Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SOSIOLOGI DAKWAH
“Prespektif Sosiologi Dakwah”
Dosen Pengampu :
Andhita Risko Faristiana, S.H.I MA.

Disusun oleh kelompok 4 :


1. Iis Setyoputri (302190003)
2. Roqy ‘Irfaan Lahut (302190055)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
IAIN PONOROGO
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan tanpa suatu halangan apapun. Kami
juga mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,baik itu
berupa kesehatan fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan
pembutan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Sosiologi Dakwah dengan judul “Prespektif
Sosiologi Dakwah”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi serta bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Ponorogo,22 Februari 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Definisi Psikologi Dakwah..........................................................................................................5
B. Tujuan Psikologi Dakwah..........................................................................................................6
C. Ruang Lingkup Psikologi Dakwah............................................................................................7
D. Sasaran Psikologi Dakwah.........................................................................................................7
E. Sejarah Perkembangan Psikologi Dakwah...............................................................................8
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada harfiahya manusia diciptakan sebagai khalifah fil ardl yang mana sebagai
penjaga dibumi ini, terlepas dalam hal tersebut manusia juga memiliki kewajiban untuk
berdakwah yakni menyerukan hal baik kepada manusia lainnya atau yang biasa kita kenal
sebagai dakwah. Dalam dakwah sendiri indeks keberhasilan atau goals dari dakwah itu
sendiri yakni adanya perubahan sikap atau jiwa dari pendengar yang notabennya tergugah
jiwa nya untuk melakukan tindakan kebaikan sesuai dengan seruan dakwah penda’i. Karena
itu dalam ilmu dakwah perlu juga adanya ilmu yang mendalami psikologi sebagai bacaan
atau alat ukur terhadap pembacaan materi, sasaran maupun strategi pendakwah perhadap
audiens nya.
Dalam segi pendakwah mempelajari ilmu psikologi akan sangat banyak membantu
dalam berjalannya kegiatan dakwah tersebut seperti halnya dapat memungkinkan mengenal
berbagai aspek atau prinsip yang dapat membantunya dalam menelaah tingkah laku manusia
dengan lebih kritis atau mendasar dan juga dapat memberikan pengertian yang lebih
mendalam terhadap audiensnya. Karenanya penting bagi pendakwah untuk mempelajari ilmu
psikologi sebagai pendukung dalam melaksanakan tujuan berdakwah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Psikologi Dakwah
2. Apa tujuan dari Psikologi Dakwah
3. Apa saja yang menjadi ruang lingkup Psikologi Dakawah
4. Siapa saja yang menjadi sasaran Psikologi Dakwah
5. Bagaimana sejarah perkembangan Psikologi Dakwah

C. Tujuan
1. Mengetahui defnisi dari Psikologi Dakwah
2. Mengetahui tujuan dari Psikologi Dakwah
3. Mengetahui ruang lingkup Psikologi Dakwah
4. Mengetahui sasaran dari Psikologi Dakwah
5. Mengetahui perkembangan dari Psikologi Dakwah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Psikologi Dakwah


Secara harfiah, psikologi artinya ‘ilmu jiwa’, berasal dari kata Yunani psyce
‘jiwa’ dan logos ‘ilmu’. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ilmu tentang jiwa.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai gambaran
dari keadaan jiwanya. Adapun dakwah merupakan usaha mengajak manusia agar
beriman kepada Allah SWT dan tunduk kepada-Nya dalam kehidupan di dunia ini,
dimanapun ia berada dan bagaimana pun situasi serta kondisinya. Dengan demikian,
psikologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan
gambaran dari kejiwaannya guna diarahkan kepada iman takwa kepada Allah SWT. Bila
disederhanakan bisa juga dengan pengertian, dakwah dengan pendekatan kejiwaan.Pengertian
dari Psikologi Dakwah yaitu Psikologi dan Ilmu Dakwah. Pengetahuan tentang Ilmu Jiwa
atau Psikologi diperlukan karena Psikologi Dakwah memang merupakan bagian dari
Psikologi, yakni Psikologi Terapan. Ilmu Dakwah juga sangat relevan karena Psikologi
Dakwah ini adalah ilmu bantu bagi kegiatan dakwah. Boleh jadi pengguna ilmu ini adalah
da’i yang psikolog yang suka berdakwah.
1. Pengertian Psikologi
Secara sederhana Psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Sedangkan pengertian atau definisi yang
lebih terperinci menyebutkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode observasi secara obyektif, seperti
terhadap rangsang (stimulus) dan jawaban (respon) yang menimbulkan tingkah laku. Definisi
tersebut di atas mengesankan bahwa kegunaan psikologi terbatas hanya untuk menguraikan
atau mengungkap apa yang ada di balik tingkah laku manusia. Dalam keadaan tertentu,
kebutuhan seseorang memang dapat saja terbatas hanya ingin mengetahui faktor kejiwaan
apa yang menyebabkan tingkah laku tertentu orang lain, tapi disaat yang lain, misalnya bagi
seorang yang sedang merencanakan suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang dimana
banyak
kemungkinan bisa terjadi, maka psikologi dapat membantunya meramalkan kira-kira tingkah
laku apa yang bakal dilakukan oleh sebagian atau keseluruhan dari orang-orang yang
diamatinya.
Robert S. Wood-Worth berpendapat bahwa psikologi adalah: ilmu pengetahuan yang
mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut dapat
dilepaskan dari lingkungannya. Pelaksanaan secara ilmiah dari psikologi dilakukan dengan
jalan: mengumpulkan dan mencatat secara teliti tingkah laku manusia selengkap mungkin,
dan berusahamenjauhkan diri dari segala prasangka.
2. Pengertian Dakwah
Secara istilah dakwah berarti mendorong atau memotivasi manusia untuk melakukan
kebajikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka untuk berbuat makruf dan
mencegah kepada yang munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

5
Dakwah menurut epistemologi yang berasal dari bahasa Arab, kata dakwah berbentuk Isim
Masdar yaitu bermakna panggilan, ajakan atau seruan. Dalam bahasa Arab, da’wat atau
da’watun biasa digunakan untuk artiarti: undangan, ajakan dan seruan yang kesemua
menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi pihak lain.
Ukuran keberhasilan undangan, ajakan atau seruan adalah manakala pihak kedua yakni yang
diundang atau diajak memberikan respon positif yaitu mau datang dan memenuhi undangan
itu. Jadi kalimat dakwah mengandung muatan makna aktif dan menantang, berbeda dengan
kalimat tabligh yang artinya menyampaikan.
Ukuran keberhasilan seorang muballigh adalah manakala ia berhasil menyampaikan
pesan Islam dan pesannya sampai (wama ‘alaina illa al balagh), sedangkan bagaimana
respon masyarakat tidak menjadi tanggung jawabnya. Dari sini kita juga dapat menyebutkan
apa sebenarnya tujuan dari dakwah itu sendiri? Adapun tujuan dari dakwah adalah untuk
menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang
dibawakan oleh aparat dakwah/da’i. Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa
dakwah ialah usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku
seperti apa yang didakwahkan oleh da’i. Setiap da’i agama pun pasti berusaha mempengaruhi
orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama mereka. Dengan
demikian pengertian dakwah Islam adalah upaya mempengaruhi orang lain agar mereka
bersikap dan bertingkah laku islami (memeluk agama Islam). Sebagai perbuatan atau
aktifitas, dakwah adalah peristiwa komunikasi dimana da’i menyampaikan pesan melalui
lambang-lambang kepada mad’u, dan mad’u menerima pesan itu, mengolahnya dan
kemudian meresponnya. Jadi, proses saling mempengaruhi antara da’i dan mad’u adalah
merupakan peristiwa mental.
B. Tujuan Psikologi Dakwah
Psikologi dakwah merupakan perpaduan dari dua disiplin ilmu yang berbeda, maka
untuk memberi pengertian tentang obyek psikologi dakwah ini, kita coba terlebih dahulu
untuk mencoba meletakkan dasar pertemuan dengan jalan meminjam data dari kedua lapisan
ilmu tersebut kemudian atas dasar itu maka kita dapat menemukan obyek pembahasan
tersendiri. Psikologi dakwah merupakan kesatuan analisis terhadap tingkah laku manusia
melalui pendekatan psikologi dan dakwah geologis yang terdisipliner. Sebagai pembahasan
yang mempedomani psikologi, maka psikologi dakwah ini termasuk di dalam ruang lingkup
pembicaraan psikologi teoritis khusus, dan juga dalam psikologi praktis aplikatif. Dengan
mengacu pada pengertian psikologi, maka dapat dirumuskan bahwa psikologi dakwah ialah
ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku manusia
yang terkait dalam proses dakwah. Psikologi dakwah berusaha menyingkap apa yang
tersembunyi dibalik perilaku manusia yang terlibat dalam dakwah, dan selanjutnya
menggunakan pengetahuan itu untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan dari dakwah itu.
Pada hakikatnya psikologi dakwah sebagai ilmu pengetahuan bertugas
mempelajari/membahas tentang gejala-gejala hidup kejiwaan, baik dari da’i maupun mad’u
yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah. Tugas psikologi dakwah adalah memberikan
landasan dan pedoman kepada metodologi dakwah, karena metodologi baru dapat efektif
dalam penerapan kerja bila mana didasarkan atas kebutuhan hidup manusia sebagaimana
ditunjukkan kemungkinan pemuasnya efek psikologi. Dengan memperhatikan faktor-faktor
perkembangan psikologis beserta ciricirinya, maka pesan dakwah yang disampaikan oleh juru
dakwah akan dapat meresap dan diterima dalam pribadi sasarannya dan kemudian

6
diamalkannya kepada perasaan yang tulus tanpa adanya ganjalan karena hal tersebut dapat
menyentuh dan memuaskan kehidupan rohaninya. Disinilah letak titik berat strategi-strategi
dakwah yang sebenarnya yaitu menerima pesan dakwah dengan ikhlas sekaligus
mempraktekkannya.
C. Ruang Lingkup Psikologi Dakwah
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kalimat da’watun dapat diartikan dengan
undangan, seruan atau ajakan, yang kesemuanya menunjukkan adanya komunikasi antara dua
pihak dimana pihak pertama (da’i) berusaha menyampaikan informasi, mengajak dan
mempengaruhi pihak kedua (mad’u). pengalaman berdakwah menunjukkan bahwa ada orang
yang cepat tanggap terhadap seruan dakwah ada yang acuh tak acuh dan bahkan ada yang
bukan hanya tidak mau menerima tetapi juga melawan dan menyerang balik. Proses
penyampaian dan penerimaan pesan dakwah itu dilihat dari sudut psikologi tidaklah
sesederhana penyampaian pidato oleh da’i dan didengar oleh hadirin, tetapi mempunyai
makna yang luas, meliputi penyampaian energi dalam sistem syaraf, gelombang suara dan
tanda-tanda. Ketika proses suatu dakwah berlangsung, terjadilah penyampaian energi dari
alat-alat indera ke otak, baik pada peristiwa penerimaan pesan dan pengolahan informasi,
maupun pada proses saling mempengaruhi dari kedua belah pihak.
D. Sasaran Psikologi Dakwah
Sasaran Dakwah Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila
dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah
berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah perlu mendapatkan
konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari
kota besar.
2. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan
berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
3. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial kultural
berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam
masyarakat di Jawa.
4. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia
berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
5. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari okupasinal (profesi,
atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri
(administrator).
6. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial
ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
7. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin berupa
golongan wanita, pria dan sebagainya.
8.Sasaran berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa golongan
masyarakat tunasusila, tunawisma, tunakarya, narapidana dan sebagainya.

7
Dan jika disebutkan secara general, sasaran dakwah ini adalah meliputi semua
golongan masyarakat. Walaupun masyarakat ini berbeda dan masing-masing memiliki ciri-
ciri khusus dan tentunya juga memerlukan cara-cara yang berbedabeda dalam berdakwah,
perlu kita lihat dulu siapa mad’unya, dari golongan mana agar apa yang akan kita dakwahkan
dapat diterima dengan baik oleh mad’u.
E. Sejarah Perkembangan Psikologi Dakwah
1. Sejarah Dakwah
Sejarah dakwah dapat diartikan sebagai peristiwa masa lampau umat islam dalam
upaya mereka menyeru, memanggil dan mengajak umat manusia pada islam serta bagaimana
reaksi umat yang diseru dan perubahan-perubahan apa yang terjadi setelah dakwah
digulirkan, baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan aspek kesejarahan yang
dipotret adalah aktivitas umat dalam memenuhi perintah Allah swt untuk menyebarkan
agama, membina masyarakat, melakukan transformasi sosial budaya, memelihara agama dan
mempertahankannya dari serangan serangan musuh Islam. Sejarah agama dalam rentang
masa yang begitu panjang mengalami pasang surut. Akan tetapi, sejarah dakwah itu pada
hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari sejarah dakwah itu sendiri. (Wahyu Ilahi, 2010:66).
Sejarah perkembangan dakwah pada periode Nabi Muhammad dan Khulafa al-
Rasyddin. Sejarah dakwah Nabi Muhammad dapat dibagi dalam dua fase, fase Mekkah dan
fase Madinah. Fase Mekkah mulai semenjak Rasulullah menerima wahyu pertama di gua
Hira, sedangkan pada fase Madinah dimulai ketika Nabi Muhammad menerima wahyu untuk
berhijrah ke Madinah menerima wahyu untuk berhijrah ke Madinah pada saat orang-orang
Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad dan para pengikutnya.
Kemudian dilanjutkan para khulafaur rasyidiin kemudian dilanjutkan Periode umayyah,
"Abasiyah, dan utsmani. Periode ini adalah masa dinasti Umayyah, Abasiyyah, dan utsmani
(tabiin-tabi' tabiin). Periode ini dimulai dengan berdirinya Dinasti Bani Umayyah oleh
Mu'awiyyah bin abi Shafyan pada tahun keempat puluh Hijriyah pada tahun 1343 H/1924 M.
Pada zaman modern ini ada yang mengambil bentuk dakwah yang bermacam-macam, ada
yang berdakwah secara personal, ada juga yang bergerak secara berkelompok. (H.M Arifin,
1991: 32-33).
Islam adalah agama dakwah. Islam disebarluaskan dan diperkenalkan kepada umat
manusia melalui aktivitas dakwah, tidak melalui kekerasan, pemaksaan atau kekuatan senjata.
Islam tidak membenarkan pemeluk-pemeluknya melakukan pemaksaan terhadap umat
manusia, agar mereka mau memeluk agama islam. Setidak-tidaknya ada dua alasan, mengapa
islam tidak membenarkan pemaksaan tersebut: (1) Islam adalah agama yang benar dan
ajaran-ajaran islam sama sekali benar dan dapat diuji kebenarannya secara ilmiah, dan (2).
Masuknya iman kedalam kalbu setiap manusia merupakan hidayah Allah swt, tidak ada
seorangpun yang mampu dan berhak memberi hidayah ke dalam kalbu manusia kecuali Allah
swt. (Masyhur Amin, 1997:1997).
2. Sejarah Psikologi
Di penghujung abad XX sejenak kita merenungi karakteristik abad kita ini sambil
mencoba membayangkan corak kehidupan bagaimana yang berkembang pada abad
mendatang. Abad XX di satu pihak di tandai oleh perkembangan sains dan teknologi yang
pesat luar biasa. Perkembangan IPTEK ini berhasil menciptakan perabadaban modern yang

8
menjadikan berbagai kemajuan dan kemudahan bagi mereka yang berhasil memenuhi segala
tuntutan modernisasi. Sebuah peluang dan sekaligus tantangan akhir abad XX untuk
meningkatkan taraf kehidupan yang dapat di penuhi hanya dengan bekerja keras dan bukan
dengan bersantai santai. (Djamaludin Ancok, 2011: 191)
Beberapa abad sebelum masehi, para ahli pikir Yunani dan Romawi telah berusaha
mengetahui hidup kejiwaan manusia dengan cara cara yang bersifat spekulatif. Pada zaman
ini psikologi masih dalam ruang lingkup filsafat, para ahli menyebutnya filsafat rohaniah.
karena mereka berusaha memahami jiwa melalui pemikiran filosofi dan merupakan bagian
dari filsafat. Salah satu filusuf pada saat ini Plato dan Aristoteles. Sejarah dengan dinamika
hidup masyarakat untuk senantiasa mencari pemuasan dalam segala aspek kehidupannya.
maka fikiran manusia pun mengalami perkembangan yang bertendesi ke arah pemuasan
hidup ilmiah nya yang semakin sempurna. Mulai zaman humanisme sistem dan metode
berfikir manusia tidak lagi bersifat spekulatif, melaikan menuntut sistem dan metode yang
bersifat rasionalistis. Di antara ahli pikir pada masa ini adalah Thomas Aquinas dan Jhon
Locke. (H.M.Arifin, 1991:32-33).
B. Psikologi dalam Perspektif Islam, Barat dan Timur
Elisabeth Lukas, seorang logoterapis kondang, mencatat salah satu prestasi penting
dari proses modernidasi di dunia Barat, yakni melepaskan diri dari berbagai belenggu tradisi
yang serba menghambat, sekaligus berhasil meraih kebebebasan (freedom) dalam hampir
semua bidanh kehidupan. Tradisi orang tua menjodohkan anaknya atasa dasar pertimbangan
sosial-ekonomi telah berhasil dihilangkan dan diganti demgam kebebasan anak untuk
menentukan pilihan atas dasar pertimbangan dan keinginan sendiri. Tetapi data statistic
menunjukkan angka perceraian makin lama makin tinggi. Kaum wanita berhasil
mengembangkan karir professional di luar fungsi tradisional mereka berbagai istri semata-
mata. Keberhasilan meraih karir setara kaum pria ini tidaka jarang diwarnai dengan konflik
peran antara tuntunan professional dengan tanggung jawab kekeluargaan. Pembebasan diri
dari aturan-aturan estetika seni tradisional mengakibatkan seni modern makin sulit dipahami
dan dihayati, karena ungkapan estetisnya main "tidak berbentuk". Asas asas dan tuntutan
keagamaan yang makin rasional sering berubah-ubah seiring dengan mendangkalnya
penghayatannya. Agama di Barat seakan akan telah kelihangan fungsinya sebagai pedoman
hidup dan sumber ketenangan batin. Pandangan Elisabeth Lukas menegenai kebebebasan
yang berhasil dikembangkan pada era modern tersebut menunjukkan bahwa tanpa diimbangi
tanggung jawab dan kematangan sikap, maka kebebabsan itu tidak berhasil mendatangkan
ketentraman dan rasa aman. Bahkan dapat menyuburkan penghayatan hidup tanpa makna dan
kesewenagn-wenangan. (Djamaludin Ancok, 2011:192-193)
1. Psikologi di Lingkungan Islam
Untuk mengkaji lebih jauh psikologi Barat, maka kita harus menelusuri kembali abad-
abad lampau untuk dapat memahami langkah awal kebebasanya dari kajian filsafat dengan
diikuti dengan kemunculanya secara "ilmiah". Dengannya pula kita dapat mengetahui arah
kajian ini dan juga mazhab yang mengembangkannya. Begitu pula langkah yang harus di
tempuh bila kita ingin mengkaji kajian psikologi di lingkungan islam. Kita di tuntut untuk
menelusuri sejarahnya dan memahami keadaan yang membuat masalah kejiwaan akhirnya di
bahas dalam lingkungan islam. Untuk bisa memahami kajian psikologi masa kini di
lingkungan islam, maka kita harus memiliki informasi tentang kondisi yang menyertai di

9
mulainya kajian psikologi itu sendiri yang di tandai dengan penyusunan kurikulumnya.
Kitapun harus memahami adanya gesekan gesekan pemikiran dengan pola pikiran yang ada
di barat, khususnya pada para utusan yang belajar di barat di saat mereka kehilangan
gambaran yang jelas akan apa yang harus di pahami dari suatu lingkungan yang islami hingga
mereka bisa mengadaptasikan konsep yang di pelajarinya dengan baik.Perpindahan psikologi
ke lingkungan islam tidak melalui cara yang tepat. Muncullah banyak buku yang mengkritik
konsep yang ada di dalamnya dari sisi pandang islam. Buku tersebut tidak hanya menukil
sebagian pernyaan yang ada dalam konsep tersebut namun juga mengulas keseluruhan
sejarah kemunculan konsep dalam ilmu psikologi secara umum, krisis yang di hadapinya dan
kemungkinan-kemungkinan yang bisa di lakukan kaum muslim untuk bisa mengatasi krisis
tersebut, baik dalam skala regional maupun internasional. Perubahan ini (yakni kritik atas
psikologi umum) berdatangan dari sebagian ilmuan yang telah mengasimilasi psikologi
dengan ilmu islam. (Muhammad Izzuddin Taufiq, 2006: 13,14,18).
2. Studi Psikologi Timur
Agama Timur sebenarnya banyak berisi psikologi. Sebagai contoh ajaran Buddha
banyak berisi psikologi. Buddhisme diajarkan oleh Buddha Gautama 536-483 SM di India.
Dan sesudah Buddha Buddha Gautama wafat lalu terjadilah aliran-aliran Buddhisme,
misalnya Mahayana dan Hinayana. Dalam dunia Agama Islam, tokoh-tokoh yang
mempelajari ilmu pengetahuan termasuk psikologi adalah gerakan Sufisme. Pada bangsa
Yahudi, kelompok Kabbalis memperhatikan transformasi psikologis. Banyak sarjana yang
menulis atau mempelajari tentang ajaran agama, diantaranya ialah:
a. Patanjali adalah penulis ajaran Buddha yang terkenal. Lainnya Shankara.
b. Huston Smith (1959) menulis The Religion of Man.
c. Nyanatiloka, penulis kamus Buddhisme, 1972.
Buku Abhidamma dalam bahasa Pali dan Abhidharma dalam bahasa Sangsekerta.
Buku tersebut berisi psikologi Buddhisme menurut wawasan-wawasan Buddha Gautama
yang dianut oleh Buddha Theravada. Abhidamma dapat dipandang sebagai teori kepribadian
dan juga sebagai buku psikologi Asia. Psikologi Asia ini telah hidup selama 2000 tahun.
Banyak teori meditasi Barat diambilkan dari meditasi transendental, Zen, dan sebagainya.
Sarajan psikologi Barat yang dipandang tahu psikologi Timuradalah C.G. Jung, karema Jung
bersahabat dengan Henrich Zimmer, seorang ahli Timur. Jung juga memberi kata pengantar
buku-buku yang ditulis D.T. Suzuki, sarjana Zen (1974), dan Richard Whilhem (1962);
penerjemah bebas I Ching dan naskah-naskah lain yang berisi ajaran Tao dari Cina. Angyal
dan Maslow dengan teori holistic juga menyebarkan psikologi dakwah Timur. Tokoh-tokoh
humanism Burber dan Fromm, tokoh ekstensialis Boss dan gerakan psikologi transpersonal,
banyak membaca sastra Timur. Ajaran pada psikologi Timur adalah usaha mengembangkan
suatu pengetahuan sistematis tentang budi manusia, pendekatan psikologi Asia dengan
introspeksi dan pemeriksaan diri sendiri yang menuntut banyak waktu dan energy. Maslow
juga mempelajari psikologi Timur. (Ki Fudyartanto,2003: 1,2,6)

3. Psikologi dalam Kebudayaan Barat

10
Pencerahan memiliki makna yang berbeda dengan kebudayaan Barat, hal itu
merupakan istilah bagi gerakan filsafat padda abad kedelapan belas yang menekankan nilai
penting akal, yang juga istilah bagi tradisi psikologi yang dibangun sejak Yunani Klasik dan
kemudian mencapai puncaknya untuk kemudian mengalami kemunduran pesat sesudahnya.
Seperti yang disimpulkan oleh Fromm (1951), para filsuf Pencerahan, yang juga adalah para
pengikut dari jiwa, berbicara bkan atas nama pembebasan atau pencerahan mistis, namun
berbicara berdasarkan otoritas. akal, tentang kebahagiaan manusia dan pengungkapan
jiwanya. Mereka menegaskan bahwa kebahagiaan akan dicapai apabila manusia meraih
kebebasan diri, dan mendorong manusia menghilangkan keberadaan eksistensi yang penuh
ilusi dan ketidakpedulian, dan mendorong peneguhan akan kemerdekaan manusia dan
kekangan politis. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa psikologi Barat, karena tidak lagi
yakin dengan pokok kajiannya, jiwa, maka dalam pandangan Rajneesh, bukan psikologi yang
benar sama sekali, sedangkan sebagian besar ahli psikologi Barat akan menolak tradisi
spiritual esoteric dari Timur dalam membentuk psikologi suatu pemahaman yang keliru.
Pokok yang penting dalam hal ini adalah lebih dari sekedar perdebatan etimologi.hal itu
berkaitan dengan yang membentuk pokok kajian psikologi yang paling tepat, dan hal itu
menunjukkan tradisi pemikiran yang berbeda-yang sesungguhnya sangat "berjuwa"-dari
kedua kebudayaan dimana kedua tradisi pemikiran itu berasal. Di Timur, di mana psikologi
berakar dalam tradisi mistisisme, penekanan lebih diberikan pada aspek spiritual, subjektif,
dan individual, dan etos dominannya bersifat humanis, sementara dalam psikologi Barat
berakar pada tradisi sains, (Helen Graham, 2005: 28,35).
C. Perkembangan Pemikiran Psikologi Dakwah di Indonesia
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang baru, Psikologi Dakwah yang pada hakikatnya
merupakan bagian dari psikologi Islam dimana sumber landasan utamanya adalah al-Qur'an
dan as-Sunnah. Perkembanganpun sejalan dengan perkembangan pemikiran psikologi dalam
Islam. Kegiatan dakwah di Indonesia sampai abad XX umumnya berjalan secara alamiah
karena merupakan panggilan hati untuk melaksanakan kewajiban berdakwah bagi setiap
muslim. Namun belum banyak lembaga bahkan kebijakan pemerintah yang secara khusus
mempersiapkan para calon Da'i/Muballigh dengan seperangkat ilmu dan keterampilan untuk
mendukung kegiatan dakwah tersebut. Kehadiran ilmu khusus yang bisa membantu kegiatan
dakwahpun semakin urgen. Psikologi Dakwah dirasakan penting kehadirannya untuk
membantu mengefektifkan pelaksanaan dakwah dan memaksimalkan hasil dari kegiatan
dakwah itu sendiri. Di Indonesia, ilmu ini dirintis oleh H.M. Arifin sekitar tahun 1990.
Menurutnya bahwa psikologi dakwah merupakan landasan dimana metodologi dakwah
seharusnya dikembangkan agar kegiatan dakwah semakin efektif dan efisien. Harapannya
psikologi dakwah bisa membantu para Da'i dan para penerang agama untuk memahami latar
belakang hidup naluri manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengetahuan tentang perilaku manusia amat diperlukan untuk mengetahui sisi-sisi psikologi
dan kejiwaan manusia. Dengan mengetahui sisi-sisi kejiwaan manusia, maka akan menjadi
mudah diketahui unsur-unsur kejiwaan sehingga ketika menyampaikan pesan-pesan dakwah,
dapat mudah diterima oleh objek dakwah. Psikologi dakwah merupakan alat bantu bagi juru
dakwah untuk memperoleh pengertian yang lebih dalam tentang bagaimana penyampaian
materi dakwah kepada sasaran agar mampu memberikan dorongan, mengadakan perubahan,
mengingatkan dan mengarahkan serta memberi keyakinan kepada tujuan dakwah. Kajian
psikologi dakwah meliputi sebuah kajian analisis yang bertujuan untuk mengabdi pada Allah
dan RasulNya dalam arti untuk mengembangkan ajaran Islam dengan pendekatan psikologi,
untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kafie, M. Psikologi Dakwah, Surabaya: Offset Indah, 1993


Kartono, Kartini. Psikologi Umum, Bandung: Mandar Maju, 1996
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. Pustaka Firdaus: Jakarta. 1997

13

Anda mungkin juga menyukai