Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

URGENSI PENYIARAN DI INDONESIA

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Penyiaran

DOSEN PEMBIMBING :

ASKURIFAI,S.SOS.,M.SI.

DISUSUN OLEH :

Devan Nizar Akbari

(10080021316)

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS

ILMU KOMUNIKASI

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “URGENSI PENYIARAN DI
INDONESIA” dapat di selesaikan dengan baik. saya berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang penyiaran di masa mendatang yang bisa kita
pelajari.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua orang
tua saya yang telah memberikan banyak kontribusi bagisaya sendiri, dosen pembimbing Bapak
Askurifai,S.SOS.,M.SI. dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu dalam
berbagai hal. Harapan saya informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Sempurna, karena itu saya memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah selanjutnya.

Demikian makalah ini dibuat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidak sesuaian materi yang disampaikan pada makalah ini, saya mohon maaf. Saya
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang
lebih baik pada kesempatan berikutnya.

ii
DAFTAR ISI

BAB 1...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
A. Pengertian Analog Switch Off (ASO)................................................................................................2
B. Perbedaaan Penyiaran Analog dan Digital.......................................................................................2
C. Permasalahan Pengaturan Siaran Digital di Indonesia.....................................................................3
PENUTUP.....................................................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................6

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan digitalisasi penyiaran di Indonesia memasuki babak baru setelah pemerintah
menetapkan pemenang seleksi Penyelenggara Multipleksing (mux) Siaran TV DigitalTeresterial
Tahun 2021. Menteri Komunikasi dan Infomatika (Menkominfo) dalam siaran pers menyebutkan
bahwa penetapan itu merupakan bagian dari kebijakan digitalisasi penyiaran dan implementasi
Analog Switch Off (ASO) untuk memajukan industri penyiaran di Indonesia.

Pemerintah telah menetapkan Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) pemenang seleksi


Penyelenggara Multipleksing (mux) Siaran TV Digital Terestrial. Pemerintah berharap LPS
tersebut dapat bergerak cepat dalam membangun infrastruktur penyiaran digital. Tulisan ini
membahas digitalisasi penyiaran serta urgensi kebijakannya di Indonesia. Penyiaran digital
adalah satu hal yang tak dapat dihindari, terlebih lagi bahwa teknologi analog kelak akan usang
dan semakin mahal dalam pengoperasiannya. Kelebihan serta keuntungan TV digital sudah
seharusnya menjadi urgensi untuk segera dilaksanakan. Namun pada kenyataannya realisasi TV
digital kerap tertunda, walaupun sudah diinisiasi sejak tahun 1997. Hal itu disebabkan karena
belum adanya regulasi yang mengatur penyiaran digital. Hadirnya UU Cipta Kerja menjadi titik
awal kemajuan digitalisasi penyiaran. Komisi I DPR RI perlu segera menyelesaikan revisi UU
Penyiaran demi terselenggaranya kebijakan penyiaran digital yang lebih tertata. DPR RI juga
perlu mengawasi jalannya masa transisi serta memastikan adanya sosialisasi migrasi TV digital
kepada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut :

1. Apa itu Analog Switch Off (ASO) ?


2. Perbedaan Penyiaran Analog dan Digital

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analog Switch Off (ASO)


ASO adalah penghentian siaran analog secara keseluruhan dan mengawali siaran digital
secara penuh. Adapun Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) yang ditetapkan sebagai Penyelenggara
Mux Siaran Televisi Digital Terrestial tersebut adalah Emtek Group, Metro TV, RCTI-MNC,
dan TransTV yang masing-masing memperoleh 9 wilayah layanan; Viva Group mendapat 5
wilayah layanan; serta NTV Group dengan 2 wilayah layanan. Total ada sebanyak 43 layanan
mux untuk 22 wilayah layanan atau provinsi.

Menkominfo menyebutkan bahwa penyelenggara mux pemenang seleksi berhak atas


pengelolaan maksimal 50% dari kapasitas saluran siaran mux untuk program siaran afiliasinya.
Sementara sisa kapasitas siaran harus disewakan kepada LPS, Lembaga Penyiaran Lokal (LPL),
atau Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK) melalui mekanisme yang ditetapkan oleh
penyelenggara mux bersama LPS, LPL, dan LPK. Sedangkan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran
Publik (LPP), juga memiliki slot siaran di setiap wilayah layanan siar. Menkominfo menjelaskan
bahwa tidak semua slot di mana TVRI sebagai penyelenggara mux digunakan sepenuhnya oleh
TVRI sendiri, cadangan yang tersisa dapat dimanfaatkan oleh LPS, LPL, dan LPK. Pemerintah
berharap agar seluruh LPS yang telah terpilih dapat bergerak cepat dalam membangun
infrastruktur agar penyiaran digital bisa dilakukan sesuai target (Media Indonesia, 4 Mei 2021).
Target yang dimaksud adalah dua tahun setelah ditetapkannya UndangUndang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja), yakni pada awal November 2022. Tulisan ini akan
membahas digitalisasi penyiaran serta urgensi kebijakannya di Indonesia.

B. Perbedaaan Penyiaran Analog dan Digital


Dalam buku Digitalisasi Televisi Indonesia yang diterbitkan PR2 Media disebutkan
digitalisasi merupakan terminologi untuk menjelaskan proses alih format media dari bentuk
analog menjadi bentuk digital. Secara teknis, digitalisasi merupakan proses perubahan segala
bentuk informasi (angka, kata, gambar, suara, data, dan gerak) yang dikodekan ke dalam bentuk
bit (binary digit). Bit ini berupa karakter dengan dua pilihan, seperti 0 dan 1, on dan off, maupun
yes dan no, serta ada informasi atau tidak. Dengan demikian, dimungkinkan adanya manipulasi
dan transformasi data (bitstreaming), termasuk penggandaan, pengurangan, maupun

2
penambahan. Semua jenis informasi diperlakukan bukan dalam bentuk asli, tetapi bentuk digital
yang sama (byte/ bit). Penyederhanaan ini pada akhirnya dapat merangkum aneka bentuk
informasi, antara lain huruf, suara, gambar, warna, gerak, dan sebagainya sekaligus ke dalam
satu format sehingga dapat memproses informasi untuk berbagai keperluan, seperti pengolahan,
pengiriman, penyimpanan, penyajian, sekaligus dalam satu perangkat (kompaspedia.kompas.id,
22 Desember 2020) Digitalisasi dalam penyiaran adalah sebuah hal yang tidak dapat dihindari
lagi pada era teknologi komunikasi sekarang ini.

Kebijakan migrasi dari analog ke digital pada dasarnya juga mempertimbangkan bahwa
kebijakan penggunaan teknologi analog akan semakin mahal dalam pengoperasiannya serta
perlahan-lahan akan menjadi teknologi yang usang. Digitalisasi penyiaran juga diharapkan dapat
menghemat penggunaan spektrum frekuensi radio dan menyisakan sisa spektrum frekuensi radio
(digital dividend). Karena spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya terbatas, maka
digital dividend ini wajib dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kepentingan
penyelenggaraan penyiaran sesuai dengan arah kebijakan sistem penyiaran nasional (Budiman,
2016). Digital dividend tersebut nantinya dapat digunakan untuk menambah kapasitas dan
kecepatan koneksi internet secara signifikan yang dapat digunakan di semua sektor.

C. Permasalahan Pengaturan Siaran Digital di Indonesia


Meskipun banyak urgensi TV Analog TV Digital Frekuensi VHF/UHF VHF/UHF yang
sinyalnya merupakan konversi data digital MPEG-2 Biaya Gratis Gratis Cara Tangkap Sinyal
Antena Analog Antena Analog Jenis Televisi Smart TV; TV Analog Smart TV dengan digital
video broadcasting - terrestrial second generation (DVB-T2) Kualitas Gambar dan Suara
Semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal makin melemah, gambar buruk, dan
berbayang Tidak ada gambar berbayang bintik-bintik semut (noise), walau tidak ada sinyal
Kemampuan Multimedia Tidak ada Ada layanan interaktif, bisa memberi rating; ada jadwal
acara yang telah dan akan ditayangkan; informasi peringatan dini bencana Sistem Transmisi
Menggunakan sinyal analog sehingga membutuhkan satu pemancar untuk tiap satu kanal
transmisi Menggunakan sinyal digital dan teknologi multipleksing (mux) lebih canggih sehingga
dapat memancarkan 6-8 kanal sekaligus Tabel 1. Perbedaan TV Analog dan TV Digital Sumber:
CNN Indonesia dan Instagram @siarandigitalindonesia, 2021. dan manfaat penyiaran digital di
atas, namun pada kenyataannya pelaksanaan digitalisasi penyiaran di Indonesia kerap tertunda.
Padahal gagasan migrasi ke TV digital sudah dimulai sejak tahun 1997. Tahun 2007 pemerintah

3
telah melakukan uji coba Digital Video Broadcasting Terrestrial (DVBT). Pada tahun 2009
pemerintah menyusun peta jalan (road map) implementasi migrasi sistem digital. Selanjutnya
pada tahun 2012 pemerintah mengadopsi pengembangan DVBT menjadi DVBT second
generation (DVB-T2). Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil karena masih belum
adanya regulasi setingkat undang-undang yang mengatur tentang penyiaran digital.

Untuk saat ini, penyiaran diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran (UU Penyiaran). Secara konseptual, UU Penyiaran tersebut hanya mengatur tentang
siaran analog, belum mencapai ranah penyiaran digital. Berbagai regulasi yang dikeluarkan
pemerintah dalam bentuk peraturan menteri tidak bisa dijadikan landasan bagi pengaturan
digitalisasi penyiaran. Usulan revisi UU Penyiaran sebenarnya sudah bergulir sejak DPR periode
2009-2014 hingga periode saat ini. Perdebatan aspirasi publik dengan kepentingan industri
penyiaran menjadi salah satu penyebab panjangnya perumusan dan pembahasan revisi UU
Penyiaran (Budiman, 2020). Titik terang kemajuan digitalisasi penyiaran dimulai setelah
pemerintah bersama DPR melakukan revisi terbatas UU Penyiaran melalui UU Cipta Kerja.
Dalam UU Cipta Kerja Pasal 72 ditambahkan Pasal 60A pada UU Penyiaran, yaitu
“Penyelenggaraan penyiaran dilaksanakan dengan mengikuti perkembangan teknologi, termasuk
migrasi penyiaran dari teknologi analog ke teknologi digital”. Adanya pasal tersebut itulah yang
menjadi titik tenggat waktu bahwa pelaksanaan ASO di Indonesia harus dilakukan paling lambat
dua tahun setelah ditetapkannya UU tersebut. Hadirnya UU Cipta Kerja tentang penyiaran
memang telah menjadi harapan bagi terealisasinya digitalisasi penyiaran. Namun UU tersebut
hanya mengatur hal yang terkait ASO. Agar implementasi digitalisasi penyiaran dapat terlaksana
dengan baik, tentu diperlukan keberadaan regulasi yang lebih tegas yang mengatur hal-hal terkait
tata kelola industri penyiaran digital, antara lain menyangkut proses perijinan, tata kelola siaran,
tanggung jawab lembaga penyiaran maupun pengelola mux, digital dividend, konten siaran
digital, dan pengawasannya. Untuk itu, penting bagi DPR RI dan pemerintah untuk segera
menyempurnakan serta menyelesaikan revisi UU Penyiaran agar dapat memuat hal-hal yang
belum diatur dalam UU Cipta Kerja tentang penyiaran. Diperlukan dukungan dari kalangan
akademisi dan para ahli agar dapat memberikan kajian kritisnya sebagai bahan masukan kepada
DPR RI serta dukungan dari para stakeholder dan partisipasi masyarakat agar proses pelaksanaan
transisi penyiaran digital dapat berjalan dengan lancar.

4
PENUTUP
Migrasi penggunaan teknologi penyiaran analog ke penyiaran digital menandai babak
baru dalam digitalisasi penyiaran di Indonesia. Dengan adanya digitalisasi tersebut diharapkan
pemerintah dapat memenuhi hak publik untuk mendapatkan kualitas penyiaran dengan gambar
yang lebih bersih, suara lebih jernih, serta teknologi yang lebih canggih hingga ke pelosok
negeri. Masa transisi dua tahun seharusnya adalah waktu yang cukup untuk mempersiapkan
segala perangkat dan infrastruktur demi terselenggaranya penyiaran digital di Indonesia. Komisi
I DPR RI perlu segera menyelesaikan revisi UU Penyiaran demi terselenggaranya kebijakan
digitalisasi penyiaran yang lebih tertata. DPR RI juga perlu mengawasi jalannya proses transisi
hingga menuju ASO agar sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditentukan serta memastikan
bahwa sosialisasi migrasi TV digital telah dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat agar
siap menghadapi peralihan dari TV analog ke TV digital.

5
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Ahmad. (2016). Kesiapan Lembaga Penyiaran Melaksanakan Digitalisasi
Penyiaran. Jakarta: Balai Pustaka. (2020). Perdebatan Kepentingan Digitalisasi Penyiaran di
Indonesia. Jurnal Politica Vol. 11 No.1 Mei: 107-126. “Digitalisasi Penyiaran di Indonesia:
Urgensi dan Manfaatnya”, 22 Desember 2020, https:// kompaspedia.kompas. “Kominfo: Siaran
TV Analog Wajib Berhenti 2 November 2022”, 3 Desember 2020, https://www.
cnnindonesia.com/teknolo gi/

/ kominfo-siaran-tv-analog-wajibberhenti-2-november-2022, diakses 4 Mei 2021. “Menangkan


Mux, 5 LPS Diminta Tancap Gas”, Media Indonesia, 4 Mei 2021, hal. 13. Pariela, Hardly SF.
(2021). “Menyongsong Siaran Digital (bagian pertama)”. 1 Januari 2021, http://www.kpi.go.id/
index.php/id/umum/38-dalamnegeri/36071-menyongsongsiaran-digital, diakses 4 Mei 2021.
Siarandigitalindonesia [@ siarandigitalindonesia], 20 Maret 2021. Perbandingan Siaran TV
Analog dan TV Digital [Foto Instagram], https:// www.instagram.com/p/ CMoLWa8lzqD/,
diakses 4 Mei 2021.

Anda mungkin juga menyukai