Anda di halaman 1dari 4

Lembar kasus

Mengapa Aminah Mati?

Aminah namanya, umurnya 23 tahun. Ia mati setelah melakukan pengguguran kandungan


yang dilakukan oleh seorang dukun urut. Tapi mengapa Aminah sampai ke dukun urut?
Inilah ceritanya.
Tanpa sempat menyelesaikan pendidikan SLTP nya, Aminah berangkat dari desanya di Jawa
untuk bekerja di Bandung Jawa Barat. Bersama kawan-kawan sekampungnya ia bekerja pada
sebuah pabrik industri garment.
Ketika masih sekolah di desanya, Aminah sebenarnya terhitung anak yang pandai, disenangi
kawan-kawannya dan sangat menyenangi kegiatan kemasyarakatan. Dia juga sangat
menyukai kegiatan Pramuka dan aktif di masjid kampung di bawah asuhan Kyai Satir.

Tapi, Aminah tak dapat menyelesaikan pendidikannya. Keadaan ekonomi keluarganya tak
memungkinkan bagi Aminah terus melanjutkan sekolahnya. Sebab adik laki-lakinya sudah
tamat SD dan berkeinginana untuk melanjutkan sekolah juga. Karena biaya yang tersedia
sangat terbatas, akhirnya Aminah bersedia untuk menghentikan sekolahnya. Sebetulnya Kyai
Satir bersedia menolong Aminah membiayai sekolahnya asal setelah tamat sekolah bersedia
jadi istri kedua. Ayah ibunya manut saja pada usulan Kyai Satir. Tapi Aminah berontak. Ia
kemudian minggat, pergi ke kota dan bekerja di sebuah pabrik.
Di pabrik tempat kerja, Aminah cepat dikenal karena kemampuannya berorganisasi cukup
menonjol. Ia dapat menggerakkan kawan-kawannya untuk melakukan kegiatan sosial di
pemondokannya. Ia juga yang selalu di mintai tolong oleh kawan-kawannya untuk
menghadap mandor jika mereka merasa sudah minta izin cuti tapi masih di anggap mangkir
(bolos).
Minat berorganisasi yang tumbuh dalam diri Aminah semakin berkembang setelah dia masuk
organisasi serikat pekerja yang didirikan oleh beberapa aktifis mahasiswa dan LSM
perempuan.
Di sana ia memperoleh kesempatan untuk mengetahui peraturan-peraturan pemerintah
mengenai perburuhan. Melalui diskusi dan hasil dari bacaannya, ia tahu bahwa di
perusahaannya banyak terjadi penyimpangan (tidak memenuhi peraturanperaturan yang
berlaku).
Tapi sejauh itu ia masih diam saja. Ia hanya mengatakan pada kawan-kawannya tentang
pelanggaran itu, serta menceritakan bagaimana seharusnya.
Akan tetapi ketika terjadi pemotongan upah tanpa ada alasan yang jelas, Aminah tidak tinggal
diam lagi. Ia segera memobilisir kawan-kawannya untuk melakukan pemogokan. Untuk
beberapa hari perusahaan berhenti dan para buruh di bawah pengaruh Aminah bertahun
dengan tuntutannya antara lain :
 Upah dibayar sesuai dengan UMR.
 Saran sanitasi untuk para buruh di tambah.
 Sarana untuk ibadah disediakan.
 Cuti hamil dan melahirkan diberlakukan, karena selama ini buruh yang ketahuan
hamil segera dikenai sangsi dan dipecat.

Aminah pun dipilih sebagai wakil kawan-kawannya untuk melakukan negosiasi dengan
pihak perusahaan.
Suatu malam, untuk ketiga kalinya Aminah di panggil ke pabrik oleh Pak Mako Kepala
Satpam. Ketika itu kawan-kawannya yang biasanya mendampingi sedang pulang ke bedeng.
Dengan tegar dan tanpa kecurigaan Aminah masuk ke pabrik yang sudah berhari-hari tanpa
lampu penerang.
Dua hari kemudian, pihak perusahaan memanggil beberapa orang buruh yang ada di sekitar
pabrik dan mengumumkan bahwa pihak perusahaan dan menyanggupi semua untuk buruh.
Dan kegiatan pabrik pun kemudian nampak jalan lagi sebagaimana semula.

Namun Aminah tidak aktif seperti dulu. Beberapa temannya mencurigai bahwa Aminah
disogok perusahaan agar ia tidak lagi menggerakkan temannya. Ia terlihat selalu murung dan
malah semakin pendiam. Ia juga sering mangkir, badannya kuyu dan kakinya bengkak.
Lama-lama beberapa orang kawannya mulai curiga, bahwa Aminah hamil. Pihak perusahaan
kemudian memanggilnya dan ia mengakui bahwa dirinya diperkosa oleh Satpam.

Pihak manager perusahaan tak mau tahu dan segera memanggil Satpam Mako. Tapi Satpam
itu malah menuduh Aminah sebagai penyebar fitnah. Pak Mako memang mengakui
perbuatannya, tapi menurutnya perbuatan itu terjadi atas dasar suka sama suka.
Sebagai seorang pensiunan tentara dan pernah memperoleh tanda jasa, Pak Mako memang
dikenal sangat teguh, memegang amanat, berdisiplin tinggi dan pandai bergaul. Ia disegani
oleh anak buahnya demikan juga atasanya. Ia berjanji pada pihak perusahaan bahwa sebagai
kepala keamanan pabrik itu, ia sanggup menyelesaikan persoalan itu.

Pak Mako kemudian menyusul Aminah di pondoknya. Ia mendapatkan Aminah sedang


menangis. Aminah tidak bergeming ketika Pak Mako dengan terus terang menyatakan
penyesalan dan bersdia untuk bertanggung jawab. Ia juga mengatakan bahwa untuk menjaga
wibawa di depan direksinya ia harus menutupi kelakuannya.
Tapi ia juga mengatakan bahwa perbuatan itu terpaksa dia lakukan. Sebagai petugas yang
harus jaga siang malam, Pak Mako sering kali kembali ke rumah menjelang dini hari dan
mendapatkan istrinya terlelap setelah seharian jualan. Beberapa ajakan Pak Mako ditolaknya
dengan alasan lelah. Pak Mako juga mengatakan bahwa mereka sering bertengkar. Ia juga
sering kali memukul istrinya karena jengkel istrinya sering menolak melakukan
kewajibannya sebagai istri.

Sebelum pamit, Pak Mako menyisipkan uang Rp 20.000 di tangan Aminah dan ia sangat
meminta Aminah untuk tidak menceritakan perbuatannya itu kepada teman teman aktifis
mahasiswa yang selama ini menjadi sahabat Aminah. Selain dengan alasan bahwa nantinya
Aminah sendiri yang akan menanggung aib, Pak Mako juga mengancam bahwa ia dapat
mengadukan Aminah sebagai aktifis buruh terlarang kepada pihak yang berwajib.

Sore harinya istri pak Mako datang mendampratnya. Rupanya ia baru saja mendengar kabar
bahwa Aminah hamil karena kelakuan suaminya. Istri Pak Mako tentu saja ngamuk di depan
Aminah dan mengatakan bahwa ia selama ini sudah bekerja keras membantu keuangan
keluarga dengan berjualan, karena uang pensiun dan gaji satpam tidak mencukupi. Sambil
menangis, istri Pak Mako mengancam bahwa jika Aminah mau kawin dengan Pak Mako ia
akan membunuhnya atau melakukan bunuh
diri.
Pulang ke desanya yang terpencil dan miskin, merupakan pilihan Aminah, meskipun
disambut dengan cibiran dan bahkan kecaman. Banyak tetangga yang menyindirnya bahwa
gara-gara Aminah pulang membawa barang haram, yang menurut anggapan masyarakat
dapat mengakibatkan desanya terkena bencana kekeringan. Dan memang semenjak Aminah
pulang kemarau dan kekeringan memang mulai merambah desa itu.
Ayah Aminah tak kuasa menanggung malu. Dengan sekuat tenaga Aminah beberapa kali
dihajarnya. Ayah Aminah juga tidak mau lagi pergi ke masjid untuk pengajian.
Apalgi setelah Kyai Satir dalam pengajian terakhir yang diikutinya menerangkan tentang
hukuman bagi orang yang melakukan zina. Ia merasa Kyai Satir menyindirnya.
Ayah Aminah sangat malu oleh lingkungannya.
Aminah semakin murung. Hanya ibunya yang senantiasa menghibur Aminah. Dan ibunya
pula yang kemudian mengajaknya pergi ke Puskesmas ketika terjadi pendarahan. Ibu Aminah
mencurigai ada kelainan pada kehamilan anaknya.
Tetapi, dengan alasan perlengkapan di Puskesmas tidak memadahi, petugas kesehatan di
Puskesmas menyarankan agar Aminah di bawa ke rumah sakit di kota. Menurut petugas
Puskesmas Aminah segera di kuret.
Keluar dari Puskesmas, ibu Aminah bukan mengajak ke rumah sakit, tetapi menggiringnya ke
rumah Mak Upih, seorang dukun urut di kampung tetangganya. Aminah dan ibunya telah
mengambil keputusan untuk menggugurkan janin dengan cara mengurut.
Selain karena tidak punya uang, ibu Aminah juga tidak mau suaminya tambah marah lagi.
Mereka baru saja melepas dua ekor kambingnya untuk biaya anak laki-lakinya melanjutkan
sekolah.
Rupanya ke rumah Mak Upih itulah Aminah mengantarkan nyawa.
________________________
Lembar Kerja
Daftar Pertanyaan

1. Siapa kita dalam hubungannya dengan pihak lain.


2. Atas dasar apa hubungan-hubungan dengan pihak lain selama ini dibangun.
3. Manfaat apa yang diberikan kelompok lain terhadap anda.
4. Apa yang anda berikan kepada pihak lain.
5. Siapa yang lebih diuntungkan dalam hubungan itu.
6. Apa pihak lain saling berhubungan.
7. Apakah corak hubungan yang selama ini bisa diubah.
8. Ke arah mana bisa diubah dan bagaiman cara merubahnya.

Anda mungkin juga menyukai