Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH DOSEN PEMBIMBING

Tauhid M.Rasyid Ridho, M.H.

TAUHID MA’RIFAH AL-WASITHAH

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Muhammad Rizky (230105010091)
Naadiah Husna (230105010094)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2023
M/1445 H
KATA PENGANTAR

‫بِس ِْم ه‬
ِ ‫َّللاِ الرهحْ َم ِن الر‬
‫هح ِيم‬
Segala puji bagi Allah Swt. atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya berupa
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya serta kesehatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad Rasulullah Saw.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
M.Rasyid Ridho,M.H. pada mata kuliah Tauhid. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang tauhid ma‟rifah al-wasithah bagi pembaca maupun bagi penulis
sendiri.
Penulis menyadari sepenuhnya, makalah ini masih banyak kekurangan dan bahkan
menimbulkan banyak pertanyaan yang belum sempat terjawab. Oleh karena itu, kritik, saran
dan masukan yang konstruktif penulis sangat harapkan demi perbaikan makalah ini ke
depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Bagi penulis,
semoga mendapat ridho Allah Swt., sebagai amal sholeh, dan menjadi ilmu yang bermanfaat.
Aamiin.

Banjarmasin, 16 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian ma‟rifah al-wasithah .................................................................... 2
2.2. Pengertian hakikat sifat dan tugas malaikat ................................................... 3
2.3. Pengertian sifat dan tugas para nabi dan rasul ............................................... 8
2.4. Macam-macam kitab Allah ........................................................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 14
3.2. Saran............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Ilmu tauhid adalah tentang Allah SWT., yakni sifat yang wajib ada pada-Nya,
yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan yang sama sekali harus ditiadakan dari-Nya.
Ilmu tauhid juga membahas Rasul Allah SWT. untuk menetapkan kerasulan mereka,
yakni hal yang wajib ada pada mereka dan yang boleh serta tidak boleh (terlarang)
dikaitkan kepada mereka.
Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid karena pokok pembahasannya yang paling
penting adalah menetapkan keesaan (wahdah) Allah SWT. dalam Zat-Nya, dalam
menerima peribadatan dari makhluk-Nya, dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali,
satu-satunya tujuan. Keyakinan tauhid inilah yang menjadi tujuan paling utama bagi
kebangkitan Nabi Muhammad Saw.
Dalam sehari-hari kita harus menerapkan ilmu tauhid dengan baik, agar ilmu
yang kita dapatkan bisa bermanfaat dan juga bisa menjadikan keuntungan bagi diri kita
maupun bagi diri orang lain.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian ma‟rifah al-wasithah?
2. Apa pengertian hakikat, sifat dan tugas malaikat?
3. Apa pengertian sifat dan tugas para nabi dan rasul?
4. Apa saja kitab – kitab Allah yang wajib kita imani?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu ma‟rifah al-wasithah
2. Untuk mengetahui apa saja hakikat, sifat dan tugas malaikat
3. Untuk mengetahui apa saja sifat dan tugas para nabi dan rasul
4. Untuk mengetahui apa saja kitab-kitab Allah yang wajib kita imani

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ma’rifah Al-Wasithah


Ma‟rifat berasal dari kata „arafa – yu’rifu – irfan‟ berarti: mengetahui,
mengenal, atau pengetahuan Ilahi. Orang yang mempunyai ma‟rifat disebut arif.
Menurut terminologi, ma‟rifat berarti mengenal dan mengetahui berbagai ilmu secara
rinci, atau diartikan juga sebagai pengetahuan atau pengalaman secara langsung atas
Realitas Mutlak Tuhan. Dimana sering digunakan untuk menunjukkan salah satu
maqam (tingkatan) atau hal (kondisi psikologis) dalam tasawuf. Oleh karena itu,
dalam wacana sufistik, ma‟rifat diartikan sebagai pengetahuan mengenai Tuhan
melalui hati sanubari. Dalam tasawuf, upaya penghayatan ma‟rifat kepada Allah
SWT. (ma‟rifatullah) menjadi tujuan utama dan sekaligus menjadi inti ajaran
tasawuf.1
Ma‟rifat merupakan pengetahuan yang objeknya bukan hal-hal yang bersifat
eksoteris (zahiri), tetapi lebih mendalam terhadap penekanan aspek esoteris
(batiniyyah) dengan memahami rahasia-Nya. Maka pemahaman ini berwujud
penghayatan atau pengalaman kejiwaan. Sehingga tidak sembarang orang bisa
mendapatkannya, pengetahuan ini lebih tinggi nilai hakikatnya dari yang biasa
didapati orang-orang pada umumnya dan di dalamnya tidak terdapat keraguan
sedikitpun.2
Sedang Wasilah mempunyai arti Wasithah atau perantaraan, atau bisa
diartikan jalan. Al-Wasilah juga bisa berarti segala hal yang dapat menyampaikan
serta dapat mendekatkan kepada sesuatu. Dengan demikian arti Wasilah adalah:
 Sesuatu yang untuk mendekatkan diri kepada yang lainnya,
 Sesuatu yang untuk menyampaikan agar suatu tujuan dapat berhasil.
Sedangkan makna menurut istilah/syara‟ adalah:
” Menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat dan kedudukan
yang tinggi, untuk dijadikan sebagai wasilah (perantaraan) agar doa dapat
dikabulkan. ”
Ma‟rifah Al-Wasithah adalah cara mengenal/mengetahui perantara Allah.
Namun bukan berarti Allah tidak bisa bekerja sendiri.Ma‟rifatul Wasithah membahas
1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, Pustaka Progresif, Surabaya, 2002, h.
2
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin …., h.47

2
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan utusan Allah seperti Malaikat,
Nabi/Rasul dan Kitab Suci. Ruang lingkup tersebut terangkum dalam pembahasan
rukun iman, yaitu iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab
Allah, dan iman kepada Rasul-Rasul Allah. Firman Allah dalam Al-Qur‟an surat An-
Nisa‟ ayat 136:

‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ ۦ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ ۦ‬ ‫ٱ‬


‫ٱ‬ ‫ۦ‬ ‫ۦ‬ ‫ٱ ۦ‬ ‫ٱ‬

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-
Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya.”

Dari keterangan tersebut dipahami bahwa ma‟rifah dalam arti lafadz sama dengan
pengetahuan atau ilmu, namun perlu adanya penegasan bahwa dalam istilah ilmiah,
pengetahuan, ilmu dan ma‟rifah walaupun pada dasarnya sama, akan tetapi antara satu
dengan lainnya terdapat perbedaan-perbedaan yang menandai kekhususannya,
terutama dari segi metode dan objek.

2.2. Pengertian hakikat sifat dan tugas malaikat


1. Pengertian malaikat
Jika dilihat secara bahasa (lughawi), maka kata “malaikah” yang dalam bahasa
indonesia disebut “malaikat”, adalah bentuk jamak dari kata “malak”, yang berasal dari
masdar “al-alukah” yang berarti ar-risalah (misi atau pesan). Sedangkan yang membawa
misi disebut ar-rasul (utusan). Dalam beberapa ayat al-quran, malaikat disebut dengan
rusul (utusan- utusan) misalnya pada ayat berikut:
‫ٱ‬
Artinya: Dan Sesungguhnya utusan-utusan kami (Malaikat-malaikat) Telah datang
kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat." Ibrahim

3
menjawab: "Selamatlah," Maka tidak lama Kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak
sapi yang dipanggang. (Q.S. Hud: 69)3

Ada juga yang berpendapat bahwa kata malak terambil dari kata la‟aka yang berarti
menyampaikan sesuatu. Sehingga malak/malaikat adalah makhluk yang menyampaikan
sesuatu dari Allah swt. dan ada pula yang mengatakan, malaikat berasal dari bahasa arab
malak yang artinya kekuatan.

Dari beberapa pengertian kebahasaan ini, dapat diambil pengertian bahwa malak/malaikat
adalah makhluk yang berkedudukan sebagai rasul atau utusan yang membawa misi tertentu
dari yang mengutusnya, yang dalam hal ini Allah swt.

2. Jumlah malaikat
Malaikat adalah makhluk Allah yang sifatnya gaib, jadi mengenai berapa jumlah
malaikat hanya Allah Swt. dan rasul-Nya yang tahu. Di dalam al qur‟an dan hadis
terkadang disebutkan mengenai kuantitas malaikat. Seperti dalam hadis berikut ini, yang
artinya “dari Ali ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘barang siapa
mengunjungi saudaranya sesama muslim maka ia seakan berjalanan di bawah
pepohonan surga hingga ia duduk, jika telah duduk maka rahmat akan melingkupinya.
Jika mengunjunginya di waktu pagi, maka tujuh puluh ribu malaikat akan bershalawat
kepadanya hingga sore hari, dan jika ia mengunjunginya di waktu sore, maka tujuh puluh
ribu malaikat akan bershalawat kepadanya hingga pagi hari.” (H.R. Ibnu Majah)
Dari hadis diatas dapat diketahui bahwasannya jumlah malaikat itu banyak sekali.
Akan tetapi nama-nama malaikat yang wajib kita ketahui hanya sepuluh saja,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam al-qur‟an maupun hadis. Banyaknya jumlah
malaikat tersebut, menunjukkan bahwa betapa maha kuasa Allah Swt.

3. Substansi dan sifat-sifat malaikat


Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya (nur). Raganya
terbuat dari cahaya, lantas diberi ruh oleh Allah. Maka jadilah ia makhluk malaikat.
Rasulullah menginformasikan, “malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari

3
Asy-Syafrowi, Mahmud. Mengundang Malaikat ke Rumah. Yogyakarta: Mutiara Media. 2010.

4
nyala api, dan adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua.” (HR.
Muslim)
Karena malaikat tercipta dari cahaya, maka tentu mereka mewarisi sifat–sifat
cahaya. Diantaranya malaikat tidak bisa kita lihat, dan mereka mampu bergerak secepat
cahaya.
Kemudian malaikat tidaklah sama satu sama lain mengenai bentuk penciptaannya.
Mereka memiliki sayap, sebagaimana yang telah diterangkan oleh Allah sendiri. Diantara
mereka ada yang punya dua sayap, ada yang tiga atau empat, dan ada yang punya lebih
banyak lagi. Allah swt. berfirman:

Artinya: Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan
malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang
mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan
pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (Q.S. Fatir: 1)
Sedangkan bagaimana bentuk sayap tersebut, tentu saja kita tidak bisa
mengetahuinya dan memang tidak perlu untuk berusaha menyelidikinya, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa malaikat adalah makhluk gaib yang hakikatnya hanya
Allah yang mengetahuinya.
Seperti apa yang diungkapkan Muhammad Abduh bahwasanya menurut ulama
Salaf, malaikat adalah makhluk Allah yang keberadaan dan tugas–tugasnya telah
diinformasikan oleh-Nya. Kita wajib mengimaninya dan tidak perlu mengetahui
hakikatnya. Pengetahuan mengenai hakikat malaikat sepenuhnya diserahkan kepada
Allah SWT. Kalau pun diinformasikan bahwa malaikat itu bersayap, kita harus
mempercayai hal itu. Tetapi perlulah dipahami bahwa sayap malaikat tentu bukan seperti
sayap burung yang berbulu, sebab jika sayap malaikat seperti sayap burung niscaya kita
bisa melihatnya. Demikian pula jika diinformasikan bahwa malaikat menjalankan tugas
tertentu yang berkait dengan dimensi fisik (jasmaniah), semacam tumbuh–tumbuhan atau
lautan, kita perlu menegaskan bahwa di alam ini terdapat alam lain yang keterkaitannya
sangat erat dengan sistem atau hukum – hukum alam itu sendiri. Akal tidak bisa
memutuskan hal itu sebagai suatu yang mustahil, melainkan sebagai suatu yang mungkin,
sejalan dengan penegas wahyu yang memberitakan hal tersebut.

5
Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu sebagaimana manusia. Mereka tidak
memiliki keinginan apapun yang bersifat fisik dan juga kebutuhan yang bersifat materiil.
Mereka tidak menikah atau beranak. Mereka tidak makan, minum, atau tidur seperti
manusia. Mereka juga tidak pernah ditimpa sakit, bertambah tua atupun bertambah muda.
Keadaan mereka sekarang sama persis seperti ketika diciptakan.

Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (Q.S. Al-Anbiya: 20)

Kelaziman dari sifat ini menunjukan bahwa malaikat tidak tidur, tidak makan, tidak minum,
dan tidak merasa lelah.
٦٩
٧٠
Artinya: Dan Sesungguhnya utusan-utusan kami (Malaikat-Malaikat) Telah datang kepada
lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat." Ibrahim
menjawab: "Selamatlah," Maka tidak lama Kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak
sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya,
Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. malaikat
itu berkata: "Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang
diutus kepada kaum Luth.".(Q.S. Huud: 69-70)
Malaikat adalah kekuatan – kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada
perintah serta ketentuan Allah swt. mereka sama sekali tidak pernah dan tidak akan
pernah mendurhakai Allah atas segala perintah-Nya. Kema‟shuman malaikat dari
perbuatan durhaka ini sebagaimana diterangkan dalam firman Allah swt.

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim: 6)

4.Tugas-tugas malaikat
Masing – masing dari malaikat memegang dan mengemban tugas dan
kewajibannya masing – masing. Diantara nama dan tugas malaikat yang disebutkan
dalam al-Qur‟an atau al-Hadis adalah sebagai berikut:

6
1. Jibril
Malaikat Jibril juga dikenal dengan beberapa sebutan, yaitu Ar Ruh, Al Amin, dan
Ruh Al Qudus. Adapun tugas dari malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu dan
mengajarkannya kepada nabi dan rasul. Malaikat Jibril adalah malaikat yang
menyampaikan Al-Quran secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Mikail
Malaikat Mikail merupakan malaikat yang bertanggung jawab untuk menyalurkan
rezeki dari Allah SWT kepada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Selain itu,
malaikat Mikail juga bertugas untuk mengatur air dan menurunkan hujan dan petir di
muka bumi.

3. Israfil
Malaikat Israfil yang bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat. Ia meniupnya
sesuai dengan perintah Allah SWT. dengan tiga kali tiupan. Adapun tiupan
sangkakala yang pertama merupakan tiupan faza‟ (ketakutan), tiupan sha‟aq
(kematian) dan tiupan ba‟ts (kebangkitan). Sementara itu, malaikat Israfil adalah
malaikat pertama yang diciptakan Allah SWT.

4. Izrail
Malaikat Izrail bertugas untuk mencabut nyawa manusia. Adapun nama lain dari
malaikat Izrail adalah malaikat maut.

5. Munkar
Malaikat Munkar bertugas bertugas menanyai ruh atau orang yang telah meninggal
dunia di alam kubur. Dalam melaksanakan tugasnya, malaikat Munkar bersama
dengan malaikat Nakir.

6. Nakir
Bersama dengan malaikat Munkar, malaikat Nakir juga bertugas menanyai ruh atau
orang yang telah meninggal dunia di alam kubur. Adapun pertanyaan yang ditanyakan
oleh malaikat Munkar dan Nakir adalah "Siapa Tuhanmu?", "Apa Agamamu?", dan
"Siapa Nabimu?".

7
7. Raqib
Malaikat Raqib bertugas untuk mencatat semua amal kebaikan manusia selama di
dunia. Malaikat Raqib selalu mengiringi langkah setiap manusia dan akan mencatat
amalan tersebut untuk dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT di hari perhitungan
kelak.

8. Atid
Hampir sama dengan malaikat Raqib, malaikat Atid bertugas mencatat amal buruk
manusia. Malaikat Atid ini juga terus mengiringi langkah manusia untuk mencatat
perbuatannya.

9. Malik
Malaikat malik bertugas menjaga pintu neraka. Pada saat hari pembalasan nanti,
malaikat Malik ditugaskan untuk membuka pintu neraka.

10. Ridwan
Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga. Malaikat yang satu ini juga akan
membukakan pintu surga dan menyambut orang beriman yang datang untuk masuk ke
dalamnya sesuai dengan perintah Allah SWT.

2.3 Pengertian sifat dan tugas para nabi dan rasul


1. Pengertian nabi dan rasul
Nabi adalah seseorang yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu-
Nya dan menyampaikan pesan-pesan-Nya kepada umat manusia. Tugas utama seorang
Nabi adalah menyampaikan wahyu dan petunjuk Allah serta memberikan bimbingan
kepada umat. Mereka memberikan ajaran moral, etika, dan kehidupan yang benar. Nabi
juga bisa menjadi contoh teladan dalam beribadah dan perilaku. Contoh Nabi adalah 25
Nabi yang kita ketahui.4
Sedangkan Rasul adalah seorang nabi yang ditugaskan secara khusus oleh Allah
SWT untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia dan memberikan hukum
atau syariat-Nya. Mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mengubah
kondisi masyarakat yang menyimpang dan memberikan perubahan sosial yang

4
Al-mawsu‟ah lil-athfal al-muslimin (ensiklopedia untuk anak-anak muslim), jilid 3, (Grasindo: Bandung,
2007), hlm. 73

8
diperlukan. Rasul membawa risalah atau pesan khusus yang berisi ajaran Allah yang
harus disampaikan kepada umat. Contoh Rasul termasuk Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW. 5
Semua Rasul yang pernah diutus Allah sepanjang sejarah manusia sesungguhnya
mereka adalah manusia–manusia biasa juga. Selaku manusia mereka juga memiliki sifat -
sifat kemanusiaan yang umum seperti: makan, minum, tidur, berumah tangga, kawin,
hidup dan bergaul dalam masyarakat, kemudian mati. Selanjutnnya mereka pun berkata-
kata dan berbicara menurut bahasa dari bangsa atau umur di mana mereka diutus.
Artinya, tidak pernah mengutus seorang Rasul kepada umat manusia dari jenis malaikat
atau bangsa jin. Hanya saja mereka diberi kelebihan atau keistimewaan dibanding
manusia biasa. Sebagaimana seorang pemimpin dalam suatu organisasi, sudah tentu dia
harus memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan para anggota lainnya.

2. Sifat-sifat nabi dan rasul


Para rasul memiliki empat sifat keistimewaan yang merupakan kelebihan mereka
dari manusia lainnya dikenal dengan sifat – sifat wajib rasul. Pertama, sifat benar atau
siddiq. Seorang rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatannya. Mustahil dia
berkata dusta. Sebab semua manusia diwajibkan mengikuti segala tutur katanya,
membenarkan dan meniru sikap hidupnya. Kedua, kepercayaan atau amanah. Seorang
rasul mustahil khianat, baik mengkhianati manusia lebih–lebih mengkhianati tuhan. Dia
wajib menunaikan amanat yang dibebankan kepadanya berlaku jujur sekalipun harus
ditebus dengan jiwa raganya. Ketiga, menyampaikan atau tablig. Seorang rasul mustahil
menyembunyikan sesuatu tentang apa yang telah diwahyukan Tuhan kepadanya. Segala
perintah atau larangan Tuhan yang diterimanya sebagai wahyu harus disampaikannya
dengan haq kepada manusia, baik itu pahit atau dianggap membahayakan dirinya, yang
benar wajib disampaikannya. Keempat, sifat kecerdasan atau fathanah. Artinya seorang
rasul mustahil seorang yang bodoh atau lemah akalnya akan tetapi dia wajib memiliki
kekuatan berfikir dan kemampuan rasio yang tinggi. Sebagai utusan Tuhan tentu sifat
kecerdasan wajib dia miliki dalam mengemukakan keterangan-keterangan dengan
argumentasi-argumentasi yang jitu sehingga manusia dapat mengerti dan memahami apa
yang disampaikan dan diajarkannya.

5
Ali- Al- Tantawi, Definisi Umum Tentang Aqidah Islamiyah, alih bahasa: Isnawati Ismail, (Jeddah: Daar al-
Manara, 2000) hlm. 177

9
Kemudian sifat-sifat materiil yang menyertainya ialah para rasul itu berasal dari
keluarga-keluarga dan keturunan yang terhormat. Rasul itu memiliki kesejahteraan
jasmaniah, wajah-wajah dan bentuk tubuh mereka menarik lagi sempurna. Artinya
mereka tidak mempunyai cacat jasmaniyah yang mana memungkinkan manusia jijik dan
menghindar dari padanya. 6

3. Jumlah nabi dan rasul


Tentang jumlah para nabi/rasul tidaklah diketahui secara pasti. Sebagian ulama
berkata rasul itu berjumlah 313 orang, dan nabi berjumlah 124000 orang. Dari sekian
banyak nabi/ rasul tersebut, mayoritas memang tidak manusia ketahui. Mengenai hal ini
Allah berfirman:

‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬


Dan Sesungguhnya Telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak kami ceritakan kepadamu. tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu
mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; Maka apabila Telah datang perintah Allah,
diputuskan (semua perkara) dengan adil. dan ketika itu Rugilah orang-orang yang
berpegang kepada yang batil.(al-Mukmin: 78)
Sebenarnya Al-quran tidak pernah menyebutkan jumlah mereka secara pasti.
Nama–nama nabi/rasul diabadikan Allah dalam al-quran ada 25. Delapan belas nama dari
mereka disebut dalam Q.S. Al-an‟am ayat 83 - 86, mereka adalah : Ibrahim, Ishaq,
Ya‟kub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun, Yakaria, Yahya, Isa, Hyasa,
Ismail, Ilyas, Yunus dan Luth. Yang tujuh lagi tersebar penyebutannya dalam surat-surat
lain, mereka itu adalah Adam, Idris, Shaleh, Syu‟aib, Hud, Zulkifli dan Muhammad
SAW.

4. Tugas para rasul


Sesungguhnya Allah Ta‟ala tidak mengutus para rasul kecuali untuk mengajarkan
kepada umat manusia tentang kebaikan, memberikan peringatan akan siksa Allah, dan
menjauhkan tindak kejahatan. Allah Ta‟ala berfirman: “manusia itu adalah umat yang
satu, (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi

6
Fathul Murid, Ilmu Tauhid/Kalam, (Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Kudus, 2009),
Hlm.44

10
kabar gembira dan pemberi peringatan” (al-Baqarah: 213). Para Rasul memiliki
kesamaan tugas, atau dengan istilah lain, mereka memangku suatu “walidatur risalah
Ilahiyah” (kesatuan misi ketuhanan). Syeh Muhammad Abduh berkata: nilai kedudukan
mereka diantara bangsa–bangsa, tak ubahnya seperti kedudukan akal pada diri tiap–tiap
orang. Tugas para rasul tugas rohaniah, misi spiritual. Mereka bertugas memimpin
manusia untuk mengenal Tuhannya dengan pengetahuan yang haq. Bertugas mengajar
manusia tentang akidah dan ibadah menurut garis Tuhan. Menuntun manusia dalam hidup
duniawi dan menyucikan rohaninya, bebas dari perbudakan hawa nafsu, agar menjadi
manusia berakhlaq mulia menjadi “insan kamil” (manusia sempurna). Mereka memimpin
manusia agar sadar dengan fitrahnya dan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Tegasnya
para rosul itu bertugas memimpin manusia agar hidup sejahtera dan bahagia di dunia dan
akhirat.

5. Mukjizat para rasul


Yang paling esensial yang menjadi bukti kerasulan seorang rasul ialah mu‟jizat.
Mu‟jizat adalah kemampuan luar biasa atau perbuatan ajaib yang dimiliki seorang rasul,
yang menyalahi kebiasaan. Ia tidak dapat ditandingi atau ditiru oleh manusia biasa. Setiap
rasul yang diutus oleh Tuhan, selalu dipersenjatai dengan mu‟jizat. Nabi Ibrahim
mendapat mu‟jizat dari Tuhan, tidak terbakar dalam api ketika dibakar oleh raja Namrud;
Nabi Musa mempunyai mu‟jizat dapat membelah laut merah dengan tongkatnya; Nabi
Sulaiman dapat mengerti bahasa-bahasa binatang dan memerintahnya; Nabi Isa dapat
menyembuhkan berbagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan manusia. Dan akhirnya
Nabi Muhammad SAW. Sebagai penutup seluruh nabi dan rasul, dari sekian banyak
mu‟jizat beliau ialah Al-quran.
Dengan adanya mu‟jizat ini manusia dengan rasio yang sehat dapat membenarkan
dan menerima seruan para rasul tanpa syak atau ragu. Karena bagi orang yang mau
berpikir adanya mu‟jizat ini, dapat membantu mereka dalam menerima ajaran yang
dibawa oleh para nabi dan rasul. Dengan adanya mukjizat ini pula, orang – orang kafir
atau yang menentang nabi dan rasul akan merasa di rugikan dan dipojokkan lagi, dan
meraka akan merasa dibuat tak berdaya untuk menolak risalah yang dibawa oleh para
nabi dan rasul.7

7
Fathul Murid, Ilmu Tauhid/Kalam, (Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Kudus, 2009),
Hlm.44

11
2.4 Iman kepada kitab-kitab Allah
Sebagai konsekuensi logis dari kepada malaikat ialah iman kepada wahyu Tuhan
atau kitab–kitabnya. Bahwa menurut murtada muthohari, iman kepada wahyu merupakan
salah satu ciri orang bertaqwa, oleh karena itu menurut sistem keyakinan islam, setiap
orang mukallaf wajib mengimani kitab – kitab yang diturunkan Tuhan kepada para rasul-
Nya.
Setiap Rasul yang diutus Tuhan kepada manusia dipersenjatai dengan kitab. Kitab
itulah yang menjadi pedoman pemimpin baginya dan kitab itulah yang menjadi namus
atau undang-undang untuk manusia yang dibimbingnya. Iman kepada kitab-kitab Allah
merupakan salah satu dari rukun iman. Wajib beriman kepada kitab–kitab Allah yang
pernah diturunkan kepada para rasul-Nya sebagainama sistem iman kepada rasul, maka
pengengkaran terhadap seluruh kitab Allah. Sebab itulah kita wajib beriman kepada kitab
yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim, Taurat yang diturunkan-Nya kepada Musa, Zabur
yang disampaikan kepada Nabi Daud, Injil yang diwahyukan kepada Nabi Isa putra
Maryam, dan yang terakhir Kitab Alquran yang di nuzulkan kepada Nabi Muhammad
SAW.
Kitab Taurat yang diwahyukan kepada Nabi Musa didalamnya terdapat berbagai
syariat dan hukum agama yang sesuai dengan tempat dan kondisi masa itu. Taurat
menerangkan akidah-akidah, yang benar, janji-janji Allah dan ancamannya. Dan dalam
Taurat ada keterangan yang tegas tentang akan datangnya nabi Muhammad SAW.
Sebagai kunci para nabi dan para rasul, untuk menggantikan ajaran- ajaran sebelumnya.
Kitab Zabur mengandung didalamnya beberapa doa, zikir, pengajaran dan hikmat.
Hukum agama dan syariat tidak ada didalamnya, karena nabi Daud dalam sejarah
kenabian mengikut dan menurut hukum Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa A.S..
Injil bertujuan menerangkan beberapa hukum dan mengajak manusia kembali kepada
akidah tauhid. Dan Injil bertugas mengadakan perbaikan agama bani Israil yang telah
kacau dan menyeleweng. Injil pun menarangkan tentang hal kedatangan kelak Nabi
Muhammad SAW. Kitab ini mengikut kepada Taurat Musa.
Al-Qur‟an sebagai sumber keyakinan menerangkan kepada kita bahwa kitab –
kitab Taurat, Zabur dan Injil tidak ada lagi diatas dunia ini. Adapun yang dianggap orang
sebagai Taurat, Zabur dan Injil sekarang ini berada ditangan orang–orang Yunani dan
Masehi, Al-Quran menjelaskan kepada kita bahwa kitab–kitab tersebut tidak asli lagi,
manusia menukar isinya dan mereka telah mencampur adukkan dengan buah pikiran
mereka sendiri.

12
Keistimewaan Al-Quran dan kitab – kitab yang lain.
 Fungsi Al-Qur‟an terhadap kitab suci lain.
1. Al-Quran membenarkan apa yang termasuk dalam kitab–kitab suci yang lain
akan tetapi juga menguji kemurniaan dari kitab – kitab suci yang lain.
2. Al-Quran sebagai korektor terhadap kitab – kitab suci lain sekarang ini.
3. Al-Quran sebagai penyempurna. Kitab – kitab dahulu tidak universal
ajarannya. Perundang–undangannya yang terkandung didalamnya pada
umumnya hanya sesuai dengan masa dan tempat dimana kitab- kitab itu
diturunkan. Berdasarkan atas kenyataan objektif kitab–kitab itu dan penegasan
Al-quran maka kita tidak boleh beriman kepada apa yang dinamakan kitab
Taurat, Zabur dan Injil sekarang ini.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ma‟rifah Al-Wasithah ini mempelajari keimanan kepada makhluk Allah yang
memperantarai kita untuk beriman kepada-Nya. Seperti yang kita ketahui bahwasannya
Allah telah menciptakan mahluk yang bernama malaikat. Tentunya Allah menciptakan
sesuatu pasti ada maksudnya, begitupun penciptaan malaikat. Malaikat adalah mahluk
gaib yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala manusia. Telah dijelaskan dalam al-
Qur‟an bahwasannya para malaikat memiliki tugas – tugas tertentu. Allah memerintahkan
manusia untuk beriman kepada malaikat.
Salah satu tugas malaikat yaitu menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi
dan rasul. Nabi dan rasul adalah manusia pilihan Allah yang ditugaskan untuk
memperbaiki ahklak umat manusia di dunia ini. Manusia diciptakan dengan tujuan untuk
menyembah Allah. Cara–cara penyembahan manusia kepada Allah dijelaskan oleh para
nabi dan rasul. Akan tetapi seiring berjalannya waktu manusia sering lalai dan
menyimpang dari ajaran nabi dan rasul, karena manusia adalah makhluk Allah yang
sering lupa dan berbuat salah. Oleh karena itu harus ada yang mengingatkan dan
membimbing manusia agar terhindar dari penyimpangan, nah inilah tugas dari nabi dan
rasul.
Dalam menyampaikan dakwahnya para nabi dan rasul dibekali oleh Allah
dengan kitab suci. Kitab - kitab suci ini berisikan ajaran–ajaran untuk mengesakan Allah
dan tuntunan dalam berhubungan dengan dengan sesama makhluk Allah. Dengan
mengimani dan mengamalkan isi kandungan dari kitab–kitab Allah manusia akan hidup
bahagia di dunia dan akhirat.
3.2. Saran
Kami meminta maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan
makalah ini. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki.
Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk segera melakukan perbaikan dengan
merujuk kepada pedoman dari berbagai sumber dan menerima kritik yang membangun
dari pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, Pustaka Progresif, Surabaya, 2002, h.


Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin ….,
Asy-Syafrowi, Mahmud. Mengundang Malaikat ke Rumah. Yogyakarta: Mutiara Media.
2010.
Al-mawsu‟ah lil-athfal al-muslimin (ensiklopedia untuk anak-anak muslim), jilid 3,
(Grasindo: Bandung, 2007)
Ali- Al- Tantawi, Definisi Umum Tentang Aqidah Islamiyah, alih bahasa: Isnawati Ismail,
(Jeddah: Daar al-Manara, 2000)
Fathul Murid, Ilmu Tauhid/Kalam, (Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN)
Kudus, 2009)
Fathul Murid, Ilmu Tauhid/Kalam, (Kudus: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN)
Kudus, 2009)

15

Anda mungkin juga menyukai