NASKAH AKADEMIK
DAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH
INISIATIF DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI RIAU
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENYIARAN
DI PROVINSI RIAU
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENYIARAN
DI PROVINSI RIAU
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................................... 3
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................................................. 8
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik ........................................................... 9
1.4. Metode ................................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan demikian penguasaan teknologi dan sistem siaran TV menjadi strategi yang
sangat baik bagi bangsa Indonesia (Ahmad, 2015).
Dengan begitu pesatnya perkembangan teknologi digital, yang memberikan
kontribusi dominan terhadap bidang siaran, telekomunikasi dan teknologi informasi,
mendukung siaran TV berkualitas gambar yang dapat dinikmati para pemirsa. berbagai
perangkat seperti telepon gengam (handphone), PDA (personal digital assistant),
komputer, maupun media TV yangtak bergerak (fixed) dan bergerak (mobile).
pengalaman negara lain yang telah mengganti sistem siaran TV-nya ke teknologi
digital, perubahan tersebut telah menyebabkan perubahan model bidang usaha dan
layanan konten serta optimasi penggunaan kanal frekuensi, sehingga migrasi
berdasarkan sistem siaran TV analog akan sangat bermanfaat pemerintah, masyarakat
maupun industri (Wahyuni, 2018).
Sama halnya dengan televisi, media penyiaran lain seperti radio juga menjadi
salah satu media yang digunakan dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat.
Radio pada saat ini masih banyak digunakan orang-orang karena kemudahan yang
diberikan oleh media radio ini. Namun demikian, tidak semua hunian masyarakat yang
menggunakan media radio ini dalam kesehariannya, akan tetapi media radio sangat
banyak digunakan oleh pengendara kendaraan bermotor, khusunya mobil. Hampir tiap-
tiap orang yang memiliki mobil menjadikan media radio sebagai media pilihan dalam
mendapatkan hiburan hingga informasi.
Dalam Perkembangannya saat ini, pemerintah melalui Kementerian
Komunikasi dan Informatika telah menerbitkan Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2016
tentang Uji Coba Teknologi Telekomunikasi, Informatika dan Penyiaran.
Pertimbangan regulasi tersebut adalah dalam rangka penelitian dan penetapan arah
kebijakan penyelenggaraan telekomunikasi, informatika dan siaran. Beberapa jenis
teknologi yang berkembang dan perlu dilakukan uji coba di antaranya open BTS,
Google Loon, PPDR (public Protection and Disaster Relief), 5G, TV digital metode
SFN (single frequency network) dan MFN (multi frequency network). Ujicoba yang
dilakukan tersebut cukup mencengangkan bagi publik maupun bagi pelaku bisnis.
5
Sebab, selama ini pemerintah belum menyelesaikan urusan siaran siaran digital yang
seharusnya dibuat dalam bentuk UU, tetapi pemerintah lebih memilih untuk melakukan
berbagai uji coba siaran yang dikawatirkan proses ini nanti sama sekali berbeda saat
digitalisasi siaran diumumkan (Nurudin, 2018).
Setelah melalui pergulatan yang panjang diparlemen dan debat diberbagai
lokal, lahirlah Undang-Undang NO. 32 Tahun 2002 tentang siaran yang resmi berlaku
tanggal 28 desember 2002. Selain menerapkan sistem siaran lokal berjaringan, regulasi
ini mengintroduksi sebuah lembaga semi independen bernama Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) untuk mengatur siaran ditanah air ini. Keputusan Presiden yang
menetapkan uji kelayakan dan kepatutan DPR untuk anggota KPI itu sendiri baru
sebelum batas waktu yang ditentukan UU NO. 32 itu, yakni tanggal 27 Desember 2003.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah lembaga negara yang bersifat
independen yang dibentuk melalui UU No. 32 Tahun 2002 Tentang siaran dengan
tujuan mengatur segala hal tentang siaran di Indonesia. Lembaga Independen ini terdiri
dari KPI pusat dan KPID di daerah yang menentukan koordinatif, kebijakan yang
ditentukan oleh KPI dan pelakasanaan di tingkat provinsi menjadi cakupan KPID.
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Riau ini berdiri sejak tahun 2010
dan beralamat di jalan Gajah Mada Nomor 200 Pekanbaru, dengan wilayah kerja
meliputi seluruh Provinsi Riau.
Di dalam UU Nomor 32 tahun 2002 tentang siaran telah diatur pasal-pasal
tentang isi siaran, pasal 35 dan 36 jadi sangat diharapkan bahwa pengawasan mematuhi
aturan-aturan yang telah ditetapkan, tetapi kenyataannya masih banyak siaran yang
melanggar peraturan yang sudah disepakati bersama (Bunga Indriani Nst, Rum, &
Katutu, 2019). Menurut undang-undang No. 32 tahun 2002 ini target siaran:
1. Untuk memperkukuh integrasi nasional.
2. Terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
6
1.4.Metode
Metode merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan
segala jenis informasi penyiaran yang ada di provinsi Riau. Kajian-kajian literatur/
studi pustaka sangat diperlukan untuk mengetahui hukum tentang penyiaran, undang-
undang tentang penyiaran, sanksi-sanksi dalam penyiaran, hingga kepada lembaga-
lembaga yang terlibat dalam penyiaran. Secara terperinci, untuk memperoleh data dan
informasi untuk naskah ini, maka aktivitas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Studi pustaka/ kaian literatur terkait peraturan perundangundangan, perjanjian,
atau dokumen hukum lainnya, serta hasil pengkajian, dan referensi lainnya.
Melalui kajian ini diharapkan akan diperoleh pemahaman umum secara yuridis
normatif dan yuridis empiris tentang nomenklatur daerah di Indonesia,
khususnya provinsi Riau.
2. Focused-Group Discussion dengan pihak-pihak yang berkompeten dan terkait
dengan penyiaran di Provinsi Riau. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai peta persoalan tata kelola
penyiaran yang selama ini diberlakukan di Provinsi Riau.
3. Rapat dengar pendapat dengan para pelaku pemerintahan dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Riau. Rapat dengar pendapat ini
diharapkan memberikan gambaran lebih mendalam terkait dengan problem
nyata di Pemerintahan Provinsi Riau terkait penyiaran dan kemungkinan-
kemungkinan solusinya.
11
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIK
agama atau warna kulit, akan menjadi kurang penting. Mungkin, penyiar tidak perlu
lagi repot-repot memasukkan karakteristik seperti itu dalam laporan mereka.
Media massa di Indonesia memiliki latar belakang sejarah yang erat kaitannya
dengan gerakan nasional untuk memperoleh kemerdekaan nasional dan perjuangan
untuk meningkatkan kehidupan bangsa Indonesia. Radio Republik Indonesia (RRI)
lahir pada hari kemerdekaan Indonesia pada pukul sepuluh pagi tanggal 17 Agustus
1945. Sejak zaman revolusi hingga saat ini, RRI telah berusaha untuk menepati
janjinya TIPRASETYA atau kesetiaan tiga kali lipat dengan menjadi nasionalis tetapi
nonpartisan, berjuang untuk menjaga negara tetap independen, tetapi berdiri di atas
semua arus politik dan kepentingan partai demi persatuan nasional. Radio Republik
Indonesia telah berfungsi sebagai media komunikasi yang efektif untuk menjaga
semangat juang rakyat selama perang kemerdekaan, sedangkan pers seperti halnya di
negara-negara Asia lainnya telah menjadi salah satu mekanisme yang digunakan oleh
para pemimpin pergerakan nasional untuk menyebarkan ide-ide mereka. Itulah
sebabnya pers di negeri ini secara tradisional menjadi "press d'opinion" daripada "press
d'information". Tokoh-tokoh nasional seperti Sukarno, Hatta, Syahrir, Haji Agus
Salim, Sam Ratulangi, dll adalah penulis atau kolumnis surat kabar nasional biasa dan
beberapa dari mereka bahkan menerbitkan majalah mereka sendiri.
Persoalannya masih tetap bagaimana mempopulerkan radio dan televisi di
masyarakat pedesaan. Barang-barang ini mungkin berada dalam jangkauan petani
kaya, tetapi masih di luar kemampuan ekonomi nelayan miskin. Yang lebih penting
adalah pemilihan program yang sesuai dengan selera dan pandangan masyarakat
pedesaan. Radio dan televisi harus menjadi media yang akrab bagi masyarakat desa
dan sumber informasi, pendidikan serta hiburan tanpa efek demonstratif yang tidak
diinginkan dari pola konsumtif yang berlebihan.
Oleh karena itu pemilihan program bukanlah tugas yang mudah karena
melibatkan anggaran dan waktu yang dibutuhkan untuk produksi "perangkat lunak".
Harga sebuah pesawat televisi masih mahal dan di luar jangkauan rata-rata daya beli
masyarakat Indonesia. Namun, masalah ini dapat diselesaikan terutama untuk daerah
15
pedesaan dengan memasang televisi di titik-titik strategis di mana orang dapat dengan
mudah menonton program seperti ketika mereka secara kolektif menonton pertunjukan
"wayang".
Menurut pengamatan pribadi saya, yang tidak berdasarkan kajian ilmiah, isi
program radio lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa daripada
televisi. Radio memiliki variasi isi program mulai dari program penyuluhan pertanian
hingga kesehatan masyarakat, masyarakat desa. Pers Indonesia menurut latar belakang
tradisionalnya memiliki komitmen yang kuat terhadap pembangunan nasional yang
merupakan pekerjaan utama selama beberapa dekade terakhir dan periode-periode
berikutnya setelahnya.
Pengembangan dan juga hiburan. Radio telah membentuk audiens yang berbeda
karena ada perbedaan dalam kebiasaan mendengarkan. Pemenuhan fungsi media massa
ini belum dapat dijangkau oleh TVRI, karena siaran televisi baru dimulai pada tahun
1962, tetapi menyusul radio selama lima tahun terakhir. Pers Indonesia menurut latar
belakang tradisionalnya memiliki komitmen yang kuat terhadap pembangunan
nasional, yang merupakan pekerjaan utama selama beberapa dekade terakhir dan
periode-periode berikutnya setelahnya. Namun dalam upaya mengembangkan fungsi
pembangunannya sendiri, pers Indonesia masih menghadapi beberapa masalah
mendasar, yaitu:
A. Keharusan dari pihak pers itu sendiri untuk berkembang dan
berkembang. Pers dihadapkan pada tren perkembangan baru di bidang
ekonomi yang pengaruhnya menyentuh eksistensinya. Kegiatan
ekonomi harus ditangani sesuai dengan hukum ekonomi. Perencanaan
operasi harus memperhitungkan prinsip akuntansi biaya,
pengembangan mekanisme pasar, peningkatan peran iklan, efisiensi
manajemen, dll. Semua faktor ini memberikan pengaruh tertentu pada
pihak pers Indonesia yang mengharuskan mereka untuk
mengembangkan diri menurut prinsip-prinsip ekonomi selain
berpegang pada sisi idealis. Banyak surat kabar telah berhasil
16
peraturan yang jelas dalam mengatur media massa di provinsi Riau untuk dapat lebih
maksimakl lagi dalam mempromosikan wisata alam dan juga budaya.
Semua pihak dalam hal ini harus dilibatkan, mulai dari lemabaga pemerintahan,
lembaga penyiaran, hingga kepada komisis penyiaran yang ada di provinsi Riau agar
peraturan dan regulasi terkait penyiaran wisata alam dan budaya diprovinsi Riau dapat
diwujudkan dengan baik. Adapun terkait sanksi terkaitpelanggaran-pelanggaran dalam
penyiaran wisata alam dan juga kebudayaan di Provinsi Riau juga harus jelas .
2.2. Kajian Terhadap Asas/Prinsip
1. Asas kebebasan, siaran harus mampu menjamin dan melindungi kebebasan
berekspresi atau mengeluarkan pikiran secara lisan dan tertulis, termasuk
menjamin kebebasan berkreasi dengan bertumpu pada asas keadilan,
demokrasi, dan supremasi hukum;
2. Asas adil dan merata, penyiaran harus mencerminkan keadilan dan
keseimbangan antara hak dan kewajiban masyarakat ataupun pemerintah,
termasuk hak asasi setiap individu/orang secara meratadengan menghormati
dan tidak mengganggu hak individu/orang lain;
3. Sebagai keseimbangan, memperhatikan seluruh aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara, juga harus mempertimbangkan siaran sebagai lembaga ekonomi
yang penting dan strategis, baik dalam skala nasional maupun internasional;
4. Asas, mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi,
khususnya di bidang siaran, seperti teknologi digital, kompresi, komputerisasi,
televisi kabel, satelit, internet, dan bentuk-bentuk khusus lain dalam siaran;
5. Asas Pemberdayaan, memberdayakan masyarakat untuk melakukan kontrol
sosial dan berpartisipasi dalam siaran nasional; untuk itu, dibentuk Komisi
Penyiaran Indonesia yang menampung aspirasi masyarakat dan mewakili
kepentingan publik akan siaran;
20
6. Asas efektif dan efisien, siaran memiliki kaitan erat dengan spektrum frekuensi
radio dan orbit satelit geostasioner yang merupakan sumber daya alam yang
terbatas sehingga pemanfaatannya perlu diatur secara efektif dan efisien;
7. Asas perlindungan sosial dan budaya, pengembangan siaran diarahkan pada
terciptanya siaran yang berkualitas, bermartabat, mampu menyerap, dan
mencerminkan aspirasi masyarakat yang beragam, untuk meningkatkan daya
tangkal masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai budaya Asing;
8. Asas Pendayagunaan Kearifan Lokal, adalah menjaga integritas Indonesia
sebagai suatu kesatuan sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan
keamanan.
2.3. Kajian Terhadap Praktik Penyiaran
Dalam pengaturan penyelenggaraan penyiaran di Provinsi Riau tidak hanya
didasarkan oleh tuntutan kepentingan pada ranah regulasi, namun juga harus
didasarkan pada evaluasi terhadap bentuk dan tata kelola penyelenggaraan penyiaran
yang berlaku saat ini (existing). Evaluasi terhadap kondisi terkin pada kebijakan
penyelenggaraan penyiaran dan kelembagaan telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi
Riau. Kesimpulan hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa kebijakan
penyelenggaraan penyiaran perlu dilakukan beberapa penyesuaian dan penataan. Mulai
dari aspek administrasi sampai aspek teknis penyelenggaraan penyiaran maupun aspek
kewenangan terkait dengan kewenangan daerah yang terkait bidang komunikasi dan
informasi. Persoalan-persoalan perlu dibenahi dan disesuaikan dengan tujuan
pemerintah provinsi Riau terkait penyiaran.
Adanya ketidaksesuaian aspirasi dan ketidaksinkronan antara kelembagaan
penyiaran di Provinsi Riau, maka perlu adanya tindak lanjut terkait regulasi-regulasi
maupun peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh media penyiaran yang ada di
Provinsi Riau. Oleh karena itu pembentukan raperda ini harus dilakukan dan
ditindaklanjuti sehingga terwujud sinkronisasi antara aspirasi dan fungsi kelembagaan
dalam hubungannya secara horizontal dan vertikal.
21
Di dalam Perda ini juga nantinya akan memuat implikasi kepada beban keuangan
negara, dalam hal ini akan ditanggung oleh APBD. Oleh karena Perda ini mengatur juga
tentang kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Riau, yang
membutuhkan dukungan pembiayaan dalam melaksanakan fungsi dan tugas mengawal
pelaksanaan penyiaran di daerah.
22
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum, dan memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Adapun Kemerdekaan pers diatur dalam: Pasal 4 ayat (1) : Kemerdekaan pers
dijamin sebagai hak asasi warga negara, Pasal 4 ayat (2) : Terhadap pers nasional tidak
dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran Pasal 4 ayat
(3) : Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari,
memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.
Undang-Undang tentang Pers memberi sanksi kepada mereka yang
menghalang-halangi kerja wartawan. Pasal 18 Undang-Undang tentang Pers
menyatakan, "Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan
tindakan yang berkaitan menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal
4 ayat 2 dan ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun atau denda
paling banyak Rp 500 juta."
Walau undang-undang menjamin kebebasan pers, tapi bukan berarti kebebasan
pers di Indonesia menempati peringkat tinggi dibanding negara lain. Pada 2017,
misalnya indeks kebebasan pers di Indonesia berada pada urutan 124 dari180 negara.
Menurut lembaga international Reporter Sans Frontiers (RSF) kebebasan pers di
Indonesia jauh di bawah negara Asia, seperti Hongkong, Jepang, dan Timor Leste.
manusia sebagai salah satu wujud dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang
demokratis.
Salah satu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang
terbuka adalah hak publik untuk memperoleh Informasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Hak atas Informasi menjadi sangat penting karena makin terbuka
penyelenggaraan negara untuk diawasi publik, penyelenggaraan negara tersebut makin
dapat dipertanggungjawabkan. Hak setiap Orang untuk memperoleh Informasi juga
relevan untuk meningkatkan kualitas pelibatan masyarakat dalamproses pengambilan
keputusan publik. Partisipasi atau pelibatan masyarakat tidak banyak berarti tanpa
jaminan keterbukaan Informasi Publik.
Keberadaan Undang-undang tentang Keterbukaan Informasi Publik sangat
penting sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan (1) hak setiap Orang untuk
memperoleh Informasi; (2) kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani
permintaan Informasi secara cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional, dan cara
sederhana; (3) pengecualian bersifat ketat dan terbatas; (4) kewajiban Badan Publik
untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan Informasi.
Setiap Badan Publik mempunyai kewajiban untuk membuka akses atas
Informasi Publik yang berkaitan dengan Badan Publik tersebut untuk masyarakat luas.
Lingkup Badan Publik dalam Undang- undang ini meliputi lembaga eksekutif,
yudikatif, legislatif, serta penyelenggara negara lainnya yang mendapatkan dana dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) dan mencakup pula organisasi nonpemerintah, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum, seperti lembaga swadaya masyarakat,
perkumpulan, serta organisasi lainnya yang mengelola atau menggunakan dana yang
sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat,
dan/atau luar negeri. Melalui mekanisme dan pelaksanaan prinsip keterbukaan, akan
tercipta kepemerintahan yang baik dan peran serta masyarakat yang transparan dan
akuntabilitas yang tinggi sebagai salah satu prasyarat untuk mewujudkan demokrasi
yang hakiki.
27
3.5. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Riau Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Perda Nomor 12 tahun 2017 tentang perubahan Perda Provinsi Riau Nomor 9
Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
menguraikan tentang perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Provinsi Riau tahun 2005-2025. Perubahan RPJPD Provinsi Riau Tahun 2005-2025
disusun melalui tahapan perencanaan teknokratik yang diikuti dengan perencanaan
partisipatif dengan mengedepankan proses evaluasi, proyeksi dan analisis terhadap
faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap pembangunan daerah Provinsi Riau. Perubahan RPJPD ini
diharapkan dapat mengarahkan dengan lebih fokus pada perencanaan di tingkat yang
lebih detil pada rencana pembangunan jangka menengah dan jangka tahunan daerah
untuk mewujudkan masyarakat Provinsi Riau yang mandiri dan sejahtera.
29
barang, orang, informasi dan modal; keuntungan lokasi sebagai pusat kegiatan;
dan sebagai lokasi transit pergerakan orang dan barang.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dijadikan landasan dasar terkait penataan
isi siaran di Provinsi Riau untuk merujuk kepada visi dan misi Provinsi Riauyang sudah
diatur dalam Perda Nomor 12 tahun 2017 tentang perubahan Perda Provinsi Riau
Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
31
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
Dalam konteks penyiaran, tunjuk ajar melayu berisi pernyataan yang bersifat
khas, mengandung nilai nasihat dan petuah, amanah, petunjuk dan pengajar serta
contoh teladan yang baik. Dapat mengarahkan manusia pada kehidupan yang benar dan
baik serta dalam keridhaan Allah untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia
dan akhirat.
Butir-butir yang terkandung dalam Tunjuk Ajar Melayu seringkali disandarkan
pada pernyataan „kata orang tua-tua dulu‟. Wawasan pengalaman yang didapati oleh
orang-orang terdahulu melalui dua sumber yakni bacaan terhadap alam (melalui
interaksi ekologis), serta bacaan terhadap kitab-kitab otoritatif.
Setelah Islam masuk ke dalam tradisi dan budaya melayu, tafsir-tafsir tersebut
semakin kekal karena semakin membuat kebudayaan Melayu lebih bersinar. Al-Quran,
Hadits, kitab-kitab para ulama dan aulia mengekalkan lagi isi setiap tafsir dari butir
tunjuk ajar yang ada. Pada kondisi ini tak heran jika Tunjuk Ajar Melayu memiliki
posisi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Dijadikan sebagai rujukan
dan patokan utama untuk kesadaran, moralitas, serta pembentukan jatidiri dalam
kehidupan sosial masyarakat Melayu tradisional.
Degan demikian, sangatlah rasional jika penyelenggaraan penyiaran dan
penataan konten siaran di Provinsi Riau harus berlandaskan pada nilai-nilai filosofis
kultural masyarakat Melayu Riau yang tercantum dalam Tunjuk Ajar Melayu. Hal ini
bertujuan agar tatanan masyarakat kehidupan semakin lebih baik ketika diterpa oleh
konten penyiaran yang sehat.
B. Penduduk
Sensus Penduduk 2020 (SP2020) mencatat penduduk Provinsi Riau pada bulan
September 2020 sebanyak 6,39 juta jiwa. Sejak Indonesia menyelenggarakan sensus
penduduk yang pertama pada tahun 1961, jumlah penduduk Provinsi Riau terus
mengalami peningkatan. Hasil SP2020 dibandingkan dengan SP2010 memperlihatkan
penambahan jumlah penduduk sebanyak 855,72 ribu jiwa atau rata- rata sebanyak
85,57 ribu setiap tahun.
Sementara itu, rasio jenis kelamin Provinsi Riau pada tahun 2020 sebesar
105,11.Angka ini dapat diinterpretasikan bahwa dalam 100 penduduk perempuan
terdapat 105 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk di Riau tahun 2020 mencapai
73,48 jiwa/km2.
Angka kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kota Pekanbaru sebesar
1.555,28 jiwa/km2 dan kepadatan terendah di Kabupaten Pelalawan sebesar 30,57
jiwa/km2. Kota Pekanbaru mempunyai jumlahpenduduk yang paling besar, yaitu
983,36 ribu jiwa, diikuti Kabupaten Kampar 841,33 ribu jiwa dan Kabupaten Indragiri
Hilir 654,91 ribu jiwa. Jumlah penduduk Riau terbanyak ada pada kelompokumur 0-4
tahun, artinya komposisi penduduk usia muda yang belum produktif masih cukup
tinggi sehingga perlu kebijakan dari pemerintah terkait kesehatan dan pendidikan
penduduk usia balita ini.
C. Pendidikan
Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan penduduknya. Semakin maju pendidikan berarti akan membawa
berbagai pengaruh positif bagi masa depan berbagai bidang kehidupan. Demikian
pentingnya peranan pendidikan, tidaklah mengherankan kalau pendidikan senantiasa
banyak mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Pada tahun
2020/2021 Taman Kanakkanak berjumlah 2.212 sekolah dan Sekolah Dasarberjumlah
3.727 sekolah. Data statistik pendidikan menengah terbatas pada SMP dan
35
D. Sosial Budaya
Riau berada di garda terdepan dalam menjaga tradisi dan kebudayaan Melayu
di Indonesia. Bahasa pengantar di provinsi ini umumnya Melayu. Adat istiadat yang
berkembang dan hidup di provinsi ini adalah adat istiadat Melayu, yang mengatur
segala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakatnya bersendikan Syariah Islam.
Penduduknya pun terdiri dari Suku Melayu Riau dan berbagai suku lainnya, mulai dari
Bugis, Banjar, Mandahiling, Batak, Jawa, Minangkabau, dan China. Uniknya, di
provinsi ini masih terdapat kelompok masyarakat yang dikenal dengan masyarakat
terasing, antara lain:
1. Suku Sakai: kelompok etnis yang berdiam di beberapa kabupaten antara lain
Kampar, Bengkalis, Dumai.
2. Suku Talang Mamak: berdiam di daerah Kabupaten Indragiri Hulu dengan
daerah persebaran meliputi tiga kecamatan: Pasir Penyu, Siberida, dan Rengat.
3. Suku Akit: kelompok sosial yang berdiam di daerah Hutan Panjang Kecamatan
Rupat, Kabupaten Bengkalis.
4. Suku Hutan: suku asli yang mendiami daerah Selat Baru dan Jangkang di
Bengkalis, dan juga membuat desa Sokap di Pulau Rangsang Kecamatan
Tebing Tinggi serta mendiami Merbau, sungai Apit dan Kuala Kampar.
Provinsi Riau sangat kaya dengan kerajinan daerah. Hanya saja hingga kini
potensi kini potensi ekonomi rakyat ini masih kurang perhatian. Salah satu bentuk
kerajinan daerah Riau adalah anyaman yang erat hubungannya dengan kebutuhan
hidup manusia. Kerajinan ini dikembangkan dalam bentuknya yang aneka ragam,
dibuat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun
kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam-macam pula,
36
mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang-katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung
saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut sempirai, pangilo, lukah dan
sebagainya. Kerajinan lain yang juga populer adalah Tenunan Siak. Tenunan ini
mempunyai motif yang khas, sehingga nilai jualnya juga cukup tinggi. Tenunan ini
biasanya dikerjakan dengan peralatan tradisional.
Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di Riau antara lain adalah : kerajaan
Inderagiri (1658-1838), kerajaan Siak (1723-1858), kerajaan Pelalawan (1530-1879),
kerajaan Riau-Lingga (1824-1913) dan banyak lagi kerajaan kecil lainnya, seperti
Tambusai, Rantau Binuang Sakti, Rambah, Kampar dan Kandis (Rantau Kuantan).
BAB V
B. Jasa Penyiaran
1. Penyelenggara Jasa Penyiaran disamping pusat juga mencakup lokal,
diantaranya adalah:
(1). Lembaga Penyiaran Publik;
(2) Lembaga Penyiaran Swasta;
(3) Lembaga Penyiaran Berlangganan;
(4) Lembaga Penyiaran Komunitas;
(5) Lembaga Penyiaran Digital
2. Penyelenggaraan Siaran
Pada bagian ini akan memuat pengaturan tentang penyelenggaraan siaran
oleh Penyelenggara Jasa Penyiaran Lokal di Provinsi Riau. Pengaturan
penyelenggaraan siaran meliputi pengaturan mengenai cakupan wilayah dan
jaringan siaran, klasifikasi acara siaran, bahasa siaran, relai, ralat siaran, arsip
siaran, dan siaran iklan. Cakupan wilayah siaran Penyelenggara Jasa
42
F. Penjelasan
Setiap peraturan perundang-undangan selalu terdapat bagian mengenai
penjelasan baik secara umum maupun penjelasan pasal demi pasal. Adapun
fungsi dari penjelasan tersebut adalah sebagai informasi petunjuk untuk
mengetahui maksud dari pasal-pasal yang dipandang perlu adanya penjelasan
lebih lanjut.
3.2 Sasaran
Hal atau keadaan yang ingin dicapai dengan dibentuknya Peraturan Daerah
tentang Penyiaran di Provinsi Riau ini adalah:
1. Tersedianya regulasi yang dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi pihak-
pihak terkait dalam menyelenggarakan penyiaran di daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Terciptanya ketahanan sosial dan daerah, serta meningkatkan rasa persatuan
dan kesatuan di daerah yang berlandaskan pada citra positif daerah;
3. Terciptanya kesejahteraan dan peningkatan perekonomian daerah yang
dilakukan melalui promosi potensi sosial, budaya, dan pariwisata di daerah.
4. Terciptanya perlindungan moral bagi masyarakat dari program siaran yang
bertentangan dengan norma-norma sosial dan kearifan lokal.
5. Terpenuhinya hak publik untuk menyatakan pendapat dan memperoleh
informasi, pendidikan, dan hiburan yang sehat yang dapat mendorong
meningkatkan peran sera masyarakat dalam proses pembangunan daerah.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Pengaturan penyelenggaraan penyiaran di Provinsi Riau dilakukan untuk
mengatur media- media penyiran yang ada di Provinsi Riau. Dengan adanya
pengaturan penyelenggraan penyiaran ini, maka diharapkan media-media penyiaran di
Provinsi Riau memiliki garis hukum yang jelas. Media penyiaran di Provinsi Riau juga
diharapkan mampu mensukseskan program pemerintah dalam meningkatkan promosi
wisata alam dan budaya, baik ditingkat lokal, nasional hingga ke tingkat internasional.
6.2. Saran
Untuk menetapkan Perda yang mengatur mengenai siarandi Provinsi Riau, perlu
dilakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota bahkan desa untuk lebih
efektifnya perancangan dan pelasakanaannya di kemudian hari.
46
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nur. (2015). Radio Sebagai Sarana Media Massa Elektronik. STAIN AT-
TABSYIR Kudus, 3(2).
Bunga Indriani Nst, Rum, Muhammad, & Katutu, Buchari. (2019). Upaya Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah (Kpid) Provinsi Jambi Dalam Pelaksanaan
Informasi Berdasarkan Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program
Siaran (P3sps) Di Kota Jambi. Uin Sulthan Thaha Saifuddin.
Dominick. Joseph.1990. The Dynamic of Mass Communication. USA: Von Hoffman
Press.
Geoffery, W and Alister, A (2006). Tourism Change, Impact and Opportunities.
England Pearson Education Ltd.
Holden, A. (2008). Environment and Tourism 2nd edition.Canada Rutledge.
Jamison, D.T. and E.G. McAnany. l978. Radio for education and development.
Beverly Hills: Sage Publication.
Kustiawan, Usep. (2016). Pengembangan media pembelajaran anak usia dini.
Penerbit Gunung Samudera
Nuruddin, Ade. (2018). Digitalisasi Penyiaran Indonesia Dalam Bingkai
Kepentingan Publik. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(3).
Riswandi. 2008. Dasar-dasar Penyiaran. Graha Ilmu. Yogyakarta
Rogers, E. l969. Modernization among peasants: The impact of communications.
New York: Holt & Rinehart
Sambodo, Satria, & Ishak, Ishak. (2017). Pengawasan Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Riau Terhadap Penyelenggaraan Penyiaran TV Kabel Di Pekanbaru
Tahun 2015-2016. Universitas Riau.
Schramm, W. l964. Mass media and national development. Stanford, CA: Stanford
University Press
Simon, Haykin. 1989. An Introduction to Analog & Digital Communication. New
York: John Wiley & Sons
47