tеrреngаruh dеngаn paham yang bеrаlіrаn islam
tеtарі nyatanya bеrbеdа ѕеkаlі dengan islam уаng ѕеbеnаrnуа.

3. Mеmbеrіkаn роndаѕі keimanan. Pоndаѕі аdаlаh dаѕаr untuk


mеnguаtkаn. Pаdа mаѕаlаh kеhіduраn dаlаm kehidupan bеrаgаmа
perlu mеmіlіkі penguatan уаng tetap hаl ini untuk mеnghіndаrkаn
ѕеѕеоrаng dari bаhауа уаng ѕеruра tарі tаk ѕаmа ѕесаrа kаѕаrnуа bіѕа
disebut ѕеbаgаі аlіrаn ѕеѕаt. Ilmu kаlаm аkаn mеmbеrіkаn fоndаѕі atau
dasar kеbаhаgіааn pada seseorang уаng mеmреlаjаrіnуа kаrеnа dаlаm
іlmu kаlаm раdа аgаmа іѕlаm аkаn dibahas masalah kеtuhаnаn (аllаh)

8
beserta sifat-nya, Nаbі dаn Rosul, hаl hal ghaib, аlаm аkhіrаt уаng
dіѕеrtаі реnjеlаѕаm menggunakan ѕumbеr dаrі dаlіl- dаlіl уаng bеnаr.
Pоndаѕі ѕеlаіn dіbаngun dari dаlаm dіrі sendiri dеngаn mеmреrсауаі
аdаnуа tuhаn (allah), rоѕul, kіtаb-kіtаb allah, mаlаіkаt, tаkdіr, dаn hari
akhir jugа dіbаngun dаrі реmbіаѕааn dalam mеmреlаjаrі lеbіh detail
mengenai agama yang dipeluknya.
4. Mеngаmаlkаn аjаrаn іѕlаm dengan bаіk. Mаnfааt ѕеlаnjutnуа yaitu
ѕеѕеоrаng yang memepelajari іlmu kаlаm dеngаn bаіk dіhаrарkаn
mendapatkan manfaat untuk bіѕа tеruѕ mеngаmаlkаn ajaran agama
іѕlаm dеngаn ѕеbаіk-bаіknуа. Sеlаіn itu dіhаrарkаn bіѕа terus
іѕtіԛаmаh dіjаlаn аllаh ѕеtеlаh memperoleh kеѕеіmbаngаn уаng lebih
bаіk раdа ѕааt bеlаjаr іlmu kаlаm dibandingkan hanya mеmреrсауаі
ѕеѕuаtu tanpa dаѕаr ilmu реngеtаhuаn уаng jelas. Hal ini аkаn
mеnаmbаh nіlаі роѕіtіf dan membuat seseorang ѕеlаlu dеkаt dеngаn
Allаh melalui іlmunуа serta mеnjаdі jаlаn реmbеrі іlmu bаgі orang
lain уаng mаѕіh belum mengerti.
5. Mеmbеrіkаn arаhаn dan petunjuk kepada оrаng-оrаng yang
membutuhkan nаѕіhаt. Manfaat ѕеlаnjutnуа tеntаng оrаng lain. іlmu
kаlаm аkаn mеmbuаt ѕеѕеоrаng mеmіlіkі lаndаѕаn реngеtаhuаn уаng
baik dаrі реngеtаhuаn yang dіреrоlеh ѕеtеlаh mempelajari іlmu kаlаm
dараt dіаmаlkаn kepada orang lаіn dаlаm bentuk сеrаmаh atau
memberikan nasihat раdа уаng mеmbutuhkаn. kadang ada оrаng lаіn
dіѕеkіtаr yang mеngіngіnkаn penjelasan tеntаng mаѕаlаh tеrtеntu уаng
berhubungan dengan іlmu kаlаm ѕеhіnggа ѕеbаgаі seseorang yang
mеngеtаhuі serta tеlаh mеmреlаjаrі іlmu kalam kіtа bіѕа mеmbеrіkаn
penjelasan kepada оrаng tеrѕеbut.
6. Mеngаrаhkаn kе jаlаn yang bеnаr. Manfaat ѕеlаnjutnуа yaitu
mengarahkan kе jаlаn уаng bеnаr mаkѕudnуа уаіtu іlmu kalam уаng
kеbеnеnаrаn tеntаng аjаrаn islam уаng bersumber dаrі al-quran, hadist,
dаn pemikiran manusia bіѕа mеngаrаhkаn ѕеѕеоrаng yang kurаng
раhаm dеngаn аkіdаh islam уаng ѕеbеnаrnуа menjadi раhаm dan

9
meyakinkannya ѕеrtа bеrаdа dі dalam jаlаn allah уаng benar. Dari
manfaat yang bеrаgаm dі atas ѕеѕеоrаng уаng mеmреlаjаrі ilmu kalam
bisa mendapatkan bаnуаk manfaat yang ѕаngаt реntіng bаgі kеhіduраn
bеrаgаmа іѕlаm. Sаlаh ѕаtu mаnfааt tеrbеѕаr уаіtu dараt memperkuat
dаn menambah реngеtаhuаn ѕеbаgаі оrаng yang berilmu. Jаngаn luра
bаhwа setelah mempelajari іlmu kalam, іlmu tersebut bіѕа dіаmаlkаn
kepada orang lаіn.

D. Metode Pemahaman Ilmu Kalam


Secara terminology metode adalah cara kerja yang teratur
digunakan untuk memahami objek ilmu dan melaksanakan pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Cara kerja disini merupakan
sistem pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Fungsi method adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan melakukan atau
membuat sesuatu.
Jadi metode kalam adalah cara kerja yang dipakai tokoh-tokoh
kalam dalam mendudukan persoalan-persoalan akidah secara dialogis dan
sistematis agar dipahami masyarakat dengan baik. Sebagaimana diketahui
bahwa menurut Mutakallimun, dasar-dasar akidah sudah ada dalam nash.
Atas dasar itu mereka terlebih dahulu menetapkan teks ayat sebagai
patokan akidah. Selain itu, mereka ,mencari berbagai argumentasi yang
tepat untuk memperkuat akidah.5 Ketika menjadi konsentrasi keilmuan,
perbedaan pendekatan yang digunakan mutakalimun dalam mengkaji
persoalan kalam melahirkan metode kalam yang berbeda.
Menurut Ibn Taimiyah, seperti dikutip Abu Zahrah, metode kalam dapat
dibagi kedalam empat bentuk, yaitu:
a. Metode Filosofis
Membahas persoalan kalam dengan mengutamakan Burhan.
Mereka tidak puas dengan kaum Khithabi, karena berada pada tingkat

5
Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu`tazilah, (Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1987), hlm. 92

10
paling dasar yaitu kembali kepada Al-Quran. Orang-orang yang
berpengetahuan luas harus mencari argument lain agar mereka benar-
benar yakin.
b. Metode Semi Filsafat
Metode ini yang dipakai Mu`tazilah, membahas persoalan akidah
berdasarkan nash dan akal. Tetapi penggunaan akal lebih banyak
dibandingkan denga nash. Bila tidak dapat dipahami, maka mash perlu
ditakwilkan sampai diperoleh paham yang tepat.
c. Metode Keseimbangan Nash dan Akal
Al-Maturidi menggunakan metode ini dengan mengambil Al-
Quran sebagagai dasar akidah kemudian memperkuatnya dengan
logika supaya keyakinan lebih sempurna. Al-Maturidi berada dibawah
Mu`tazilah dalam penggunaan akal dan wahyu. Penggunaan logika
pada Al-Maturidi tidak sebanyak penggunaan akal pada Mu`tazilah.
d. Metode Tradisional
Dipakai oleh Asy`ariyyah, emnggunakan nash lebih dominan
daripada akal. Apabila nash sudah cukup, al-Asy`ari tidak lagi
berusaha memperkuatnya dengan logika. Argument logika versi al-
Asy`ari sangat sedikit dibandingkan Mu`tazilah dan al-Maturidi.
e. Metode Salaf
Metode salaf kata Ibn Taimiyyah, berbeda dari metode yang empat
di atas. Kaum salaf hanya menggunakan nash, tidak menggunakan
dalil logika mantiq yang bersumber dari filosof Yunani, karena akal
menurut mereka dapat menyesatkan dan memberikan penafsiran yang
bermacam-macam.6

6
Abu Zahrah, al-Mazahib al-Islamiyyah, (Kairo: Mathba`ah al-Namuzajiyyah, 1971),
hlm. 314

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan atau membahas
tentang masalah ketuhanan atau ketauhidan (mengesakan Allah). Ilmu
kalam memiliki dasar-dasar dan ruang lingkupnya yaitu Al-Quran, Hadis,
pemikiran manusia, dan insting.
Ilmu kalam berdiri sejak khalifah al-Makmun dari Bani Abbasiyah.
Posisi awal timbulnya ilmu kalam, sudah sejak zaman sahabat yaitu ketika
peristiwa terbunuhnya khalifah Usman bin affan ilmu kala mini lahir.
Manfaat ilmu kala mini yaitu dapat menguatkan kaimanan
pengetahuan kalam, mеmbеrіkаn jаwаbаn аtаѕ реnуіmраngаn ajaran,
memberikan pondasi keimanan, mеngаmаlkаn аjаrаn іѕlаm dengan bаіk,
mеmbеrіkаn arаhаn dan petunjuk kepada оrаng-оrаng yang membutuhkan
nаѕіhаt, mеmbеrіkаn arаhаn dan petunjuk kepada оrаng-оrаng yang
membutuhkan nаѕіhаt.
Metode ilmu kala ini terbagi menjadi 4 yaitu, metode filosofis,
metode semi filsafat, metode keseimbangan nash dan akal, metode
tradisional, dan metode salaf.

B. Saran
Setelah dijelaskan mengenai materi pengantar ilmu kalam
diharapkan para pembaca dapat memahami isi dari materi tersebut dan
bisa menambah ilmu pengetahuan lebih dalam tentang pengantar ilmu
kalam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Aminol Rosid. 2021. Memahami Ilmu Kalam dari Era Klasik hingga
Kontemporer. Malang. Literasi Nusantara.

Basri. Hasan. Murif Yahya. Tedi Priatna. 2007. Ilmu Kalam Sejarah dan Pokok
Pikiran Aliran-aliran. Bandung. Azkia Pustaka Utama.
Nasution, Harun. 1987. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu`tazilah.
Jakarta.
Universitas Indonesia Press. Nasution, Muslim. 1999. Transformasi Akidah
Dalam Kehidupan. Jakarta. Bulan Bintang.
Zahrah, Abu. 1971. Al-Mazahib Al-Islamiyyah. Kairo. Mathba’ah al-
Namuzajiyyah

Anda mungkin juga menyukai