PENGEMBANGAN
T V & R ADIO
NA SIONAL
2015-2019
RENCANA PENGEMBANGAN
TELEVISI DAN RADIO NASIONAL
2015-2019
Edwina Triwibowo
Wawan Dhewanto
iv
RENCANA PENGEMBANGAN
TELEVISI DAN RADIO NASIONAL
2015-2019
Terima Kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD)
Abie Besman
Agnes Widyanti
Arie Ardianto (DJ Arie)
Bowo Usodo
Dadang Rahmat Hidayat
Danang Sanggabuwana
Dini Aryanti Putri
Erina HC Tobing
Gantama F Gandjar
Gebyar Ahadiakbar G
Gita Andriani
Harsya Subandrio
Hasudungan Silalahi
Helmy Yahya
Iqbal Ramadhan
Irman Meilandi
Kalamullah Ramli
Marcellus Ardiwinata
Prasetyo Wibowo
Prita Prawirohardjo
Ronni Suyanto
Syaharuddin
Theodora Rosa
Woro Widyastuti
Yogi Hartarto
vi
Kata Pengantar
Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang
penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif
adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di
Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya
alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya
menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Kita, secara
bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa
bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan
ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru
bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.
Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga
memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita
dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan
dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi
kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup,
pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.
Televisi dan radio sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, dapat didefinisikan
secara terpisah, yaitu televisi yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan
gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar
yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan, serta
radio yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi
secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam
bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Saat ini masih ada masalah-masalah yang
menghambat pertumbuhan industri kuliner di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan
kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum
teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya,
minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai,
pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai
dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.
Dalam upaya melakukan pengembangan konten televisi dan radio di Indonesia, diperlukan
pemetaan terhadap ekosistem televisi dan radio yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar,
nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak
terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas
dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan
quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis
dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada
pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan.
vii
Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025 yang diterbitkan pada tahun 2009, di mana televisi dan radio merupakan salah satu bagian
dalam industri kreatif. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data, informasi,
telah dilakukan sejumlah Focus Discussion Group (FGD) dengan semua pemangku kepentingan
baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas
industri televisi dan radio secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci
pemahaman mengenai konten televisi dan radio dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam
percepatan pengembangan konten televisi dan radio lima tahun mendatang. Dengan demikian,
masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan konten televisi dan radio selama ini
dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, menciptakan konten televisi
dan radio yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat
untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.
Salam Kreatif
viii
Daftar Isi
Kata Pengantar
vii
Daftar Isi
xi
Daftar Gambar
xiii
Daftar Tabel
xv
Ringkasan Eksekutif
xvi
8
8
14
BAB 2 EKOSISTEM & RUANG LINGKUP INDUSTRI TELEVISI DAN RADIO INDONESIA25
2.1 Ekosistem Televisi dan Radio
26
26
29
44
44
50
52
57
58
60
61
ix
62
63
64
66
68
3.3.1Televisi
68
3.3.2Radio
74
77
77
81
82
83
84
84
85
85
87
4.4.1 Arah Kebijakan sumber daya manusia kreatif di industri Televisi dan Radio yang
mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
88
88
4.4.3 Arah Kebijakan industri Televisidan Radio yang berkualitas dan berdaya saing
secara berkelanjutan
88
4.4.4 Arah Kebijakan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif
88
4.4.5 Arah Kebijakan perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan
berkelanjutan
88
4.4.6 Arah Kebijakan infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan
kompetitif
88
89
89
89
4.5.2 Mendorong peningkatan standar mutu lembaga pendidikan ilmu komunikasi yang
sudah ada di Indonesia
89
4.5.3 Mendorong peningkatan jumlah sebaran lembaga sertifikasi media yang diakui
secara nasional/dan internasional di setiap provinsi di Indonesia
89
4.5.4 Menegaskan kewajiban penetapan kode etik profesi di tingkat nasional dan global
dalam dunia usaha
89
4.5.5 Memberikan jaminan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri
televisi dan radio
90
90
4.5.7 Mengembangkan sistem pengarsipan (fisik dan nonfisik) terkait penelitian dan
informasi sumber daya budaya Indonesia sebagai bahan sumber inspirasi konten lokal
televisi dan radio
90
90
4.5.9 Mengembangkan ragam serta meningkatkan kualitas standar usaha kreatif nasional
di bidang Televisidan Radio
90
90
4.5.11 Memfasilitasi program pembiayaan untuk industri televisi dan radio pemula di
tingkat lokal
90
4.5.12 Mendukung pembentukan bank data konten kreatif televisi dan radio di Indonesia
yang dapat diakses secara global sebagai salah satu fungsi wadah pengarsipan
91
4.5.13 Memfasilitasi program Bimbingan Peningkatan Standar Mutu untuk skala Pasar
global
91
4.5.14 Memfasilitasi penyebaran konten kratif lokal melalui bursa konten acara
internasional
91
4.5.15 Mendorong usaha peningkatan jangkauan siaran televisi serta kualitas jaringan
penyiaran televisi dan radio di Indonesia
91
xi
91
4.5.17 Mendorong terjalinnya kerjasama antara industri Televisi dan radio dengan
pengembang perangkat lunak pemrograman dan penyiaran
91
91
91
92
4.5.21 Memfasilitasi keikutsertaan konten kreatif Televisi dan Radio dengan memberikan
subsidi atau sponsorship bagi konten kreatif yang mampu ikut serta dalam festival dan
even internasional
92
4.5.22 Memberikan penghargaan bagi konten kreatif lokal maupun usaha kreatif secara
berkala
92
92
BAB 5 PENUTUP
95
5.1Kesimpulan
96
5.2Saran
97
LAMPIRAN
xii
101
Daftar Gambar
Gambar 1-1 Ruang Lingkup Konten Televisi dan Rating Penonton
22
28
29
29
30
32
36
37
38
39
41
43
45
46
Gambar 3-1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif
(BPS, 2013)
60
Gambar 3-2 Kontribusi Terhadap Total Tenaga Kerja Industri Kreatif (BPS, 2013)
61
Gambar 3-3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif (BPS, 2013)
62
Gambar 3-4 Kontribusi Terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga (BPS, 2013)
63
Gambar 3-5 Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio (BPS, 2013)
64
Gambar 3-6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS,
2010-2013)
65
xiii
68
75
Gambar 3-9 Proporsi Penikmat Media Elektronik dan Cetak (Menkominfo, 2011)
76
77
Gambar 4-1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019
83
xiv
Daftar Tabel
Tabel 3-1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Televisi dan Radio 2010-2013
58
66
69
70
71
72
73
Tabel 3-8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar
74
77
xv
Ringkasan Eksekutif
Pergeseran makna dari televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah
perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah
keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi
bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di
Indonesia. Pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks
ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di
Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan definisi dan ruang lingkupsebagai
salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan
segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas.
Secara umum, cakupan definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi
kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan
dengan konten acara televisi dan radio.
Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif,
maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi
ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri
kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan
kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika
yang terjadi di Indonesia. Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan
kondisi aktual dari subsektor televisi dan radio dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan
dari industri kreatif subsektor televisi dan radio sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan
mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan,
ancaman, dan hambatan) yang dihadapi dalam mengembangkan industri kreatif subsektor televisi
dan radio di Indonesia.
Ekosistem televisi dan radiomerupakan sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling
ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai
kreatif dan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai tersebut. Peranan ekonomi
kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat
nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif
yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta dalam memajukan
Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh
seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk televisi dan radio.
Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB),
ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan
perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi
ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS tersebut dihitung berdasarkan data
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Visi, misi, tujuan dan, sasaran
strategis merupakan kerangka strategis pengembangan jangka menengahtelevisi dan radio pada
periode 2015-2019. Poin-poin tersebut menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku
kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi atau lembaga
terkait secara terarah dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Televisi
dan Radio Indonesia.
xvi
Benjamin Franklin
KULINER 2015-2019
10
KERAJINAN 2015-2019
ARSITEKTUR 2015-2019
09
12
08
PERIKLANAN 2015-2019
RENCANA AKSI
JANGK A MENENGAH
17
VIDEO 2015-2019
PENERBITAN 2015-2019
16
15
18
MUSIK 2015-2019
PERFILMAN
2015-2019
14
RENCANA AKSI
JANGK A MENENGAH
11
ARSITEKTUR
2015-2019
06
05
04
xvii
BAB 1
Perkembangan Televisi
dan Radio di Indonesia
beberapa istilah yang terkait dengan televisi dan radio, di antaranya adalah kata-kata siaran
dan penyiaran.
Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau
yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima
melalui perangkat penerima siaran. Sedangkan penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran
melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan
menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya, untuk
dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.
Selain istilah siaran dan penyiaran yang terkait dengan industri televisi dan radio, dalam UU
Penyiaran No. 32 Tahun 2002 juga didefinisikan lebih jauh terkait dengan kegiatan penyiaran
televisi dan radio, sebagai berikut ini:
Berdasarkan pemikiran di atas, maka televisi dalam industri kreatif dapat didefinisikan sebagai
berikut:
Dalam definisi televisi dan radio di atas, terdapat beberapa kata kunci yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam menjelaskan definisi televisi dan radio secara lebih mendalam, yaitu:
1. Proses pengemasan yang dimaksud adalah kegiatan pemrograman informasi atau
gagasan yang diajukan sebagai ide agar menjadikonten acara televisi dan radio. Pada
proses pengemasan, unsur kreativitas dinilai memiliki pengaruh dan keterlibatan yang
tinggi dalam upaya menghasilkan konten acara yang berdaya saing;
2. Gagasan yang dimaksud adalah rancangan yang tersusun di pikiran para pencetus ide kreasi
konten acara yang kemudian dapat dituangkan dalam bentuk konsep akhir atau naskah;
3. Informasi yang dimaksud merupakan penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita
terkait suatu kejadian yang nantinya akan dikemas menjadi suatu konten acara yang
sifatnya informatif;
4. Berkualitas dalam hal ini merupakan konten acara yang memiliki standar estetika dan
teknis yang baik dengan konten yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, baik sebagai
sumber informasi, hiburan, pendidikan, serta unsur persuasi, sehingga dapat memberikan
hiburan, pengetahuan, ataupun dampak sosial dan budaya yang positif bagi masyarakat.
Adapun untuk konten radio, ruang lingkup dari materi yang disiarkannya sendiri dibedakan
berdasarkan beberapa jenis kategori sebagai berikut ini:
1. Berita, yaitu konten-konten acara yang menyiarkan suatu kejadian atau situasi tertentu
baik yang terjadi di wilayah lokal, nasional, maupun internasional;
2. Siaran lepas, yaitu konten acara yang dibawakan secara bebas oleh penyiar dengan satu
tema tertentu yang telah ditentukan;
3. Siaran dengan naskah, yaitu konten acara yang sepenuhnya mengacu pada naskah yang
telah disusun sebelumnya tanpa adanya improvisasi dialog oleh penyiar;
4. Musik, yaitu konten radio yang hanya terdiri dari beberapa kumpulan lagu tanpa adanya
konten tambahan dari penyiar.
Sedangkan di Indonesia sendiri, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam keputusan KPI yang
berlaku, yakni Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI, yakni
Pasal 21 P3 dan Pasal 33 39 SPS, menyatakan bahwa konten penyiaran dapat diklasifikasikan
berdasarkan penonton yang kemudian disebut sebagai rating penonton, sebagai berikut:
1. Kategori P (Pra-sekolah), untuk anak umur 2 hingga 6 tahun;
2. Kategori A (anak-anak), untuk usia 7 hingga 12 tahun;
3. Kategori R (remaja), untuk usia 13 hingga 17 tahun;
4. Kategori D (dewasa), untuk usia di atas 18 tahun;
5. Kategori SU (semua umur), untuk seluruh kelompok usia di atas 2 tahun.
Sedangkan, kategori pengelompokan ruang lingkup konten radio sendiri dapat digambarkan
seperti pada Gambar 1-2.
Gambar 1-2 Ruang Lingkup Substansi Radio dan Rating Penonton
Berdasarkan ruang lingkup konten pada Gambar 1-1 dan Gambar 1-2, maka dapat dilihat bahwa
untuk setiap jenis program akan memiliki sasaran segmen penikmat konten televisi dan radio
yang dibedakan berdasarkan rentang umur, yang merupakan target pengembangan konten yang
menjadi fokus pengembangan konten televisi dan radio dalam konteks pengembangan industri
kreatif di Indonesia.
nirkabel. Pada masa tersebut, radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintah untuk
kebutuhan penyampaian informasi dan berita internal saat Perang Dunia I berlangsung.
Ketika Amerika mulai terlibat ke dalam Perang Dunia I, stasiun radio milik swasta terpaksa
dihentikan hak siarnya dan sebagian diambil alih kepemilikannya oleh pemerintah. Bahkan,
pemerintah pun menetapkan bahwa selama perang dunia berlangsung, masyarakat dilarang memiliki
stasiun radio pribadi ataupun receiver radio. Sehingga, pada saat Perang Dunia I berlangsung,
radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasauntuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi
dan politik secara umum di internal pemerintahan. Hingga setelah Perang Dunia I hampir usai,
masyarakat mulai menuntut keterbukaan informasi terkait kondisi dan perkembangan Perang
Dunia I dari pemerintah dan militer. Pada tahun 1919, pemerintah Amerika mulai mengumumkan
status konflik Perang Dunia I yang telah berakhir, dan Marconi pun berhasil membuat negosiasi
peraturan akan kebebasan publik untuk terlibat di dunia penyiaran, di bawah pengawasan
pemerintah sebagai syarat utamanya.
Pasca Perang Dunia I. Stasiun radio yang pertama kali muncul di Amerika dan bahkan di
dunia, adalah KDKA pada tahun 1920.2 Stasiun radio KDKA menjadi ikon pelopor stasiun radio
swasta di dunia, hingga akhirnya stasiun radio milik pribadi lainnya mulai bermunculan. Hingga
pada tahun 1926, sebuah perusahaan manufaktur radio berhasil mengembangkan teknologi
yang membuat sistem instalasi radio menjadi lebih sederhana, sehingga dapat digunakan secara
pribadi di rumah penduduk. Penemuan tersebut memiliki dampak signifikan pada kepopuleran
radio sebagai alat media masa di era pasca Perang Dunia I. Hal ini ditunjukan dengan jumlah
penjualan pesawat radio yang mencapai 17 juta unit pada periode 1925 hingga 1930.Saat itu
pendengar radio mayoritas merupakan ibu rumah tangga yang memanfaatkan radio sebagai
media hiburan yang menyiarkan berbagai macam lagu populer ataupun berita penting. Walaupun
masih memiliki keterbatasan jangkauan penyiaran, akan tetapi radio mulai dinilai sebagai pesaing
utama media cetak pada saat itu.
Adapun stasiun radio yang cukup popular di Inggris, yang hingga kini masih menguasai dunia
penyiaran, mulai didirikan, yaitu British Broadcasting Company (BBC) oleh General Post Office
(GPO) pada tahun 1922. Pembentukan BBC ini merupakan gabungan dari enam perusahaan
telekomunikasi, di antaranya adalah Marconi (perusahaan komunikasi radio), Metropolitan
Vickers (MetroVick), General Electric, Western Electric, dan British Thomson-Houston. pada saat
itu, konten drama radio sangat populer, hingga di tahun 1929, BBC memperoleh 6000 naskah
drama radio yang dikirimkan untuk disiarkan.3
10
Di era pasca Perang Dunia I, prinsip televisi yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan, Paul
Nipkow dari Jerman pada tahun 1884,akhirnya berhasil direalisasikan pada tahun 1928 oleh
Vladimir Zworkyn di Amerika Serikat.Zworkyn menemukan tabung kamera atau iconoscopeyang
mampu mengubah gambar dari bentuk gambar optis kedalam sinyal elektronis untuk selanjutnya
diperkuat dan dipancarkan kedalam gelombang radio. Dengan bantuan rekannya, Philo Farnsworth,
Zworkyn berhasil menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum
pada pertemuan Worlds Fair di tahun 1939. Tujuan dibuatnya televisi pada saat itu adalah
sebagai alat penyedia hiburan berupa gambar bergerak kepada publik. Akan tetapi, respon publik
terhadap penemuan televisi ini, sayangnya tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh harga
pesawat televisi yang dinilai relatif masih sangat mahal bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini
membuat orang-orang yang bekerja di industri televisi tidak yakin bahwa televisi akan mampu
berkembang pesat di dunia media.
Era Perang Dunia II (19391945). Memasuki era Perang Dunia II, perkembangan sistem
frekuensi radio sempat terhenti seiring dengan terhambatnya perkembangan teknologi. Sistem
radio yang populer digunakan pada saat itu adalah frekuensi Amplitudo Modulasi (AM), di
mana kualitas suara yang dimiliki masih terbatas jika dibandingkan dengan kualitas frekuensi
radio FM saat ini. Baru pada pertengahan 1930an, Edwin H. Amstrong berhasil menemukan
radio yang menggunakan frekuensi FM. Akan tetapi, meletusnya Perang Dunia II menghambat
pengembangan frekuensi radio FM untuk dipopulerkan kepada masyarakat. Faktor lain yang
menghambat perkembangan radio FM pada saat itu adalah ketertarikan industri yang mulai
berkurang terhadap radio yang disebabkan oleh mulai meningkatnya kepopuleran televisi.6 Industriindustri besar lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam pengembangan televisi di ranah publik.
Meskipun terhambat dan cenderung berlangsung sangat lambat, akan tetapi penyempurnaan
teknologi baru pemrograman televisi dapat diselesaikan ketika Perang Dunia II telah berakhir.
Hal ini tentunya berhasil mendorong kemajuan industri televisi dalam melakukan proses produksi
konten acaranya. Kamera televisi yang baru dikembangkan tidak lagi membutuhkan banyak cahaya
untuk dapat menangkap kualitas gambar yang baik, sehingga para pengisi acara di studio tidak
lagi terganggu dengan alat pencahayaan yang berlebihan. Pengembangan lain yang ditemukan
adalah ukuran layar televisi yang lebih besar, serta terdapat lebih banyak program yang tersedia
dan sejumlah stasiun televisi lokal pun mulai membentuk jaringan.
Adapun stasiun televisi jaringan yang pertama kali dibuat adalah WRGB, sebuah stasiun televisi
yang berlokasi di Albany, New York, USA. WRGB memulai percobaan penyiaran pertamanya
dengan dukungan penuh oleh perusahaan General Electric pada awal tahun 1928.7 Hingga
di akhir tahun 1928, program televisi harian pertama pun mulai disiarkan secara reguler oleh
WRGB hingga sebelum Perang Dunia II berakhir. Kini, WRGB masih mengudara di bawah
merek dagang CBS 6 dan mendominasi siaran berita televisi di Amerika dengan stasiun CBS 6
News andalannya. Sedangkan di Inggris, BBC sendiri memulai siaran percobaan untuk televisi
pada tahun 1932, hingga akhirnya mulai menyiarkan programnya secara reguler pada tahun
1934. Namun sayangnya, pada 1939 hingga 1946, siaran televisi dihentikan karena adanya
Perang Dunia II.
(6) http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/
(7) http://en.wikipedia.org/wiki/WRGB, July 2014
11
Era Pasca Perang Dunia II. Mulai akhir tahun 1945, setelah Perang Dunia II berakhir dan
kesejahteraan masyarakat mulai mengalami peningkatan, harga pesawat televisi pun mulai dirasa
tidak terlalu tinggi. Masyarakat pun mulai beralih ke televisi sebagai media penyaji hiburan
sehari-hari. Hal ini tentunya membuat jumlah stasiun televisi mengalami peningkatan yang
cukup pesat, dan jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat televisi pribadi pun mencapai
lebih dari 50% dari total jumlah rumah tangga.
Perkembangan industri televisi juga dipicu oleh industri televisi di AS yang mulai mengikuti model
industri radio untuk membentuk jaringan. Stasiun televisi lokal selain menayangkan program
lokal juga bekerjasama dengan tiga televisi jaringan yaitu CBS, NBC, dan ABC. Sebagaimana
radio, ketiga televisi jaringan itu juga menjadi sumber program utama bagi stasiun afiliasinya.
Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah stasiun radio dan televisi di dunia, maka kebutuhan
bisnis dan komersil di industri televisi dan radio pun semakin tinggi. Hal ini kembali membuat
makna kata televisi dan radio mengalami perluasan menjadi tidak hanya sebatas media penyebaran
berita dan hiburan, tetapi juga informasi terkait kebutuhan komersil atau iklan.
12
Era Modern. Seiring dengan perkembangan teknologi dan penemuan internet pada akhir tahun
1980an, cakupan industri sektor televisi dan radio semakin meluas.Penyiaran informasi dan
hiburan mulai dilakukan tidak hanya melalui jaringan radio/satelit/kabel, tetapi juga melalui
internet.Internet Protocol Television (IPTV) ditemukan pertama kalinya pada 1995 oleh Judith
Estrin dan Bill Carrico. Terdapat tiga jenis klasifikasi IPTV yang ada hingga saat ini, yaitu Live
Streaming, Time-Shifted TV, dan Video on Demand (VOD). Kemudian, perusahaan radio
internet AudioNet untuk pertama kalinya menyiarkan secara langsung konten webcast dari
WFAA-TV dan KCTU-LP pada tahun 1998.
Disamping perkembangan era multimedia yang semakin pesat, pada September 1997, National
Geographic Channels mulai secara resmi diluncurkan di Inggris, Eropa, dan Amerika. Pada
awal kemunculannya, National Geographic Channels dinilai berhasil mengangkat konten
pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai tren yang berbeda di dunia penyiaran.8 Hingga dua
13
tahun kemudian, pada 1999, BBC juga ikut meluncurkan program bertema pendidikan miliknya,
BBC Learning yang kemudian kini dikenal sebagai BBC Knowledge. Dengan membidik pasar
usia anak-anak hingga dewasa, BBC Knowledge mencoba membuat proses belajar menjadi lebih
menyenangkan dan tidak membosankan. Akan tetapi, sayangnya hal tersebut tidak berhasil. Hal
ini ditandai dengan semakin rendahnya rating yang diperoleh BBC Knowledge. Hingga pada
tahun 2001, BBC mencoba meluncurkan kembali BBC Knowledge dengan pengemasan yang
berbeda. Namun, hal tersebut tetap tidak dapat mendongkrak rating yang rendah.9 Puncaknya
pada 2002, BBC Knowledge terpaksa dihentikan.
Semakin pesatnya perkembangan teknologi media digital, hal ini tentunya membuat definisi televisi
dan radio menjadi jauh lebih luas lagi. Titlaw (2012), seorang pakar media internasional,kemudian
memaknai penyiaran televisi dan radio sebagai suatu kegiatan yang menyuguhkan informasi dan
hiburan secara audio dan audio-visual kepada seluruh publik, terlepas dari jaringan distributor
yang digunakannya. Salah satu contoh kesuksesan televisi berbasis web baru-baru ini adalah
keberhasilan yang dicapai oleh Netflix pada tahun 2013,dengan menoreh sejarah sebagai stasiun
televisi berbasis web pertama yang mampu meraih nominasi Primetime Emmy Award untuk
drama seri House of Cards, Arrested Development, dan Hemlock Grove pada Primetime Emmy
Awards ke-65.
14
radio inilah, dunia mengetahui informasi terkait proklamasi kemerdekaan Indonesia, sehingga
dukungan dan rasa simpati pun serta merta mengalir dari negara-negara tetangga. Sejarah
momen kemerdekaan ini diukir oleh para penyiar radio senior, Ronodipoero, beserta pemimpin
redaksinya, Bachtiar Lubis, yang mengudarakan naskah proklamasi dan mempropagandakan
kemerdekaan bangsa Indonesia secara terus menerus dari waktu ke waktu, mulai dari pukul
19.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945.
Illustrasi
Moehamad Joesoef Ronodipoero
Sumber: LP3ES, 2012
15
Sejarah sistem penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada 17 Agustus 1962. Pada saat itu,
Televisi Republik Indonesia (TVRI) lahir dan untuk pertama kalinya mulai beroperasi. Siaran
pertama dilakukan untuk menyiarkan peringatan hari ulang tahun ke-17 proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta. Pada awalnya TVRI adalah proyek
khusus untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta. Siaran TVRI pada saat
itu hanya terkait seputar Asian Games yang dikoordinir oleh Organizing Committee Asian Games
IV, di bawah naungan Biro Radio dan Televisi Departemen Penerangan. Mulai 12 November
1962,TVRI mengudara secara reguler setiap hari dengan variasi konten yang berbeda. Pada 1
Maret 1963 TVRI mulai menayangkan iklan seiring dengan ditetapkannya TVRI sebagai televisi
berbadan hukum yayasan melalui Keputusan Presiden RI Nomor 215 Tahun 1963.
Orde Baru (19661998). Pergeseran kekuasaan politik ekonomi di Indonesia turut memengaruhi
industri televisi dan radio di Indonesia. Pada masa pemerintahan orde baru, RRI sebagai satusatunya radio siaran milik pemerintah, sempat mengalami konflik ketika RRI diperebutkan oleh
Partai Komunis Indonesia(PKI) dan militer untuk menyiarkan propagandanya. Hingga akhirnya,
RRI menjadi media utama yang digunakan untuk menyebarkan kepentingan-kepentingan politik
pemerintah pusat dan daerah.
Mengacu pada UU No. 5 Tahun 1964, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor
55 Tahun 1970, tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Dalam peraturan tersebut, konten siaran
radio non pemerintah diwajibkan memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidik, penerangan,
hiburan, bukan alat untuk kegiatan politik.11 Akan tetapi, akomodasi yang diberikan oleh
pemerintah ini sifatnya menjadi sangat terbatas, karena peran politis radio dan televisi swasta
menjadi ditiadakan sama sekali. Siaran-siaran yang sifatnya politis hanya diberikan kepada RRI
dan TVRI, yang selanjutnya di-relay oleh televisi dan radio swasta. Selain itu, sistem kepemilikan
media hanya terkonsentrasi pada sejumlah golongan yang berpengaruh di masa pemerintahan
Orde Baru. Hal ini ditunjukkan ketika anak pertama Presiden Soeharto, Siti Hardianti Rukmana
yang ditunjuk sebagai ketua umum Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI)
yang bertugas mengelola penyiaran radio swasta di Indonesia.
Memasuki tahun 1988, industri televisi dan radio di Indonesia mulai mengalami perkembangan
yang pesat ketika stasiun televisi dan radio milik swasta mulai berdiri. Pada saat itu, pemerintah
mulai mengijinkan televisi swasta beroperasi di Indonesia. Stasiun televisi milik swasta yang
pertama kali didirikan di Indonesia adalah RCTI.Tidak lama setelah RCTI didirikan, stasiun
televisi swasta lainnya pun mulai bermunculan dalam waktu yang singkat, di antaranya adalah
SCTV (1989), TPI (1990), ANTV (1993), INDOSIAR (1995),dan sebagainya.Untuk dapat
mengimbangi persaingan dengan televisi swasta, TVRI pun mulai mencoba berinovasi dengan
menghadirkan konten yang unik dan berbeda. Salah satu konten yang cukup ikonik pada saat
itu adalah program Berpacu Dalam Melodi (BDM) yang diciptakan pada tahun 1988 oleh Ani
Sumadi. Program BDM juga lah yang membawa nama Koes Hendratmo mulai populer di Indonesia.
Adapun konten-konten unggulan yang sarat nilai pendidikan dan inspirasi pada saat itu adalah
Aneka Ria Safari di tahun 1980an, serta Titian Muhibah yang sarat nilai budaya di tahun 1990.
16
Disamping tren perkembangan munculnya stasiun televisi swasta, televisi berlangganan pun sudah
mulai disiarkan oleh PT Media Nusantara Citra (MNC) dengan mendirikan anak perusahaan
Skyvision pada Agustus 1988. Akan tetapi, karena tarif berlangganan yang cukup tinggi, pelanggan
Skyvision sendiri masih sangat minim, dan hanya digunakan oleh golongan menengah ke atas.12
Kemudian operator televisi berlangganan pertama kali, Indovision pun secara resmi diluncurkan
oleh Skyvision di Indonesia pada tahun 1994, setelah melalui proses perijinan yang panjang.
Lalu menyusul didirikannya televisi kabel yaitu Kabelvision di tahun 1994, persaingan di dunia
televisi pun semakin ketat.
17
18
Perubahan lain yang cukup terlihat adalah dengan direvisinya UU Penyiaran yang baru, UU
Penyiaran No. 32 Tahun 2002. Namun, hal tersebut tidak memiliki dampak yang signifikan
terhadap industri televisi di Indonesia. Pemilik stasiun televisi swasta masih didominasi oleh
segelintir elit yang memiliki pengaruh cukup tinggi di pemerintahan. Akan tetapi, apabila
dibandingkan dengan UU Penyiaran sebelumnya, revisi UU Penyiaran yang dilakukan dirasa
jauh lebih demokratis. Hal ini terlihat dari diakuinya empat macam lembaga penyiaran, yaitu
lembaga penyiaran publik, komunitas, swasta, dan berlangganan, serta didirikannya juga lembaga
independen perwakilan publik yang bertindak sebagai regulator sistem penyiaran yang berlaku.
Tren konten acara yang disuguhkan oleh televisi swasta yang baru bermunculan pun mulai bergerak
ke arah talk show dan variety show komedi. Acara variety show yang diadaptasi dari konten luar
negeri pun mulai menjadi tren baru yang mendominasi sebagian besar stasiun televisi, seperti
salah satu contoh program yang sangat populer pada saat itu adalah Ekstravaganza milik Trans
TV. Bukan hanya variety show yang sifatnya lucu, tetapi beberapa rumah produksi mulai berani
bereksperimen dengan memberikan tayangan reality show yang cukup kontroversial, seperti Dunia
Lain, Akademi Fantasi Indosiar, dan Termehek-Mehek. Acara-acara yang dinilai kontroversial
dan berani ini ternyata berhasil menjadi acara yang banyak diminati penonton pada saat itu.
Hal yang sama juga terjadi pada industri radio. Konten acara seperti dongeng cerita hantu serta
reality show yang dinilai usil dengan mengerjai pendengarnya, secara spontan pun menjadi favorit
sebagian stasiun radio. Di Bandung, cerita ber-genre horor, Nightmare Side, sempat menjadi acara
primadona yang mampu meraup jumlah pendengar yang cukup tinggi. Hingga akhirnya beragam
kritikan pedas muncul terkait acara-acara yang dinilai memberikan dampak buruk psikologis
pada para pendengarnya serta penyalahgunaan informasi pribadi milik para pendengar, maka
acara seperti ini mulai dikurangi.
Adapun pada era peralihan sinyal analog menjadi sinyal digital sudah mulai merambah dunia
media Indonesia, Kabelvision pun mengeluarkan merek dagang baru dengan nama Digital1,
yang menggunakan sinyal digital sebagai jaringan penyiarannya. Kemudian pada tahun 2007,
Kabelvision bergabung dengan Digital1 di bawah nama First Media.
19
Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat menjadi suatu peluang sekaligus ancaman
bagi industri televisi dan radio bila tidak dimanfaatkan secara optimal. Dengan pemanfaatan
teknologi internet yang baik oleh industri media, maka proses penetrasi pasar media televisi dan
radio untuk menembus pasar internasional pun akan menjadi lebih mudah.
Mulai bergesernya kanal televisi dan radio di Indonesia menjadi media multi-platform ditandai
dengan meningkatnya pengguna layanan streaming seperti Youtube, Vimeo, Netflix, serta
webstreaming lainnya yang menyiarkan konten-konten acara televisi dan radio di Indonesia.
Bahkan kini, sebagian besar situs resmi stasiun televisi dan radio telah menyediakan layanan
streaming konten-konten acaranya. Adapun stasiun televisi swasta di Indonesia yang memanfaatkan
media digital sebagai strategi utamanya dalam melakukan penetrasi dan perluasan pasar, adalah
NET TV. Sebelum NET TV mulai mengudara sebagai salah satu stasiun televisi berjaringan,
NET TV telah terlebih dahulu menjaring pasar global dengan memanfaatkan streaming platform
melalui Youtube.
Era media digital ini, tentunya akan jauh lebih terbuka, sehingga membuat peningkatan
keragaman pasar semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu, digitalisasi media
juga menimbulkan dinamika industri televisi dan radio menjadi lebih kompleks, membuat
perkembangan tren konten acara yang diminati pun menjadi sangat cepat berubah.
20
Kini, konten acara yang diproduksi secara amatir oleh masyarakat sendiri pun dapat langsung
disiarkan secara luas kepada publik melalui internet tanpa adanya proses pendistribusian atau
pengemasan konten acara yang sistematis seperti pada stasiun televisi dan radio, ataupun rumah
produksi profesional. Sayangnya, tidak semua konten yang dibuat memiliki dampak positif bagi
sosial. Seperti salah satunya adalah acara musik yang populer sejak pertama kali tayang 2008,
Dahsyat, menimbulkan pro dan kontra terkait kontennya yang dinilai oleh sebagain orang sebagai
konten yang kreatif dan menghibur, akan tetapi sebagian orang lainnya berpendapat justru
tayangan tersebut merupakan bentuk kreativitas yang bersifat destruktif. Hal serupa terkait pro
dan kontra juga turut dialami oleh konten-konten acara hiburan populer lainnya, seperti acara
Yuk Keep Smile (YKS), Pesbukers (ANTV), Film Televisi (FTV), serta acara-acara infotainment
yang semakin menjamur.
Tidak hanya acara hiburan, konten berita di Indonesia pun apabila tidak dikelola dengan baik,secara
tidak disadari justru dapat memprovokasi ataupun menimbulkan keresahan masyarakat. Hal
ini terlihat dari konten berita-berita aktual yang menampilkan peristiwa kejahatan, kerusuhan,
serta maraknya kasus korupsi. Konten-konten seperti itu apabila ditayangkan secara bebas,
dinilai dapat menimbulkan efek negatif yang memengaruhi optimisme dan kepercayaan rakyat,
terutama kaum muda. Selain itu, konten berita yang kini disuguhkan kepada masyarakat memiliki
unsur independensi yang sangat rendah di dalamnya. Kepentingan politis yang kental di dunia
media membuat laporan berita tidak lagi menjadi objektif dan independen, sehingga terjadi
kesimpangsiuran fakta yang terjadi sesungguhnya. Konten-konten seperti inilah yang sangat
sulit untuk dikendalikan oleh pemerintah secara teliti dan terus menerus. Hal ini dapat menjadi
tantangan tersendiri bagi pemerintah dan lembaga pengawasan penyiaran yang bertugas untuk
mengawasi konten kualitas penyiaran baik yang dihasilkan dari dalam negeri maupun konten
dari luar negeri yang disiarkan di Indonesia.
21
1976
Sistem Komunikasi
Satelit omestik (SKS )
melalui satelit Palapa
(satelit pertama milik
Indonesia) diluncurkan.
1979
Siaran televisi
ber arna
diperkenalkan.
Orde baru
Kemerdekaan
1933
1937
19
Presiden Soeharto
mengeluarkan
instruksi untuk
menghilangkan
iklan dari TVRI.
19
Indovision sebagai TV
berlangganan
pertama di Indonesia
dengan menggunakan
satelit palapa 2.
(1965 199 )
1963
Iklan diperkenalkan di
TVRI bersamaan
dengan peningkatan
am siaran.
TVRI (Televisi Republik
Indonesia) memulai
siarannya dengan
menayangkan
peringatan hari ulang
tahun Republik
Indonesia XVII.
Perikatan
Perkumpulan Radio
Ketimuran (PPRK)
berdiri.
et TV didirikan sebagai
stasiun TV yang memba a
revolusi media di era
modern.
2 1
Sebelum
1925
2 13
Orde Lama
1945
1962
2
1994
22
(1945 1965)
iterbitkan
ndang ndang
Republik Indonesia
omor 32 2 2
tentang Penyiaran.
epartemen
Penerangan
dibubarkan.
Orde re ormasi
(199 sekarang)
BAB 2
Ekosistem & Ruang Lingkup
Industri Televisi dan Radio
Indonesia
26
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
27
netnoK asruB
aracA
rotarepO lennahC
OIDAR
ISIVELET
oidaR nuisatS
ISMUSNOK
,VTPI ,VTi
,gnimaerts beW
aerts bew
tsacdop ,ppa elibom tsagcndim
op ppa elibom
rotaerC tnetnoC
OIDAR
ISIVELET
,regnits ,repmub nataubmeP iskurtsnok ,draobyrots nataubmeP
sesorp,mutsok ,itreporp ,isakol & tes
nwodnur ,elgnij
sinket nemejanam ,gnitegdub ,gnitsac
narais araca
araca gnituyS
araca netnok nakraiyneM
iskudorP arP
riA oT eerF
nautneneP
nemges narasas
ecneidua
isavresbO
iskudorP
gnimrotsniarB
acsaP
iskudorP
isasilaniF
pesnok
araca
isatlusnoK
diaP
netnok nagnaleleP
VT namaker araca
lanaK
desaB-PI
rais kaH
araca netnok
ISUBIRTSID
ISKUDORP
ISAERK
NARAIYNEP
kilbuP seskA
TEKRAM
GNIVIHCRA
notnoneP
mumU
notnoneP
ilhA
isarotseR
kilbuP seskA
naaraggneleynep nakajibeK
netnok nakajibeK naraiynep
IKH nakajibeK naraiynep
nalupmugneP
nanapmiyneP
:nagnareteK
fitaerK ialiN iatnaR
sineJ/amatU sativitkA
gnukudneP sativitkA
amatU ukaleP
isaisosA
tuptuO
tnemnorivnE ecnarutruN
NAANIBMEP
isavreserP
naahasureP
nalkigneP
mulukiruK nakajibeK
aideM nakididneP
& ECNEIDUA
TEKRAM
kilbuP seskA
ISAISERPA
isaiserpa nataigeK
VT araca netnok
:oidaR &
:mumu isaretiL
naagrahgnep nairebmeP
atsaws aidem helo
naagrahgnep nairebmeP
hatniremep helo
gnitar nairebmeP
oidar/VT araca margorp
naagrahgneP
gnitaR nad
malad isargetnireT
mulukiruK
lanoisaN nakididneP
NAKIDIDNEP
:kfiiseps isaretiL
naraiyneP nakididneP
namargormeP &
aganeT
kididnep
:lamrof noN
:lamroF
naraiyneP pohskroW umlI iggniT halokeS
emsilanruJ &
isakinumok
aut gnarO
ISAISERPA
metsiS
isakfiiralK
notnoneP
nakididneP
nareP ineS
isinkeT nakididneP
naraiyneP
:lamrof noN
:lamroF
iggniT halokeS
isamrofnI igolonkeT
negA
iracnep
takab
halokeS
umlI iggniT
isakinumok
namlfireP halokeS
kitsilanruj halokeS
isakfiitresreb
isitepmoK
iracnep
takab
halokeS
amard iggnit
narep ines &
:lamrof noN
susruK
gniniarT
pohskroW
:lamroF
amolpiD
anajraS
anajraS acsaP
rotkoD
isakfiitreS
aideM irtsudnI
latigiD nad kateC
nasalu nairebmeP
araca netnok
kitirk nairebmeP
araca netnok
ilhA notnoneP ,nednepednI iskudorP hamuR ,hatniremeP & atsawS oidaR/VT nuisatS ,kitsilanruJ & aideM satinumoK ,iregeN & atsawS nakididneP isutitsnI
TNEMNORIVNE ECNARUTRUN
28
Untuk setiap kategori fokus industri kreatif akan disegmentasi lagi sesuai dengan rating yang
telah ditetapkan oleh KPU. Pada akhirnya akan diperoleh segmentasi konten sesuai dengan genre
dan rating acaranya.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
29
Pada tahap kreasi, aktivitas utama yang dilakukan dapat terbagi menjadi tiga kegiatan yang bisa
dilakukan baik secara paralel ataupun sekuensial. Ketiga kegiatan tersebut adalah konsultasi,
penentuan sasaran segmen audience, dan observasi.
1. Konsultasi dilakukan oleh stasiun televisi ataupun radio yang menyerahkan studi atau
riset terkait ide konten acaranya pada pihak ketiga sepenuhnya. Dalam hal ini pihak
ketiga, yang biasanya merupakan konsultan program media, menjadi aktor utama dalam
pencetusan ide konten acara yang akan dibuat. Mereka mencetuskan konsepnya murni
berdasarkan pada hasil riset mengenai preferensi konten acara yang dimiliki oleh penonton
atau pendengar di suatu segmen yang ditentukan.
2. Penentuan Sasaran Segmen Audience juga merupakan aktivitas awal yang lazim
dilakukan untuk menentukan ide konten acara yang akan diproduksi. Dari setiap segmen
audience,tentunya akan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga akan menghasilkan
kebutuhan konten acara yang berbeda pula. Adapun segmen penonton atau pendengar
30
tersebut dikelompokan berdasarkan kategori rating yang telah ditetapkan oleh Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI).
3. Observasi dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan pada keadaan lingkungan baik
secara lokal maupun global. Keadaan lingkungan merupakan salah satu sumber inspirasi
utama dari ide konten acara bagi sebagian besar content creator di berbagai stasiun televisi
maupun radio. Peristiwa penting yang terjadi ataupun tren gaya hidup masyarakat saat
ini bisa menjadi bahan konten acara yang akan digagas.
Selanjutnya, dari ketiga aktivitas tersebut, dilakukan brainstorming untuk mematangkan ide
konten acara yang telah digagas oleh tim content creator untuk mendapat persetujuan dari program
director ataupun pimpinan lain yang terlibat dalam penggagasan ide konten acara. Selanjutnya
ide-ide yang diajukan akan dilakukan penyesuaian lebih lanjut untuk menghasilkan kesepakatan
konsep acara. Konsep acara yang telah disetujui ini kemudian akandiselesaikan dengan cara
menuangkannya dalam bentuk naskah sementara ataupun pointer script yang umumnya digunakan
oleh penyiar radio.
Pelaku utama yang berperan dalam rantai nilai kreasi disebut sebagai tim content creator. Tim
content creator dalam industri televisi terdiri dari sutradara, produser, program supervisor, dan
program director. Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh
produser yang didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program supervisor, program
director, dan music director.
Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, idealisme dari fungsi media tersebut di Indonesia
sudah tidak dapat berjalan beriringan secara seimbang. Kepentingan bisnis serta politis dari para
pejabat yang umumnya bertolak belakang dengan idealisme fungsi media menjadikan konten
acara televisi dan radio di Indonesia menurun kualitasnya. Hal ini utamanya terjadi pada industri
televisi.Rating acara dan jumlah penonton menjadi kejaran utama para pelaku bisnis industri
televisi demi menarik parapengiklan.Adapun perhitungan rating tersebut termasuk dalam aktivitas
pendukung utama yang dijadikan sebagai masukan ide konten yang akan diproduksi.
Selain aktivitas utama, terdapat juga beberapa aktivitas pendukung yang berfungsi sebagai sumber
untuk ide-ide konten acara yang akan dibuat. Sumber utama yang menginspirasi sekaligus menjadi
pertimbangan utama dalam mencari ide konten acara adalah observasi tren di lingkungan yang
selanjutnya didukung oleh hasil riset dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya oleh
pihak luar terkait dengan preferensi masyarakat akan konten media televisi dan radio. Riset dan
pengembangan yang dilakukan dapat berupa kajian empiris terkait konten-konten kreatif dunia
yang dinilai memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi. Adapun perhitungan rating dan jumlah
penonton atau pendengar untuk suatu konten acara tertentu dilakukan oleh pihak ketiga sebagai
aktivitas pendukung yang memiliki pengaruh sangat tinggi di proses kreasi.
Aktor pendukung dalam rantai nilai kreasi yang perannya tidak terlibat langsung dalam mencetuskan
ide ataupun tidak selalu memberikan ide konten acara adalah lembaga survei, konsultan media
serta pemerintah yang menjalin kerjasama dengan KPI.
1. Lembaga survei yang melakukan riset dan pengembangan dalam bidang televisi dan
radio. Saat ini di Indonesia sendiri hanya terdapat satu lembaga survei yang melakukan
perhitungan rating konten acara, yaitu Nielsen. Minimnya lembaga survei yang beroperasi
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
31
di Indonesia menjadikan para perusahaan pengiklan tidak memiliki pembanding lain dalam
menilai tingkat ketertarikan masyarakat akan konten acara sehingga menurunkan tingkat
objektivitas penilaian. Hal ini berimbas kepada ide yang digagas dalam pembuatan konten
acara televisi dan radio itu sendiri. Keseragaman jenis acara antar stasiun televisi dan radio
adalah salah satu dampak dari penitikberatan rating sebagai target pencapaian utama.
2. Lembaga yang dinilai sebagai pakar di bidang konten penyiaran yang dipercaya sebagai
penasihat terkati tren konten penyiaran di masa mendatang. Akan tetapi, stasiun televisi
dan radio yang menggunakan konsultan tidak lantas sepenuhnya memercayakan ide
konten acara kepada pihak ketiga. Perlu dilakukan brainstorming serta persetujuan lebih
lanjut dari program director serta pimpinan terkait untuk dapat menentukan konten apa
yang akan diproduksi.
3. Pemerintah menjalin kerjasama dengan KPI. Peran pemerintah mulai terlibat ketika
acara televisi atau radio yang akan dibuat bertujuan untuk digunakan sebagai salah satu
media yang memfasilitasi isu yang diangkat oleh pemerintahan. Selain itu, pemerintah
juga berperan dalam mengawasi konten acara televisi dan radio yang dinilai pantas untuk
diproduksi oleh para tim produser. Hal tersebut dicerminkan dalam bentuk undangundang dan peraturan resmi pemerintah lainnya terkait dengan kegiatan penyiaran dan
pemrograman.
32
Tahapan produksi suatu acara televisi dan radio terbagi menjadi tiga sub proses besar, yaitu pra
produksi, produksi, dan pasca produksi.
Praproduksi
Proses praproduksi meliputi persiapan yang dilakukan sebelum proses produksi dilakukan.
Pada industri televisi, praproduksi merupakan kegiatan yang meliputi pembuatan storyboard
suatu konten acara apabila terdapat beberapa adegan yang sulit dijelaskan dalam naskah
(contohnya konten animasi). Penyesuaian naskah, konstruksi set dan lokasi, properti, kostum,
proses casting, budgeting serta manajemen teknis juga termasuk dalam proses praproduksi
konten televisi.
Sedangkan pada industri radio, pra produksi itu sendiri meliputi pembuatan naskah atau
panduan konten untuk penyiar, pemilihan penyiar, serta pembuatan bumper13 , jingle14 ,
stinger15 , dan playlist.
Produksi
Proses produksi dilakukan sebagai tahapan pembuatan konten acara televisi atau radio
itu sendiri. Kegiatan utama yang dilakukan pada ini adalah syuting acara televisi ataupun
melakukan siaran radio. Ada dua jenis keluaran pada proses produksi ini, diantaranya
acara siaran langsung serta siaran rekaman. Untuk siaran langsung, selanjutnya tidak akan
melalui tahapan rantai nilai distribusi, melainkan langsung memasuki tahapan rantai nilai
presentasi kepada penonton ataupun pendengar. Sedangkan untuk konten acara rekaman
dapat didistribusikan dalam bursa konten acara ataupun langsung disiarkan di stasiun televisi
setelah melalui proses pasca produksi.
(13)Berdasarkan Wikipedia, bumper merupakan sebuah pengumuman singkat yang umumnya berdurasi tidak lebih
dari 15 detik yang ditempatkan di antara jeda program dan iklan pada siaran radio
(14)Berdasarkan Wikipedia, jingle merupakan musik pendek yang digunakan untuk membuat iklan ataupun tujuan
komersil lainnya dalam industri radio
(15) Berdasarkan artikel The Medialink Broadcasting Glossary, stinger merupakan musik singkat yang digunakan untuk
memberikan jeda antara dua program yang berbeda dalam siaran radio
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
33
Pascaproduksi
Kegiatan pascaproduksi merupakan kegiatan tambahan yang dilakukan setelah produksi khusus
untuk acara siaran rekaman.Acara-acara yang sifatnya rekaman, sebelum dipresentasikan
kepada publik, harus melalui proses editing dan penyuntingan akhir terlebih dahulu. Untuk
acara rekaman yang diproduksi oleh rumah produksi independen, beberapa akan melalui
proses distribusi berupa bursa konten acara. Sedangkan untuk acara siaran rekaman yang
tidak ditayangkan secara langsung, hasil akhir yang berupa master copy acara rekaman akan
disimpan untuk selanjutnya direstorasi kembali oleh operator saat jam tayang atau jam siaran
acara tiba.
Pada rantai nilai produksi, terdapat perbedaan pada aktor-aktor yang terlibat di dalamnya.
Aktor-aktor yang terlibat pada rantai nilai produksi di industri televisi itu sendiri meliputi tim
produksi (sutradara, produser, scriptwriter, dan lain-lain), tim artistik, tim teknis, serta tim editor.
Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi adalah:
Sound designer.
Produser.
Program director.
Program supervisor.
Operator.
Idealnya, untuk seluruh draft naskah serta ide acara yang digagas pada tahapan kreasi merupakan
ide-ide yang telah disetujui untuk masuk ke tahapan selanjutnya, yaitu produksi.Akan tetapi
adanya konflik kepentingan dari pemilikdari segi bisnis dan politis yang bertentangan dengan
ide kreatif, membuat hasil keluaran dari produksi tidak sesuai dengan konsep awal yang telah
ditentukan. Hal ini diakibatkan oleh adanya penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan pada saat
proses produksi dilakukan.
Kesulitan lain yang dihadapi sebagian besar pelaku industri televisi dan radio adalah peralatan
penyiaran dan pemrograman yang memiliki harga cukup tinggi dan ketersediaannya yang sulit.
Akibatnya pengadaan alat-alat keperluaran siaran harus dilakukan melalui distributor luar negeri.
Hal ini berimbas pada pajak barang impor yang melambung tinggi karena alat-alat tersebut
dikategorikan sebagai barang mewah. Bagi para pelaku industri lokal yang memiliki modal
terbatas, tentunya hal ini menjadi persoalan yang serius.Solusi alternatif yang dapat dilakukan
oleh beberapa stasiun televisi lokal adalah dengan membeli hak siar konten acara dari rumah
produksi independen.
Rumah produksi independen pada rantai nilai produksi tentunya juga berperan sebagai aktor
utama, selain daripada seluruh tim yang ada dalam stasiun televisi dan radio itu sendiri. Adapun
beberapa contoh rumah produksi independen yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut:
34
Bola Dunia.
Dwingkara Citra Suara (Elang Perkasa
Film).
Indika Era Mandiri.
Intercine Film.
Karnos Film.
Miles Production.
Lembaga pemerintahan yang berperan utama dalam rantai nilai produksi konten acara televisi dan
radio ini bertugas mengawasi dan mengevaluasi jalannya proses produksi acara agar tetap sejalan
dengan Undang-undang Penyiaran yang berlaku di Indonesia. Berikut ini jenis-jenis lembaga
pemerintahan yang terlibat dalam rantai produksi subsektor televisi dan radio di Indonesia:
Setiap stasiun televisi dan radio biasanya memiliki nilai proporsi tertentu akan jumlah acara inhouse production dan acara-acara yang sudah dibeli hak siarnya. Hal ini disebabkan oleh jumlah
dana yang dibutuhkan untuk produksi siaran in-house lebih tinggi jika dibandingkan dengan film
atau serial dari rumah produksi lain. Sumber dana utama untuk proses produksi dan manajemen
stasiun televisi dan radio itu sendiri adalah melalui iklan. Semakin tinggi jumlah penonton suatu
acara, maka akan semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk mengiklankan produknya
di sela-sela acara tersebut. Untuk itu pada proses produksi, penentuan proporsi jumlah iklan serta
urutannya juga ditentukan.
Adapun beberapa kegiatan pendukung pada proses produksi yang membantu kelancaran produksi
acara hingga tahapan distribusi. Kegiatan-kegiatan pada aktivitas pendukung tersebut adalah
manajemen lokasi danproperti, manajemen pemasok perangkat teknis siaran, pembuatan musik
pendukung acara, serta pembuatan iklan.
1. Manajemen lokasi dan properti merupakan aktivitas pendukung yang meliputi pengelolaan
lokasi yang akan digunakan untuk proses produksi, serta pengelolaan properti yang akan
digunakan sebagai pendukung jalannya proses produksi.
2. Manajemen pemasok perangkat teknis siaran adalah aktivitas pendukung yang sangat
penting dalam tahapan persiapan proses produksi. Perangkat teknis siaran yang digunakan
diatur dalam Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 sehingga standar alat
penyiaran yang digunakan oleh industri televisi maupun radio menjadi baik.
3. Pembuatan musik pendukung merupakan aktivitas yang meliputi proses rekaman
musik dan pengemasannya yang digunakan sebagai pendukung pada satu adegan tertentu
dalam sebuah program acara. Pembuatan musik pendukung ini tentunya erat kaitannya
dengan industri musik.
4. Pembuatan iklan adalah proses pengemasan suatu bentuk komersil dari produk ataupun
jasa tertentu hingga menjadi sebuah konten singkat yang bersifat persuasif bagi penonton
ataupun pendengarnya. Iklan biasanya disisipkan di antara segmen atau adegan suatu
program acara televisi maupun radio.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
35
acara yang dinilai memiliki daya saing yang cukup tinggi kepada pasar nasional maupun manca
negara untuk ditayangkan di stasiun televisi di negara lain.
Gambar 2-6 Rantai Nilai Distribusi Subsektor Televisi dan Radio
Terdapat tiga jenis bentuk sindikasi program televisi dan radio16 , diantaranya adalah:
1. First-run syndication merupakan jenis sindikasi yang dilakukan untuk konten-konten yang
belum pernah disiarkan sebelumnya dan hanya diproduksi khusus untuk didistribusikan
pada bursa konten acara.
2. Off-network syndication merupakan bentuk bursa konten acara yang ditujukan khusus
untuk konten-konten acara yang sebelumnya pernah disiarkan sehingga bursa konten
ditujukan sebagai bentuk penyiaran ulang dari konten acara tersebut.
3. Public broadcasting syndication merupakan bentuk bursa konten yang dilakukan
untuk suatu segmen konten acara untuk dapat disiarkan di sebuah konten acara stasiun
televisi atau radio lain.
Salah satu contoh lembaga yang sukses dalam memfasilitasi bentuk sindikasi konten acara televisi
di Amerika adalah The Program Exchange yang dibentuk pertama kali dengan nama Program
Syndication Services Inc. di tahun 1973.
Di Indonesia sendiri, kegiatan bursa konten acara televisi dan radio dinilai belum begitu marak
perkembangannya. Rumah-rumah produksi independen yang menghasilkan konten acara lebih
banyak menjual hak siarnya secara langsung kepada stasiun-stasiun televisi yang dirasa akan tertarik
untuk menayangkan konten yang ditawarkannya. Hal ini tentunya membuat para rumah produksi
independen berskala kecil menjadi kesulitan dalam menjalin koneksi untuk dapat memasarkan
kontennya ke para pemain besar media di Indonesia. Akibatnya, konten yang dihasilkan hanya
mampu menembus jaringan pasar lokal saja.
Presenter pada proses penyiaran terbagi menjadi berbagai macam jenis sesuai dengan format
distribusi ataupun format acara itu sendiri. Untuk acara siaran langsung yang telah selesai
diproduksi, selanjutnyaakan dipresentasikan melalui stasiun televisi atau radio, serta IP based
platform secara serentak. Sedangkan untuk acara rekaman akandisimpan terlebih dahulu pada
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
37
tempat pengarsipan acara rekaman untuk selanjutnya dipresentasikan oleh operator dengan
merestorasi kembali konten acara.
Rantai nilai penyiaran merupakan bentuk penyajian stasiun televisi dan radio akan acara-acaranya
sebagai salah satu usaha pembentukan citra produknya di mata masyarakat. Pada rantai nilai
presentasi, aktor utama yang terlibat meliputi perusahaan televisi kabel, stasiun televisi dan radio,
serta jaringan internet. Berikut ini daftar nama perusahaan televisi kabel yang menyiarkan acara
dari stasiun-stasiun televisi lokal di Indonesia:
PT. MNC Sky Vision (Indovision dan Top TV, Oke Vision), kabel dan satelit.
Pada rantai nilai penyiaran, aktor dari bidang pemerintahan yang paling berperan dalam kegiatan
penyiaran serta pengawasan acara-acara televisi dan radio tentunya adalah Komisi Penyiaran
Indonesia. Untuk televisi, siaran acara dari beberapa stasiun televisi swasta dan milik pemerintah
dapat dinikmati secara gratis dan serentak se-Indonesia. Sedangkan untuk acara radio, karena
keterbatasan frekuensi siaran, masing-masing wilayah akan memiliki jenis siaran radio yang
berbeda-beda.
B. Pasar
Gambar 2-8 Peta Pasar
Konten acara yang dihasilkan oleh televisi dan radio kemudian disiarkan secara serentak kepada
publik sebagai pemirsa dan pendengar konten acara di berbagai macam jangkauan. Para penikmat
konten acara televisi dan radio dapat dikelompokkan menjadi penonton umum, penonton ahli,
serta perusahaan pengiklan.
38
Penonton Umum terdiri dari masyarakat yang menikmati konten acara televisi dan radio
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan informasi. Jumlah penonton umum yang
menikmati konten acara yang disuguhkan oleh stasiun televisi dan radio tertentu merupakan salah
satu tolak ukur yang digunakan oleh perusahaan pengiklan untuk mengiklankan produknya di
konten acara tersebut.
Penonton Ahli merupakan pihak-pihak yang memiliki keahlian yang diakui untuk memberikan
penilaian kualitas dari konten sehingga mereka menikmati konten acara televisi atau radio sebagai
bagian dari profesionalisme kerja. Contoh dari penonton ahli diantaranya adalah kritikus, penulis
atau jurnalis, serta pakar media.
Perusahaan pengiklan merupakan salah satu target utama para pemilik media yang sekaligus
mendasari ide pembuatan konten tersebut. Hal ini disebabkan oleh iklan yang menjadi satusatunya sumber pendapatan stasiun televisi dan radio di Indonesia.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
39
Acara-acara yang disiarkan selanjutnya akan diapresiasi dalam bentuk pemberian beragam
penghargaan dan nominasi, kritik oleh para pakar film atau acara radio serta penonton.Bentuk
apresiasi yang diberikan oleh asosiasi jurnalistik berupa penghargaan, sedangkan untuk apresiasi
dari penonton dan kritikus adalah rating yang diberikan secara spesifik untuk satu acara tertentu.
Adapun bentuk apresiasi berupa literasi, yakni bentuk pengajaran akan konten-konten acara televisi
dan radio yang direkomendasikan untuk dinikmati sesuai dengan segmen umur penikmatnya.
Bentuk apresiasi dalam bentuk literasi ini diberikan oleh tenaga pendidik secara formal dan oleh
orang tua secara nonformal.
Di Indonesia sendiri sudah terdapat banyak jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor
penyiaran televisi dan radio. Berikut ini jenis-jenis bentuk penghargaan yang terdapat di Indonesia
beserta aktor yang terlibat di dalamnya untuk subsektor penyiaran acara televisi:
SCTV Awards.
Infotainment Awards.
Penghargaan Peabody.
KONI Awards.
KPI Awards.
Sayangnya, beberapa penghargaan besar yang diharapkan mampu menjadi pemicu untuk
mengembangkan kreativitas dalam pemrograman konten, ternyata justru kurang mampu
mendongkrak kualitas konten acara. Selain itu, stasiun-stasiun televisi lokal yang cenderung
tidak memiliki ambisi untuk mengompetisikan kontennya dalam beberapa ajang penghargaan
bergengsi secara nasional, membuat hasil kreativitas lokal yang berkualitas tidak dapat tertangkap
dan mendapat apresiasi dari masyarakat. Hal ini tentunya membuat konten-konten acara lokal
menjadi kurang menarik bagi para perusahaan pengiklan untuk berinvestasi di dalamnya.
Sedangkan jenis-jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor radio juga tidak kalah jumlahnya
dengan industri televisi. Berikut ini beberapa penghargaan yang dianugerahkan untuk konten radio:
Penghargaan Peabody.
Anugerah Adinegoro.
C.2 Pendidikan
Dokumen acara dan apresiasi yang telah didapatkan selanjutnya dapat menjadi input pada
tahapan studi. Tahapan ini merupakan proses jalannya kegiatan pembelajaran ilmu penyiaran
televisi dan radio dilakukan.
40
Proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara formal dan nonformal.
Proses pembelajaran secara formal dilakukan oleh sekolah jurusan penyiaran dengan ijazah atau
sertifikasi resmi yang diakui. Sedangkan pendidikan nonformal bisa diperoleh melalui komunitaskomunitas yang memberikan kuliah umum secara singkat terkait dalam bidang penyiaran televisi
dan radio. Berbeda dengan pendidikan formal, pendidikan nonformal tidak disertai dengan
ijazah, tetapi memiliki sertifikasi kompetensi. Proses dari kedua jenis pendidikan ini nantinya
diharapkan akan menghasilkan tenaga ahli yang kemudian dapat berperan dalam memberikan
ide-ide kreatif mengenai konsep awal penyiaran televisi dan radio.
Sekolah pendidikan ilmu penyiaran secara formal, baik televisi maupun radio, di Indonesia sudah
mulai memiliki jumlah yang cukup banyak walaupun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota
besar. Akan tetapi, pendidikan ilmu penyiaran tidak hanya dapat diperoleh melalui pendidikan
formal, tetapi juga pendidikan nonformal yang bersertifikasi ataupun tidak. Di Indonesia sendiri,
fasilitas seperti ini biasanya disediakan oleh komunitas penyiaran televisi ataupun radio dalam
bentuk seminar, workshop, dan festival.
Aktor-aktor di bidang akademisi yang berperan dalam rantai nilai studi adalah sekolah-sekolah
yang menawarkan pendidikan formal terkait dengan ilmu penyiaran di Indonesia. Adapun
sekolah-sekolah yang memiliki program pendidikan ilmu penyiaran dan jurnalistik tersebut
adalah sebagai berikut:
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
41
Adapun di bidang bisnis, aktor yang menyelenggarakan ilmu pendidikan terkait dengan industry
penyiarantelevisi dan radio adalah lembaga-lembaga kursus penyiaran. Biasanya lembaga-lembaga
kursus ini sebagian besar didirikan oleh stasiun radio ataupun televisi itu sendiri. Beberapa
contoh stasiun televisi dan radio yang membuka kursus bidang jurnalistik dan penyiaran adalah
sebagai berikut:
MitraFM Bekasi.
Dari lapisan yang berperan sebagai penyelenggara ilmu pendidikan di penyiaran adalah komunitaskomunitas film, jurnalistik, atau radio. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa lembaga komunitas
terkait dengan bidang penyiaran seperti berikut ini:
C.3 Pengarsipan
Proses pengarsipan pada industritelevisi dan radio terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu pengumpulanrestorasi-penyimpanan-preservasi.
42
Pada televisi dan radio, bentuk pengarsipan dapat dilakukan oleh beberapa pihak berikut ini:
1. Stasiun Televisi dan Radio
Dokumentasi yang dilakukan oleh stasiun televisi dan radio biasanya meliputi pengarsipan
konten-konten yang disiarkan oleh stasiun-stasiun tersebut. Konten yang direkam oleh
stasiun televisi dan radio itu sendiri disimpan sebagai arsip yang akan digunakan baik untuk
bahan evaluasi ataupun sebagai bahan masukan dalam riset dan pengembangan konten
acara. Adapun untuk acara-acara yang bersifat rekaman secara in-house akan disimpan
dalam ruang pengarsipan internal setelah proses produksinya selesai dan diputar pada saat
jadwal tayang acara tersebut tiba. Sedangkan untuk acara siaran langsung akan disimpan
sebagai database untuk keperluan studi lembaga-lembaga pendidikan, apresiasi, ataupun
keperluan lainnya. Hal yang sama dilakukan untuk dokumentasi jumlah penonton dan
pendengar setiap acara.
2. Pemerintah
Peran pemerintah dalam proses pengarsipan diantaranya adalah melalui Badan Pusat
Statistik (BPS) ataupun preservasi dalam bantuk museum yang dapat diakses oleh publik
secara bebas, mudah, dan cepat. Di Indonesia sendiri, museum yang menyimpan arsip
dokumentasi seputar kejadian-kejadian bersejarah di industri penyiaran di Indonesia
adalah Museum Penerangan. Museum ini tidak hanya menyimpan dokumentasi peristiwaperistiwa bersejarah terkait penyiaran, tetapi juga replika studio penyiaran yang dapat
merefleksikan suasana saat proses penyiaran sedang berlangsung.
3. Komunitas
Peran komunitas dalam proses pengarsipan cukup signifikan. Bahkan, beberapa dokumen
daftar konten acara yang diarsipkan oleh komunitas terkadang memiliki kelengkapan serta
aktualisasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan dokumen pemerintah. Terlebih lagi,
untuk kemudahan akses publik, dokumen komunitas terkadang tidak memiliki birokrasi
yang rumit sehingga mempercepat proses akses secara langsung.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya rantai nilai pengarsipan, meliputi proses pendokumentasian acara
televisi dan radio yang telah disiarkan secara langsung sebagai database yang nantinya akan digunakan
baik untuk proses studi, apresiasi, maupun pencarian ide dan inovasi. Proses pengarsipan yang
bentuknya berupa bahan mentah dari acara televisi dan radio disimpan oleh stasiun-stasiun itu sendiri.
Sedangkan untuk dokumen-dokumen yang terkait dengan database, seperti rating, jumlah penonton
diarsipkan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dibidang statistik seperti badan penelitian statistik
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
43
atau lembaga survei seperti Nielsen. Sayangnya, di Indonesia sendiri, lembaga survei yang melakukan
penelitian mengenai preferensi penonton televisi dan pendengar radio di Indonesia hingga saat ini
hanyalah Nielsen. Sehingga tidak terdapat perbandinganyang bisa dijadikan bahan pertimbangan.
44
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 2015-2019
45
46
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
47
5. Music director bertugas untuk merancang daftar panduan yang berisi judul musik yang
akan diputar pada saat siaran acara berlangsung. Daftar musik yang ditentukan dapat
dibuat berdasarkan tema siaran acara, tren lagu terpopuler di dunia, ataupun ciri khas
dari radio itu sendiri. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa lagu yang diputar
dapat diubah sewaktu-waktu oleh penyiar.
Adapun industri-industri yang mendukung proses kreasi pada konten radio diantaranya adalah
penulis buku, TELEVISI talent, media cetak, media elektronik, media digital, serta konsultan
media. Lembaga-lembaga tersebut mendukung proses kreasi konten radio dalam hal memberikan
masukan atau sebagai sumber inspirasi dari ide konten yang akan dibuat.
Keluaran dari proses kreasi konten radio umumnya berupa naskah konten acara yang sudah
disetujui dan siap untuk diproduksi. Naskah ataupun pointer script konten acara radio tersebut,
selain dikemas dalam proses produksi, dapat pula digunakan sebagai masukan untuk industri
perfilman, industri radio, industri penerbitan buku, ataupun industri musik.
Tim produksi merupakan orang-orang yang secara langsung terlibat secara substansial
pada saat proses pengemasan suatu konten acara berlangsung. Dalam hal ini, aktor-aktor
utama yang termasuk ke dalam tim produksi diantaranya adalah sutradara, produser,
scriptwriter.
Tim artistik merupakan orang-orang yang terlibat dalam penataan artistik yang mendukung
nilai estetika dari suatu konten acara itu sendiri. Contoh tim artistik diantaranya adalah
tim penataan properti panggung, tim penata rias, serta tim kostum.
Tim teknis merupakan orang-orang yang terlibat dalam persiapan teknis untuk keperluan
pengemasan konten acara. Proses pengelolaan alat-alat elektronik oleh para teknisi dan
operator adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh tim teknis.
Tim editor adalah orang-orang yang bekerja khusus untuk konten acara yang sifatnya
rekaman atau siaran tidak langsung. Konten yang direkam perlu dilakukan penyuntingan
lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas konten tersebut. Di sini lah tim editor berperan
dalam memberikan penyuntingan akhir dari konten-konten acara rekaman.
Pada proses produksi industri televisi, terdapat industri pendukung yang memegang peranan
penting, diantaranya adalah industriyang meliputi teknis serta artistik selama proses produksi
rekaman ataupun penyiaran berlangsung.
Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi adalah
sebagai berikut ini:
48
Sound designer dalam proses produksi bertugas untuk membuat musik pendukung konten
acara ketika penyiaran berlangsung. Pembuatan jingle, bumper, dan stinger merupakan
beberapa contoh produk yang dihasilan oleh seorang sound designer dalam mendukung
proses pengemasan konten siaran agar lebih atraktif dan menarik minat pendengarnya.
Produser dalam proses produksi bertugas untuk mengawasi jalannya proses pengemasan
konten siaran, ataupun jalannya proses penyiaran agar tetap berada dalam jalur yang telah
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
disepakati sebelumnya. Produser juga bisa melakukan beberapa penyesuaian lebih lanjut
saat proses produksi berlangsung apabila dibutuhkan.
Program director dan program supervisor dalam proses produksi bertugas untuk
memonitor jalannya proses penyiaran acara siaran langsung agar tetap berada pada batasan
norma serta aturan yang berlaku.
Penyiar merupakan aktor terpenting dalam proses produksi konten acara radio. Sebagian
besar konten siaran radio tidak dibawakan menggunakan naskah tertulis, melainkan
sepenuhnya datang dari imajinasi dan kreativitas sang penyiar itu sendiri. Oleh sebab
itu, citra sebuah stasiun radio akan sangat erat kaitannya dengan gaya siaran dari para
penyiarnya itu sendiri.
Operator bertugas untuk memastikan bahwa seluruh kebutuhan teknis penyiaran konten
acara yang dibutuhkan telah terpenuhi dan dapat dijalankan dengan baik.
Tim Editor dalam proses produksi konten radio bertugas untuk mengemas konten siaran
yang sifatnya adalah rekaman. Biasanya, tim editor dalam industri radio juga banyak
melibatkan produser, penyiar, dan sound designer di dalam proses penyuntingan akhir
konten siaran rekaman.
Pada proses produksi konten radio, terdapat industri pendukung yang memegang peranan penting,
diantaranya adalah industriyang meliputi manajemen artis yang bertugas mengelola bintang
tamu yang didatangkan pada acara siaran, penyedia alat elektronik penyiaran, industri musik,
serta rumah produksi pembuat iklan radio.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
49
Penyiaran sinyal suara melalui studio penyiaran radio dan fasilitas untuk transmisi
pemograman sinyal suara kepada masyarakat, untuk para pendengar.
Kegiatan jaringan radio, yaitu mengumpulkan dan mengirimkan program sinyal suara
untuk para pendengar lewat udara, kabel atau satelit.
50
Pembuatan program saluran televisi lengkap dari komponen program yang dibeli (seperti,
film, dokumenter dan lain-lain), komponen program yang dihasilkan sendiri (seperti
berita lokal, laporan langsung) atau kombinasi keduanya.
Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti
perusahaan kabel atau provider televisi satelit. Pemograman dapat bersifat umum atau khusus
(misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang
ditujukan untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat
hanya tersedia atas dasar langganan.
Produksi komponen program televisi (misalnya film, film dokumentasi,iklan), lihat 5911.
Penggabungan paket saluran dan distribusi dari paket tersebut melalui kabel atau satelit
ke penonton, lihat Golongan Pokok 61.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
51
untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya
tersedia atas dasar langganan.
52
Sumber pendapatan utama yang diperoleh dari layanan jaringan penyiaran gratis ini adalah
melalui iklan. Model bisnis dengan cara mendapatkan pendapatan melalui berbagai perusahaan
lain dengan menyediakan satu jenis fasilitas yang mereka butuhkan, tetapi memberikan produknya
secara gratis pada konsumen seperti ini disebut juga dengan model bisnis fee in, free out.
Setiap stasiun televisi dan radio seperti ini memiliki standar proporsi iklan yang berbeda-beda
pada setiap programnya. Biasanya, semakin banyak peminat program acara, maka akan semakin
banyak pula iklan yang ditayangkan oleh stasiun televisi atau radio tersebut. Jenis-jenis iklan
yang ditayangkan biasanya juga memiliki target pasar yang disesuaikan dengan jenis program
acara yang ditayangkan atau disiarkan. Kerjasama antara perusahaan yang ingin mengiklankan
produknya dengan stasiun televisi atau radio biasanya terjadi dalam dua arah, baik klien yang
mendatangi stasiun televisi atau radio, maupun stasiun televisi atau radio yang menawarkan
fasilitas promosi pada program acara yang dimilikinya.
Agar tetap dapat mempertahankan bisnisnya, tentunya stasiun televisi mematok harga yang
tidak sedikit bagi para kliennya untuk dapat memasang iklan pada jeda programnya. Beberapa
stasiun televisi berjaringan nasional di Indonesia mengemukakan bahwa terkadang tarif untuk
pemasangan iklan selama 30 detik pada program acara prime time bisa mencapai kisaran 350
juta rupiah hingga 750 juta rupiah dalam satu rentang waktu kontraknya. Apabila program
acara yang ditayangkan pada saat peak time umumnya memiliki slot waktu sekitar 10 hingga 15
menit dalam satu kali jeda iklan, tentunya jumlah pendapatan yang diperoleh dari iklan menjadi
sangat besar. Hal ini mengapa stasiun televisi berjaringan nasional masih tetap dapat bertahan
kuat tanpa perlu menetapkan tariff berlangganan pada para penontonnya.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia
53
rumah produksi independen lazim dijalankan untuk menghasilkan program acara serial televisi
dibandingkan dengan acara siaran radio. Sumber pemasukan utama dari rumah produksi
independen ini diperoleh dari biaya hak siar yang ditetapkan oleh rumah produksi independen
untuk masing-masing program acaranya. Umumnya, proses jalinan kerjasama ini terjadi dengan
cara menawarkan program acara yang dimiliki kepada beberapa stasiun televisi yang berminat.
Model bisnis seperti ini dikenal juga dengan model bisnis penjualan langsung (direct selling
business model).
Pada model bisnis penjualan langsung, rumah produksi independen bertugas sebagai pabrik
pembuat program acara yang tidak dapat dilakukan oleh rumah produksi stasiun televisi. Pembuatan
program acara serial di luar studio dapat memakan biaya dan sumber daya yang sangat tinggi,
sehingga tidak dimungkinkan bagi stasiun televisi untuk melakukan produksi tersebut dalam
jangka waktu yang panjang. Kelebihan yang dimiliki oleh rumah produksi independen yang
sudah besar adalah lokasi tetap serta fasilitas kelengkapan alat produksi yang telah disediakan
secara tetap di beberapa lokasi tersebut, sehingga mobilisasi dan set up time bisa dieliminasi.
Hal ini memudahkan rumah produksi independen untuk dapat memproduksi beragam jumlah
program dalam waktu yang sangat singkat.
54
BAB 3
Kondisi Umum Televisi
dan Radio di Indonesia
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA
13,288.48
15,664.90
17,518.58
20,340.49
16,703.11
Nilai Tambah
Subsektor
(ADHB)*
Miliar Rupiah
Kontribusi
Nilai Tambah
Subsektor
Terhadap
Ekonomi Kreatif
(ADHB)*
Persen
2.81
2.97
3.03
3.17
2.99
Kontribusi
Nilai Tambah
Subsektor
Terhadap Total
PDB (ADHB)*
Persen
0.21
0.21
0.21
0.22
0.21
Pertumbuhan
Nilai Tambah
Subsektor
(ADHK)**
Persen
7.44
6.44
6.82
6.90
BERBASIS KETENAGAKERJAAN
Jumlah Tenaga
Kerja Subsektor
Orang
123,051
125,392
127,189
128,061
125,923
Tingkat
Partisipasi Tenaga
Kerja terhadap
Ketenagakerjaan
Sektor Ekonomi
Kreatif
Persen
1.07
1.08
1.08
1.08
1.08
Tingkat
Partisipasi Tenaga
Kerja terhadap
Ketenagakerjaan
Nasional
Persen
0.11
0.11
0.11
0.12
0.11
Pertumbuhan
Jumlah Tenaga
Kerja Subsektor
Persen
1.90
1.43
0.69
1.34
58
INDIKATOR
SATUAN
2010
2011
2012
2013
RATARATA
Produktivitas
Tenaga Kerja
Subsektor
Ribu Rupiah/
Pekerja
Pertahun
107,992
124,927
137,737
158,834
94,513.59
Jumlah
Perusahaan
Subsektor
Perusahaan
11,508
12,004
12,418
12,481
12,103
Kontribusi Jumlah
Perusahaan
terhadap Jumlah
Perusahaan
Ekonomi Kreatif
Persen
0.22
0.23
0.23
0.23
0.23
Kontribusi Jumlah
Perusahaan
terhadap Total
Usaha
Persen
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
Pertumbuhan
Jumlah
Perusahaan
Persen
4.31
3.45
0.51
2.76
Nilai Ekspor
Subsektor
Juta Rupiah
1,335,320.00
1,378,471.63
1,447,760.19
1,509,450.11
1,417,750.49
Kontribusi Ekspor
Subsektor
Terhadap Ekspor
Sektor Ekonomi
Kreatif
Persen
1.38
1.31
1.31
1.27
1.32
Kontribusi
Ekspor Subsektor
Terhadap Total
Ekspor
Persen
0.08
0.07
0.07
0.07
0.07
Pertumbuhan
Ekspor Subsektor
Persen
3.23
5.03
4.26
4.17
Nilai Konsumsi
Rumah Tangga
Subsektor
Juta Rupiah
1,833,789.00
2,087,838.92
2,461,253.45
2,840,633.73
2,305,878.77
Kontribusi
Konsumsi Rumah
Tangga Subsektor
terhadap
Konsumsi Sektor
Ekonomi Kreatif
Persen
0.29
0.30
0.31
0.33
0.31
Kontribusi
Konsumsi Rumah
Tangga terhadap
Total Konsumsi
Rumah Tangga
Persen
0.05
0.05
0.05
0.06
0.05
Pertumbuhan
Konsumsi Rumah
Tangga
Persen
13.85
17.89
15.41
15.72
*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
59
Berdasarkan Gambar 31, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio menduduki peringkat
ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total PDB industri kreatif Indonesia. Persisnya, subsektor
televisi dan radio memberikan kontribusi sebesar 3,17% dari total produk domestik bruto industri
kreatif. Rata-rata pertumbuhan NTB (Nilai Tambah Bruto) industri kreatif dan Indonesia secara
keseluruhan adalah 5,2% dan 6,1%. NTB subsektor televisi dan radio pada 2013 sendiri sejumlah
Rp20,340 triliun dengan rata-rata pertumbuhan NTB sebesar 6,9% untuk periode 2010-2013.
60
61
62
Berdasarkan Gambar 33, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi
0,23% terhadap total unit usaha industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan unit usaha industri
kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 0,98% dan 1,05%. Nilai itu didapatkan dari
12.481 unit usaha pada 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 2,76% untuk
periode 20102013. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah unit usaha subsektor televisi dan radio di
Indonesia masih sangat minim, akibatnya informasi penting yang terkandung dalam konten acara
televisi dan radio masih belum dapat tersampaikan dengan baik ke seluruh daerah di Indonesia.
63
Berdasarkan Gambar 34, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi
0,23% terhadap total konsumsi rumah tangga industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan konsumsi
rumah tangga industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 10,5% dan 11,15%.
Nilai konsumsi rumah tangga pada 2013 sendiri bernilai Rp2.840,6 miliar dengan rata-rata
pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 15,72% untuk periode 2010-2013.v
64
Dari data ekspor dan impor dalam industri televisi dan radio di Indonesia, terlihat bahwa jumlah
ekspor untuk industri televisi dan radio terus mengalami peningkatan. Rata-rata laju peningkatan
ekspor subsektor televisi dan radio pada periode 20102013 mencapai 4,17%. Akan tetapi, laju
peningkatan jumlah impor industri ini memiliki perbandingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan
laju peningkatan ekspornya. Rata-rata laju peningkatan impor untuk subsektor televisi dan radio
pada periode 20102013 mencapai angka 18,47%.
Upaya peningkatan ekspor subsektor televisi dan radio bisa dilakukan dengan cara meningkatkan
kualitas dan daya saing konten yang diproduksi oleh televisi dan radio di Indonesia. Penetrasi
pasar melalui media konten digital merupakan salah satu strategi efektif yang bisa dilakukan.
Hal ini sebaiknya mendapat dukungan aktif dari pemerintah agar peningkatan daya saing konten
produksi lokal dapat menembus pasar internasional lebih luas lagi.
Gambar 3-6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS, 2010-2013)
65
KELOMPOK
PERATURAN
Undang-undang
terkait penyiaran
(KPI, 2013)
PERATURAN
KETERANGAN
66
KELOMPOK
PERATURAN
Peraturan KPI (KPI,
2013)
PERATURAN
Keputusan KPI No. 45 Tahun 2014
KETERANGAN
Peraturan KPI menjabarkan
terkait ketentuan-ketentuan
program acara yang layak
untuk disiarkan, serta
wewenang KPI terhadap
konten acara yang disiarkan.
Ditinjau dari dinamika yang terjadi pada setiap rantai nilai ekosistem subsektor televisi dan
radio, maka perlu dilakukan beberapa penambahan usulan kebijakan yang diharapkan dapat
membangun kondisi ekosistem agar lebih sehat secara berkesinambungan. Beberapa usulan
kebijakan yang perlu ditindaklanjuti di antaranya adalah sebagai berikut:
Kebijakan terkait subsidi pajak alat-alat penyiaran dan pemrograman konten televisi
dan radio.
Kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban tayangan konten untuk setiap ketegori
usia penonton televisi.
Kebijakan terkait ketetapan upah para talent atau pekerja seni sementara (tidak tetap) di
bidang industri penyiaran.
67
68
Berikut ini adalah daftar stasiun televisi yang ada di Indonesia yang dipisahkan berdasarkan
jenis penyiarannya.
Tabel 3-3 Daftar Stasiun Televisi Jaringan
STASIUN TELEVISI
TERESTRIAL
NO.
STASIUN TELEVISI
BERJARINGAN
Antv
B-Channel
Arjuna TV
Global TV
Bali TV
ASWAJA TV
Indosiar
City TV Network
Bloomberg TV Indonesia
MetroTV
Indonesia Network
DAAI TV
MNCTV
JPMC
DMC TV
RCTI
Kompas TV
Gogomall Homeshopping
SCTV
SINDO TV
HCBN Indonesia
Trans TV
TempoTV
Trans7
Top TV Network
LBS TV MIX
10
tvOne
LBS TV K-Drama
11
TVRI
LBS TV C-Drama
12
NET
LBS TV In-Drama
13
LBS TV A-Movie
14
LBS TV Music
15
LBS TV On Life
16
Matrix TV
17
More 1
18
More 2
19
More Mall
20
Quran Takziah
21
Rodja TV
22
Shine Initiatives
69
STASIUN TELEVISI
TERESTRIAL
NO.
STASIUN TELEVISI
BERJARINGAN
23
Spacetoon
24
TV Edukasi
25
TVMu
26
U-Channel
27
Ummat TV
Tabel 3-4 Daftar Stasiun Televisi Berlangganan (dikutip dari berbagai sumber)
STASIUN TELEVISI
BERLANGGANAN
Aora TV
Alif TV
MNC Drama
Allegro
MNC Entertainment
Big TV
Ananda
MNC Infotainment
Aora 9
MNC International
First Media
Arena Channel
MNC Fashion
Groovia TV
BeritaSatu TV
IM2 PayTV
Bioskop TelkomVision
MNC Kids
Indovision
Dangdut Channel
MNC Lifestyle
K-Vision
Dangdutz
MNC Movies
M2V Mobile TV
Festival Channel
MNC Music
Max3
Haari TV
MNC Muslim
Nexmedia
Haari Kids
MNC News
OkeVision
Haari Drama
MNC Shop
70
STASIUN TELEVISI
BERLANGGANAN
OrangeTV
Haari Movie
MNC Sports 1
Skynindo
Haari Music
MNC Sports 2
TelkomVision
Jowo Channel
Reformed 21
Topas TV
Kompas TV
SFI
Top TV
MIX
SMI
USeeTV
Mi! TV
SINDO TV
MNC Business
Top Hits
YesTv
MNC Comedy
Vision 2 Drama
Daftar stasiun televisi di atas tidak mencakup stasiun televisi lokal yang beroperasi secara lokal
di setiap daerah. Banyaknya jumlah stasiun televisi di Indonesia membuat peluang untuk
bersaing di pasar industri televisi semakin sulit. Preferensi masyarakat sendiri hingga saat ini
masih cenderung dominan terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu peminat siaran televisi
berjaringan serta peminat siaran televisi berbayar. Bentuk struktur pasar dari industri televisi
dapat diidentifikasi secara kasar dari data pangsa pasar (market share) yang dihasilkan oleh
lembaga survei. Data perhitungan jumlah pangsa pasar pada beberapa stasiun televisi nasional
berjaringan dapat dilihat pada Tabel 3-5.
Tabel 3-5 Market Share Stasiun Televisi Jaringan
RANK
STATION
JAN 13
FEB 13
MAR 13
APR 13
MAY 13
JUN 13
RCTI
23.4
24.3
22.4
23.1
23.4
22.9
MNC TV
12.2
11.0
13.0
13.1
12.7
14.0
SCTV
16.6
14.2
13.0
11.6
11.6
13.5
Trans 7
12.1
12.6
13.8
13.7
13.5
12.3
IVM
7.4
7.3
7.7
9.0
9.2
10.1
Trans TV
10.7
11.0
9.8
10.1
9.2
8.1
Antv
5.9
6.7
6.6
6.0
6.6
6.4
GTV
4.6
6.1
6.4
6.5
6.3
5.8
71
RANK
STATION
JAN 13
FEB 13
MAR 13
APR 13
MAY 13
JUN 13
tvOne
3.8
3.7
4.1
4.0
4.3
3.7
10
MetroTV
2.1
1.9
1.9
1.8
1.9
2.0
NO
PROGRAM NAME
CHANNEL
TELEVISIR
SHARE
RCTI
6.3
25.5
Berkah
RCTI
4.0
18.4
MNC TV
3.7
15.2
RCTI
3.6
21.8
Cinta 7 Susun
RCTI
3.6
17.0
Sumber: Nielsen,2014
Dari hasil perhitungan pangsa pasar tersebut, maka struktur pasar untuk industri televisi dapat
dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu berdasarkan jumlah stasiun televisi, berdasarkan
kepemilikan stasiun televisi, serta berdasarkan konten yang disiarkan. Ketiga sudut pandang
tersebut menghasilkan tiga jenis analisis struktur pasar yang berbeda-beda.
Persaingan Sempurna
Ditinjau dari jumlah stasiun televisi nasional berjaringan di Indonesia yang tidak sedikit, proporsi
pangsa pasar tiap stasiun televisi cenderung seimbang. Terlihat dari Tabel 3-5 bahwa tidak terdapat
perbedaan angka pangsa pasar yang dominan secara signifikan antara satu stasiun televisi dan
stasiun televisi lainnya. Maka, bentuk struktur pasar industri televisi menjadi persaingan sempurna.
Secara teori, bentuk persaingan seperti ini memberi potensi besar kepada para pemain baru untuk
bersaing dalam industri televisi, walaupun akan sangat sulit bagi mereka untuk dapat menyaingi
pemain-pemain besar yang menjadi perintis stasiun televisi swasta.
Persaingan Oligopoli
Apabila dilihat dari segi kepemilikan stasiun televisi di Indonesia, jumlah pangsa pasar yang ada
pada Tabel 3-5 menjadi tidak relevan lagi. Terjadi dominasi jumlah pangsa pasar yang cukup
signifikan oleh beberapa perusahaan pemilik stasiun televisi atas pemain lainnya yang hanya
memiliki stasiun televisi tunggal. Hasilnya adalah struktur pasar kepemilikan stasiun televisi yang
berbentuk oligopoli. Kondisi ini tentunya mempersulit para pemain baru yang mulai terjun merintis
bisnisnya di dunia televisi Indonesia. Alternatifnya adalah dengan membidik pasar baru yang
memiliki bentuk persaingan sempurna yang lebih mudah dipenetrasi, yaitu pasar media digital.
72
Persaingan Monopoli
Selain bentuk persaingan sempurna dan oligopoli yang terjadi pada ruang lingkup industri televisi,
ada pula bentuk persaingan monopoli yang terjadi akibat penayangan konten acara secara eksklusif.
Biasanya, bentuk persaingan monopoli ini berlaku untuk jenis acara siaran olahraga, seperti sepak
bola, balap motor, balap mobil, hingga tenis dan badminton. Pada Tabel 3-7 dijabarkan beberapa
contoh hak siar eksklusif acara olahraga yang ada di Indonesia.
Tabel 3-7 Daftar Hak Siar Ekslusif Siaran Olahraga (diambil dari berbagai sumber)
NAMA ACARA
STASIUN TELEVISI
SCTV (2 laga/pekan)
INDOSIAR (2 laga/pekan)
ORANGE TV (Full Match, 10 laga/pekan)
Barclays Premier League (BPL)
FIRSTTV (Full match, 10 laga/pekan)
NEXMEDIA (Full match, 10 laga/pekan)
BIG TV (Full Match, 10 laga/pekan)
Trans TV (4 laga/pekan)
La Liga (Liga BBVA)
Trans 7 (2 laga/pekan)
Serie A
Bundesliga
INDOSIAR (4 laga/pekan)
FA Cup
League 1
Matrix Garuda
MotoGP
Trans 7
Formula 1
Kompas TV
73
Adanya bentuk persaingan monopoli konten ini tentunya bisa memiliki pengaruh yang signifikan
pada jumlah pangsa pasar yang dimiliki oleh stasiun televisi tertentu. Pada beberapa musim
penayangan siaran ekslusif, tentunya monopoli hak siar dapat menjadi kekuatan utama stasiun
televisi tersebut dalam meraup audiens. Tentunya akan sangat sulit bagi para pemain baru untuk
menyaingi konten acara pada saat musim penayangan siaran ekslusif tersebut berlangsung.
3.3.2 Radio
Sama halnya dengan industri kreatif stasiun televisi, perkembangan industri kreatif subsektor radio
mulai mengalami perkembangan pesat semenjak didirikannya stasiun radio swasta di Indonesia.
Bentuk persaingan yang terjadi saat ini untuk stasiun-stasiun radio di Indonesia masih dibatasi
oleh jarak tangkap siaran, sehingga persaingan tiap kota akan berbeda-beda.
Tabel 3-8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar (Nielsen 2005-2009,
dikutip dari Nastiti, 2011)
Pangsa Pendengar Radio di Jakarta (%)
RADIO
2005
2006
2007
2008
2009
13.0
12.8
Gamasi
Bens
18.3
20.9
16.7
13.7
11.6
Dangdut TPI
N/A
N/A
13.8
14.5
9.9
Megaswara
6.6
11.6
10.6
7.8
Erlangga
9.7
6.8
6.3
5.9
Elshinta
7.9
7.1
9.3
7.8
GEN FM
RADIO
2005
2006
2007
2008
2009
42.9
43.6
39.7
28.7
35.2
Venus
26.0
33.4
29.8
20.5
30.6
Telstar
30.8
21.8
27.4
18.3
21.0
8.7
Madama
14.5
17.9
16.6
13.5
19.9
7.0
Sonata
20.1
19.1
14.6
9.9
15.3
8.0
Prambors
17.4
14.6
13.4
9.9
14.2
I-Radio
9.7
9.5
6.2
7.6
4.9
Gama
4.8
13.5
10.6
10.4
11.6
POP FM
N/A
12.7
10.0
7.6
4.9
Makassar FM
N/A
N/A
N/A
8.1
11.6
RKM
8.0
10.7
8.4
9.1
3.7
Fajar
0.0
7.2
5.7
6.0
9.4
Lesmana
0.9
1.7
4.0
5.4
3.2
SP FM
14.4
7.2
10.3
3.3
6.6
CR4
45.7
55.9
51.1
50.3
43
CR4
76.4
70.8
78.8
56.8
60.4
2005
2006
2007
2008
2009
RADIO
2005
2006
2007
2008
2009
Suara Giri
43.0
37.0
27.8
22.3
21.9
MOST FM
16.0
21.6
24.7
14.2
18.4
Wijaya FM
34.4
30.8
26.3
22.4
15.1
Simponi
22.0
18.9
19.9
14.0
14.7
Elvictor
7.0
7.0
9.5
9.2
9.4
Sikamoni
19.0
16.4
16.1
11.9
14.2
EBS FM
6.5
8.7
13.7
10.4
8.5
Dangdut TPI
8.9
13.9
11.8
8.9
13.1
Suzana
15.6
15.8
13.1
7.4
8.4
Merdeka
13.9
16.4
13.9
11.2
8.1
Suara
Medan
12.1
12.8
16.5
13.0
11.7
MTB FM
7.9
9.2
5.9
11.0
7.8
Kardopa
8.8
12.7
12.7
14.6
11.4
M Radio
N/A
N/A
N/A
8.8
7.3
KISS
19.4
11.6
14.9
10.2
10.4
Suara SBY
11.0
9.6
8.4
8.2
6.6
RRI PRO 2
8.6
12.0
16.7
14.0
8.9
Suara SBY
11.0
9.6
8.4
8.2
6.6
Citra
13.4
13.0
17.5
9.4
8.2
CR4
106.9
100
81.7
66.9
54.9
CR4
76.4
70.8
78.8
56.8
60.4
74
Dilihat dari data pangsa pasar yang diperoleh dari Nielsen pada 2009, terlihat bentuk persaingan
industri radio yang berbeda-beda di setiap kota. Di Jakarta, apabila dilihat sekilas, proporsi
pangsa pasar yang dimiliki oleh beberapa stasiun radio terpopuler tidak memiliki perbedaan
signifikan. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa industri radio di kota Jakarta memiliki
bentuk persaingan pasar yang sempurna. Hal ini diperkuat dengan hasil perhitungan indeks
Herfindahl yang ditunjukkan oleh Gambar 3-8.
Hasil perhitungan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat
kompetisi industri radio cenderung stabil dengan nilai HI (Herfindahl Index) yang rendah. hal
ini menunjukkan bahwa bentuk persaingan industri radio di Jakarta adalah persaingan sempurna.
Akan tetapi, lain halnya dengan Medan, Surabaya, dan Makassar yang memiliki nilai HI di
antara 0.2 < HI < 0.7. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk persaingan pasar di kota-kota itu
adalah persaingan oligopoli.
Gambar 3-8 Radio Market Competitiveness dan Concentration
75
Pada Gambar 3-9 terlihat bahwa subsektor televisi tidak memiliki pesaing yang perlu diwaspadai
karena posisinya sudah cukup aman dan sangat dominan jika dibandingkan dengan subsektor
media lainnya. Berbeda halnya dengan subsektor radio yang menghadapi persaingan ketat dengan
subsektor internet dan surat kabar. Hal ini terjadi karena televisi pada awal ditemukannya sudah
dibentuk sebagai media yang menyajikan hiburan bagi masyarakat, sehingga mampu menarik
perhatian lebih sejak awal kemunculannya. Konten acara dengan gambar yang interaktif dan
menarik pun dinilai sukses mengikat masyarakat dari segala jenis lapisan ekonomi, umur, dan
budaya. Sementara itu, radio masih kalah populer dengan surat kabar yang, walaupun memiliki
keterbatasan audio, tetap mampu menampilkan visual yang menarik. Selain itu, keterbatasan
jaringan yang dimiliki oleh radio menjadi salah satu penyebab utama mengapa radio masih kurang
bersaing dengan media lainnya yang memiliki jangkauan siaran yang lebih luas.
Sumber: Nastiti, 2011
76
Banyaknya SDM kreatif dalam bidang televisi dan radio harus berhadapan dengan kondisi eksploitasi
karena merasa terlalu dikuasai oleh medianya. Sumber daya kreatif memiliki skor sebesar 4,0.
Rendahnya skor itu adalah akibat banyaknya pelaku industri SDM kreatif dalam bidang televisi dan
radio tidak diimbangi dengan perbaikan terhadap kondisi yang eksploitatif itu. Kemudian, kurikulum
yang tidak sesuai antara lembaga pendidikan dan industri kreatif televisi dan radio membuat
lulusan lembaga itu dinilai belum dapat memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan, sehingga
memerlukan masa pelatihan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Selain itu, jumlah lembaga
pendidikan yang ada di subsektor ini belum tersebar secara merata, hanya terdapat di kota-kota besar
dan belum mempunyai standar yang jelas. Dengan menggunakan tujuh aspek dalam penghitungan
daya saing, maka diperoleh skor daya saing untuk subsektor televisi adalah rata-rata sebesar 4,5.
NO
PERMASALAHAN
(TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN,
ANCAMAN)
POTENSI
(PELUANG DAN KEKUATAN)
77
NO
78
PERMASALAHAN
(TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN,
ANCAMAN)
POTENSI
(PELUANG DAN KEKUATAN)
INDUSTRI
PEMBIAYAAN
PEMASARAN
KELEMBAGAAN
NO
PERMASALAHAN
(TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN,
ANCAMAN)
POTENSI
(PELUANG DAN KEKUATAN)
10
11
79
BAB 4
Rencana Pengembangan
Televisi dan Radio
Indonesia
82
Secara strategis pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan
ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan
kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai
dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang
ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan
yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin
besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha
yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal.
SASARAN STRATEGIS
TUJUAN
MISI
VISI
Gambar 4-1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019
Terciptanya penyelenggaraan program tv & radio yang berkualitas serta berdaya saing secara
berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia
Mengembangkan dan
mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya untuk
menciptakan industri TV
& radio yang berkualitas
dan berdaya saing secara
berkelanjutan
Mengembangkan
proses
penyelenggaraan
konten TV & Radio
Indonesia yang
berkualitas dan
berdaya saing secara
berkelanjutan
3. Penciptaan
industri televisi
dan radio yang
berkualitas dan
berdaya saing secara
berkelanjutan
2. Perwujudan perlindungan,
pengembangan, dan
pemanfaatan sumber daya
budaya bagi
industri televisi dan
radio Indonesia secara
berkelanjutan
1.1. Meningkatnya kualitas
pendidikan yang mendukung
penciptaan orang kreatif di
bidang TV & Radio secara
berkelanjutan
3.1. Meningkatnya
wirausaha kreatif
lokal di bidang
TV & Radio yang
menghasilkan konten
yang berkualitas dan
berdaya saing
83
SASARAN STRATEGIS
3.2. Meningkatnya
usaha kreatif lokal
di bidang TV & Radio
yang berdaya saing
3.3. Meningkatnya
keragaman dan
kualitas karya kreatif
lokal di konten TV &
Radio
84
85
c. Adanya kebijakan bagi tenaga kerja asing media yang bekerja di Indonesia.
d. Adanya kebijakan kewajiban penerapan kode etik profesi.
e. Adanya kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi
dan radio.
3. Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya budaya lokal yang akurat dan terpercaya
serta dapat diakses secara mudah dan cepat.
a. Adanya laporan hasil pemetaan sumber daya alam dan budaya di setiap provinsi di
Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
b. Jumlah jurnal penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia
yang dapat digunakan untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
c. Jumlah jurnal tingkat nasional maupun internasional terkait riset dan pengembangan
sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten
penyiaran.
d. Adanya bank data pengetahuan sumber daya alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber inspirasi konten lokal televisi dan radio.
4. Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio yang menghasilkan
konten yang berkualitas dan berdaya saing.
a. Adanya laporan hasil pemetaan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.
b. Adanya program bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio di Indonesia.
5. Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio yang berdaya saing
a. Adanya laporan hasil analisis KBLI untuk industri televisi dan radio secara berkelanjutan
6. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten televisi dan radio.
a. Adanya festival konten lokal kreatif skala nasional setiap tahun.
b. Adanya kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban jumlah konten lokal televisi
untuk setiap segmen usia.
7. Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri televisi dan radio lokal yang
sesuai,mudah diakses, dan kompetitif.
a. Penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi dan radio.
8. Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar konten televisi dan radio di dalam negeri
dan luar negeri.
a. Adanya alokasi dana sebagai dukungan bagi konten kreatif televisi dan radio untuk
mengikuti ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri.
b. Adanya workshop bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan kualitas
produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.
c. Jumlah konten televisidan radio yang disiarkan di luar negeri.
9. Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan kompetitif.
a. Proporsi wilayah yang mendapat akses dan peningkatan kecepatan internet di
Indonesia meningkat.
b. Proporsi wilayah kota yang memiliki daya tangkap siaran televisi dan radio yang
memadai di Indonesia meningkat.
c. Jumlah gangguan infrastruktur pemancar siaran televisidan radio menurun.
86
10. Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif.
a. Adanya program kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman.
b. Adanya perangkat lunak lokal yang dikembangkan khusus untuk memenuhi kebutuhan
standar perangkat lunak pemrograman.
11. Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan
industri televisi dan radio.
a. Adanya kebijakan subsidi pajak fasilitas alat-alat penyiaran dan pemrograman.
b. Adanya kebijakan transfer pengetahuan bagi industri televisi dan radio asing yang
melakukan proses pemrograman di Indonesia.
12. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri
televisi dan radio secara berkualitas dan berkelanjutan.
a. Adanya lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen.
b. Meningkatnya jumlah asosiasi keprofesian media yang aktif dan berjalan dengan baik.
c. Adanya kebijakan standar birokrasi yang memfasilitasi penyelenggaraan penyiaran
konten televisi dan radio agar lebih mudah dan cepat.
d. Jumlah pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri televisi dan
radio yang diadakan dalam satu tahun.
13. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang
televisi dan radio baik itu di dalam dan luar negeri.
a. Jumlah pelaku/karya/usaha kreatif televisi dan radio yang ikut serta dalam festival
dan event internasional.
b. Adanya ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan
oleh pemerintah.
14. Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung
kebudayaan dan SDA lokal.
a. Jumlah konten lokal maupun orang kreatif dalam televisi dan radio yang menerima
penghargaan berskala nasional.
b. Jumlah penonton dan rating konten kreatif yang berkualitas mengalami peningkatan .
c. Jumlah tulisan terkait konten televisi dan radio di media massa yang sukses
dipublikasikan meningkat.
87
4.4.1 Arah Kebijakan Sumber Daya Manusia Kreatif di Industri Televisi dan
Radio yang Mampu Menghasilkan Konten yang Berkualitas dan Berdaya Saing
1. Mengembangkan dan memfasilitasi penciptaan lembaga pendidikan (formal dan nonformal) oleh pemerintah dan swasta di daerah yang memiliki potensi ekonomi kreatif di
bidang televisi dan radio.
2. Menyelaraskan antara tahapan pendidikan serta meningkatkan partisipasi dunia usaha
dalam pendidikan.
3. Menciptakan orang kreatif yang dinamis dan profesional yang menjunjung tinggi kode
etik profesi di tingkat nasional dan global.
4. Perlindungan kerja terhadap tenaga kerja kreatif Indonesia di dalam dan luar negeri.
4.4.3 Arah Kebijakan Industri Televisi dan Radio yang Berkualitas dan
Berdaya Saing Secara Berkelanjutan
1. Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan profesionalisme (skill-knowledge-attitude)
wirausaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio.
2. Mengembangkan standar usaha kreatif nasional yang diakui secara global serta memfasilitasi
usaha kreatif lokal untuk memenuhi standar industri kreatif nasional dan global.
3. Mengembangkan ide pengemasan konten karya kreatif baru di televisi dan radio yang
memanfaatkan sumberdaya budaya lokal secara berkelanjutan.
4.4.4 Arah Kebijakan Pembiayaan yang Sesuai, Mudah Diakses, dan Kompetitif
Menciptakan dan mengembangkan lembaga pembiayaan yang mempercepat perkembangan
industri kreatif.
4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar di dalam dan Luar Negeri yang
Berkualitas dan Berkelanjutan
1. Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif di dalam negeri yang dapat diakses
dengan mudah dan informasi didistribusikan dengan baik.
2. Meningkatkan kualitas branding, promosi, pameran, festival, misi dagang, BtoB networking
di dalam dan luar negeri.
3. Memperluas jangkauan distribusi produk kreatif di dalam dan luar negeri.
4.4.6 Arah Kebijakan Infrastruktur dan Teknologi yang Tepat Guna, Mudah
Diakses, dan Kompetitif
1. Menjamin ketersediaan, kesesuaian, jangkauan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan
performansi, infrastruktur telematika-jaringan internet; dan infrastruktur logistik dan energi.
2. Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara mudah dan kompetitif.
3. Mendorong pengembangan basis-basis pengembangan teknologi lokal yang mendukung
pengembangan industri kreatif.
88
89
90
91
92
BAB 5
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dalam penyusunan Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019, televisi
didefinisikan sebagai Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi
secaraberkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada
publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan, sedangkan radio di definisikan
sebagai Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi secara berkualitas
kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara
teratur dan berkesinambungan. Definisi tersebut merupakan hasil elaborasi dari proses analisis
yang meliputi kajian pustaka, wawancara mendalam, dan focus group discussion yang melibatkan
para narasumber yang mewakili pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, pelaku industri,
komunitas/asosiasi, dan kalangan intelektual.
Secara umum, ruang lingkup pengembangan televisi meliputi kategori berita lunak, kategori
hiburan, kategori permainan, serta kategori musik dan pertunjukan. Kategori berita lunak
dikelompokkan menjadi current affair, magazine, dokumenter, dan talkshow. Kategori hiburan
dikelompokkan menjadi drama dan komedi, variety show, general entertainment dan human
interest. Kategori permainan dikelompokkan menjadi game show dan reality show, sedangkan
kategori musik dan pertunjukan dikelompokkan menjadi pertunjukan, klip musik, dan program
klip musik. Radio memiliki ruang lingkup pengembangan yang berbeda, yang dikelompokkan
menjadi berita, siaran lepas, siaran dengan naskah, dan musik.
Perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada era sebelum kemerdekaan dengan
berdirinya stasiun radio pertama di Indonesia, Bataviase Radio Vereniging (BRV) pada tahun
1925. TVRI (Televisi Republik Indonesia) memulai siarannya dengan menayangkan peringatan
hari ulang tahun Republik Indonesia XVII pada tahun 1962, menandai dimulainya industri
pertelevisian nasional. Maraknya perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada
tahun 1988 pada saat Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), stasiun televisi swasta, mulai
mengudara. Diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran membuka lembaran baru dunia pertelevisian dan radio di Indonesia.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses
penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem televisi dan radio
yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan,
pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif televisi dan radio terdiri dari proses kreasi, produksi,
distribusi, dan penyiaran. Lingkungan pengembangan televisi dan radio meliputi kegiatan apresiasi
dan pendidikan, sedangkan pasar di dalam subsektor televisi dan radio dikelompokkan menjadi
penonton umum, penonton ahli, serta perusahaan pengiklan. Pengarsipan dalam subsektor
televisi dan radio dilakukan dengan melalui proses pengumpulan, restorasi, penyimpanan, dan
preservasi yang dilakukan baik oleh stasiun televisi dan radio, pemerintah, maupun komunitas.
Dampak ekonomi dari pengembangan subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari peta industri
yang menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward
linkage) dan ke arah hilir (forward linkage). Backward linkage di dalam subsektor televisi dan radio
diantaranya adalah konsultan konten media, jasa penyewaan lokasi, pembuat properti studio,
manajemen artis, jasa tata rias dan rambut, jasa penyewaan kostum, industri musik, pemasok
alat-alat penyuntingan, rumah produksi pembuatan iklan, dan lain-lain. Forward linkage di
dalam subsektor televisi dan radio diantaranya adalah industri hiburan, industri penerbitan,
96
komisi penyiaran, dan lain-lain. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari subsektor
televisi dan radio, rantai nilai kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang
umumnya terjadi di subsektor televisi dan radio, yaitu berupa Jaringan Televisi dan Radio Nasional
dan Lokal (Free to Air), Perusahaan Jaringan Siaran Berbayar, Rumah Produksi Independen,
dan Internet Protocol Based Provider.
Kontribusi ekonomi subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan,
aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat
di tahun 2013, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar
3,17% terhadap total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan
2010-2013 sebesar 6,9%. Dari sisi ketenagakerjaan, subsektor televisi dan radio memberikan
kontribusi sebesar 1,08% terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan
rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 1,34%.
Berdasarkan kondisi televisi dan radio di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi,
serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis
pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi
pengembangan televisi dan radio selama periode 20152019 adalah Terciptanya penyelenggaraan
program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan
sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.
Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang dimaksud adalah
industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang tidak hanya menghibur,
tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi, mengandung ajakan yang sifatnya
positif, serta bersifat mendidik. Konten yang dihasilkan juga diharapkan memiliki daya saing
yang tinggi yang berarti dalam pengemasannya, konten televisi dan radio mampu menonjolkan
unsur kreativitas tanpa memberikan efek negatif pada penikmatnya.
5.2 Saran
Pengembangan subsektor televisi dan radio dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada:
Mulai melakukan pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio.
Melakukan pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan
untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
Mulai menyediakan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber daya
alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
Membuat jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan
budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.
Menetapkan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia.
Mulai melakukan penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi
dan radio.
BAB 5: Penutup
97
Mulai memberikan bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan
kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.
Mulai memberikan fasilitas pengarsipan konten kreatif karya industri televisi dan radio
sebagai bentuk publikasi global untuk membantu pemasaran karya.
Mulai meningkatkan persebaran akses dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap.
Mulai meningkatan daya tangkap siaran televisi dan radio di seluruh kota di Indonesia.
Mulai memberikan fasilitas yang dibutuhkan asosiasi keprofesian media agar dapat aktif
dan berjalan dengan baik.
Mulai membentuk pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri
televisi dan radio.
Mulai memberikan fasilitas untuk publikasi tulisan terkait konten televisi dan radio di media masa.
Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu
dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan
di subsektor televisi dan radio, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian/lembaga,
dan memutakhirkan data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif.
98
LAMPIRAN
102
ARAH KEBIJAKAN
STRATEGI
2.1
2. Terwujudnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi industri TV & Radio Indonesia secara
berkelanjutan
1.2
1.1
1. Terciptanya sumber daya manusia kreatif di industri TV & Radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
MISI 1: Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, dan berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
MATRIKS TUJUAN, SASARAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TV DAN RADIO 2015-2019
Lampiran
103
ARAH KEBIJAKAN
STRATEGI
3.2
3.3
5.1
5. Terciptanya perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan
4.1
MISI 3: Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan
berdaya saing dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
3.1
3. Terciptanya industri TV & Radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
MISI 2: Mengembangkan proses penyelenggaraan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
104
ARAH KEBIJAKAN
6.2
STRATEGI
7.1
7.2
7. Terciptanya kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri TV & Radio Indonesia
Meningkatnya ketersediaan
infrastruktur yang memadai dan
kompetitif
6.1
6. Tersedianya infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
MISI/TUJUAN/SASARAN
Lampiran
105
7.3
14
MISI/TUJUAN/SASARAN
c
Meningkatkan akses dan distribusi
terhadap informasi/pengetahuan
terhadap sumber daya alam dan sumber
daya budaya lokal
Mengembangkan, memfasilitasi
pembentukan dan peningkatan kualitas
organisasi atau wadah yang dapat
mempercepat pengembangan ekonomi
kreatif
ARAH KEBIJAKAN
STRATEGI
106
INDIKASI STRATEGIS
1.1
1.2
Jumlah tenaga ahli dengan sertifikasi kompetensi di industri TV & Radio meningkat
Adanya kebijakan bagi tenaga kerja asing media yang bekerja di Indonesia
Adanya kebijakan kewajiban penerapan kode etik profesi
Adanya kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi dan
radio
c
d
e
Adanya lembaga sertifikasi yang diakui secara nasional/dan atau internasional di setiap
provinsi di Indonesia
Adanya buku laporan hasil pemetaan tenaga kerja TV & Radio yang dapat diakses oleh
publik
Jumlah institusi ilmu komunikasi dengan ketersediaan fasilitas yang memenuhi standar
meningkat
Adanya institusi pendidikan tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi yang terakreditasi
dan bersertifikasi di setiap provinsi
b
c
1. Terciptanya sumber daya manusia kreatif di industri TV & Radio yang mampu menghasilkan konten yang mengedukasi dan menginspirasi
MISI 1: Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, dan berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
Lampiran
107
INDIKASI STRATEGIS
Adanya laporan hasil pemetaan sumber daya alam dan budaya di setiap provinsi di
Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal TV & Radio
Jumlah jurnal penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia
yang dapat digunakan untuk memperkaya konten lokal TV & Radio
Jumlah jurnal tingkat nasional maupun internasional terkait riset dan pengembangan
sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran
Adanya bank data pengetahuan sumber daya alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber inspirasi konten lokal TV & Radio
a
b
c
d
3.2
3.3
d
e
adanya laporan hasil analisis KBLI untuk industri TV & Radio secara berkelanjutan
b
c
4.1
MISI 3. Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten TV & Radio Indonesia yang mengedukasi dan
menginspirasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
3.1
3. Terciptanya industri TV & Radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
MISI 2. Mengembangkan proses penyelenggaraan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
2.1
2. Terwujudnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi industri TV & Radio Indonesia secara
berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
108
Adanya alokasi dana sebagai dukungan bagi konten kreatif TV & Radio untuk mengikuti
ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri
Adanya workshop bagi unit usaha TV & Radio untuk meningkatkan kualitas produk agar
sesuai dengan standar pasar internasional
Jumlah konten TV & radio yang disiarkan di luar negeri
b
c
6.2
Adanya perangkat lunak lokal yang dikembangkan khusus untuk memenuhi kebutuhan
standar perangkat lunak pemrograman
Proporsi wilayah kota yang memiliki daya tangkap siaran TV & Radio yang memadai di
Indonesia meningkat
Proporsi wilayah yang mendapat akses dan peningkatan kecepatan internet di Indonesia
meningkat
7.1
7.2
b
c
Adanya kebijakan transfer pengetahuan bagi industri TV & Radio asing yang melakukan
proses pemrograman di Indonesia
b
a
7. Terciptanya kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri TV & Radio Indonesia
6.1
INDIKASI STRATEGIS
6. Tersedianya infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
5.1
5. Terciptanya perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan
MISI/TUJUAN/SASARAN
Lampiran
109
7.3
7.4
MISI/TUJUAN/SASARAN
Jumlah konten lokal maupun orang kreatif dalam TV & Radio yang menerima
penghargaan berskala nasional
Jumlah penonton dan rating konten kreatif yang berkualitas mengalami peningkatan
Jumlah tulisan terkait konten TV dan Radio di media massa yang sukses dipublikasikan
meningkat
b
c
Adanya ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan
oleh pemerintah
b
a
Jumlah pelaku/karya/usaha kreatif TV & Radio yang ikut serta dalam festival dan event
internasional
Jumlah pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri TV & Radio yang
diadakan dalam satu tahun
INDIKASI STRATEGIS
110
PENANGGUNG
JAWAB
2015
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Asosiasi keprofesian
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan;
Institusi pendidikan
tinggi
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan;
Institusi pendidikan
tinggi
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan;
Asosiasi keprofesian
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan;
Asosiasi keprofesian;
Institusi pendidikan
tinggi
SASARAN 1: Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara berkelanjutan
SASARAN/RENCANA AKSI
2016
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
111
SASARAN 2: Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang TV & Radio
SASARAN/RENCANA AKSI
Menteri Tenaga
Kerja dan
Transmigrasi; Menteri
Perdagangan; Menteri
Perindustrian;
Menteri Hukum
dan HAM; Pimpinan
daerah
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Kepala daerah
PENANGGUNG
JAWAB
2015
2016
X
2017
TAHUN
2018
2019
112
PENANGGUNG
JAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan;
Institusi pendidikan
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Riset dan
Teknologi;
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Kepala Daerah
SASARAN 3: Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat
SASARAN/RENCANA AKSI
2019
Lampiran
113
PENANGGUNG
JAWAB
2015
X
2016
X
2017
TAHUN
2018
2019
Menteri
Perindustrian;
Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Perdagangan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi;
Pimpinan daerah
Menteri
Perindustrian;
Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Perdagangan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Bappenas; Badan
Pusat Statistik
SASARAN 4: Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang penyelenggaraan program TV & Radio yang menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
SASARAN/RENCANA AKSI
114
Menteri Komunikasi
dan Informatika;
KoMISI Penyiaran
Indonesia
Menteri
Perindustrian;
Menteri Perdagangan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Menteri
Perindustrian;
Menteri Perdagangan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi;
Bappenas; Badan
Pusat Statistik
PENANGGUNG
JAWAB
2015
Menteri
Perindustrian;
Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif;
Menteri Keuangan;
Bank Indonesia
SASARAN 7: Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri TV & Radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif
SASARAN 6: Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten TV & Radio
SASARAN 5: Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang berdaya saing
SASARAN/RENCANA AKSI
2016
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
115
PENANGGUNG
JAWAB
Menteri
Perindustrian;
Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Perdagangan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Luar Negeri;
Menteri
Perindustrian;
Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Perdagangan; Menteri
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi
Kreatif; Menteri
Perindustrian;
Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Perdagangan;
Komunitas desain;
Asosiasi keprofesian;
SASARAN 8: Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar karya TV & Radio di dalam negeri dan luar negeri
SASARAN/RENCANA AKSI
2015
2016
2017
TAHUN
2018
2019
116
SASARAN 10: Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif
SASARAN/RENCANA AKSI
Menteri
Perindustrian;
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan;
Menteri Riset dan
Teknologi; Menteri
Koperasi dan UKM;
Menteri Perdagangan;
Menteri Komunikasi
dan Informatika;
Menteri Riset dan
Teknologi; Menteri
Hukum dan HAM;
Menteri Komunikasi
dan Informatika;
Menteri Riset dan
Teknologi; Menteri
Hukum dan HAM;
Menteri Komunikasi
dan Informatika;
Menteri Riset
dan Teknologi;
Menteri Pekerjaan
Umum; Menteri
Pembangunan
Daerah Tertinggal;
PENANGGUNG
JAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
2018
2019
Lampiran
117
Menteri
Perindustrian;
Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif;
Menteri Keuangan;
Bank Indonesia
Menteri
Perindustrian;
Menteri Riset dan
Teknologi; Menteri
Koperasi dan UKM;
Menteri Perdagangan;
PENANGGUNG
JAWAB
2015
Menteri Perdagangan;
Menteri
Perindustrian;
Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi;
Menteri Hukum dan
HAM;
SASARAN 11: Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri TV & Radio
SASARAN/RENCANA AKSI
2016
2017
TAHUN
2018
2019
118
PENANGGUNG
JAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
Menteri Komunikasi
dan Informatika;
KoMISI Penyiaran
Indonesia
Menteri Komunikasi
dan Informatika;
KoMISI Penyiaran
Indonesia
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Komunikasi
dan Informatika;
KoMISI Penyiaran
Indonesia
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi
Kreatif; Menteri
Perindustrian;
Menteri Komunikasi
dan Informatika;
KoMISI Penyiaran
Indonesia; Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan;
Institusi pendidikan;
Asosiasi keprofesian;
Komunitas media
SASARAN 12: Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri TV & Radio secara berkualitas dan berkelanjutan
SASARAN/RENCANA AKSI
2018
2019
Lampiran
119
PENANGGUNG
JAWAB
2015
2016
2017
TAHUN
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi
Kreatif; Menteri
Perindustrian;
Menteri Perdagangan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Pimpinan daerah;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi
Kreatif; Menteri
Perindustrian;
Menteri Perdagangan;
SASARAN 14: Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal
SASARAN 13: Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio baik itu di dalam dan luar negeri
SASARAN/RENCANA AKSI
2018
2019
348
120
Kreatif: Rencana
AksiRadio
Jangka
Menengah
2015-2019
Ekonomi Kreatif: RencanaEkonomi
Pengembangan
Televisi dan
Nasional
2015-2019