PENGEMBANGAN
T V & R ADIO
NA SIONAL
2015-2019
RENCANA PENGEMBANGAN
TELEVISI DAN RADIO NASIONAL
2015-2019
i
Edwina Triwibowo
Wawan Dhewanto
Penasihat
Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Pengarah
Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kemenparekraf
Harry Waluyo, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEK
Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan
Penanggung Jawab
Poppy Safitri, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEK
M. Iqbal Alamsjah, Direktur Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media
Sagit Suwidhi, Kepala Seksi Karya Kreatif Audio
Tim Studi
Edwina Triwibowo
Wawan Dhewanto
ISBN
978-602-72387-5-6
Tim Desain
RURU Corps (www.rurucorps.com)
Rendi Iken Satriyana Dharma
Sari Kusmaranti Subagiyo
Yosifinah Rachman
Penerbit
PT. Republik Solusi
v
Terima Kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD)
Abie Besman
Agnes Widyanti
Arie Ardianto (DJ Arie)
Bowo Usodo
Dadang Rahmat Hidayat
Danang Sanggabuwana
Dini Aryanti Putri
Erina HC Tobing
Gantama F Gandjar
Gebyar Ahadiakbar G
Gita Andriani
Harsya Subandrio
Hasudungan Silalahi
Helmy Yahya
Iqbal Ramadhan
Irman Meilandi
Kalamullah Ramli
Marcellus Ardiwinata
Prasetyo Wibowo
Prita Prawirohardjo
Ronni Suyanto
Syaharuddin
Theodora Rosa
Woro Widyastuti
Yogi Hartarto
Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang
penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif
adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di
Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya
alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya
menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Kita, secara
bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa
bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan
ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru
bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.
Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga
memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita
dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan
dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi
kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup,
pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.
Televisi dan radio sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, dapat didefinisikan
secara terpisah, yaitu televisi yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan
gagasan dan informasi secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar
yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan, serta
radio yang merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi
secara berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam
bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Saat ini masih ada masalah-masalah yang
menghambat pertumbuhan industri kuliner di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan
kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum
teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya,
minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai,
pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai
dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.
Dalam upaya melakukan pengembangan konten televisi dan radio di Indonesia, diperlukan
pemetaan terhadap ekosistem televisi dan radio yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar,
nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak
terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas
dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan
quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis
dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada
pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan.
vii
Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025 yang diterbitkan pada tahun 2009, di mana televisi dan radio merupakan salah satu bagian
dalam industri kreatif. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data, informasi,
telah dilakukan sejumlah Focus Discussion Group (FGD) dengan semua pemangku kepentingan
baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas
industri televisi dan radio secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci
pemahaman mengenai konten televisi dan radio dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam
percepatan pengembangan konten televisi dan radio lima tahun mendatang. Dengan demikian,
masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan konten televisi dan radio selama ini
dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, menciptakan konten televisi
dan radio yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan sebagai landasan yang kuat
untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.
Salam Kreatif
viii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Daftar Isi
BAB 2 EKOSISTEM & RUANG LINGKUP INDUSTRI TELEVISI DAN RADIO INDONESIA25
2.1 Ekosistem Televisi dan Radio 26
2.1.1 Definisi Ekosistem Televisi dan Radio 26
2.1.2 Peta Ekosistem Televisi dan Radio 29
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio 44
2.2.1 Peta IndustriTelevisi dan Radio 44
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio 50
2.2.3 Model Bisnis di Industri Televisi dan Radio 52
ix
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan 62
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga 63
3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor 64
3.2 Kebijakan Pengembangan Televisi dan Radio 66
3.3 Struktur Pasar Televisi dan Radio 68
3.3.1 Televisi 68
3.3.2 Radio 74
3.4 Daya Saing Televisi dan Radio 77
3.5 Potensi dan Permasalahan dalam Pengembangan T
elevisi dan Radio 77
xi
4.5.16 Mendukung adanya kebijakan subsidi kebutuhan fasilitas pengadaan penyiaran
dan pemrograman 91
4.5.17 Mendorong terjalinnya kerjasama antara industri Televisi dan radio dengan
pengembang perangkat lunak pemrograman dan penyiaran 91
4.5.18 Mendorong terciptanya penyempurnaan kebijakan terkait penyiaran yang bisa
mendukung iklim lingkungan bisnis televisi dan radio menjadi lebih kondusif 91
4.5.19 Memfasilitasi pembentukan lembaga milik pemerintah yang secara aktif
mendukung penciptaan konten Televisi dan radio yang berkualitas dan berdaya saing 91
4.5.20 Mengaktifkan kembali dan memfasilitasi asosiasi keprofesian media untuk
berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global 92
4.5.21 Memfasilitasi keikutsertaan konten kreatif Televisi dan Radio dengan memberikan
subsidi atau sponsorship bagi konten kreatif yang mampu ikut serta dalam festival dan
even internasional 92
4.5.22 Memberikan penghargaan bagi konten kreatif lokal maupun usaha kreatif secara
berkala 92
4.5.23 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif karya Indonesia 92
4.5.24 Memfasilitasi pengarsipan di bidang Televisi dan Radio yang dapat memperkaya
proses pengembangan konten acara kreatif 92
BAB 5 PENUTUP 95
5.1 Kesimpulan 96
5.2 Saran 97
LAMPIRAN 101
xii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Daftar Gambar
Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif
(BPS, 2013) 60
Gambar 3 - 2 Kontribusi Terhadap Total Tenaga Kerja Industri Kreatif (BPS, 2013) 61
Gambar 3 - 3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif (BPS, 2013) 62
Gambar 3 - 4 Kontribusi Terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga (BPS, 2013) 63
Gambar 3 - 5 Total Ekspor Subsektor Televisi dan Radio (BPS, 2013) 64
Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS,
2010-2013) 65
xiii
Gambar 3 - 7 Perkembangan Stasiun Televisi Nasional (Wikipedia, 2011) 68
Gambar 3 - 8 Radio Market Competitiveness dan Concentration (Nastiti, 2011) 75
Gambar 3 - 9 Proporsi Penikmat Media Elektronik dan Cetak (Menkominfo, 2011) 76
Gambar 3 - 10 Diagram Daya Saing Televisi dan Radio 77
Gambar 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019 83
xiv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
Daftar Tabel
xv
Ringkasan Eksekutif
Pergeseran makna dari televisi dan radio dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah
perkembangan teknologi, sosial dan budaya, bahkan kebutuhan politik. Hal ini menambah
keragaman fungsi televisi dan radio itu sendiri dari masa ke masa yang tentunya akan mempengaruhi
bagaimana kita akan mengembangkan televisi dan radio sebagai bagian dari ekonomi kreatif di
Indonesia. Pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks
ekonomi kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di
Indonesia pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan definisi dan ruang lingkupsebagai
salah satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan
segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas.
Secara umum, cakupan definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi
kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan
dengan konten acara televisi dan radio.
Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri kreatif,
maka perlu dilakukan pemetaan ekosistem dari subsektor televisi dan radio terhadap kondisi
ideal, yaitu suatu kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari industri
kreatif televisi dan radio yang berjalan di negara-negara yang sudah maju dan berdaya saing, dan
kondisi aktual dari industri kreatif televisi dan radio di Indonesia untuk memahami dinamika
yang terjadi di Indonesia. Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan
kondisi aktual dari subsektor televisi dan radio dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan
dari industri kreatif subsektor televisi dan radio sehingga dapat berkembang dengan baik, dengan
mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan, kelemahan,
ancaman, dan hambatan) yang dihadapi dalam mengembangkan industri kreatif subsektor televisi
dan radio di Indonesia.
Ekosistem televisi dan radiomerupakan sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling
ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai
kreatif dan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai tersebut. Peranan ekonomi
kreatif bagi Indonesia sudah semestinya diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat
nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif
yang mampu memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta dalam memajukan
Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh
seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk televisi dan radio.
Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB),
ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan
perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi
ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS tersebut dihitung berdasarkan data
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Visi, misi, tujuan dan, sasaran
strategis merupakan kerangka strategis pengembangan jangka menengahtelevisi dan radio pada
periode 2015-2019. Poin-poin tersebut menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku
kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi atau lembaga
terkait secara terarah dan terukur yang dijabarkan pada Bab 4 Rencana Pengembangan Televisi
dan Radio Indonesia.
xvi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Televisi dan Radio Nasional 2015-2019
xvii
“
If you fail to plan, you are planning to fail.
KULINER 2015-2019 PERIKLANAN 2015-2019 VIDEO 2015-2019
06
18
12
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
JANGK A MENENGAH
PERFILMAN
2015-2019
RENCANA AKSI
11
KERAJINAN 2015-2019
05
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
TV & RADIO 2015-2019
17
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
TEKNOLOGI INFORMASI 2015-2019
16
04
PENERBITAN 2015-2019
10
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
PENELITIAN & PENGEMBANGAN 2015-2019 SENI RUPA 2015-2019
09
15
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
Benjamin Franklin
ARSITEKTUR
JANGK A MENENGAH
2015-2019
RENCANA AKSI
“
ARSITEKTUR 2015-2019 MUSIK 2015-2019
08
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH SENI PERTUNJUKAN 2015-2019
14
RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH RENCANA AKSI JANGK A MENENGAH
Pemahaman mengenai definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi
kreatif akan menjadi penentu dalam perencanaan pengembangan televisi dan radio di Indonesia
pada periode 5 tahun mendatang. Dalam merumuskan definisi dan ruang lingkupsebagai salah
satu kegiatan ekonomi kreatif, perlu dirumuskan secara holistik dengan mempertimbangkan
segala aspek yang memaknai subsektor televisi dan radio yang memiliki fungsi media secara luas.
Secara umum, cakupan definisi dan ruang lingkup televisi dan radio dalam konteks ekonomi
kreatif lebih difokuskan ke dalam kegiatan yang memiliki unsur kreatif, yaitu yang berkaitan
dengan konten acara televisi dan radio.
Berbeda dengan radio yang pertama kali dibuat sebagai media penyebar informasi untuk publik,
pada awal masa penemuannya, televisi dikenal sebagai media yang digunakan untuk menampilkan
gambar bergerak yang disertai suara secara serentak kepada publik. Hal ini menjadikan fungsi
utama televisi adalah sebagai salah satu sumber hiburan bagi publik.
Seiring dengan adanya perkembangan industri jurnalistik, pada awal tahun 1950–an, televisi mulai
marak digunakan sebagai media penyampaian aspirasi rakyat secara luas. Definisi televisi pun
mulai bergeser menjadi suatu media yang memfasilitasi kultur demokratis pertama bagi publik
agar dapat menyuarakan pendapatnya tanpa terikat oleh peraturan pemerintah.1 Hal ini juga
dipicu oleh semakin maraknya stasiun-stasiun televisi dan radio milik swasta yang menyiarkan
beragam program acara yang tidak terkait dengan kepentingan pemerintah. Untuk mengontrol
hal tersebut, pemerintah di berbagai negara mulai memberlakukan undang-undang yang terkait
dengan peraturan penyiaran konten acara pada media elektronik.
Di Indonesia, definisi televisi dan radio secara umum selalu mengacu ke undang-undang yang
diberlakukan pada masanya. Saat ini, undang-undang yang berlaku terkait dengan penyiaran
adalah Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002. Dalam UU Penyiaran tersebut terdapat
Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau
yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima
melalui perangkat penerima siaran. Sedangkan penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran
melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan
menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan atau media lainnya, untuk
dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.
Selain istilah siaran dan penyiaran yang terkait dengan industri televisi dan radio, dalam UU
Penyiaran No. 32 Tahun 2002 juga didefinisikan lebih jauh terkait dengan kegiatan penyiaran
televisi dan radio, sebagai berikut ini:
Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat dilihat bahwa siaran dan penyiaran merupakan kegiatan
atau proses penyebarluasan dari konten televisi dan radio kepada publik secara serentak. Dalam hal
ini, unsur kretivitas itu sendiri tidak terlalu banyak dilibatkan secara langsung, sehingga kegiatan
penyiaran dan siaran dalam subsektor televisi dan radio di ekonomi kreatif tidak akan terlalu
difokuskan. Oleh karena itu, definisi televisi dan radio secara umum berdasarkan undang-undang
perlu dilakukan penyesuaian lebih lanjut sehingga relevan dengan kontekstual pengembangan
ekonomi kreatif di Indonesia.
Dengan mempertimbangkan empat fungsi utama media kepada publik, yaitu sebagai sumber
informasi, fasilitas hiburan, memberikan pendidikan, serta memberikan unsur persuasi, maka
definisi televisi dan radio dalam konteks ekonomi kreatif sebaiknya mampu mencakup keempat
fungsi tersebut, serta mampu menciptakan atau meningkatkan nilai tambah baik secara ekonomi
maupun secara sosial kepada publik. Oleh karena itu, pengembangan televisi dan radio sangatlah
terkait dengan pengembangan konten televisi dan radio yang terkait dengan pengelolaan gagasan
dan informasi yang dikemas sehingga dapat menghasilkan konten yang menghibur, menginspirasi
dan mendidik bagi para penikmatnya.
Dalam definisi televisi dan radio di atas, terdapat beberapa kata kunci yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam menjelaskan definisi televisi dan radio secara lebih mendalam, yaitu:
1. Proses pengemasan yang dimaksud adalah kegiatan pemrograman informasi atau
gagasan yang diajukan sebagai ide agar menjadikonten acara televisi dan radio. Pada
proses pengemasan, unsur kreativitas dinilai memiliki pengaruh dan keterlibatan yang
tinggi dalam upaya menghasilkan konten acara yang berdaya saing;
2. Gagasan yang dimaksud adalah rancangan yang tersusun di pikiran para pencetus ide kreasi
konten acara yang kemudian dapat dituangkan dalam bentuk konsep akhir atau naskah;
3. Informasi yang dimaksud merupakan penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita
terkait suatu kejadian yang nantinya akan dikemas menjadi suatu konten acara yang
sifatnya informatif;
4. Berkualitas dalam hal ini merupakan konten acara yang memiliki standar estetika dan
teknis yang baik dengan konten yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, baik sebagai
sumber informasi, hiburan, pendidikan, serta unsur persuasi, sehingga dapat memberikan
hiburan, pengetahuan, ataupun dampak sosial dan budaya yang positif bagi masyarakat.
Adapun untuk konten radio, ruang lingkup dari materi yang disiarkannya sendiri dibedakan
berdasarkan beberapa jenis kategori sebagai berikut ini:
1. Berita, yaitu konten-konten acara yang menyiarkan suatu kejadian atau situasi tertentu
baik yang terjadi di wilayah lokal, nasional, maupun internasional;
2. Siaran lepas, yaitu konten acara yang dibawakan secara bebas oleh penyiar dengan satu
tema tertentu yang telah ditentukan;
3. Siaran dengan naskah, yaitu konten acara yang sepenuhnya mengacu pada naskah yang
telah disusun sebelumnya tanpa adanya improvisasi dialog oleh penyiar;
4. Musik, yaitu konten radio yang hanya terdiri dari beberapa kumpulan lagu tanpa adanya
konten tambahan dari penyiar.
Sedangkan di Indonesia sendiri, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam keputusan KPI yang
berlaku, yakni Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KPI, yakni
Pasal 21 P3 dan Pasal 33 – 39 SPS, menyatakan bahwa konten penyiaran dapat diklasifikasikan
berdasarkan penonton yang kemudian disebut sebagai rating penonton, sebagai berikut:
1. Kategori P (Pra-sekolah), untuk anak umur 2 hingga 6 tahun;
2. Kategori A (anak-anak), untuk usia 7 hingga 12 tahun;
3. Kategori R (remaja), untuk usia 13 hingga 17 tahun;
4. Kategori D (dewasa), untuk usia di atas 18 tahun;
5. Kategori SU (semua umur), untuk seluruh kelompok usia di atas 2 tahun.
Sedangkan, kategori pengelompokan ruang lingkup konten radio sendiri dapat digambarkan
seperti pada Gambar 1-2.
Kemudian pada tahun 1876, Alexander Graham Bell berhasil menemukan alat komunikasi media
secara elektronik melalui telepon, yang pada saat itu merupakan terobosan baru media komunikasi,
di mana jalur informasi bisa diberikan secara real time dalam dua arah. Telepon yang ditemukan
oleh Bell, kemudian mengundang minat David Sarnoff, seorang manajer di perusahaan telegram,
American Marconi, untuk mengadopsi teknologi nirkabel yang digunakan telepon pada telegram,
sehingga informasi yang disebarkan dengan telegram dapat disiarkan secara cepat.
Jika dirunut berdasarkan waktu, maka perkembangan televisi dan radio ini dapat dilihat pada
beberapa periodisasi, yaitu pada Era Pra Perang Dunia I; Era Perang Dunia I (1914–1918); Pasca
Perang Dunia I; Era Perang Dunia II (1939–1945); Era Pasca Perang Dunia II;danEra Modern.
Era Pra Perang Dunia I. Sebelum Perang Dunia I terjadi, Reginald Fessenden dengan bantuan
perusahaan General Electric Corporation Amerika, berhasil menciptakan pembangkit gelombang
radio kecepatan tinggi yang dapat mengirim suara manusia dan juga musik. Sementara itu,
tabung hampa udara yang ketika itu bernama audion berhasil pula diciptakan. Penemuan audion
menjadikan penerimaan gelombang radio menjadi lebih mudah. Akan tetapi, pemerintah dan
publik masih belum menilai radio sebagai suatu media yang cukup teruji dalam menyampaikan
informasi dengan cepat dan akurat.
Kepopuleran dan pentingnya peran radio dalam menyampaikan pesan secara serentak kepada
publik mulai diakui pada tahun 1909 ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil
menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam.
Berdasarkan peristiwa tersebut, radio dinilai sebagai medium yang teruji dalam menyampaikan
informasi yang cepat dan akurat, sehingga pemerintah pun mulai melirik radio.
Era Perang Dunia I (1914–1918). Pada masa Perang Dunia I, Sarnoff menerbitkan sebuah
memoyang menyatakan bahwa radio music box mulai bisa dijual dan dimiliki secara pribadi oleh
publik.Secara resmi, badan militer angkatan laut memiliki hak penuh untuk mengelola penyiaran
Ketika Amerika mulai terlibat ke dalam Perang Dunia I, stasiun radio milik swasta terpaksa
dihentikan hak siarnya dan sebagian diambil alih kepemilikannya oleh pemerintah. Bahkan,
pemerintah pun menetapkan bahwa selama perang dunia berlangsung, masyarakat dilarang memiliki
stasiun radio pribadi ataupun receiver radio. Sehingga, pada saat Perang Dunia I berlangsung,
radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasauntuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi
dan politik secara umum di internal pemerintahan. Hingga setelah Perang Dunia I hampir usai,
masyarakat mulai menuntut keterbukaan informasi terkait kondisi dan perkembangan Perang
Dunia I dari pemerintah dan militer. Pada tahun 1919, pemerintah Amerika mulai mengumumkan
status konflik Perang Dunia I yang telah berakhir, dan Marconi pun berhasil membuat negosiasi
peraturan akan kebebasan publik untuk terlibat di dunia penyiaran, di bawah pengawasan
pemerintah sebagai syarat utamanya.
Pasca Perang Dunia I. Stasiun radio yang pertama kali muncul di Amerika dan bahkan di
dunia, adalah KDKA pada tahun 1920.2 Stasiun radio KDKA menjadi ikon pelopor stasiun radio
swasta di dunia, hingga akhirnya stasiun radio milik pribadi lainnya mulai bermunculan. Hingga
pada tahun 1926, sebuah perusahaan manufaktur radio berhasil mengembangkan teknologi
yang membuat sistem instalasi radio menjadi lebih sederhana, sehingga dapat digunakan secara
pribadi di rumah penduduk. Penemuan tersebut memiliki dampak signifikan pada kepopuleran
radio sebagai alat media masa di era pasca Perang Dunia I. Hal ini ditunjukan dengan jumlah
Adapun stasiun radio yang cukup popular di Inggris, yang hingga kini masih menguasai dunia
penyiaran, mulai didirikan, yaitu British Broadcasting Company (BBC) oleh General Post Office
(GPO) pada tahun 1922. Pembentukan BBC ini merupakan gabungan dari enam perusahaan
telekomunikasi, di antaranya adalah Marconi (perusahaan komunikasi radio), Metropolitan
Vickers (MetroVick), General Electric, Western Electric, dan British Thomson-Houston. pada saat
itu, konten drama radio sangat populer, hingga di tahun 1929, BBC memperoleh 6000 naskah
drama radio yang dikirimkan untuk disiarkan.3
Era Perang Dunia II (1939–1945). Memasuki era Perang Dunia II, perkembangan sistem
frekuensi radio sempat terhenti seiring dengan terhambatnya perkembangan teknologi. Sistem
radio yang populer digunakan pada saat itu adalah frekuensi Amplitudo Modulasi (AM), di
mana kualitas suara yang dimiliki masih terbatas jika dibandingkan dengan kualitas frekuensi
radio FM saat ini. Baru pada pertengahan 1930–an, Edwin H. Amstrong berhasil menemukan
radio yang menggunakan frekuensi FM. Akan tetapi, meletusnya Perang Dunia II menghambat
pengembangan frekuensi radio FM untuk dipopulerkan kepada masyarakat. Faktor lain yang
menghambat perkembangan radio FM pada saat itu adalah ketertarikan industri yang mulai
berkurang terhadap radio yang disebabkan oleh mulai meningkatnya kepopuleran televisi.6 Industri-
industri besar lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam pengembangan televisi di ranah publik.
Meskipun terhambat dan cenderung berlangsung sangat lambat, akan tetapi penyempurnaan
teknologi baru pemrograman televisi dapat diselesaikan ketika Perang Dunia II telah berakhir.
Hal ini tentunya berhasil mendorong kemajuan industri televisi dalam melakukan proses produksi
konten acaranya. Kamera televisi yang baru dikembangkan tidak lagi membutuhkan banyak cahaya
untuk dapat menangkap kualitas gambar yang baik, sehingga para pengisi acara di studio tidak
lagi terganggu dengan alat pencahayaan yang berlebihan. Pengembangan lain yang ditemukan
adalah ukuran layar televisi yang lebih besar, serta terdapat lebih banyak program yang tersedia
dan sejumlah stasiun televisi lokal pun mulai membentuk jaringan.
Adapun stasiun televisi jaringan yang pertama kali dibuat adalah WRGB, sebuah stasiun televisi
yang berlokasi di Albany, New York, USA. WRGB memulai percobaan penyiaran pertamanya
dengan dukungan penuh oleh perusahaan General Electric pada awal tahun 1928.7 Hingga
di akhir tahun 1928, program televisi harian pertama pun mulai disiarkan secara reguler oleh
WRGB hingga sebelum Perang Dunia II berakhir. Kini, WRGB masih mengudara di bawah
merek dagang CBS 6 dan mendominasi siaran berita televisi di Amerika dengan stasiun CBS 6
News andalannya. Sedangkan di Inggris, BBC sendiri memulai siaran percobaan untuk televisi
pada tahun 1932, hingga akhirnya mulai menyiarkan programnya secara reguler pada tahun
1934. Namun sayangnya, pada 1939 hingga 1946, siaran televisi dihentikan karena adanya
Perang Dunia II.
(6) http://asiaaudiovisualrb09agisuseno.wordpress.com/sejarah-penyiaran-dunia/
(7) http://en.wikipedia.org/wiki/WRGB, July 2014
Era Pasca Perang Dunia II. Mulai akhir tahun 1945, setelah Perang Dunia II berakhir dan
kesejahteraan masyarakat mulai mengalami peningkatan, harga pesawat televisi pun mulai dirasa
tidak terlalu tinggi. Masyarakat pun mulai beralih ke televisi sebagai media penyaji hiburan
sehari-hari. Hal ini tentunya membuat jumlah stasiun televisi mengalami peningkatan yang
cukup pesat, dan jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat televisi pribadi pun mencapai
lebih dari 50% dari total jumlah rumah tangga.
Perkembangan industri televisi juga dipicu oleh industri televisi di AS yang mulai mengikuti model
industri radio untuk membentuk jaringan. Stasiun televisi lokal selain menayangkan program
lokal juga bekerjasama dengan tiga televisi jaringan yaitu CBS, NBC, dan ABC. Sebagaimana
radio, ketiga televisi jaringan itu juga menjadi sumber program utama bagi stasiun afiliasinya.
Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah stasiun radio dan televisi di dunia, maka kebutuhan
bisnis dan komersil di industri televisi dan radio pun semakin tinggi. Hal ini kembali membuat
makna kata televisi dan radio mengalami perluasan menjadi tidak hanya sebatas media penyebaran
berita dan hiburan, tetapi juga informasi terkait kebutuhan komersil atau iklan.
Disamping perkembangan era multimedia yang semakin pesat, pada September 1997, National
Geographic Channels mulai secara resmi diluncurkan di Inggris, Eropa, dan Amerika. Pada
awal kemunculannya, National Geographic Channels dinilai berhasil mengangkat konten
pendidikan dan ilmu pengetahuan sebagai tren yang berbeda di dunia penyiaran.8 Hingga dua
Semakin pesatnya perkembangan teknologi media digital, hal ini tentunya membuat definisi televisi
dan radio menjadi jauh lebih luas lagi. Titlaw (2012), seorang pakar media internasional,kemudian
memaknai penyiaran televisi dan radio sebagai suatu kegiatan yang menyuguhkan informasi dan
hiburan secara audio dan audio-visual kepada seluruh publik, terlepas dari jaringan distributor
yang digunakannya. Salah satu contoh kesuksesan televisi berbasis web baru-baru ini adalah
keberhasilan yang dicapai oleh Netflix pada tahun 2013,dengan menoreh sejarah sebagai stasiun
televisi berbasis web pertama yang mampu meraih nominasi Primetime Emmy Award untuk
drama seri House of Cards, Arrested Development, dan Hemlock Grove pada Primetime Emmy
Awards ke-65.
Pada 8 Maret 1942, saat Belanda menyerahkan diri kepada Jepang, radio siaran yang ada
dihentikan sepenuhnya. Kemudian Jepang mendirikan lembaga penyiaran baru yang dinamakan
Hoso Kanri Kyoko dengan cabang-cabangnya di Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang,
Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang. Kedelapan stasiun daerah inilah yang kemudian
menjadi embrio pendirian Radio Republik Indonesia (RRI). Setelah masa ini, kemudian televisi
dan radio di Indonesia berkembang dalam beberapa era, yaitu: Era Kemerdekaan Indonesia (Orde
Lama, 1945–1965); Orde Baru (1966–1998); Era Reformasi.
Era Kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, 1945–1965). Di awal masa kemerdekaan, RRI mulai
didirikan oleh pemerintah Indonesia sebagai stasiun radio resmi pertama milik pemerintah pada
11 September 1945. Pada masa itu, RRI mempunyai peran penting dalam mengampanyekan
proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 kepada dunia. Berkat siaran
Orde Baru (1966–1998). Pergeseran kekuasaan politik ekonomi di Indonesia turut memengaruhi
industri televisi dan radio di Indonesia. Pada masa pemerintahan orde baru, RRI sebagai satu-
satunya radio siaran milik pemerintah, sempat mengalami konflik ketika RRI diperebutkan oleh
Partai Komunis Indonesia(PKI) dan militer untuk menyiarkan propagandanya. Hingga akhirnya,
RRI menjadi media utama yang digunakan untuk menyebarkan kepentingan-kepentingan politik
pemerintah pusat dan daerah.
Mengacu pada UU No. 5 Tahun 1964, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor
55 Tahun 1970, tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Dalam peraturan tersebut, konten siaran
radio non pemerintah diwajibkan memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidik, penerangan,
hiburan, bukan alat untuk kegiatan politik.11 Akan tetapi, akomodasi yang diberikan oleh
pemerintah ini sifatnya menjadi sangat terbatas, karena peran politis radio dan televisi swasta
menjadi ditiadakan sama sekali. Siaran-siaran yang sifatnya politis hanya diberikan kepada RRI
dan TVRI, yang selanjutnya di-relay oleh televisi dan radio swasta. Selain itu, sistem kepemilikan
media hanya terkonsentrasi pada sejumlah golongan yang berpengaruh di masa pemerintahan
Orde Baru. Hal ini ditunjukkan ketika anak pertama Presiden Soeharto, Siti Hardianti Rukmana
yang ditunjuk sebagai ketua umum Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI)
yang bertugas mengelola penyiaran radio swasta di Indonesia.
Memasuki tahun 1988, industri televisi dan radio di Indonesia mulai mengalami perkembangan
yang pesat ketika stasiun televisi dan radio milik swasta mulai berdiri. Pada saat itu, pemerintah
mulai mengijinkan televisi swasta beroperasi di Indonesia. Stasiun televisi milik swasta yang
pertama kali didirikan di Indonesia adalah RCTI.Tidak lama setelah RCTI didirikan, stasiun
televisi swasta lainnya pun mulai bermunculan dalam waktu yang singkat, di antaranya adalah
SCTV (1989), TPI (1990), ANTV (1993), INDOSIAR (1995),dan sebagainya.Untuk dapat
mengimbangi persaingan dengan televisi swasta, TVRI pun mulai mencoba berinovasi dengan
menghadirkan konten yang unik dan berbeda. Salah satu konten yang cukup ikonik pada saat
itu adalah program Berpacu Dalam Melodi (BDM) yang diciptakan pada tahun 1988 oleh Ani
Sumadi. Program BDM juga lah yang membawa nama Koes Hendratmo mulai populer di Indonesia.
Adapun konten-konten unggulan yang sarat nilai pendidikan dan inspirasi pada saat itu adalah
Aneka Ria Safari di tahun 1980–an, serta Titian Muhibah yang sarat nilai budaya di tahun 1990.
Hal ini tentunya membuat TVRI menjadi semakin tertekan dalam persaingan industri pertelevisian,
ditambah lagi, pada tahun 1981, dengan berbagai alasan politis TVRI tidak diijinkan lagi
menayangkan iklan. Seiring dengan perkembangan jumlah stasiun televisi swasta di Indonesia,
pada tahun 1997 DPR-RI akhirnya menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Penyiaran
yang kemudian disahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Penyiaran, pada tanggal 29 September 1997.
Ketatnya persaingan industri televisi swasta di Indonesia memicu para pelaku usaha untuk
semakin kreatif menciptakan konten-konten yang menarik dan kompetitif. Pada masa inilah,
penayangan hak siar konten acara luar negeri mulai gencar dilakukan dan meraih respon yang
positif dari para pemirsa-nya. Saat itu, konten serial drama seperti telenovela yang dipopulerkan
oleh SCTV, hingga serial drama produksi dalam negeri (sinetron) pun marak ditayangkan hampir
di seluruh stasiun televisi pada jam tayang yang hampir bersamaan. Jenis penonton yang dibidik
untuk segmen tayangan serial drama ini mayoritas adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja
dan menghabiskan banyak waktunya di rumah. Tak heran apabila iklan-iklan yang disuguhkan
di sela-sela program acara tidak luput dari produk-produk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Era Reformasi. Masa reformasi yang diawali dengan demo dan kerusuhan besar-besaran di
tahun 1998, merupakan salah satu titik di mana media juga ikut mulai menuntut kebebasan
dalam berkarya. Berkembangnya ruang gerak media penyiaran pada masa reformasi tentunya
memberikan pengaruh besar kepada peningkatan jumlah pemodal yang berinvestasi di industri
tersebut. Pergerakan reformasi juga memicu pergeseran kepemilikan bisnis radio dan televisi
di Indonesia yang ditunjukan dengan mulai maraknya para pengusaha yang terjun ke bidang
media penyiaran.
Tren konten acara yang disuguhkan oleh televisi swasta yang baru bermunculan pun mulai bergerak
ke arah talk show dan variety show komedi. Acara variety show yang diadaptasi dari konten luar
negeri pun mulai menjadi tren baru yang mendominasi sebagian besar stasiun televisi, seperti
salah satu contoh program yang sangat populer pada saat itu adalah Ekstravaganza milik Trans
TV. Bukan hanya variety show yang sifatnya lucu, tetapi beberapa rumah produksi mulai berani
bereksperimen dengan memberikan tayangan reality show yang cukup kontroversial, seperti Dunia
Lain, Akademi Fantasi Indosiar, dan Termehek-Mehek. Acara-acara yang dinilai kontroversial
dan berani ini ternyata berhasil menjadi acara yang banyak diminati penonton pada saat itu.
Hal yang sama juga terjadi pada industri radio. Konten acara seperti dongeng cerita hantu serta
reality show yang dinilai usil dengan mengerjai pendengarnya, secara spontan pun menjadi favorit
sebagian stasiun radio. Di Bandung, cerita ber-genre horor, Nightmare Side, sempat menjadi acara
primadona yang mampu meraup jumlah pendengar yang cukup tinggi. Hingga akhirnya beragam
kritikan pedas muncul terkait acara-acara yang dinilai memberikan dampak buruk psikologis
pada para pendengarnya serta penyalahgunaan informasi pribadi milik para pendengar, maka
acara seperti ini mulai dikurangi.
Adapun pada era peralihan sinyal analog menjadi sinyal digital sudah mulai merambah dunia
media Indonesia, Kabelvision pun mengeluarkan merek dagang baru dengan nama Digital1,
yang menggunakan sinyal digital sebagai jaringan penyiarannya. Kemudian pada tahun 2007,
Kabelvision bergabung dengan Digital1 di bawah nama First Media.
Mulai bergesernya kanal televisi dan radio di Indonesia menjadi media multi-platform ditandai
dengan meningkatnya pengguna layanan streaming seperti Youtube, Vimeo, Netflix, serta
webstreaming lainnya yang menyiarkan konten-konten acara televisi dan radio di Indonesia.
Bahkan kini, sebagian besar situs resmi stasiun televisi dan radio telah menyediakan layanan
streaming konten-konten acaranya. Adapun stasiun televisi swasta di Indonesia yang memanfaatkan
media digital sebagai strategi utamanya dalam melakukan penetrasi dan perluasan pasar, adalah
NET TV. Sebelum NET TV mulai mengudara sebagai salah satu stasiun televisi berjaringan,
NET TV telah terlebih dahulu menjaring pasar global dengan memanfaatkan streaming platform
melalui Youtube.
Era media digital ini, tentunya akan jauh lebih terbuka, sehingga membuat peningkatan
keragaman pasar semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu, digitalisasi media
juga menimbulkan dinamika industri televisi dan radio menjadi lebih kompleks, membuat
perkembangan tren konten acara yang diminati pun menjadi sangat cepat berubah.
Tidak hanya acara hiburan, konten berita di Indonesia pun apabila tidak dikelola dengan baik,secara
tidak disadari justru dapat memprovokasi ataupun menimbulkan keresahan masyarakat. Hal
ini terlihat dari konten berita-berita aktual yang menampilkan peristiwa kejahatan, kerusuhan,
serta maraknya kasus korupsi. Konten-konten seperti itu apabila ditayangkan secara bebas,
dinilai dapat menimbulkan efek negatif yang memengaruhi optimisme dan kepercayaan rakyat,
terutama kaum muda. Selain itu, konten berita yang kini disuguhkan kepada masyarakat memiliki
unsur independensi yang sangat rendah di dalamnya. Kepentingan politis yang kental di dunia
media membuat laporan berita tidak lagi menjadi objektif dan independen, sehingga terjadi
kesimpangsiuran fakta yang terjadi sesungguhnya. Konten-konten seperti inilah yang sangat
sulit untuk dikendalikan oleh pemerintah secara teliti dan terus menerus. Hal ini dapat menjadi
tantangan tersendiri bagi pemerintah dan lembaga pengawasan penyiaran yang bertugas untuk
mengawasi konten kualitas penyiaran baik yang dihasilkan dari dalam negeri maupun konten
dari luar negeri yang disiarkan di Indonesia.
et TV didirikan sebagai
Sistem Komunikasi
1979 Siaran televisi 2 13
1976 Satelit omestik (SKS ) ber arna
stasiun TV yang memba a
revolusi media di era
melalui satelit Palapa diperkenalkan. modern.
(satelit pertama milik
Indonesia) diluncurkan.
Pemahaman antara kondisi ideal subsektor televisi dan radio dengan kondisi aktualnya dapat
memberikan gambaran mengenai kebutuhan dari sebsektor ini sehingga dapat berkembang
dengan baik dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan
(tantangan, kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi.
Ekosistem subsektor televisi dan radio adalah sebuah sistem yang menggambarkan hubungan
saling ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan
nilai kreatif dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan tersebut, dibuatlah sebuah peta ekosistem
yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu:
1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain) adalah rangkaian proses penciptaan nilai
kreatifdimana transaksi sosial, budaya, dan ekonomi terjadi didalamnya. Pada setiap
proses, terdapat aktivitas utama, aktivitas pendukung, dan peran utama yang terkait
dengan setiap proses yang terjadi. Pada subsektor televisi dan radio, proses yang terlibat
dalam rantai nilai kreatif yang terjadi adalah kreasi–produksi–distribusi–komersialisasi.
Terdapat dua jenis industri yang terlibat pada rantai nilai kreatif (Creative value chain),yaitu
industri utama yang merupakan penggerak dalam subsektor televisi dan radio, serta
industri pendukung (backward-forward linkage industry) yang berfungsi untuk mendukung
pengembangan industri kreatif utama.
3. Pasar (Market) - Konsumen, Khalayak, dan Customer adalah pihak yang mengapresiasi
karya kreatif dari subsektor televisi dan radio. Ketiga jenis pasar tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Berikut penjelasannya.
a. Konsumen adalah orang yang membeli karya kreatif berupa konten acara dari
industri subsektor televisi dan radio.
b. Khalayak adalah orang yang menonton karya kreatif dari subsektor televisi dan radio,
yang dapat dibedakan menjadi dua: khalayak umum yang menikmati konten acara
hanya dengan kepekaan indrawi, dan khalayak ahli yang menikmati konten acara
dengan pengetahuan yang khusus. Khalayak ahli memiliki peran yang vital dalam
pengembangan industri televisi dan radio karena mereka menciptakan wacana, kritik,
dan kurasi yang dapat meningkatkan kualitas dari konten acara serta meningkatkan
kualitas pemahaman dari pasar terhadap kreativitas.
c. Customer adalah pihak yang membeli menggunakan jasa dari subsektor televisi dan
radio untuk meningkatkan kesejahteraan bisnisnya.
4. Pengarsipan (Archiving) adalah proses preservasi terhadap karya kreatif dan dokumentasi
karya kreatif tersebut yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh pemangku
kepentingan (orang kreatif, pemerintah, lembaga pendidikan, pelaku bisnis, komunitas,
dan intelektual) yang terlibat di dalam ekosistem televisi dan radio sebagai media
pembelajaran dan literasi.
Keempat komponen ini dalam subsektor televisi dan radio mempunyai peran yang berbeda dan
saling berinteraksi sehingga membentuk sebuah siklus dalam sebuah ekosistem subsektor televisi
dan radio yang dapat menghasilkan rantai nilai kreatif secara berkelanjutan. Melalui ekosistem
ini diharapkan proses penciptaan nilai kreatif, aktivitas,dan output dari setiap proses dan peran
yang terlibat didalamnya dapat terpetakan dengan baik sehingga rencana pengembangan yang
dibuat akan lebih sistematis dan tepat sasaran.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 27
Gambar 2 - 1 Peta Ekosistem Televisi dan Radio
,gnimaerts beW ,VTPI ,VTi lanaK rais kaH ,gnusgnal narais araca netnoK tpircs retniop nad haksaN
tsacdop ,ppa elibom tsagcndim aerts bew
op ppa elibom desaB-PI araca netnok namaker narais araca netnok ypoc retsaM
kilbuP seskA
TEKRAM naaraggneleynep nakajibeK
GNIVIHCRA
nalupmugneP netnok nakajibeK naraiynep :nagnareteK
notnoneP IKH nakajibeK naraiynep
mumU fitaerK ialiN iatnaR
isarotseR nanapmiyneP NAANIBMEP sineJ/amatU sativitkA
notnoneP kilbuP seskA gnukudneP sativitkA
ilhA
amatU ukaleP
naahasureP isavreserP isaisosA
nalkigneP mulukiruK nakajibeK tuptuO
satinumoK ,hatniremeP ,oidaR/VT nuisatS aideM nakididneP tnemnorivnE ecnarutruN
& ECNEIDUA
TEKRAM
kilbuP seskA
ISAISERPA NAKIDIDNEP
naagrahgnep nairebmeP iggnit takgnit nakididneP :lamrof noN :lamroF :lamrof noN :lamroF :lamrof noN :lamroF
atsaws aidem helo aganeT nasalu nairebmeP
kididnep naraiyneP pohskroW umlI iggniT halokeS susruK amolpiD
naagrahgnep nairebmeP tujnal takgnit nakididneP
emsilanruJ & isakinumok negA halokeS araca netnok
hatniremep helo iggniT halokeS iracnep umlI iggniT gniniarT anajraS
hagnenem takgnit nakididneP
gnitar nairebmeP isamrofnI igolonkeT takab isakinumok
oidar/VT araca margorp
pohskroW anajraS acsaP
rasad takgnit nakididneP
aut gnarO namlfireP halokeS isitepmoK halokeS kitirk nairebmeP
rotkoD
araca netnok IKH inid aisu kana nakididneP kitsilanruj halokeS iracnep amard iggnit araca netnok
ISAISERPA isakfiitresreb takab narep ines & isakfiitreS
hatniremeP nad nakididneP isutitsnI ,yevruS agabmeL ,kitsilanruJ isaisosA ilhA notnoneP ,nednepednI iskudorP hamuR ,hatniremeP & atsawS oidaR/VT nuisatS ,kitsilanruJ & aideM satinumoK ,iregeN & atsawS nakididneP isutitsnI
TNEMNORIVNE ECNARUTRUN
Untuk setiap kategori fokus industri kreatif akan disegmentasi lagi sesuai dengan rating yang
telah ditetapkan oleh KPU. Pada akhirnya akan diperoleh segmentasi konten sesuai dengan genre
dan rating acaranya.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 29
A. Rantai Nilai Kreatif
Pada tahap kreasi, aktivitas utama yang dilakukan dapat terbagi menjadi tiga kegiatan yang bisa
dilakukan baik secara paralel ataupun sekuensial. Ketiga kegiatan tersebut adalah konsultasi,
penentuan sasaran segmen audience, dan observasi.
1. Konsultasi dilakukan oleh stasiun televisi ataupun radio yang menyerahkan studi atau
riset terkait ide konten acaranya pada pihak ketiga sepenuhnya. Dalam hal ini pihak
ketiga, yang biasanya merupakan konsultan program media, menjadi aktor utama dalam
pencetusan ide konten acara yang akan dibuat. Mereka mencetuskan konsepnya murni
berdasarkan pada hasil riset mengenai preferensi konten acara yang dimiliki oleh penonton
atau pendengar di suatu segmen yang ditentukan.
2. Penentuan Sasaran Segmen Audience juga merupakan aktivitas awal yang lazim
dilakukan untuk menentukan ide konten acara yang akan diproduksi. Dari setiap segmen
audience,tentunya akan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga akan menghasilkan
kebutuhan konten acara yang berbeda pula. Adapun segmen penonton atau pendengar
Selanjutnya, dari ketiga aktivitas tersebut, dilakukan brainstorming untuk mematangkan ide
konten acara yang telah digagas oleh tim content creator untuk mendapat persetujuan dari program
director ataupun pimpinan lain yang terlibat dalam penggagasan ide konten acara. Selanjutnya
ide-ide yang diajukan akan dilakukan penyesuaian lebih lanjut untuk menghasilkan kesepakatan
konsep acara. Konsep acara yang telah disetujui ini kemudian akandiselesaikan dengan cara
menuangkannya dalam bentuk naskah sementara ataupun pointer script yang umumnya digunakan
oleh penyiar radio.
Pelaku utama yang berperan dalam rantai nilai kreasi disebut sebagai tim content creator. Tim
content creator dalam industri televisi terdiri dari sutradara, produser, program supervisor, dan
program director. Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh
produser yang didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program supervisor, program
director, dan music director.
Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, idealisme dari fungsi media tersebut di Indonesia
sudah tidak dapat berjalan beriringan secara seimbang. Kepentingan bisnis serta politis dari para
pejabat yang umumnya bertolak belakang dengan idealisme fungsi media menjadikan konten
acara televisi dan radio di Indonesia menurun kualitasnya. Hal ini utamanya terjadi pada industri
televisi.Rating acara dan jumlah penonton menjadi kejaran utama para pelaku bisnis industri
televisi demi menarik parapengiklan.Adapun perhitungan rating tersebut termasuk dalam aktivitas
pendukung utama yang dijadikan sebagai masukan ide konten yang akan diproduksi.
Selain aktivitas utama, terdapat juga beberapa aktivitas pendukung yang berfungsi sebagai sumber
untuk ide-ide konten acara yang akan dibuat. Sumber utama yang menginspirasi sekaligus menjadi
pertimbangan utama dalam mencari ide konten acara adalah observasi tren di lingkungan yang
selanjutnya didukung oleh hasil riset dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya oleh
pihak luar terkait dengan preferensi masyarakat akan konten media televisi dan radio. Riset dan
pengembangan yang dilakukan dapat berupa kajian empiris terkait konten-konten kreatif dunia
yang dinilai memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi. Adapun perhitungan rating dan jumlah
penonton atau pendengar untuk suatu konten acara tertentu dilakukan oleh pihak ketiga sebagai
aktivitas pendukung yang memiliki pengaruh sangat tinggi di proses kreasi.
Aktor pendukung dalam rantai nilai kreasi yang perannya tidak terlibat langsung dalam mencetuskan
ide ataupun tidak selalu memberikan ide konten acara adalah lembaga survei, konsultan media
serta pemerintah yang menjalin kerjasama dengan KPI.
1. Lembaga survei yang melakukan riset dan pengembangan dalam bidang televisi dan
radio. Saat ini di Indonesia sendiri hanya terdapat satu lembaga survei yang melakukan
perhitungan rating konten acara, yaitu Nielsen. Minimnya lembaga survei yang beroperasi
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 31
di Indonesia menjadikan para perusahaan pengiklan tidak memiliki pembanding lain dalam
menilai tingkat ketertarikan masyarakat akan konten acara sehingga menurunkan tingkat
objektivitas penilaian. Hal ini berimbas kepada ide yang digagas dalam pembuatan konten
acara televisi dan radio itu sendiri. Keseragaman jenis acara antar stasiun televisi dan radio
adalah salah satu dampak dari penitikberatan rating sebagai target pencapaian utama.
2. Lembaga yang dinilai sebagai pakar di bidang konten penyiaran yang dipercaya sebagai
penasihat terkati tren konten penyiaran di masa mendatang. Akan tetapi, stasiun televisi
dan radio yang menggunakan konsultan tidak lantas sepenuhnya memercayakan ide
konten acara kepada pihak ketiga. Perlu dilakukan brainstorming serta persetujuan lebih
lanjut dari program director serta pimpinan terkait untuk dapat menentukan konten apa
yang akan diproduksi.
3. Pemerintah menjalin kerjasama dengan KPI. Peran pemerintah mulai terlibat ketika
acara televisi atau radio yang akan dibuat bertujuan untuk digunakan sebagai salah satu
media yang memfasilitasi isu yang diangkat oleh pemerintahan. Selain itu, pemerintah
juga berperan dalam mengawasi konten acara televisi dan radio yang dinilai pantas untuk
diproduksi oleh para tim produser. Hal tersebut dicerminkan dalam bentuk undang-
undang dan peraturan resmi pemerintah lainnya terkait dengan kegiatan penyiaran dan
pemrograman.
Praproduksi
Proses praproduksi meliputi persiapan yang dilakukan sebelum proses produksi dilakukan.
Pada industri televisi, praproduksi merupakan kegiatan yang meliputi pembuatan storyboard
suatu konten acara apabila terdapat beberapa adegan yang sulit dijelaskan dalam naskah
(contohnya konten animasi). Penyesuaian naskah, konstruksi set dan lokasi, properti, kostum,
proses casting, budgeting serta manajemen teknis juga termasuk dalam proses praproduksi
konten televisi.
Sedangkan pada industri radio, pra produksi itu sendiri meliputi pembuatan naskah atau
panduan konten untuk penyiar, pemilihan penyiar, serta pembuatan bumper13 , jingle14 ,
stinger15 , dan playlist.
Produksi
Proses produksi dilakukan sebagai tahapan pembuatan konten acara televisi atau radio
itu sendiri. Kegiatan utama yang dilakukan pada ini adalah syuting acara televisi ataupun
melakukan siaran radio. Ada dua jenis keluaran pada proses produksi ini, diantaranya
acara siaran langsung serta siaran rekaman. Untuk siaran langsung, selanjutnya tidak akan
melalui tahapan rantai nilai distribusi, melainkan langsung memasuki tahapan rantai nilai
presentasi kepada penonton ataupun pendengar. Sedangkan untuk konten acara rekaman
dapat didistribusikan dalam bursa konten acara ataupun langsung disiarkan di stasiun televisi
setelah melalui proses pasca produksi.
(13) Berdasarkan Wikipedia, bumper merupakan sebuah pengumuman singkat yang umumnya berdurasi tidak lebih
dari 15 detik yang ditempatkan di antara jeda program dan iklan pada siaran radio
(14) Berdasarkan Wikipedia, jingle merupakan musik pendek yang digunakan untuk membuat iklan ataupun tujuan
komersil lainnya dalam industri radio
(15) Berdasarkan artikel The Medialink Broadcasting Glossary, stinger merupakan musik singkat yang digunakan untuk
memberikan jeda antara dua program yang berbeda dalam siaran radio
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 33
Pascaproduksi
Kegiatan pascaproduksi merupakan kegiatan tambahan yang dilakukan setelah produksi khusus
untuk acara siaran rekaman.Acara-acara yang sifatnya rekaman, sebelum dipresentasikan
kepada publik, harus melalui proses editing dan penyuntingan akhir terlebih dahulu. Untuk
acara rekaman yang diproduksi oleh rumah produksi independen, beberapa akan melalui
proses distribusi berupa bursa konten acara. Sedangkan untuk acara siaran rekaman yang
tidak ditayangkan secara langsung, hasil akhir yang berupa master copy acara rekaman akan
disimpan untuk selanjutnya direstorasi kembali oleh operator saat jam tayang atau jam siaran
acara tiba.
Pada rantai nilai produksi, terdapat perbedaan pada aktor-aktor yang terlibat di dalamnya.
Aktor-aktor yang terlibat pada rantai nilai produksi di industri televisi itu sendiri meliputi tim
produksi (sutradara, produser, scriptwriter, dan lain-lain), tim artistik, tim teknis, serta tim editor.
Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi adalah:
• Sound designer.
• Produser.
• Program director.
• Program supervisor.
• Operator.
Idealnya, untuk seluruh draft naskah serta ide acara yang digagas pada tahapan kreasi merupakan
ide-ide yang telah disetujui untuk masuk ke tahapan selanjutnya, yaitu produksi.Akan tetapi
adanya konflik kepentingan dari pemilikdari segi bisnis dan politis yang bertentangan dengan
ide kreatif, membuat hasil keluaran dari produksi tidak sesuai dengan konsep awal yang telah
ditentukan. Hal ini diakibatkan oleh adanya penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan pada saat
proses produksi dilakukan.
Kesulitan lain yang dihadapi sebagian besar pelaku industri televisi dan radio adalah peralatan
penyiaran dan pemrograman yang memiliki harga cukup tinggi dan ketersediaannya yang sulit.
Akibatnya pengadaan alat-alat keperluaran siaran harus dilakukan melalui distributor luar negeri.
Hal ini berimbas pada pajak barang impor yang melambung tinggi karena alat-alat tersebut
dikategorikan sebagai barang mewah. Bagi para pelaku industri lokal yang memiliki modal
terbatas, tentunya hal ini menjadi persoalan yang serius.Solusi alternatif yang dapat dilakukan
oleh beberapa stasiun televisi lokal adalah dengan membeli hak siar konten acara dari rumah
produksi independen.
Rumah produksi independen pada rantai nilai produksi tentunya juga berperan sebagai aktor
utama, selain daripada seluruh tim yang ada dalam stasiun televisi dan radio itu sendiri. Adapun
beberapa contoh rumah produksi independen yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut:
Lembaga pemerintahan yang berperan utama dalam rantai nilai produksi konten acara televisi dan
radio ini bertugas mengawasi dan mengevaluasi jalannya proses produksi acara agar tetap sejalan
dengan Undang-undang Penyiaran yang berlaku di Indonesia. Berikut ini jenis-jenis lembaga
pemerintahan yang terlibat dalam rantai produksi subsektor televisi dan radio di Indonesia:
• Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
• Lembaga Sensor Film Indonesia.
Setiap stasiun televisi dan radio biasanya memiliki nilai proporsi tertentu akan jumlah acara in-
house production dan acara-acara yang sudah dibeli hak siarnya. Hal ini disebabkan oleh jumlah
dana yang dibutuhkan untuk produksi siaran in-house lebih tinggi jika dibandingkan dengan film
atau serial dari rumah produksi lain. Sumber dana utama untuk proses produksi dan manajemen
stasiun televisi dan radio itu sendiri adalah melalui iklan. Semakin tinggi jumlah penonton suatu
acara, maka akan semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk mengiklankan produknya
di sela-sela acara tersebut. Untuk itu pada proses produksi, penentuan proporsi jumlah iklan serta
urutannya juga ditentukan.
Adapun beberapa kegiatan pendukung pada proses produksi yang membantu kelancaran produksi
acara hingga tahapan distribusi. Kegiatan-kegiatan pada aktivitas pendukung tersebut adalah
manajemen lokasi danproperti, manajemen pemasok perangkat teknis siaran, pembuatan musik
pendukung acara, serta pembuatan iklan.
1. Manajemen lokasi dan properti merupakan aktivitas pendukung yang meliputi pengelolaan
lokasi yang akan digunakan untuk proses produksi, serta pengelolaan properti yang akan
digunakan sebagai pendukung jalannya proses produksi.
2. Manajemen pemasok perangkat teknis siaran adalah aktivitas pendukung yang sangat
penting dalam tahapan persiapan proses produksi. Perangkat teknis siaran yang digunakan
diatur dalam Undang-undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 sehingga standar alat
penyiaran yang digunakan oleh industri televisi maupun radio menjadi baik.
3. Pembuatan musik pendukung merupakan aktivitas yang meliputi proses rekaman
musik dan pengemasannya yang digunakan sebagai pendukung pada satu adegan tertentu
dalam sebuah program acara. Pembuatan musik pendukung ini tentunya erat kaitannya
dengan industri musik.
4. Pembuatan iklan adalah proses pengemasan suatu bentuk komersil dari produk ataupun
jasa tertentu hingga menjadi sebuah konten singkat yang bersifat persuasif bagi penonton
ataupun pendengarnya. Iklan biasanya disisipkan di antara segmen atau adegan suatu
program acara televisi maupun radio.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 35
acara yang dinilai memiliki daya saing yang cukup tinggi kepada pasar nasional maupun manca
negara untuk ditayangkan di stasiun televisi di negara lain.
Terdapat tiga jenis bentuk sindikasi program televisi dan radio16 , diantaranya adalah:
1. First-run syndication merupakan jenis sindikasi yang dilakukan untuk konten-konten yang
belum pernah disiarkan sebelumnya dan hanya diproduksi khusus untuk didistribusikan
pada bursa konten acara.
2. Off-network syndication merupakan bentuk bursa konten acara yang ditujukan khusus
untuk konten-konten acara yang sebelumnya pernah disiarkan sehingga bursa konten
ditujukan sebagai bentuk penyiaran ulang dari konten acara tersebut.
3. Public broadcasting syndication merupakan bentuk bursa konten yang dilakukan
untuk suatu segmen konten acara untuk dapat disiarkan di sebuah konten acara stasiun
televisi atau radio lain.
Salah satu contoh lembaga yang sukses dalam memfasilitasi bentuk sindikasi konten acara televisi
di Amerika adalah The Program Exchange yang dibentuk pertama kali dengan nama Program
Syndication Services Inc. di tahun 1973.
Di Indonesia sendiri, kegiatan bursa konten acara televisi dan radio dinilai belum begitu marak
perkembangannya. Rumah-rumah produksi independen yang menghasilkan konten acara lebih
banyak menjual hak siarnya secara langsung kepada stasiun-stasiun televisi yang dirasa akan tertarik
untuk menayangkan konten yang ditawarkannya. Hal ini tentunya membuat para rumah produksi
independen berskala kecil menjadi kesulitan dalam menjalin koneksi untuk dapat memasarkan
kontennya ke para pemain besar media di Indonesia. Akibatnya, konten yang dihasilkan hanya
mampu menembus jaringan pasar lokal saja.
Presenter pada proses penyiaran terbagi menjadi berbagai macam jenis sesuai dengan format
distribusi ataupun format acara itu sendiri. Untuk acara siaran langsung yang telah selesai
diproduksi, selanjutnyaakan dipresentasikan melalui stasiun televisi atau radio, serta IP based
platform secara serentak. Sedangkan untuk acara rekaman akandisimpan terlebih dahulu pada
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 37
tempat pengarsipan acara rekaman untuk selanjutnya dipresentasikan oleh operator dengan
merestorasi kembali konten acara.
Rantai nilai penyiaran merupakan bentuk penyajian stasiun televisi dan radio akan acara-acaranya
sebagai salah satu usaha pembentukan citra produknya di mata masyarakat. Pada rantai nilai
presentasi, aktor utama yang terlibat meliputi perusahaan televisi kabel, stasiun televisi dan radio,
serta jaringan internet. Berikut ini daftar nama perusahaan televisi kabel yang menyiarkan acara
dari stasiun-stasiun televisi lokal di Indonesia:
• PT. MNC Sky Vision (Indovision dan Top TV, Oke Vision), kabel dan satelit.
• PT. Indosat Mega Media (IM2/IndosatM2 (IM2 PayTV)), kabel.
• PT. Link Net (First Media), kabel dan satelit.
• PT. Mentari Multimedia (M2V Mobile TV), terrestrial.
• PT. Indonesia Media Televisi (BigTV), kabel dan satelit
• PT. Indonusa Telemedia (TelkomVision), kabel dan satelit
• PT. Indonusa Telemedia (Yes TV), satelit.
• PT. Nusantara Vision (OkeVision), satelit.
• PT. Karyamegah Adijaya (Aora), satelit.
• PT. Cipta Skynindo (Skynindo), satelit.
• PT. Telekomunikasi Indonesia (Groovia TV), IPTV.
Pada rantai nilai penyiaran, aktor dari bidang pemerintahan yang paling berperan dalam kegiatan
penyiaran serta pengawasan acara-acara televisi dan radio tentunya adalah Komisi Penyiaran
Indonesia. Untuk televisi, siaran acara dari beberapa stasiun televisi swasta dan milik pemerintah
dapat dinikmati secara gratis dan serentak se-Indonesia. Sedangkan untuk acara radio, karena
keterbatasan frekuensi siaran, masing-masing wilayah akan memiliki jenis siaran radio yang
berbeda-beda.
B. Pasar
Gambar 2 - 8 Peta Pasar
Konten acara yang dihasilkan oleh televisi dan radio kemudian disiarkan secara serentak kepada
publik sebagai pemirsa dan pendengar konten acara di berbagai macam jangkauan. Para penikmat
konten acara televisi dan radio dapat dikelompokkan menjadi penonton umum, penonton ahli,
serta perusahaan pengiklan.
Penonton Ahli merupakan pihak-pihak yang memiliki keahlian yang diakui untuk memberikan
penilaian kualitas dari konten sehingga mereka menikmati konten acara televisi atau radio sebagai
bagian dari profesionalisme kerja. Contoh dari penonton ahli diantaranya adalah kritikus, penulis
atau jurnalis, serta pakar media.
Perusahaan pengiklan merupakan salah satu target utama para pemilik media yang sekaligus
mendasari ide pembuatan konten tersebut. Hal ini disebabkan oleh iklan yang menjadi satu-
satunya sumber pendapatan stasiun televisi dan radio di Indonesia.
C.1 Apresiasi
Proses apresiasi karya seni dari televisi dan radio adalah salah satu rantai nilai pendukung dalam
sektor tersebut. Tahapan apresiasi ini terbagi menjadi beberapa jenis seperti ditunjukkan pada
Gambar 2-9.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 39
Acara-acara yang disiarkan selanjutnya akan diapresiasi dalam bentuk pemberian beragam
penghargaan dan nominasi, kritik oleh para pakar film atau acara radio serta penonton.Bentuk
apresiasi yang diberikan oleh asosiasi jurnalistik berupa penghargaan, sedangkan untuk apresiasi
dari penonton dan kritikus adalah rating yang diberikan secara spesifik untuk satu acara tertentu.
Adapun bentuk apresiasi berupa literasi, yakni bentuk pengajaran akan konten-konten acara televisi
dan radio yang direkomendasikan untuk dinikmati sesuai dengan segmen umur penikmatnya.
Bentuk apresiasi dalam bentuk literasi ini diberikan oleh tenaga pendidik secara formal dan oleh
orang tua secara nonformal.
Di Indonesia sendiri sudah terdapat banyak jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor
penyiaran televisi dan radio. Berikut ini jenis-jenis bentuk penghargaan yang terdapat di Indonesia
beserta aktor yang terlibat di dalamnya untuk subsektor penyiaran acara televisi:
• Panasonic Gobel Awards.
• Musium Rekor Indonesia (MURI).
• SCTV Awards.
• Infotainment Awards.
• Penghargaan Peabody.
• KONI Awards.
• Anugerah Jurnalistik Pertamina.
• Muctar Lubis Award.
• KPI Awards.
• Citra Pariwara Awards.
Sayangnya, beberapa penghargaan besar yang diharapkan mampu menjadi pemicu untuk
mengembangkan kreativitas dalam pemrograman konten, ternyata justru kurang mampu
mendongkrak kualitas konten acara. Selain itu, stasiun-stasiun televisi lokal yang cenderung
tidak memiliki ambisi untuk mengompetisikan kontennya dalam beberapa ajang penghargaan
bergengsi secara nasional, membuat hasil kreativitas lokal yang berkualitas tidak dapat tertangkap
dan mendapat apresiasi dari masyarakat. Hal ini tentunya membuat konten-konten acara lokal
menjadi kurang menarik bagi para perusahaan pengiklan untuk berinvestasi di dalamnya.
Sedangkan jenis-jenis penghargaan yang diberikan pada subsektor radio juga tidak kalah jumlahnya
dengan industri televisi. Berikut ini beberapa penghargaan yang dianugerahkan untuk konten radio:
• Indonesian Radio Awards.
• Penghargaan Peabody.
• Apresiasi Jurnalistik Jakarta.
• Anugerah Adinegoro.
• MH Thamrin Award (PWI Award).
• Jusuf Ronodipuro Award.
C.2 Pendidikan
Dokumen acara dan apresiasi yang telah didapatkan selanjutnya dapat menjadi input pada
tahapan studi. Tahapan ini merupakan proses jalannya kegiatan pembelajaran ilmu penyiaran
televisi dan radio dilakukan.
Proses pembelajaran ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara formal dan nonformal.
Proses pembelajaran secara formal dilakukan oleh sekolah jurusan penyiaran dengan ijazah atau
sertifikasi resmi yang diakui. Sedangkan pendidikan nonformal bisa diperoleh melalui komunitas-
komunitas yang memberikan kuliah umum secara singkat terkait dalam bidang penyiaran televisi
dan radio. Berbeda dengan pendidikan formal, pendidikan nonformal tidak disertai dengan
ijazah, tetapi memiliki sertifikasi kompetensi. Proses dari kedua jenis pendidikan ini nantinya
diharapkan akan menghasilkan tenaga ahli yang kemudian dapat berperan dalam memberikan
ide-ide kreatif mengenai konsep awal penyiaran televisi dan radio.
Sekolah pendidikan ilmu penyiaran secara formal, baik televisi maupun radio, di Indonesia sudah
mulai memiliki jumlah yang cukup banyak walaupun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota
besar. Akan tetapi, pendidikan ilmu penyiaran tidak hanya dapat diperoleh melalui pendidikan
formal, tetapi juga pendidikan nonformal yang bersertifikasi ataupun tidak. Di Indonesia sendiri,
fasilitas seperti ini biasanya disediakan oleh komunitas penyiaran televisi ataupun radio dalam
bentuk seminar, workshop, dan festival.
Aktor-aktor di bidang akademisi yang berperan dalam rantai nilai studi adalah sekolah-sekolah
yang menawarkan pendidikan formal terkait dengan ilmu penyiaran di Indonesia. Adapun
sekolah-sekolah yang memiliki program pendidikan ilmu penyiaran dan jurnalistik tersebut
adalah sebagai berikut:
• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bina Nusantara Medan.
• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Pembangunan Medan.
• Akademi Ilmu Komunikasi Padang.
• Akademi Komunikasi Bina Ekatama.
• Akademi Komunikasi Media Radio dan Televisi.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 41
• Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi Indosiar.
• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung.
• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang.
• Akademi Komunikasi Indonesia “Yayasan Pendidikan Komunikasi”.
• Akademi Komunikasi Yogyakarta.
• Akademi Telekomunikasi Indonesia Yogyakarta.
• UPN Veteran Yogyakarta.
• Universitas Atmajaya Yogyakarta.
• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya.
• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Mahkamah Samarinda.
• Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Fajar.
• Multi Media Training Center “MMTC” Yogyakarta.
Adapun di bidang bisnis, aktor yang menyelenggarakan ilmu pendidikan terkait dengan industry
penyiarantelevisi dan radio adalah lembaga-lembaga kursus penyiaran. Biasanya lembaga-lembaga
kursus ini sebagian besar didirikan oleh stasiun radio ataupun televisi itu sendiri. Beberapa
contoh stasiun televisi dan radio yang membuka kursus bidang jurnalistik dan penyiaran adalah
sebagai berikut:
• MitraFM Bekasi.
• 99ers Radio School.
• DJ Arie Broadcasting School.
• Shinta Broadcasting School.
• Journalist Development Program (JDP) TVOne.
• Broadcast Development Program (BDP) RCTI.
• Production Development Program (PDP), Cameraman Development Program (CAMDP),
dan Technic Development Program (TDP) oleh Metro TV.
Dari lapisan yang berperan sebagai penyelenggara ilmu pendidikan di penyiaran adalah komunitas-
komunitas film, jurnalistik, atau radio. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa lembaga komunitas
terkait dengan bidang penyiaran seperti berikut ini:
• Komunitas Penyiar dan Pendengar Siaran Radio.
• Jaringan Radio Komunitas.
• Komunitas Televisi Indonesia (KOMTEVE).
• Komunitas Presenter Indonesia.
C.3 Pengarsipan
Proses pengarsipan pada industritelevisi dan radio terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu pengumpulan-
restorasi-penyimpanan-preservasi.
Pada televisi dan radio, bentuk pengarsipan dapat dilakukan oleh beberapa pihak berikut ini:
1. Stasiun Televisi dan Radio
Dokumentasi yang dilakukan oleh stasiun televisi dan radio biasanya meliputi pengarsipan
konten-konten yang disiarkan oleh stasiun-stasiun tersebut. Konten yang direkam oleh
stasiun televisi dan radio itu sendiri disimpan sebagai arsip yang akan digunakan baik untuk
bahan evaluasi ataupun sebagai bahan masukan dalam riset dan pengembangan konten
acara. Adapun untuk acara-acara yang bersifat rekaman secara in-house akan disimpan
dalam ruang pengarsipan internal setelah proses produksinya selesai dan diputar pada saat
jadwal tayang acara tersebut tiba. Sedangkan untuk acara siaran langsung akan disimpan
sebagai database untuk keperluan studi lembaga-lembaga pendidikan, apresiasi, ataupun
keperluan lainnya. Hal yang sama dilakukan untuk dokumentasi jumlah penonton dan
pendengar setiap acara.
2. Pemerintah
Peran pemerintah dalam proses pengarsipan diantaranya adalah melalui Badan Pusat
Statistik (BPS) ataupun preservasi dalam bantuk museum yang dapat diakses oleh publik
secara bebas, mudah, dan cepat. Di Indonesia sendiri, museum yang menyimpan arsip
dokumentasi seputar kejadian-kejadian bersejarah di industri penyiaran di Indonesia
adalah Museum Penerangan. Museum ini tidak hanya menyimpan dokumentasi peristiwa-
peristiwa bersejarah terkait penyiaran, tetapi juga replika studio penyiaran yang dapat
merefleksikan suasana saat proses penyiaran sedang berlangsung.
3. Komunitas
Peran komunitas dalam proses pengarsipan cukup signifikan. Bahkan, beberapa dokumen
daftar konten acara yang diarsipkan oleh komunitas terkadang memiliki kelengkapan serta
aktualisasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan dokumen pemerintah. Terlebih lagi,
untuk kemudahan akses publik, dokumen komunitas terkadang tidak memiliki birokrasi
yang rumit sehingga mempercepat proses akses secara langsung.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya rantai nilai pengarsipan, meliputi proses pendokumentasian acara
televisi dan radio yang telah disiarkan secara langsung sebagai database yang nantinya akan digunakan
baik untuk proses studi, apresiasi, maupun pencarian ide dan inovasi. Proses pengarsipan yang
bentuknya berupa bahan mentah dari acara televisi dan radio disimpan oleh stasiun-stasiun itu sendiri.
Sedangkan untuk dokumen-dokumen yang terkait dengan database, seperti rating, jumlah penonton
diarsipkan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dibidang statistik seperti badan penelitian statistik
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 43
atau lembaga survei seperti Nielsen. Sayangnya, di Indonesia sendiri, lembaga survei yang melakukan
penelitian mengenai preferensi penonton televisi dan pendengar radio di Indonesia hingga saat ini
hanyalah Nielsen. Sehingga tidak terdapat perbandinganyang bisa dijadikan bahan pertimbangan.
Peta industri dibuat sebagai gambaran ruang lingkup aktor-aktor yang terlibat secara langsung
serta seberapa banyak industri pendukung yang terlibat secara tidak langsung dalam menjalani
proses bisnis industri yang terkait. Pada industri kreatif subsektor televisi dan radio, peta industri
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu peta industri subsektor televisi dan subsektor radio.Hal ini
disebabkan kedua industri memiliki perbedaan aktor dan industri pendukung yang cukup
signifikan, sehingga tidak memungkinkan untuk digambarkan dalam satu bagan.
Pada industri kreatif subsektor televisi, tahapan kreasi dilakukan oleh tim content creator. Industri
pendukung yang dapat dilibatkan setelah konsep awal dilahirkan adalah industri film dan percetakan.
Hal ini disebabkan oleh hasil konsep yang digagas oleh sutradara dan produser dapat dibuat
dalam versi film atau kemudian ditulis oleh penulis buku untuk selanjutnya diterbitkan dalam
bentuk novel atau literatur. Selanjutnya tahapan produksi dilakukan oleh rumah produksi yang
terlibat, baik dalam studio yang dimiliki oleh stasiun televisi tersebut, ataupun rumah produksi
independen. Industri pendukung yang terlibat dalam proses produksi ini meliputi teknis serta
artistik selama proses rekaman ataupun penyiaran berlangsung.
Berbeda dengan industri televisi, industri radio lebih banyak melibatkan industri musik yang
mendukung dalam setiap tahapan rantai nilainya.Perbedaan juga teletak pada jenis-jenis aktor
yang terlibat di dalamnya. Terlihat bahwa music director dan sound designer memegang peranan
utama yang penting dalam tahapan kreasi dan produksi. Sedangkan indutri pendukung pada
tahapan produksi tentunya adalah industri musik serta manajemen artis yang terkadang diperlukan
dalam beberapa acara spesial.
Sebagaimana terlihat pada Gambar-11 dan Gambar-12, aktor utama yang terlibat dalam peta
industri subsektor televisi dan radio ada tiga, yaitu industri televisi, industri radio, serta rumah
produksi independen. Dari gambaran tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup
industri yang relevan pada subsektor televisi dan radio merupakan industri-industri yang bergerak
di ketiga bidang tersebut.
Bab 2: Ekosistem dan Ruang Lingkkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 2015-2019 45
Gambar 2 - 13 Peta Industri Subsektor Radio
Adapun industri-industri yang mendukung proses kreasi pada konten televisi diantaranya
adalah konsultan media, lembaga survei, asosiasi, serta pemerintah. Lembaga-lembaga tersebut
mendukung proses kreasi konten televisi dalam hal memberikan masukan atau sebagai sumber
inspirasi dari ide konten yang akan dibuat.
Keluaran dari proses kreasi konten televisi umumnya berupa naskah konten acara yang sudah
disetujui dan siap untuk diproduksi. Naskah konten acara televisi tersebut, selain dikemas dalam
proses produksi, dapat pula digunakan sebagai masukan untuk industri hiburan lainnya seperti
industri perfilman, ataupun industri penerbitan buku.
Sedangkan pada industri radio, ide konten acara dicetuskan sepenuhnya oleh produser yang
didukung oleh masukan dari para penyiar, scriptwriter, program supervisor, program director, dan
music director.
1. Produser pada proses kreasi berperan aktif dalam perumusan ide konten acara siaran
yang akan dibuat. Pada industri radio, peran produser menjadi sangat penting karena
keterlibatannya di setiap proses dalam rantai nilai kreasi sangat besar.
2. Penyiar pada proses kreasi bertugas untuk memberikan masukan serta penyesuaian
terhadap beberapa ide konten siaran yang akan difinalisasi.
3. Program supervisor pada proses kreasi kurang lebih memiliki peran yang hampir serupa
dengan penyiar radio. Perbedaannya adalah, program supervisor memiliki tanggung jawab
lebih dalam mengawasi kesesuaian proses perumusan ide dengan ketentuan-ketentuan
yang diberlakukan.
4. Program director bertugas selain sebagai penanggung jawab, juga memiliki wewenang
untuk menyetujui atau tidaknya suatu ide konten acara yang diajukan.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 47
5. Music director bertugas untuk merancang daftar panduan yang berisi judul musik yang
akan diputar pada saat siaran acara berlangsung. Daftar musik yang ditentukan dapat
dibuat berdasarkan tema siaran acara, tren lagu terpopuler di dunia, ataupun ciri khas
dari radio itu sendiri. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa lagu yang diputar
dapat diubah sewaktu-waktu oleh penyiar.
Adapun industri-industri yang mendukung proses kreasi pada konten radio diantaranya adalah
penulis buku, TELEVISI talent, media cetak, media elektronik, media digital, serta konsultan
media. Lembaga-lembaga tersebut mendukung proses kreasi konten radio dalam hal memberikan
masukan atau sebagai sumber inspirasi dari ide konten yang akan dibuat.
Keluaran dari proses kreasi konten radio umumnya berupa naskah konten acara yang sudah
disetujui dan siap untuk diproduksi. Naskah ataupun pointer script konten acara radio tersebut,
selain dikemas dalam proses produksi, dapat pula digunakan sebagai masukan untuk industri
perfilman, industri radio, industri penerbitan buku, ataupun industri musik.
Pada proses produksi industri televisi, terdapat industri pendukung yang memegang peranan
penting, diantaranya adalah industriyang meliputi teknis serta artistik selama proses produksi
rekaman ataupun penyiaran berlangsung.
Sedangkan pada industri radio, aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai produksi adalah
sebagai berikut ini:
• Sound designer dalam proses produksi bertugas untuk membuat musik pendukung konten
acara ketika penyiaran berlangsung. Pembuatan jingle, bumper, dan stinger merupakan
beberapa contoh produk yang dihasilan oleh seorang sound designer dalam mendukung
proses pengemasan konten siaran agar lebih atraktif dan menarik minat pendengarnya.
• Produser dalam proses produksi bertugas untuk mengawasi jalannya proses pengemasan
konten siaran, ataupun jalannya proses penyiaran agar tetap berada dalam jalur yang telah
Adapun konten acara televisi dan radio yang disiarkan kepada publik akan digunakan sebagai
bahan input bagi komisi penyiaran untuk memonitor konten siaran. tugas komisi penyiaran
sendiri adalah memastikan bahwa konten yang disiarkan di televisi dan radio tetap sesuai
dengan kebijakan dan norma yang berlaku, serta tidak menimbulkan dampak negatif bagipara
penikmatnya. Apabila terdapat konten acara yang melanggar ketentuan-ketentuan tersebut,
maka komisi penyiaran berhak memberikan peringatan atau bahkan menghentikan sementara
penyiaran konten acara tersebut kepada publik.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 49
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio
Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, ruang lingkup dari
industry kreatif televisi dan radio dijabarkan sebagai kegiatan kreatif yang mencakup kegiatan-
kegiatan berikut ini:
Program televisi lengkap dapat disiarkan sendiri atau melalui distribusi pihak ketiga, seperti
perusahaan kabel atau provider televisi satelit. Pemograman dapat bersifat umum atau khusus
(misalnya format terbatas seperti program berita, olahraga, pendidikan atau program yang
ditujukan untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat
hanya tersedia atas dasar langganan.
• Pemograman dari saluran video atas dasar permintaan.
• Penyiaran data yang diintegrasikan dengan siaran televisi.
• Subgolongan ini tidak mencakup:
• Produksi komponen program televisi (misalnya film, film dokumentasi,iklan), lihat 5911.
• Penggabungan paket saluran dan distribusi dari paket tersebut melalui kabel atau satelit
ke penonton, lihat Golongan Pokok 61.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 51
untuk anak muda), dapat dibuat dengan bebas tersedia untuk pemakai atau dapat hanya
tersedia atas dasar langganan.
Berdasarkan KBLI 2009, maka terlihat bahwa ruang lingkup industri televisi dan radio mencakup
penyelenggaraan penyiaran dan pemrograman yang dilakukan oleh stasiun televisi dan radio
milik pemerintah dan swasta. Adapun sebaiknya ruang lingkup ini diperluas lagi dengan ikut
melibatkan rumah produksi independen yang terbatas untuk menyiarkan produknya di stasiun
televisi dan radio sebagai konten acara. Hal ini disebabkan oleh ruang lingkup industri kreatif
subsektor televisi dan radio itu sendiri lebih menitikberatkan pada proses pemrograman, dimana
unsur kreativitas di dalamnya sangatlah tinggi. Di sisi lain, proses pemrograman hiburan konten
televisi itu sendiri sebagian besar dilakukan oleh rumah produksi independen yang kemudian
dibeli hak siarnya oleh stasiun televisi pemerintah dan swasta.
Ada beberapa jenis model bisnis yang dikenal secara umum yang diadaptasi oleh beragam pemain
utama pada industritelevisi dan radio. Untuk setiap pemeran utama, tentunya akan memiliki
model bisnis yang juga berbeda-beda, terganting dari proses bisnisnya. Berikut ini beberapa
penjelasan model bisnis yang diadaptasi oleh masing-masing pemain utama pada industri televisi
dan radio yang diklasifikasikan berdasarkan jenis pemain utamanya.
Setiap stasiun televisi dan radio seperti ini memiliki standar proporsi iklan yang berbeda-beda
pada setiap programnya. Biasanya, semakin banyak peminat program acara, maka akan semakin
banyak pula iklan yang ditayangkan oleh stasiun televisi atau radio tersebut. Jenis-jenis iklan
yang ditayangkan biasanya juga memiliki target pasar yang disesuaikan dengan jenis program
acara yang ditayangkan atau disiarkan. Kerjasama antara perusahaan yang ingin mengiklankan
produknya dengan stasiun televisi atau radio biasanya terjadi dalam dua arah, baik klien yang
mendatangi stasiun televisi atau radio, maupun stasiun televisi atau radio yang menawarkan
fasilitas promosi pada program acara yang dimilikinya.
Agar tetap dapat mempertahankan bisnisnya, tentunya stasiun televisi mematok harga yang
tidak sedikit bagi para kliennya untuk dapat memasang iklan pada jeda programnya. Beberapa
stasiun televisi berjaringan nasional di Indonesia mengemukakan bahwa terkadang tarif untuk
pemasangan iklan selama 30 detik pada program acara prime time bisa mencapai kisaran 350
juta rupiah hingga 750 juta rupiah dalam satu rentang waktu kontraknya. Apabila program
acara yang ditayangkan pada saat peak time umumnya memiliki slot waktu sekitar 10 hingga 15
menit dalam satu kali jeda iklan, tentunya jumlah pendapatan yang diperoleh dari iklan menjadi
sangat besar. Hal ini mengapa stasiun televisi berjaringan nasional masih tetap dapat bertahan
kuat tanpa perlu menetapkan tariff berlangganan pada para penontonnya.
Pendapatan utama pada perusahaan televisi kabel ini tentunya adalah dari jumlah pelanggan
mereka di seluruh Indonesia. Setiap pelanggan yang memutuskan untuk berlangganan dapat
memilih jenis-jenis paket yang disediakan dengan harga yang beragam. Terkadang, paket yang
ditawarkan tidak hanya meliputi akses stasiun televisi luar negeri saja, tetapi juga paket penyedia
jasa internet. Model bisnis seperti ini disebut sebagai model bisnis berlangganan (subscription
business model).
Model bisnis berlangganan merupakan model bisnis yang mewajibkan para pelanggannya untuk
membayar sejumlah harga berlangganan yang telah ditetapkan untuk dapat memiliki akses pada
suatu produk atau jasa dalam periode waktu tertentu. Model ini pertama kali diprakarsai oleh
industri media cetak, yaitu majalah dan koran.
BAB 2: Ekosistem & Ruang Lingkup Industri Televisi dan Radio Indonesia 53
rumah produksi independen lazim dijalankan untuk menghasilkan program acara serial televisi
dibandingkan dengan acara siaran radio. Sumber pemasukan utama dari rumah produksi
independen ini diperoleh dari biaya hak siar yang ditetapkan oleh rumah produksi independen
untuk masing-masing program acaranya. Umumnya, proses jalinan kerjasama ini terjadi dengan
cara menawarkan program acara yang dimiliki kepada beberapa stasiun televisi yang berminat.
Model bisnis seperti ini dikenal juga dengan model bisnis penjualan langsung (direct selling
business model).
Pada model bisnis penjualan langsung, rumah produksi independen bertugas sebagai pabrik
pembuat program acara yang tidak dapat dilakukan oleh rumah produksi stasiun televisi. Pembuatan
program acara serial di luar studio dapat memakan biaya dan sumber daya yang sangat tinggi,
sehingga tidak dimungkinkan bagi stasiun televisi untuk melakukan produksi tersebut dalam
jangka waktu yang panjang. Kelebihan yang dimiliki oleh rumah produksi independen yang
sudah besar adalah lokasi tetap serta fasilitas kelengkapan alat produksi yang telah disediakan
secara tetap di beberapa lokasi tersebut, sehingga mobilisasi dan set up time bisa dieliminasi.
Hal ini memudahkan rumah produksi independen untuk dapat memproduksi beragam jumlah
program dalam waktu yang sangat singkat.
Akan tetapi, beberapa siaran IP Based menyediakan pula layanan berlangganan berbayar untuk
dapat mengakses siaran acaranya. Untuk jenis model bisnis seperti ini, IP based provider mengadaptasi
model bisnis berlangganan, seperti yang dilakukan oleh perusahaan televisi kabel berbayar.
Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB),
ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan
perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk perhitungan kontribusi
ekonomi televisi dan radio, nilai yang ada pada data BPS itu dihitung berdasarkan data Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif 2009. Secara umum kontribusi ekonomi subsektor
televisi dan radio dapat dilihat pada Tabel 3-1.
RATA-
INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013
RATA
*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan
Sumber Data: Badan Pusat Statistik
Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap Total Produk Domestik Bruto Industri Kreatif
Berdasarkan Gambar 3‑1, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio menduduki peringkat
ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total PDB industri kreatif Indonesia. Persisnya, subsektor
televisi dan radio memberikan kontribusi sebesar 3,17% dari total produk domestik bruto industri
kreatif. Rata-rata pertumbuhan NTB (Nilai Tambah Bruto) industri kreatif dan Indonesia secara
keseluruhan adalah 5,2% dan 6,1%. NTB subsektor televisi dan radio pada 2013 sendiri sejumlah
Rp20,340 triliun dengan rata-rata pertumbuhan NTB sebesar 6,9% untuk periode 2010-2013.
Berdasarkan Gambar 3‑2, dapat dilihat bahwa subsektor televisi dan radio menduduki peringkat
ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total tenaga kerja industri kreatif Indonesia. Kontribusi
yang diberikan oleh subsektor televisi dan radio adalah 1,08% terhadap total tenaga kerja industri
kreatif. Rata-rata pertumbuhan tenaga kerja industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan
adalah 1,09% dan 0,79%. Nilai tersebut didapatkan dari 128.061 tenaga kerja pada 2013 dengan
rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1,34% untuk periode 2010–2013.
Gambar 3 - 3 Kontribusi Terhadap Total Unit Usaha Bruto Industri Kreatif
Upaya peningkatan ekspor subsektor televisi dan radio bisa dilakukan dengan cara meningkatkan
kualitas dan daya saing konten yang diproduksi oleh televisi dan radio di Indonesia. Penetrasi
pasar melalui media konten digital merupakan salah satu strategi efektif yang bisa dilakukan.
Hal ini sebaiknya mendapat dukungan aktif dari pemerintah agar peningkatan daya saing konten
produksi lokal dapat menembus pasar internasional lebih luas lagi.
Gambar 3 - 6 Perbandingan Ekspor dan Impor Tahun 2010-2013 (dalam Ribu Rupiah) (BPS, 2010-2013)
KELOMPOK
PERATURAN KETERANGAN
PERATURAN
Peraturan KPI (KPI, Keputusan KPI No. 45 Tahun 2014 Peraturan KPI menjabarkan
2013) terkait ketentuan-ketentuan
program acara yang layak
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar untuk disiarkan, serta
Program Siaran (P3 dan SPS) wewenang KPI terhadap
konten acara yang disiarkan.
Pedoman Rekrutmen Komisi Penyiaran
Indonesia
MoU (KPI, 2013) Surat Keputusan Bersama BAWASLU, MoU yang berlaku
KPU, KPI dan KIP - 28 Februari 2014 merupakan bentuk usaha
dukungan KPI sebagai
lembaga penyiaran untuk
Keputusan Bersama KPU, KPI, dan menghimbau keterlibatan
Bawaslu - 18 Oktober 2013 masyarakat dalam isu-isu
sosial yang sedang diusung
oleh beberapa lembaga
Nota Kesepahaman KPI dan Bawaslu
pemerintahan.
Ditinjau dari dinamika yang terjadi pada setiap rantai nilai ekosistem subsektor televisi dan
radio, maka perlu dilakukan beberapa penambahan usulan kebijakan yang diharapkan dapat
membangun kondisi ekosistem agar lebih sehat secara berkesinambungan. Beberapa usulan
kebijakan yang perlu ditindaklanjuti di antaranya adalah sebagai berikut:
• Kebijakan terkait subsidi pajak alat-alat penyiaran dan pemrograman konten televisi
dan radio.
• Kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban tayangan konten untuk setiap ketegori
usia penonton televisi.
• Kebijakan terkait ketetapan upah para talent atau pekerja seni sementara (tidak tetap) di
bidang industri penyiaran.
• Kebijakan terkait standar kompetensi pekerja industri penyiaran.
3.3.1 Televisi
Pada saat tekonologi penyiaran televisi mulai masuk Indonesia, TVRI milik negara adalah satu-
satunya stasiun televisi yang memiliki hak siar di Indonesia. Persaingan dalam industri televisi
di Indonesia dimulai ketika badan stasiun televisi swasta didirikan. Stasiun televisi swasta yang
pertama kali didirikan adalah RCTI. Tidak lama setelah RCTI didirikan, stasiun televisi swasta
lainnya pun mulai bermunculan dalam waktu yang singkat. Masing-masing stasiun televisi itu
berlomba-lomba untuk menyuguhkan acara yang menarik, kreatif, sampai yang kontroversial. Hal
ini tentunya membuat TVRI menjadi semakin tertekan dalam persaingan industri pertelevisian.
13 LBS TV A-Movie
14 LBS TV Music
15 LBS TV On Life
16 Matrix TV
17 More 1
18 More 2
19 More Mall
20 Quran Takziah
21 Rodja TV
22 Shine Initiatives
23 Spacetoon
24 TV Edukasi
25 TVMu
26 U-Channel
27 Ummat TV
Tabel 3 - 4 Daftar Stasiun Televisi Berlangganan (dikutip dari berbagai sumber)
STASIUN TELEVISI
SALURAN TELEVISI LOKAL BERLANGGANAN
BERLANGGANAN
Daftar stasiun televisi di atas tidak mencakup stasiun televisi lokal yang beroperasi secara lokal
di setiap daerah. Banyaknya jumlah stasiun televisi di Indonesia membuat peluang untuk
bersaing di pasar industri televisi semakin sulit. Preferensi masyarakat sendiri hingga saat ini
masih cenderung dominan terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu peminat siaran televisi
berjaringan serta peminat siaran televisi berbayar. Bentuk struktur pasar dari industri televisi
dapat diidentifikasi secara kasar dari data pangsa pasar (market share) yang dihasilkan oleh
lembaga survei. Data perhitungan jumlah pangsa pasar pada beberapa stasiun televisi nasional
berjaringan dapat dilihat pada Tabel 3-5.
Sumber: Nielsen,2014
Dari hasil perhitungan pangsa pasar tersebut, maka struktur pasar untuk industri televisi dapat
dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu berdasarkan jumlah stasiun televisi, berdasarkan
kepemilikan stasiun televisi, serta berdasarkan konten yang disiarkan. Ketiga sudut pandang
tersebut menghasilkan tiga jenis analisis struktur pasar yang berbeda-beda.
Persaingan Sempurna
Ditinjau dari jumlah stasiun televisi nasional berjaringan di Indonesia yang tidak sedikit, proporsi
pangsa pasar tiap stasiun televisi cenderung seimbang. Terlihat dari Tabel 3-5 bahwa tidak terdapat
perbedaan angka pangsa pasar yang dominan secara signifikan antara satu stasiun televisi dan
stasiun televisi lainnya. Maka, bentuk struktur pasar industri televisi menjadi persaingan sempurna.
Secara teori, bentuk persaingan seperti ini memberi potensi besar kepada para pemain baru untuk
bersaing dalam industri televisi, walaupun akan sangat sulit bagi mereka untuk dapat menyaingi
pemain-pemain besar yang menjadi perintis stasiun televisi swasta.
Persaingan Oligopoli
Apabila dilihat dari segi kepemilikan stasiun televisi di Indonesia, jumlah pangsa pasar yang ada
pada Tabel 3-5 menjadi tidak relevan lagi. Terjadi dominasi jumlah pangsa pasar yang cukup
signifikan oleh beberapa perusahaan pemilik stasiun televisi atas pemain lainnya yang hanya
memiliki stasiun televisi tunggal. Hasilnya adalah struktur pasar kepemilikan stasiun televisi yang
berbentuk oligopoli. Kondisi ini tentunya mempersulit para pemain baru yang mulai terjun merintis
bisnisnya di dunia televisi Indonesia. Alternatifnya adalah dengan membidik pasar baru yang
memiliki bentuk persaingan sempurna yang lebih mudah dipenetrasi, yaitu pasar media digital.
Tabel 3 - 7 Daftar Hak Siar Ekslusif Siaran Olahraga (diambil dari berbagai sumber)
SCTV (2 laga/pekan)
INDOSIAR (2 laga/pekan)
Trans TV (4 laga/pekan)
La Liga (Liga BBVA)
Trans 7 (2 laga/pekan)
MotoGP Trans 7
Formula 1 Kompas TV
3.3.2 Radio
Sama halnya dengan industri kreatif stasiun televisi, perkembangan industri kreatif subsektor radio
mulai mengalami perkembangan pesat semenjak didirikannya stasiun radio swasta di Indonesia.
Bentuk persaingan yang terjadi saat ini untuk stasiun-stasiun radio di Indonesia masih dibatasi
oleh jarak tangkap siaran, sehingga persaingan tiap kota akan berbeda-beda.
Tabel 3 - 8 Market Share Industri Radio di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar (Nielsen 2005-2009,
dikutip dari Nastiti, 2011)
Pangsa Pendengar Radio di Jakarta (%) Pangsa Pendengar Radio di Makassar (%)
RADIO 2005 2006 2007 2008 2009 RADIO 2005 2006 2007 2008 2009
Bens 18.3 20.9 16.7 13.7 11.6 Venus 26.0 33.4 29.8 20.5 30.6
Dangdut TPI N/A N/A 13.8 14.5 9.9 Telstar 30.8 21.8 27.4 18.3 21.0
Megaswara 6.6 11.6 10.6 7.8 8.7 Madama 14.5 17.9 16.6 13.5 19.9
Erlangga 9.7 6.8 6.3 5.9 7.0 Sonata 20.1 19.1 14.6 9.9 15.3
Elshinta 7.9 7.1 9.3 7.8 8.0 Prambors 17.4 14.6 13.4 9.9 14.2
I-Radio 9.7 9.5 6.2 7.6 4.9 Gama 4.8 13.5 10.6 10.4 11.6
POP FM N/A 12.7 10.0 7.6 4.9 Makassar FM N/A N/A N/A 8.1 11.6
RKM 8.0 10.7 8.4 9.1 3.7 Fajar 0.0 7.2 5.7 6.0 9.4
Lesmana 0.9 1.7 4.0 5.4 3.2 SP FM 14.4 7.2 10.3 3.3 6.6
CR4 45.7 55.9 51.1 50.3 43 CR4 76.4 70.8 78.8 56.8 60.4
Pangsa Pendengar Radio di Surabaya (%) Pangsa Pendengar Radio di Medan (%)
RADIO 2005 2006 2007 2008 2009 RADIO 2005 2006 2007 2008 2009
Suara Giri 43.0 37.0 27.8 22.3 21.9 MOST FM 16.0 21.6 24.7 14.2 18.4
Wijaya FM 34.4 30.8 26.3 22.4 15.1 Simponi 22.0 18.9 19.9 14.0 14.7
Elvictor 7.0 7.0 9.5 9.2 9.4 Sikamoni 19.0 16.4 16.1 11.9 14.2
EBS FM 6.5 8.7 13.7 10.4 8.5 Dangdut TPI 8.9 13.9 11.8 8.9 13.1
MTB FM 7.9 9.2 5.9 11.0 7.8 Kardopa 8.8 12.7 12.7 14.6 11.4
M Radio N/A N/A N/A 8.8 7.3 KISS 19.4 11.6 14.9 10.2 10.4
Suara SBY 11.0 9.6 8.4 8.2 6.6 RRI PRO 2 8.6 12.0 16.7 14.0 8.9
Suara SBY 11.0 9.6 8.4 8.2 6.6 Citra 13.4 13.0 17.5 9.4 8.2
CR4 106.9 100 81.7 66.9 54.9 CR4 76.4 70.8 78.8 56.8 60.4
Hasil perhitungan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat
kompetisi industri radio cenderung stabil dengan nilai HI (Herfindahl Index) yang rendah. hal
ini menunjukkan bahwa bentuk persaingan industri radio di Jakarta adalah persaingan sempurna.
Akan tetapi, lain halnya dengan Medan, Surabaya, dan Makassar yang memiliki nilai HI di
antara 0.2 < HI < 0.7. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk persaingan pasar di kota-kota itu
adalah persaingan oligopoli.
Pada Gambar 3-9 terlihat bahwa subsektor televisi tidak memiliki pesaing yang perlu diwaspadai
karena posisinya sudah cukup aman dan sangat dominan jika dibandingkan dengan subsektor
media lainnya. Berbeda halnya dengan subsektor radio yang menghadapi persaingan ketat dengan
subsektor internet dan surat kabar. Hal ini terjadi karena televisi pada awal ditemukannya sudah
dibentuk sebagai media yang menyajikan hiburan bagi masyarakat, sehingga mampu menarik
perhatian lebih sejak awal kemunculannya. Konten acara dengan gambar yang interaktif dan
menarik pun dinilai sukses mengikat masyarakat dari segala jenis lapisan ekonomi, umur, dan
budaya. Sementara itu, radio masih kalah populer dengan surat kabar yang, walaupun memiliki
keterbatasan audio, tetap mampu menampilkan visual yang menarik. Selain itu, keterbatasan
jaringan yang dimiliki oleh radio menjadi salah satu penyebab utama mengapa radio masih kurang
bersaing dengan media lainnya yang memiliki jangkauan siaran yang lebih luas.
Banyaknya SDM kreatif dalam bidang televisi dan radio harus berhadapan dengan kondisi eksploitasi
karena merasa terlalu dikuasai oleh medianya. Sumber daya kreatif memiliki skor sebesar 4,0.
Rendahnya skor itu adalah akibat banyaknya pelaku industri SDM kreatif dalam bidang televisi dan
radio tidak diimbangi dengan perbaikan terhadap kondisi yang eksploitatif itu. Kemudian, kurikulum
yang tidak sesuai antara lembaga pendidikan dan industri kreatif televisi dan radio membuat
lulusan lembaga itu dinilai belum dapat memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan, sehingga
memerlukan masa pelatihan terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Selain itu, jumlah lembaga
pendidikan yang ada di subsektor ini belum tersebar secara merata, hanya terdapat di kota-kota besar
dan belum mempunyai standar yang jelas. Dengan menggunakan tujuh aspek dalam penghitungan
daya saing, maka diperoleh skor daya saing untuk subsektor televisi adalah rata-rata sebesar 4,5.
PERMASALAHAN
POTENSI
NO (TANTANGAN, HAMBATAN, KELEMAHAN,
(PELUANG DAN KEKUATAN)
ANCAMAN)
1 SUMBER DAYA KREATIF
1 Jumlah institusi pendidikan yang memadai 1 Institusi pendidikan media yang tidak merata
di kota-kota besar
2 Adanya beberapa institusi pendidikan 2 Institusi pendidikan yang tidak
terakreditasi tinggi di kota-kota besar terstandardisasi
3 Banyaknya sumber daya manusia yang 3 Keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja baru
kreatif tidak dapat memenuhi standar kompetensi
yang dibutuhkan (diperlukan masa training
terlebih dahulu sebelum bekerja)
Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi
haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan.
Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar
penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan
timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk
memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan
memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable).
Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif dan
berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang,
maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah:
1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi
kemiskinan yang didukung oleh struktur dan ketahanan ekonomi yang kuat.
2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia di berbagai
wilayah Indonesia secara adil dan merata.
3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah
dan perusahaan yang benar dan baik.
4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari.
Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan
pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Gambar 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Televisi dan Radio 2015-2019
Terciptanya penyelenggaraan program tv & radio yang berkualitas serta berdaya saing secara
VISI
berkelanjutan sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia
Mengembangkan dan Mengembangkan Mengembangkan lingkungan yang
mengoptimalkan pemanfaatan proses kondusif yang mengarusutamakan
sumber daya untuk penyelenggaraan kreativitas dalam menghasilkan konten
menciptakan industri TV konten TV & Radio TV & Radio Indonesia yang berkualitas
MISI
& radio yang berkualitas Indonesia yang dan berdaya saing dengan melibatkan
dan berdaya saing secara berkualitas dan seluruh pemangku kepentingan
berkelanjutan berdaya saing secara
berkelanjutan
1. Penciptaan sumber daya 3. Penciptaan 4. Pengadaan pembiayaan yang sesuai,
manusia kreatif di industri industri televisi mudah diakses, dan kompetitif
televisi dan radio yang mampu dan radio yang
5. Perluasan pasar di dalam dan
menghasilkan konten yang berkualitas dan
luar negeri yang berkualitas dan
berkualitas dan berdaya saing berdaya saing secara
berkelanjutan
berkelanjutan
TUJUAN
penciptaan orang kreatif di lokal di bidang lokal yang sesuai,mudah diakses, dan
bidang TV & Radio secara TV & Radio yang kompetitif
berkelanjutan menghasilkan konten
5.1. Meningkatnya diversifikasi dan
yang berkualitas dan
penetrasi pasar konten TV & Radio di
berdaya saing
dalam negeri dan luar negeri
6.1. Meningkatnya ketersediaan
infrastruktur yang memadai dan
kompetitif
TV & Radio
7.2. Meningkatnya partisipasi aktif
pemangku kepentingan dalam
pengembangan industri TV & Radio
secara berkualitas dan berkelanjutan
2.1. Terciptanya pusat 3.3. Meningkatnya 7.3. Meningkatnya apresiasi kepada
pengetahuan sumber daya keragaman dan orang/karya/wirausaha/usaha kreatif
budaya lokal yang akurat kualitas karya kreatif lokal di bidang TV & Radio baik itu di
dan terpercaya serta dapat lokal di konten TV & dalam dan luar negeri
diakses secara mudah dan Radio
7.4. Meningkatnya tingkat apresiasi
cepat
masyarakat terhadap konten lokal yang
mengusung kebudayaan dan SDA lokal
Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang dimaksud
adalah industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang tidak hanya
menghibur, tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi, mengandung ajakan
yang sifatnya positif, serta bersifat mendidik. Konten yang dihasilkan juga diharapkan memiliki
daya saing yang tinggi yang berarti dalam pengemasannya, konten televisi dan radio mampu
menonjolkan unsur kreativitas tanpa memberikan efek negative pada penikmatnya.
4.4.3 Arah Kebijakan Industri Televisi dan Radio yang Berkualitas dan
Berdaya Saing Secara Berkelanjutan
1. Memfasilitasi penciptaan dan peningkatan profesionalisme (skill-knowledge-attitude)
wirausaha kreatif lokal di bidang televisi dan radio.
2. Mengembangkan standar usaha kreatif nasional yang diakui secara global serta memfasilitasi
usaha kreatif lokal untuk memenuhi standar industri kreatif nasional dan global.
3. Mengembangkan ide pengemasan konten karya kreatif baru di televisi dan radio yang
memanfaatkan sumberdaya budaya lokal secara berkelanjutan.
4.4.4 Arah Kebijakan Pembiayaan yang Sesuai, Mudah Diakses, dan Kompetitif
Menciptakan dan mengembangkan lembaga pembiayaan yang mempercepat perkembangan
industri kreatif.
4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar di dalam dan Luar Negeri yang
Berkualitas dan Berkelanjutan
1. Mengembangkan sistem informasi pasar karya kreatif di dalam negeri yang dapat diakses
dengan mudah dan informasi didistribusikan dengan baik.
2. Meningkatkan kualitas branding, promosi, pameran, festival, misi dagang, BtoB networking
di dalam dan luar negeri.
3. Memperluas jangkauan distribusi produk kreatif di dalam dan luar negeri.
4.4.6 Arah Kebijakan Infrastruktur dan Teknologi yang Tepat Guna, Mudah
Diakses, dan Kompetitif
1. Menjamin ketersediaan, kesesuaian, jangkauan harga/biaya, sebaran/penetrasi, dan
performansi, infrastruktur telematika-jaringan internet; dan infrastruktur logistik dan energi.
2. Memfasilitasi akses terhadap teknologi secara mudah dan kompetitif.
3. Mendorong pengembangan basis-basis pengembangan teknologi lokal yang mendukung
pengembangan industri kreatif.
Secara umum, ruang lingkup pengembangan televisi meliputi kategori berita lunak, kategori
hiburan, kategori permainan, serta kategori musik dan pertunjukan. Kategori berita lunak
dikelompokkan menjadi current affair, magazine, dokumenter, dan talkshow. Kategori hiburan
dikelompokkan menjadi drama dan komedi, variety show, general entertainment dan human
interest. Kategori permainan dikelompokkan menjadi game show dan reality show, sedangkan
kategori musik dan pertunjukan dikelompokkan menjadi pertunjukan, klip musik, dan program
klip musik. Radio memiliki ruang lingkup pengembangan yang berbeda, yang dikelompokkan
menjadi berita, siaran lepas, siaran dengan naskah, dan musik.
Perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada era sebelum kemerdekaan dengan
berdirinya stasiun radio pertama di Indonesia, Bataviase Radio Vereniging (BRV) pada tahun
1925. TVRI (Televisi Republik Indonesia) memulai siarannya dengan menayangkan peringatan
hari ulang tahun Republik Indonesia XVII pada tahun 1962, menandai dimulainya industri
pertelevisian nasional. Maraknya perkembangan televisi dan radio di Indonesia dimulai pada
tahun 1988 pada saat Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), stasiun televisi swasta, mulai
mengudara. Diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran membuka lembaran baru dunia pertelevisian dan radio di Indonesia.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses
penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem televisi dan radio
yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan,
pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif televisi dan radio terdiri dari proses kreasi, produksi,
distribusi, dan penyiaran. Lingkungan pengembangan televisi dan radio meliputi kegiatan apresiasi
dan pendidikan, sedangkan pasar di dalam subsektor televisi dan radio dikelompokkan menjadi
penonton umum, penonton ahli, serta perusahaan pengiklan. Pengarsipan dalam subsektor
televisi dan radio dilakukan dengan melalui proses pengumpulan, restorasi, penyimpanan, dan
preservasi yang dilakukan baik oleh stasiun televisi dan radio, pemerintah, maupun komunitas.
Dampak ekonomi dari pengembangan subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari peta industri
yang menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward
linkage) dan ke arah hilir (forward linkage). Backward linkage di dalam subsektor televisi dan radio
diantaranya adalah konsultan konten media, jasa penyewaan lokasi, pembuat properti studio,
manajemen artis, jasa tata rias dan rambut, jasa penyewaan kostum, industri musik, pemasok
alat-alat penyuntingan, rumah produksi pembuatan iklan, dan lain-lain. Forward linkage di
dalam subsektor televisi dan radio diantaranya adalah industri hiburan, industri penerbitan,
Kontribusi ekonomi subsektor televisi dan radio dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan,
aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat
di tahun 2013, subsektor televisi dan radio memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar
3,17% terhadap total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan
2010-2013 sebesar 6,9%. Dari sisi ketenagakerjaan, subsektor televisi dan radio memberikan
kontribusi sebesar 1,08% terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan
rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 1,34%.
Berdasarkan kondisi televisi dan radio di Indonesia saat ini, tantangan yang mungkin dihadapi,
serta dengan memperhitungkan daya saing serta potensi yang dimiliki dan juga arahan strategis
pembangunan nasional serta pengembangan ekonomi kreatif periode 2015-2019, maka visi
pengembangan televisi dan radio selama periode 2015–2019 adalah “Terciptanya penyelenggaraan
program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing secara berkelanjutan
sebagai landasan yang kuat untuk pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.”
Program televisi dan radio Indonesia yang berkualitas serta berdaya saing yang dimaksud adalah
industri televisi dan radio yang mampu menghasilkan konten acara yang tidak hanya menghibur,
tetapi juga memiliki nilai tambah berupa unsur informasi, mengandung ajakan yang sifatnya
positif, serta bersifat mendidik. Konten yang dihasilkan juga diharapkan memiliki daya saing
yang tinggi yang berarti dalam pengemasannya, konten televisi dan radio mampu menonjolkan
unsur kreativitas tanpa memberikan efek negatif pada penikmatnya.
5.2 Saran
Pengembangan subsektor televisi dan radio dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada:
• Mulai melakukan pembaruan dan penambahan fasilitas pendidikan ilmu komunikasi
di pendidikan tinggi.
• Mulai melakukan pembangunan institusi pendidikan ilmu komunikasi baru di Indonesia
di luar Pulau Jawa.
• Mulai melakukan pemetaan dan publikasi hasil pemetaan tenaga kerja televisi dan radio.
• Melakukan pemetaan sumber daya alam dan budaya Indonesia yang dapat dimanfaatkan
untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
• Mulai menyediakan fasilitas dan dana untuk penelitian dan pengembangan sumber daya
alam dan budaya Indonesia untuk memperkaya konten lokal televisi dan radio.
• Membuat jurnal tingkat nasional terkait riset dan pengembangan sumber daya alam dan
budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran.
• Memetakan unit usaha televisi dan radio di Indonesia.
• Mulai menyelenggarakan festival konten lokal kreatif skala nasional.
• Menetapkan kewajiban proporsi jumlah konten lokal untuk setiap segmen usia.
• Mulai melakukan penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri televisi
dan radio.
BAB 5: Penutup 97
• Mulai memberikan bimbingan bagi unit usaha televisi dan radio untuk meningkatkan
kualitas produk agar sesuai dengan standar pasar internasional.
• Mulai memberikan fasilitas pengarsipan konten kreatif karya industri televisi dan radio
sebagai bentuk publikasi global untuk membantu pemasaran karya.
• Mulai meningkatkan persebaran akses dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap.
• Mulai meningkatan daya tangkap siaran televisi dan radio di seluruh kota di Indonesia.
• Mulai meningkatkan kualitas infrastruktur pemancar siaran televisi dan radio.
• Pembentukan lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen.
• Mulai memberikan fasilitas yang dibutuhkan asosiasi keprofesian media agar dapat aktif
dan berjalan dengan baik.
• Mulai membentuk pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri
televisi dan radio.
• Mulai memberikan fasilitas pada komunitas media untuk membantu meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap konten kreatif yang berkualitas.
• Mulai memberikan fasilitas untuk publikasi tulisan terkait konten televisi dan radio di media masa.
Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu
dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan
di subsektor televisi dan radio, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian/lembaga,
dan memutakhirkan data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif.
102
MISI/TUJUAN/SASARAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI
MISI 1: Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, dan berkelanjutan
1. Terciptanya sumber daya manusia kreatif di industri TV & Radio yang mampu menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
1.1 Meningkatnya kualitas pendidikan yang a Mengembangkan dan memfasilitasi 1 Mendorong dan memfasilitasi peningkatan jumlah lembaga
mendukung penciptaan orang kreatif di penciptaan lembaga pendidikan (formal pendidikan ilmu komunikasi di setiap provinsi di Indonesia
bidang TV & Radio secara berkelanjutan dan non-formal) oleh pemerintah dan
swasta di daerah yang memiliki potensi 2 Mendorong peningkatan standar mutu lembaga pendidikan
ekonomi kreatif di bidang TV & Radio ilmu komunikasi yang sudah ada di Indonesia
1.2 Meningkatnya kualitas tenaga kerja a Menciptakan orang kreatif yang dinamis 1 Menegaskan kewajiban penetapan kode etik profesi di
kreatif (orang kreatif) di bidang TV & dan profesional yang menjunjung tinggi tingkat nasional dan global dalam dunia usaha
Radio kode etik profesi di tingkat nasional dan
global
b Perlindungan kerja terhadap tenaga kerja 1 Memberikan jaminan perlindungan kerja terhadap para
kreatif Indonesia di dalam dan luar negeri pelaku kreatif di industri televisi dan radio
2. Terwujudnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi industri TV & Radio Indonesia secara
berkelanjutan
2.1 Terciptanya pusat pengetahuan sumber a Mengembangkan pusat pengetahuan 1 Memfasilitasi penelitian untuk mengidentifikasi dan
daya alam dan budaya lokal yang akurat budaya Indonesia yang akurat dan mengembangkan sumber daya budaya lokal yang
dan terpercaya serta dapat diakses terpercaya yang dapat diakses dengan merupakan inspirasi dalam pengembangan konten kreatif
secara mudah dan cepat mudah dan cepat serta memiliki program televisi dan radio
distribusi pengetahuan budaya
2 Mengembangkan sistem pengarsipan (fisik dan nonfisik)
terkait penelitian dan informasi sumber daya budaya
Indonesia sebagai bahan sumber inspirasi konten lokal
televisi dan radio
Lampiran
MISI 2: Mengembangkan proses penyelenggaraan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
3. Terciptanya industri TV & Radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
3.1 Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di a Memfasilitasi penciptaan dan 1 Mendorong pengembangan tingkat profesionalisme
bidang TV & Radio yang menghasilkan peningkatan profesionalisme (skill- wirausaha kreatif di bidang TV & Radio
konten yang berkualitas dan berdaya knowledge-attitude) wirausaha kreatif
saing lokal di bidang TV & Radio
3.2 Meningkatnya usaha kreatif lokal di b Mengembangkan standar usaha kreatif 1 Mengembangkan ragam serta meningkatkan kualitas
bidang TV & Radio yang berdaya saing nasional yang diakui secara global serta standar usaha kreatif nasional di bidang TV & Radio
memfasilitasi usaha kreatif lokal untuk
memenuhi standar industri kreatif
nasional dan global
3.3 Meningkatnya keragaman dan kualitas c Mengembangkan ide pengemasan konten 1 Mendorong pengembangan konten karya kreatif yang
karya kreatif lokal di konten TV & Radio karya kreatif baru di TV & Radio yang berkualitas dengan menghadirkan unsur-unsur lokal
memanfaatkan sumberdaya budaya lokal Indonesia melalui ajang penghargaan bergengsi dan festival
secara berkelanjutan
MISI 3: Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan
berdaya saing dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
4.1 Meningkatnya ketersediaan pembiayaan a Menciptakan dan mengembangkan 1 Memfasilitasi program pembiayaan untuk industri televisi
bagi industri TV & Radio lokal yang lembaga pembiayaan yang mempercepat dan radio pemula di tingkat lokal
sesuai,mudah diakses, dan kompetitif perkembangan industri kreatif
5. Terciptanya perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan
5.1 Meningkatnya diversifikasi dan a Mengembangkan sistem informasi pasar 1 Mendukung pembentukan bank data konten kreatif televisi
penetrasi pasar karya TV & Radio di karya kreatif di dalam negeri yang dapat dan radio di Indonesia yang dapat diakses secara global
dalam negeri dan luar negeri diakses dengan mudah dan informasi sebagai salah satu fungsi wadah pengarsipan
didistribusikan dengan baik
103
104
MISI/TUJUAN/SASARAN ARAH KEBIJAKAN STRATEGI
c Memperluas jangkauan distribusi produk 3 Memfasilitasi penyebaran konten kratif lokal melalui bursa
kreatif di dalam dan luar negeri konten acara internasional
6. Tersedianya infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
6.1 Meningkatnya ketersediaan a Menjamin ketersediaan, kesesuaian, 1 Mendorong usaha peningkatan jangkauan siaran televisi
infrastruktur yang memadai dan jangkauan harga/biaya, sebaran/ serta kualitas jaringan penyiaran televisi dan radio di
kompetitif penetrasi, dan performansi, infrastruktur Indonesia
telematika-jaringan internet; dan
infrastruktur logistik dan energi
6.2 Meningkatnya ketersediaan teknologi b Memfasilitasi akses terhadap teknologi 1 Mendukung adanya kebijakan subsidi kebutuhan fasilitas
tepat guna yang mudah diakses dan secara mudah dan kompetitif pengadaan penyiaran dan pemrograman
kompetitif
c Mendorong pengembangan basis-basis 2 Mendorong terjalinnya kerjasama antara industri TV & radio
pengembangan teknologi lokal yang dengan pengembang perangkat lunak pemrograman dan
mendukung pengembangan industri penyiaran
kreatif
7. Terciptanya kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri TV & Radio Indonesia
7.1 Terciptanya regulasi yang mendukung a Memperbaiki dan membuat berbagai 1 Mendorong terciptanya penyempurnaan kebijakan terkait
penciptaan iklim yang kondusif bagi regulasi terkait penyiaran penyiaran yang bisa mendukung iklim lingkungan bisnis
pengembangan industri TV & Radio televisi dan radio menjadi lebih kondusif
7.2 Meningkatnya partisipasi aktif a Membentuk lembaga yang dapat 1 Memfasilitasi pembentukan lembaga milik pemerintah yang
pemangku kepentingan dalam mendukung pengembangan TV & secara aktif mendukung penciptaan konten TV & radio yang
pengembangan industri TV & Radio radio yang sekaligus dapat menjadi berkualitas dan berdaya saing
secara berkualitas dan berkelanjutan penghubung antara pemangku
kepentingan dalam industri TV & radio
Lampiran
pembentukan dan peningkatan kualitas keprofesian media untuk berjejaring di tingkat lokal,
organisasi atau wadah yang dapat nasional, maupun global
mempercepat pengembangan ekonomi
kreatif
7.3 Meningkatnya apresiasi kepada orang/ a Memfasilitasi dan memberikan 1 Memfasilitasi keikutsertaan konten kreatif TV &radio
karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di penghargaan yang prestisius bagi orang/ dengan memberikan subsidi atau sponsorshipbagi konten
bidang TV & Radio baik itu di dalam dan karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di kreatif yang mampu ikut serta dalam festival dan even
luar negeri tingkat nasional dan internasional internasional
b Meningkatkan komunikasi keberadaan 2 Memberikan penghargaan bagi konten kreatif lokal maupun
orang/karya/wirausaha/usaha kreatif usaha kreatif secara berkala
lokal dan konsumsi karya kreatif lokal
14 Meningkatnya tingkat apresiasi a Meningkatkan akses dan distribusi 1 Memfasilitasi pengarsipan di bidang TV & radio yang dapat
masyarakat terhadap konten lokal yang terhadap informasi/pengetahuan memperkaya proses pengembangan konten acara kreatif
mengusung kebudayaan dan SDA lokal terhadap sumber daya alam dan sumber
daya budaya lokal
105
MATRIKS INDIKASI STRATEGIS PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO 2015-2019
106
MISI/TUJUAN/SASARAN INDIKASI STRATEGIS
MISI 1: Mengoptimalkan pemanfaatan dan mengembangkan sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis, dan berkelanjutan
1. Terciptanya sumber daya manusia kreatif di industri TV & Radio yang mampu menghasilkan konten yang mengedukasi dan menginspirasi
1.1 Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung a Adanya metodologi pendidikan ilmu komunikasi yang mengutamakan kreativitas dengan
penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara tetap menekankan pentingnya etika keprofesian
berkelanjutan
Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung b Adanya nomenklatur pendidikan ilmu komunikasi yang terbaru dan sesuai
penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara
c Adanya institusi pendidikan tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi yang terakreditasi
berkelanjutan
dan bersertifikasi di setiap provinsi
d Jumlah institusi ilmu komunikasi dengan ketersediaan fasilitas yang memenuhi standar
meningkat
e Adanya lembaga sertifikasi yang diakui secara nasional/dan atau internasional di setiap
provinsi di Indonesia
1.2 Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di a Adanya buku laporan hasil pemetaan tenaga kerja TV & Radio yang dapat diakses oleh
bidang TV & Radio publik
b Jumlah tenaga ahli dengan sertifikasi kompetensi di industri TV & Radio meningkat
c Adanya kebijakan bagi tenaga kerja asing media yang bekerja di Indonesia
e Adanya kebijakan perlindungan kerja terhadap para pelaku kreatif di industri televisi dan
radio
Lampiran
2. Terwujudnya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya bagi industri TV & Radio Indonesia secara
berkelanjutan
2.1 Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan a Adanya laporan hasil pemetaan sumber daya alam dan budaya di setiap provinsi di
budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten lokal TV & Radio
secara mudah dan cepat
b Jumlah jurnal penelitian dan pengembangan sumber daya alam dan budaya Indonesia
yang dapat digunakan untuk memperkaya konten lokal TV & Radio
c Jumlah jurnal tingkat nasional maupun internasional terkait riset dan pengembangan
sumber daya alam dan budaya untuk meningkatkan ragam dan kualitas konten penyiaran
d Adanya bank data pengetahuan sumber daya alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber inspirasi konten lokal TV & Radio
MISI 2. Mengembangkan proses penyelenggaraan konten TV & Radio Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
3. Terciptanya industri TV & Radio yang berkualitas dan berdaya saing secara berkelanjutan
3.1 Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang TV & a Adanya laporan hasil pemetaan unit usaha TV & Radio di Indonesia
Radio yang menghasilkan konten yang mengedukasi dan
menginspirasi b Adanya program bimbingan bagi unit usaha TV & Radio di Indonesia
3.2 Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang c adanya laporan hasil analisis KBLI untuk industri TV & Radio secara berkelanjutan
berdaya saing
3.3 Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di d Adanya festival konten lokal kreatif skala nasional setiap tahun
konten TV & Radio
e Adanya kebijakan yang mengatur proporsi kewajiban jumlah konten lokal TV untuk setiap
segmen usia
MISI 3. Mengembangkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam menghasilkan konten TV & Radio Indonesia yang mengedukasi dan
menginspirasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
4.1 Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri TV & a Penyusunan skema pembiayaan untuk modal awal industri TV & Radio
Radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif
107
108
MISI/TUJUAN/SASARAN INDIKASI STRATEGIS
5. Terciptanya perluasan pasar di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan
5.1 Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar karya TV & a Adanya alokasi dana sebagai dukungan bagi konten kreatif TV & Radio untuk mengikuti
Radio di dalam negeri dan luar negeri ajang penghargaan di dalam maupun luar negeri
b Adanya workshop bagi unit usaha TV & Radio untuk meningkatkan kualitas produk agar
sesuai dengan standar pasar internasional
6. Tersedianya infrastruktur dan teknologi yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
6.1 Meningkatnya ketersediaan infrastruktur yang memadai dan a Proporsi wilayah yang mendapat akses dan peningkatan kecepatan internet di Indonesia
kompetitif meningkat
b Proporsi wilayah kota yang memiliki daya tangkap siaran TV & Radio yang memadai di
Indonesia meningkat
6.2 Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah a Adanya program kerja sama dengan pengembang perangkat lunak pemrograman
diakses dan kompetitif
b Adanya perangkat lunak lokal yang dikembangkan khusus untuk memenuhi kebutuhan
standar perangkat lunak pemrograman
7. Terciptanya kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan industri TV & Radio Indonesia
7.1 Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang a Adanya kebijakan subsidi pajak fasilitas alat-alat penyiaran dan pemrograman
kondusif bagi pengembangan industri TV & Radio
b Adanya kebijakan transfer pengetahuan bagi industri TV & Radio asing yang melakukan
proses pemrograman di Indonesia
7.2 Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam a Adanya lembaga survey konten penyiaran milik pemerintah yang independen
pengembangan industri TV & Radio secara berkualitas dan
berkelanjutan b Meningkatnya jumlah asosiasi keprofesian media yang aktif dan berjalan dengan baik
Lampiran
d Jumlah pertemuan rutin antara pihak pemerintah dengan pihak industri TV & Radio yang
diadakan dalam satu tahun
7.3 Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/ a Jumlah pelaku/karya/usaha kreatif TV & Radio yang ikut serta dalam festival dan event
usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio baik itu di dalam dan internasional
luar negeri
b Adanya ajang penghargaan nasional di bidang media yang secara resmi diselenggarakan
oleh pemerintah
7.4 Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten a Jumlah konten lokal maupun orang kreatif dalam TV & Radio yang menerima
lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal penghargaan berskala nasional
b Jumlah penonton dan rating konten kreatif yang berkualitas mengalami peningkatan
c Jumlah tulisan terkait konten TV dan Radio di media massa yang sukses dipublikasikan
meningkat
109
MATRIKS RENCANA AKSI PENGEMBANGAN TELEVISI DAN RADIO 2015-2019
110
PENANGGUNG TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI
JAWAB 2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN 1: Meningkatnya kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan orang kreatif di bidang TV & Radio secara berkelanjutan
1 Perbaikan kurikulum pendidikan tingkat Memasukkan nilai-nilai etika ilmu komunikasi Menteri Pendidikan X X X X
tinggi yang mengedepankan kreativitas dalam soft skill dan hard skill di dalam dan Kebudayaan;
yang beretika dalam ilmu komunikasi rancangan kurikulum pendidikan tingkat lanjut Asosiasi keprofesian;
Institusi pendidikan
tinggi
2 Perbaikan nomenklatur pendidikan ilmu Peninjauan dan perancangan ulang rumpun Menteri Pendidikan X
komunikasi keilmuan ilmu komunikasi di lembaga dan Kebudayaan;
pendidikan Asosiasi keprofesian
3 Peningkatan jumlah institusi pendidikan Studi dan pengembangan kurikulum Menteri Pendidikan X X X X
tingkat tinggi di bidang ilmu komunikasi pendidikan ilmu komunikasi yang sudah ada di dan Kebudayaan;
yang terakreditasi Indonesia Institusi pendidikan
tinggi
4 Pembaruan dan penambahan fasilitas Pendataan fasilitas pendidikan ilmu Menteri Pendidikan X X X X X
pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan komunikasi yang diperlukan di pendidikan dan Kebudayaan;
tinggi tinggi; Pembaruan dan penambahan fasilitas Institusi pendidikan
pendidikan ilmu komunikasi di pendidikan tinggi
tinggi
5 Pembangunan lembaga sertifikasi ilmu Analisis kebutuhan lembaga sertifikasi ilmu Menteri Pendidikan X X X X
komunikasi yang diakui oleh negara di komunikasi (formal maupun non-formal); dan Kebudayaan;
setiap provinsi di Indonesia Penyusunan prioritas pembangunan lembaga Menteri Pariwisata
sertifikasi ilmu komunikasi; Pembangunan dan Ekonomi Kreatif;
lembaga sertifikasi ilmu komunikasi; Asosiasi keprofesian
Lampiran
2015 2016 2017 2018 2019
6 Pembangunan institusi pendidikan ilmu Analisis kebutuhan institusi pendidikan ilmu Menteri Pendidikan X X X X X
komunikasi baru di Indonesia di luar Pulau komunikasi (formal maupun non-formal); dan Kebudayaan;
Jawa Penyusunan prioritas pembangunan institusi Menteri Pariwisata
pendidikan ilmu komunikasi; Pembangunan dan Ekonomi Kreatif;
institusi pendidikan ilmu komunikasi; Kepala daerah
SASARAN 2: Meningkatnya kualitas tenaga kerja kreatif (orang kreatif) di bidang TV & Radio
1 Pemetaan dan publikasi hasil pemetaan Pemetaan tenaga kerja TV & Radio di seluruh Menteri Tenaga Kerja X X
tenaga kerja TV & Radio provinsi di Indonesia, mulai dari skala UKM dan Transmigrasi;
hingga perusahaan internasional Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Perindustrian;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Badan Pusat Statistik;
Bappenas; Pimpinan
daerah
2 Penetapan standar sertifikasi kompetensi Studi standar kompetensi umum dan khusus Menteri Tenaga Kerja X X
di bidang TV & Radio yang sesuai bagi tenaga kerja di Industri dan Transmigrasi;
TV & Radio; Penyusunan standar kurikulum Menteri Komunikasi
pelatihan ilmu komunikasi dan Informatika
3 Penyusunan kebijakan bagi tenaga kerja Studi dan penyusunan kebijakan bagi tenaga Menteri Tenaga X X
asing yang bekerja di Indonesia kerja asing yang bekerja di Indonesia; Kerja dan
Sosialisasi kebijakan bagi tenaga kerja asing Transmigrasi; Menteri
yang bekerja di Indonesia Perdagangan; Menteri
Perindustrian;
Menteri Hukum
dan HAM; Pimpinan
daerah
111
112
PENANGGUNG TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI
JAWAB 2015 2016 2017 2018 2019
4 Penetapan kebijakan kewajiban penerapan Studi dan penyusunan kebijakan kode etik Menteri Tenaga Kerja X X
kode etik profesi profesi di bidang TV & Radio; Memasukkan dan Transmigrasi;
kode etik profesi dalam setiap kurikulum Menteri Komunikasi
pelatihan dan Informatika;
Menteri Hukum dan
HAM
5 Penyusunan kebijakan perlindungan kerja Studi dan penyusunan kebijakan perlindungan Menteri Tenaga Kerja X X
terhadap para pelaku kreatif di industri kerja di industri TV & Radio dan Transmigrasi;
televisi dan radio Menteri Hukum dan
HAM
SASARAN 3: Terciptanya pusat pengetahuan sumber daya alam dan budaya lokal yang akurat dan terpercaya serta dapat diakses secara mudah dan cepat
1 Pemetaan sumber daya alam dan budaya Perencanaan pemetaan sumber daya alam Menteri Pendidikan X
Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk dan budaya Indonesia; Pemetaan sumber dan Kebudayaan;
memperkaya konten lokal TV & Radio daya alam dan budaya Indonesia; Publikasi Menteri Pariwisata
hasil pemetaan sumber daya alam dan budaya dan Ekonomi Kreatif;
Indonesia yang dapat dimanfaatkan industri Kepala Daerah
TV & Radio melalui saluran yang dapat diakses
oleh banyak pihak
2 Penyediaan fasilitas dan dana untuk Adanya insentif bagi para peneliti di bidang Menteri Pendidikan X X X X X
penelitian dan pengembangan sumber ilmu komunikasi dengan tujuan menambah dan Kebudayaan;
daya alam dan budaya Indonesia untuk ragam konten berbudaya Indonesia dengan Menteri Pariwisata
memperkaya konten lokal TV & Radio pemanfaatan sumber daya alam dan budaya dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Riset dan
Teknologi;
3 Pembuatan jurnal tingkat nasional terkait Mendorong institusi pendidikan yang memiliki Menteri Pendidikan X
riset dan pengembangan sumber daya fakultas/program studi/jurusan ilmu dan Kebudayaan;
alam dan budaya untuk meningkatkan komunikasi untuk membuat jurnal terakreditasi Institusi pendidikan
ragam dan kualitas konten penyiaran di institusi masing-masing
Lampiran
2015 2016 2017 2018 2019
4 Pemberian fasilitas untuk pengembangan Memfasilitasi pengembangan pusat data Menteri Pariwisata X X X X
pusat data pengetahuan yang dapat pengetahuan ilmu komunikasi seperti dan Ekonomi Kreatif;
dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi mengenai studi, hasil pemetaan, dan Menteri Pendidikan
konten lokal TV & Radio jurnal dengan cara: mengumpulkan hasil dan Kebudayaan;
studi; membangun sistem pengetahuan; Menteri Komunikasi
mensosialisasikan pusat pengetahuan ilmu dan Informatika
komunikasi; dan memonitor dan evaluasi
tingkat penggunaan pusat pengetahuan ilmu
komunikasi
SASARAN 4: Meningkatnya wirausaha kreatif lokal di bidang penyelenggaraan program TV & Radio yang menghasilkan konten yang berkualitas dan berdaya saing
1 Pemetaan unit usaha TV & Radio di Perencanaan pemetaan unit usaha TV & Radio Menteri X
Indonesia di Indonesia; Pemetaan unit usaha TV & Radio Perindustrian;
di Indonesia; Publikasi hasil pemetaan unit Menteri Koperasi
usaha TV & Radio di Indonesia. dan UKM; Menteri
Perdagangan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Bappenas; Badan
Pusat Statistik
2 Pemberian bimbingan bagi unit usaha TV Pemberian fasilitas dan dana untuk mendorong Menteri X X X X X
& Radio di Indonesia peningkatan jumlah dan persebaran unit usaha Perindustrian;
TV & Radio di Indonesia; Pemberian fasilitas Menteri Koperasi
inkubator bagi unit usaha TV & Radio yang dan UKM; Menteri
memerlukan. Perdagangan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi;
Pimpinan daerah
113
114
PENANGGUNG TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI
JAWAB 2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN 5: Meningkatnya usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio yang berdaya saing
1 Perbaikan KBLI untuk industri TV & Radio Analisis hasil produk TV & Radio untuk Menteri X X
secara berkelanjutan perbaikan KBLI; Perbaikan dan publikasi KBLI Perindustrian;
terbaru Menteri Perdagangan;
Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi;
Bappenas; Badan
Pusat Statistik
SASARAN 6: Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif lokal di konten TV & Radio
2 Penetapan kewajiban proporsi jumlah Studi perencanaan proporsi konten lokal TV Menteri Komunikasi X
konten lokal untuk setiap segmen usia untuk setiap segmen usia; sosialisasi kebijakan dan Informatika;
proporsi konten lokal KoMISI Penyiaran
Indonesia
SASARAN 7: Meningkatnya ketersediaan pembiayaan bagi industri TV & Radio lokal yang sesuai,mudah diakses, dan kompetitif
1 Penyusunan skema pembiayaan untuk Studi skema pembiayaan untuk modal awal Menteri X X X X X
modal awal industri TV & Radio wirausahawan desain; Penyusunan skema Perindustrian;
pembiayaan modal awal wirausahawan desain Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif;
Menteri Keuangan;
Bank Indonesia
Lampiran
2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN 8: Meningkatnya diversifikasi dan penetrasi pasar karya TV & Radio di dalam negeri dan luar negeri
1 Pemberian fasilitas dan dana bagi konten Pemberian fasilitas dan dana untuk mendorong Menteri Pariwisata X X X X X
kreatif TV & Radio untuk mengikuti bursa keikutsertaan konten kreatif TV & Radio dan Ekonomi
konten acara serta ajang penghargaan di Indonesia yang berkualitas untuk mengikuti Kreatif; Menteri
dalam maupun luar negeri ajang penghargaan di dalam maupun luar Perindustrian;
negeri Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Perdagangan;
Komunitas desain;
Asosiasi keprofesian;
2 Pemberian bimbingan bagi unit usaha Pendaftaran unit usaha, seleksi, pemberian Menteri X X X X X
TV & Radio untuk meningkatkan kualitas bimbingan, launching produk, evaluasi, dan Perindustrian;
produk agar sesuai dengan standar pasar sebagainya Menteri Koperasi
internasional dan UKM; Menteri
Perdagangan; Menteri
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif;
115
116
PENANGGUNG TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI
JAWAB 2015 2016 2017 2018 2019
1 Peningkatan persebaran akses dan Studi kelayakan peningkatan persebaran dan Menteri Komunikasi X X X X X
kecepatan internet di Indonesia secara kecepatan internet di Indonesia; Peningkatan dan Informatika;
bertahap persebaran dan kecepatan internet di Menteri Riset
Indonesia secara bertahap dan Teknologi;
Menteri Pekerjaan
Umum; Menteri
Pembangunan
Daerah Tertinggal;
2 Peningkatan daya tangkap siaran TV & Studi kelayakan peningkatan persebaran daya Menteri Komunikasi X X X X X
Radio di seluruh kota di Indonesia tangkap siaran di setiap kota di Indonesia; dan Informatika;
Peningkatan persebaran daya tangkap siaran Menteri Riset dan
TV dan radio secara bertahap Teknologi; Menteri
Hukum dan HAM;
3 Peningkatan kualitas infrastruktur Studi dan evaluasi terhadap jumlah gangguan Menteri Komunikasi X X X X X
pemancar siaran TV & radio pada pemancar siaran tv & radio; Perbaikan dan Informatika;
infrastruktur pemancar siaran tv & radio Menteri Riset dan
Teknologi; Menteri
Hukum dan HAM;
SASARAN 10: Meningkatnya ketersediaan teknologi tepat guna yang mudah diakses dan kompetitif
1 Pemberian fasilitas untuk melakukan Kerja sama dengan pengembang perangkat Menteri X X X
kerja sama dengan pengembang lunak pemrograman untuk memberikan Perindustrian;
perangkat lunak pemrograman untuk harga khusus atau memberikan subsidi Menteri Pendidikan
memberikan harga khusus bagi perangkat dari pemerintah terutama untuk institusi dan Kebudayaan;
lunak asli pendidikan; Pemberian akses pada universitas Menteri Riset dan
untuk mendapatkan harga khusus tersebut Teknologi; Menteri
Koperasi dan UKM;
Menteri Perdagangan;
Lampiran
2015 2016 2017 2018 2019
2 Pemberian fasilitas untuk pengembang Pemberian fasilitas untuk bekerja sama Menteri X X X
perangkat lunak lokal untuk dengan para pengembang perangkat lunak Perindustrian;
mengembangkan perangkat lunak lokal untuk mengembangkan perangkat lunak Menteri Riset dan
pemrograman pemrograman; Publikasi perangkat lunak Teknologi; Menteri
pemrograman Koperasi dan UKM;
Menteri Perdagangan;
3 Penetapan subsidi pajak fasilitas alat-alat Perencanaan anggaran subsidi pajak alat-alat Menteri X X
penyiaran dan pemrograman penyiaran TV & Radio Perindustrian;
Menteri Koperasi
dan UKM; Menteri
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif;
Menteri Keuangan;
Bank Indonesia
SASARAN 11: Terciptanya regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri TV & Radio
117
118
PENANGGUNG TAHUN
SASARAN/RENCANA AKSI DESKRIPSI RENCANA AKSI
JAWAB 2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN 12: Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri TV & Radio secara berkualitas dan berkelanjutan
1 Pembentukan lembaga survey konten Kajian akademik lembaga survey penyiaran Menteri Pariwisata X X X X X
penyiaran milik pemerintah yang nasional, perencanaan, dan penganggaran; Soft dan Ekonomi
independen launching lembaga survey penyiaran nasional; Kreatif; Menteri
Grand launching lembaga survey penyiaran Perindustrian;
nasional; Pengembangan, networking dengan Menteri Komunikasi
lembaga survey penyiaran internasional dan Informatika;
KoMISI Penyiaran
Indonesia; Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan;
Institusi pendidikan;
Asosiasi keprofesian;
Komunitas media
2 Pemberian fasilitas yang dibutuhkan Pendaftaran asosiasi keprofesian; Studi Menteri Pariwisata X X X X X
asosiasi keprofesian media agar dapat kebutuhan fasilitas bagi asosiasi keprofesian; dan Ekonomi Kreatif;
aktif dan berjalan dengan baik Pemberian fasilitas yang dibutuhkan Menteri Komunikasi
dan Informatika;
KoMISI Penyiaran
Indonesia
4 Pembentukan pertemuan rutin antara Penyusunan agenda pertemuan, evaluasi hasil Menteri Komunikasi X X X X X
pihak pemerintah dengan pihak industri pertemuan, tindak lanjut hasil pertemuan, dan Informatika;
TV & Radio serta publikasi hasil pertemuan KoMISI Penyiaran
Indonesia
Lampiran
2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN 13: Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal di bidang TV & Radio baik itu di dalam dan luar negeri
1 Pemberian fasilitas pembiayaan untuk Studi skema pembiayaan untuk subsidi Menteri Pariwisata X X X X
subsidi pelaku/karya/usaha kreatif TV pelaku/karya/usaha kreatif TV & Radio yang dan Ekonomi
& Radio yang mampu ikut serta dalam mampu ikut serta dalam festival dan even Kreatif; Menteri
festival dan event internasional internasional; Penyusunan skema pembiayaan Perindustrian;
subsidi pelaku/karya/usaha kreatif TV & Radio Menteri Perdagangan;
yang mampu ikut serta dalam festival dan
event internasional
SASARAN 14: Meningkatnya tingkat apresiasi masyarakat terhadap konten lokal yang mengusung kebudayaan dan SDA lokal
1 Pemberian penghargaan bagi karya Pendaftaran dan sosialisasi penghargaan; Menteri Pariwisata X X X X
maupun usaha kreatif dalam bidang media Penjurian karya kreatif; Publikasi dan kegiatan dan Ekonomi
yang berskala nasional lanjutan dari penghargaan seperti networking; Kreatif; Menteri
Perindustrian;
Menteri Perdagangan;
2 Pemberian fasilitas pada komunitas media Fasilitas yang dapat diberikan antara lain Menteri Pariwisata X X X X X
untuk membantu meningkatkan kesadaran adalah ruang publik, sosialisasi konten kreatif dan Ekonomi Kreatif;
masyarakat terhadap konten kreatif yang yang berkualitas, dan sebagainya Pimpinan daerah;
berkualitas
3 Pemberian fasilitas untuk publikasi tulisan Dengan makin banyaknya tulisan mengenai Menteri Pariwisata X X X X X
terkait konten TV dan Radio di media konten kreatif TV & Radio Indonesia di media dan Ekonomi Kreatif;
massa massa nasional dan internasional, diharapkan
119
masyarakat semakin sadar akan konten acara
TV dan Radio yang dinilai memiliki kreativitas
yang berkualitas
348
120 Ekonomi Kreatif: RencanaEkonomi Kreatif: Rencana
Pengembangan AksiRadio
Televisi dan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019
2015-2019