ILMU DAKWAH
DOSEN PENGAMPUH :
BAPAK Dr. H. NUKMAN, M.A.
OLEH :
AYU LESTARI
14320210011
B2
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “ILMU DAKWAH" dengan
sebaik-baiknya.
Tak lupa pula kita panjatkan shalawat dan salam kepada Nabi kita Nabi Muhammad
SAW. Yang telah membawa kita dari alam jahiliyah kealam yang terang benderang ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU DAKWAH . Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak “Dr. Nukman, M.A” sebagai dosen mata
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu Semoga
selesainya makalah ini bisa berguna bagi teman-teman yang sudah membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................1
C. TUJUAN.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN...................................................................................................8
B. SARAN...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam buku – buku keislaman seperti sejarah islam dan pembahasan lainnya kata
dakwah sering dipakai untuk menyebut aktifitas Nabi Muhammad SAW dalam
menyampaikan risalah kenabiannya. Ungkapan seperti al – da’wah al-muhammadiyah, al-
da’wah al-islamiyah, dan sebagainya yang sering dijumpai dalam berbagai literatur Bahasa
arab.
Menurut Muhammad al-rawi dakwah adalah pedoman yang lengkap tentang
perilaku manusia serta ketentuan hak dan kewajiban.
Adapun tujuan dakwah dalam pengertian ini adalah mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang du ridhai ole Allah SWTsesuai dengan segi
atau bidangnya masing- masing.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari ilmu dakwah
2. Apa unsur – unsur dakwah
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu dakwah
2. Untuk mengetahui apa saja unsur – unsur ilmu dakwah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Yang artinya :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
2
Menurut syekh ali mahfudz, dakwa adalah mengajak manusia untuk mengerjakan
kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari
perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagian di dunia dan akhirat.
2. Secara Epistimologi
Menurut Moh ali aziz, pengertian ilmu dakwah yang umum adalah :
1. ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajaran
islam kepada umat.
2. ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari gejala penyampaian agama dan
proses keagamaan dalam segala seginya.
Dari kedua pengertian tersebut sudah dapat dipahami bahwa ilmu dakwah
adalah ilmu yang membahas bentuk – bentuk penyampaian ajaran islam kepada seseorang
atau sekelompok orang khususnya menyangkut bagaiaman seharusnya menarik perhatian
manusia agar dapat menerima dan mengamalkan ajaran islam secara kaffah (utuh). Utuh
dalam arti tidak hanya menerima dan menjalankan aspek tertentu saja. Semua aspek agama
diterima dan diamalkan.
3. Secara Ontologis
Kata ontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu: ontos yang berarti “ada”,
dan logos yang artinya “ilmu”. Jadi, ontologi ialah ilmu tentang yang ada. Ontologi sendiri
adalah teori tentang ada dan realitas. Meninjau persoalan secara ontologis adalah
mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas. Jadi ontologi adalah bagian dari
metafisika yang mempelajari hakikat dan digunakan sebagai dasar untuk memperoleh
pengetahuan. Ontologi meliputi permasalahan apahakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inbern dengan pengetahuan yang tidak terlepas dari persepsi kita tentang apa
dan bagaimana ilmu itu.
1. Menurut Jujun S. Suriasumantri (2007), ontologi membahas apa yang ingin
kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian
mengenai teori tentang “ada”. Aspek ontologi dalam ilmu dakwah berkaitan dengan apa yang
menjadi objek kajian pada ilmu tersebut. Obyek kajian ilmu dakwah terbagi dua bagian,
yaitu: obyek material dan obyek formal.
2. Amrullah Achmad (1997) berpendapat, obyek material ilmu dakwah adalah
semua aspek ajaran Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah), hasil ijtihad serta realisasinya dalam
sistem pengetahuan, teknologi, sosial, hukum, ekonomi, pendidikan dan lainnya, khususnya
3
kelembagaan Islam. Sedangkan obyek formalnya yaitu kegiatan mengajak umat manusia
supaya kembali kepada fitrahnya sebagai muslim dalam seluruh aspek kehidupannya.
4. Secara Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari cara-cara yang berbeda
dimana sesuatu hal dapat baik atau buruk dan hubungan nilai dengan menilai di satu pihak
dan dengan fakta-fakta eksistensi objektif di pihak lain. Aksiologi adalah perluasan dari
cabang etika tradisional. Etika memusatkan perhatiannya pada nilai-nilai moral, aksiologi
memperluas diri dengan memusatkan perhatiannya pada semua jenis nilai. Nilai dalam etika
radisional diartikan sama dengan baik dan jahat, sedangkan dalam aksiologi, nilai memiliki
arti lebih luas lagi meliputi baik dan buruk/jahat (dalam pengertian etika), indah dan jelek
(dalam pengertian estetika), serta benar atau salah (dalam pengertian logika). Aksiologi
adalah teori tentang nilai dalam berbagai makna yang dikandungnya.
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, aksiologi dapat dipahami
sebagai bidang telaah terhadap ilmu yang mempertanyakan tujuan ilmu: apakah teori ilmu itu
hanya merupakan penjelasan objektif terhadap realitas atau teori ilmu merupakan
pengetahuan untuk mengatasi berbagai masalah yang relevan dengan realitas bidang kajian
ilmu yang bersangkutan. Tujuan dasar ilmu menurut beberapa ahli tidak selalu sama, seperti
dikutip, Fred Kerlinger berpendapat bahwa tujuan dasar ilmu hanyalah menjelaskan realitas
(gejala yang ada), bagi Bronowsky tujuan ilmu adalah menemukan yang benar sedangkan
menurut Mario Bunge tujuan ilmu adalah lebih dari sekedar menemukan kebenaran. Akan
tetapi, juga mendapatkan kesejahteraan dan kekuasaan. Menurut Mahdi Ghulsani (1986)
tujuan ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tujuan ilmu dakwah dengan
merujuk pada beberapa ayat Al-Quran yang relevan, adalah untuk menjelaskan realitas
dakwah sebagai suatu kebenaran (QS. Fushilat: 53), mendekatkan diri kepada Allah sebagai
kebenaran (QS. Al-Dzariyat: 56), dan merealisasikan kesejahteraan untuk seluruh
alam/Rahmatan lil Alamin (QS. AlAnbiya: 107) (Saputra, 2011, hal 130).
Aksiologis berarti teori tentang nilai, dalam kaitannya dengan Ilmu Dakwah
yang secara etimologis berarti panggilan/ajakan untuk memahami kebenaran (teologis) Islam,
maka nilai kebenaran mendasar merupakan landasan aksiologis bagi pengembangan dakwah.
Kedudukan dakwah sebagai ilmu, dapat ditemukan pada argumen yang dapat menjawab
sejauh mana dakwah memiliki kriteria sebagai ilmu. Kriteria tersebut mencakup: pertama,
sejauh mana dakwah memiliki argumen atas struktur yang jelas dari ilmu yang
4
menyampaikan dan mengajak orang untuk mengakui kebenaran teologis tertentu (Hadi, 2011,
hal 130).
Kejelasan struktur menjadi sangat penting, karena kebenaran yang hendak
disampaikan oleh Ilmu Dakwah pada dasarnya merupakan kebenaran transendental yang
sering “tidak terjangkau” oleh sudut pandang ilmiah yang secara mayoritas dianut oleh
ilmuwan itu sendiri. Kedua, menyangkut kejelasan Ilmu Dakwah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara sistematik. Ketiga, menyangkut pertanggungjawaban
metodelogis dakwah sebagai Ilmu. setiap ilmu pengetahuan disamping harus dapat
menjelaskan apa yang menjadi obyek kajiannya atau obyek materialnya, juga harus dapat
mempertanggungjawabkan sudut pandang atau obyek formal yang dipakai memahami obyek
kajiannya.
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun
perbuatan yang baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga.
Kata da’i ini secara umum sering disebut dengan mubaligh (orang yang
menyempurnakan ajaran islam) namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat
sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan sebagai orang yang
menyampaikan ajaran islam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang
yang berkhutbah), dan sebagainya.
Da’i juga harus tahu apa yang disajikan dakwah tentang Allah, alam semesta, dan
kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi, terhadap
prablema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk
menjadikan agar pemikiran dan prilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.
5
2. Mad’u (penerima dakwah)
Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran
dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai
kelompok, baik manusia yang beragama islam maupun tidak, atau dengan kata lain
manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan firman Allah QS. Saba’ 28:
Artinya: “Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada yang mengetahui”. (QS. Saba’: 28)
Unsur lain selalu ada dalam proses dakwah maddah atau materi dakwah. Ajaran
islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat di kelompokkan
sebagai berikut:
b. Syari’ah, meliputi :
2) Muamallah
c. Akhlaq, meliputi :
6
2) Akhlaq terhadap makhluk
Unsur dakwah yang ke empat adalah wasilah (media dakwah), yaitu alat yang
dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada mad’u.
5. Thariqah (metode)
Metode dakwah, adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam). Sebagaimana yang tertulis dalam al-
Qur’an surat an-Nahl ayat 125:
َ ك بِ ۡٱل ِح ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡو ِعظَ ِة ۡٱل َح َسنَ ۖ ِة َو ٰ َج ِد ۡلهُم بِٱلَّتِي ِه َي َأ ۡح َس ۚنُ ِإ َّن َربَّكَ ه َُو َأ ۡعلَ ُم بِ َمن
ض َّل عَن َسبِيلِ ِهۦ َوه َُو َأ ۡعلَ ُم ُ ۡٱد
ِ ِع ِإلَ ٰى َسب
َ ِّيل َرب
١٢٥ َبِ ۡٱل ُم ۡهتَ ِدين
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bawah ilmu dakwah adalah ilmu
yang membahas bentuk – bentuk penyampaian ajaran islam kepada seseorang atau
sekelompok orang khususnya menyangkut bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia
agar dapat menerima dan mengamalkan ajaran islam secara kaffah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, dalam kegiatan atau aktivitas
dakwah perlu diperhatikan unsur –unsur yang terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa
lain adalah komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah, yang
meliputi: dai, mad’u, materi, media dan metode dakwah.
B. SARAN
Adanya makalah ini penyusun lebih memahami lagi apa pengertian ilmu dkwah
dari berbagai segi dan bagaimana unsur-unsur dakwah tersebut. Penyusun juga berharap
adanya makalah ini bisa bermanfaat kepada teman – teman yang sudah membacanya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Karisna, nila noer. 2022. Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi dalam Perspektif Filsafat
Ilmu Dakwah di Era Komunikasi Digital. Vol 2 No 1, The Journal of Islamic Communication
and Broadcasting.