Anda di halaman 1dari 6

Nama : Vidya Khairina Utami Mata Kuliah : Cyber Law E

NPM : 110110180320 Dosen : Dr. Muhammad Amirulloh,S.H.,M.H.


Mustofa Haffas, S.H., M.Kom.
Dr. Tasya Safiranita, S.H., M.H.
Resume Kuliah Umum
- Cerdas Bertelekomunikasi & Menyongsong Era TV Digital -

Analaog Switch Off (ASO) akan mulai dilaksanakan pada tanggal 22 November
2022. Secara dasar hukum, sudah sangat jelas diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja yang nanti juga akan dibahas pula dalam revisi UU Penyiaran.
Sebetulnya ASO ini sudah dicanangkan sejak tahun 2004, tetapi ketika itu masih banyak
penolakan dengan berbagai macam alasan dari para pelakunya itu sendiri. Dalam hal ini,
tentu saja yang ingin didahulukan adalah frekuensi untuk televisi karena bagaimanapun
juga dengan efisiensi frekuensi ini maka kita akan memiliki Digital Devidend (menurut
parah ahli keuangan dapat bernilai sampai 300 triliun rupiah apabila optimalisasi
ekonominya baik dan benar). Digital Devidend terbesar yang nanti akan didapatkan
berada di frekuensi 700 Mhz. Selama ini, 700 Mhz kita gunakan untuk komunikasi banyak
hal, mulai dari televisi, internet, bahkan handphone. Akan tetapi, dengan adanya
kewajiban ASO maka pita lebarnya akan dibagi-bagi sehingga lebih efisien di setiap
pemakaiannya.
Pola konsumsi media saat ini tentu sudah mengalami pergeseran. Dari sejak 2017
sudah sangat terlihat walaupun penetrasi masyarakat terhadap media di televisi atau
sebaliknya masih di atas 90%, tetapi di bawahnya masih terdapat media outdoor seperti
radio dan internet. Oleh karenanya, di tahun 2022 radio dan internet sudah harus bisa
berintegrasi atau lebih dikenal dengan istilah yang bernama konvergensi media.
Walaupun jumlah TV Station di Indonesia jauh lebih sedikit daripada lembaga penyiaran
swasta yang lain seperti radio, tetapi konsumsi broadband yang mereka gunakan untuk
penyiaran analog itu sangat besar. Oleh sebab itu, ditemukan solusi untuk mengatasi hal
tersebut dengan cara dibuat dalam bentuk digital sehingga masih ada ruang untuk
berkembang di frekuensi 700 Mhz.
Terdapat banyak manfaat yang dapat dirasakan melalui ASO, yaitu:
1. Peningkatan kualitas siaran (baik dari sisi gambar maupun suara). Pancaran
frekuensi digital yang lebih jernih dengan kualitas HD.
2. Efisiensi spektrum TV digital.
3. Efisiensi infrastruktur. Dalam sistem siaran digital, satu pemancar bisa digunakan
oleh banyak lembaga penyiaran. Selain itu, mata rantai produksi-distribusi-eksibisi
bisa menjadi lebih singkat dan lebih murah.
4. Kualitas program dan konten yang lebih baik dan beragam (menjadi tantangan
bagi lembaga penyiaran, baik swasta maupun publik).
5. Meningkatnya industri kreatif dengan menumbuhkan industri konten lokal dan
nasional. Jika penyelenggara siaran lebih banyak, kebutuhan penyedia layanan
akan lebih banyak. Pada akhirnya, hal ini akan mendorong industri konten tumbuh
dengan baik (informatif dan edukatif).
6. Meningkatkan ekonomi masyarakat lokal. Munculnya peluang industri lokal untuk
membuat dekoder atau set top box (STB) penerima sinyal siaran televisi digital.
Adanya kemudahan UKM memperluas jenis dan pangsa pasar usaha (salah satu
bentuk stimulan ekonomi yang diberikan oleh Pemerintah bagi pelaku usaha
bidang elektronik).
7. Alokasi frekuensi digital untuk sistem peringatan bencana atau Early Warning
System (EWS). Sistem penyiaran digital dapat memberikan peringatan bencana
secara cepat yang langsung terhubung dengan sinyal pantauan BMKG dan BNPB
atas situasi kondisi iklim, cuaca, dan potensi bencana.
Dari manfaat tersebut maka dapat diketahui bahwa ASO yang menyediakan
Digital Devidend tidak selamanya untuk tujuan komersil. Adapun 90Mhz tujuannya untuk
kormersil, 15 Mhz di kiri dan kanan tujuannya untuk public service obligations (PSO).
Untuk itu, masyarakat mempunyai kewajiban untuk mengawal PSO. Untuk itu ada
beberapa hal yang diharapkan dari para pakar hukum, yaitu memastikan bahwa
Indonesia memiliki instrumen hukum untuk menciptakan ekosistem dan menciptakan
perlindungan terhadap penciptaan konten lokal bagi konten-konten penyiaran digital,
memastikan adanya pengawasan terhadap pengadaan STB, dan memastikan bahwa
secara hukum semua orang yang berkewajiban memenuhi kewajibannya untuk
menyediakan EWS yang salah satunya melalui LPP RRI dengan menggunakan teknologi
DRM.
Adapun masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam ASO dengan cara:
1. Selain membangun infrastruktur, pemerintah juga harus memastikan bahwa
digitalisasi media dapat tumbuh beriringan dengan meningkatnya angka literasi
digital.
2. Parsitipasi aktif masyarakat diperlukan dalam merealisasikan wacana tersebut 
sebagai konsumen utama penyiaran televisi, maka harus berada di tengah-tengah
proses ASO.
3. Masyarakat harus memiliki kemampuan literasi dalam menerima dan mengolah
informasi, sehingga akan terwujud sebuah tatanan masyarakat cerdas informasi.
Transformasi digital itu sangat bertumpu pada perluasan dan peningkatan
infrastruktur digital, khususnya dalam hal ini untuk penyediaan layanan internet. Adapun
5 langkah arahan Presiden untuk percepat transformasi digital adalah:
1. Segera lakukan percepatan perluasan akses dari peningkatan infrastruktur digital
dan penyediaan layanan internet.
2. Persiapkan roadmap transformasi digital di sektor-sektor strategis. Baik di sektor
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, pendidikan, kesehatan,
perdagangan, industri, maupun penyiaran.
3. Percepat integrasi pusat dan nasional.
4. Siapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5. Yang berkaitan dengan regulasi, skema pendanaan dan pembiayaan segera
disiapkan secepat-cepatnya.
Terkait dengan posisi infrastruktur internet, bahwasannya melihat fakta
pertumbuhan user internet itu jauh lebih cepat daripada pertumbuhan populasi sendiri
meskipun jumlah pengguna internet itu tidak akan mungkin sama dengan jumlah populasi
karena populasi ini terdiri dari berbagai usia dimana masih terdapat usia-usia yang belum
tentu bisa menggunakan internet. Akan tetapi, dilihat dari jumlah pengguna nomor
telepon seluler maka akan dihadapkan pada suatu kondisi bahwasannya jumlahnya itu
pada tahun 2016-2017 melebihi dari jumlah penduduk Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan kemungkinan satu atau beberapa orang memiliki 2 nomor telepon.
Kominfo juga dituntut untuk bersosialisasi kepada masyarakat agar dapat secara
cerdas menggunakan infrastruktur TIK beserta layanan-layanannya, salah satunya
melalui program webinar. Ada banyak penyalahgunaan yang terjadi dari keberadaan
internet saat ini oleh beberapa oknum. Di satu sisi internet bisa memberi hal-hal yang
dibutuhkan manusia, namun apabila manusia tidak hati-hati atau tidak cerdas dalam
menggunakannya maka dapat membuat layanan ini menjadi kontra produktif bahkan
menjurus kepada hal-hal yang merugikan penggunanya, yang biasa disebut cyber crime.
Melihat berbagai permasalahan tersebut, maka Direktorat Pengembangan Pitalebar
perlu berperan aktif melalui program pendampingan dan edukasi masyarakat. Namun,
tentu saja hal tersebut tidak bisa ditangani sendiri karena keamanan siber merupakan
suatu ekosistem keamanan yang bersifat multi-stakeholder.
Adapun tips-trick masyarakat cerdas bertelekomunikasi adalah sebagai berikut:
1. Makin sedikit data pribadi yang di-share di media sosial maka semakin baik.
2. Buat password sulit untuk email dan akses akun media sosial. Ganti password
secara berkala dengan kesulitan yang minimal sama.
3. Jangan pernah memberikan OTP pada siapapun.
4. Gunakan double verification untuk transaksi.
5. Waspada SIM Swap yang membuat nomor SIM card asli dan nomor baru dikuasai
penjahat siber.
6. Berhati-hati dalam membuka attachment email atau link.
7. Tidak mempublikasikan keberadaan secara real time.
Pemerintah harus memastikan bahwa pada 2 November 2022, maka semua
industri penyiaran yang saat ini bersiaran secara analog dengan kategori lembaga
penyiaran swasta (LPS), lembaga penyiaran lokal, dan lembaga penyiaran komunitas
bisa beralih ke sistem digital dengan menyiapkan infratruktur multiplex. Selain itu,
komitmen yang diperlukan untuk ASO tahap pertama di 12 kota utama dan sekitarnya
ialah penyediaan infrastruktur, migrasi program siaran, dan komunikasi & edukasi
publik.Adapun alasan mengapa perlu ASO secara bertahap yaitu sebagai berikut:
1. Landscape industri penyiaran yang padat (728 lembaga penyiaran TV analog dan
221 Kabupaten/Kota terdapat siaran TV analog.
2. Tingkat kesiapan infrastruktur yang berbeda (“Kota Nielsen” 12 provinsi dan 22
provinsi).
3. Kepadatan penyiaran televisi di kota-kota Nielsen terutama di Pulau Jawa,
sehingga perlu tahapan rechanneling se-efisien mungkin.
4. Tingkat kesiapan masyarakat dan akses terhadap perangkat STB/TV digital yang
berbeda.
5. Penyelarasan fokus penyelesaian ASO sampai 2 November 2022 antara
Pemerintah, LPP TVRI, LPS multipleksing, LPS program siaran dan pabrikan
STB/TV digital melalui forum Gugus Tugas. Sehingga proses transisinya halus
sampai ke masyarakat.
6. ASO ditahap awal menjadi pilot/pelajaran untuk tahap berikutnya.
Terdapat 3 hal yang harus diperhatikan ketika peralihan ke TV digital, yaitu
kontennya tidak boleh yang bersifat negatif, konten tersebut tidak boleh melanggar HAKI,
dan dengan adanya teknologi tersebut maka terkait data pribadi konten-konten orang
yang ada di dalamnya tidak bisa sembarang di-ekspos kepada publik. Jadi, ada regulasi-
regulasi dan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan. Hubungan TV digital dengan data
privasi yaitu apabila ada konten-konten di dalamnya yang melanggar privasi seseorang,
maka perlu dipertanyakan secara hukum siapakah yang akan bertanggung jawab? Selain
itu, lembaga penyiaran itu harus menyediakan kebijakan privasi (privacy policy) di dalam
website-nya sehingga pengguna mengetahui datanya akan digunakan untuk apa saja.
Kemudian, apabila mengoleksi data konsumen dalam jumlah yang banyak maka
sebaiknya memiliki DPO atau pejabat pengelola data pribadi.
Terkait data pelanggan, ada yang dinamakan automatic content recognition
artinya secara otomatis dapat mengetahui konten-konten apa saja yang dilihat baik itu
melalui app, data provider, antenna, DVD, maupun USB drivers. Selain itu dikenal juga
smart TV, internet connected yang dimana nantinya data pelanggan dapat dikirimkan ke
berbagai pihak (produsen TV, layanan penunjang lainnya). Privasi itu sebetulnya suatu
hak yang diatur oleh hak asasi manusia (HAM) dan apabila dilihat dari tingkatnya
sebetulnya merupakan hak yang paling tinggi dibandingkan dengan hak lain. Di Indonesia
hal tersebut sudah diakui dan dilindungi dalam UUD 1945 sekalipun. Jadi, sudah
merupakan hak yang harus diatur oleh Pemerintah dan harus disadari oleh masyarakat.
Saat ini, konsep privasi bukan hanya dikenal di negara maju saja karena konsep ini
merupakan suatu konsep yang bersifat universal. Kalau kita lihat perkembangan
pengaturan secara internasional, yang uniknya sekarang sudah sekitar 137 negara yang
memiliki undang-undang ini secara spesifik dengan tidak dikaitkan dengan bidang lain.
Dari 137 negara, sebagian besar merupakan negara berkembang. Adapun alasan
mengapa negara berkembang yang mendominasi ialah karena transformasi digital itu
sendiri. Perkembangan e-commerce menjadi pendorong negara-negara menagtur UU
Perlindungan Data Pribadi (Prof. Graham Greeleaf).
Privasi itu merupakan suatu hak yang luas dan itu dapat dikategorikan atas 4
macam, yaitu territorial privacy, bodily privacy, communication privacy, dan information
privacy. Hal ini sekarang telah menjadi isu regional, nasional, dan global karena data
sudah dianggap seperti oil di abad ke-21. Kemudian, prinsip-prinsip internasional yang
dihasilkan oleh berbagai macam instrumen-instrumen internasional terkait perlindungan
data pribadi sudah ada, yaitu seperti dalam OECD. Cikal bakal perlindungan data pribadi
bermula dari adanya OECD guidelines walaupun kalau dalam hukum internasional
dikatakan sebagai soft law yang mana tidak mengikat tetapi digunakan oleh negara-
negara untuk mengatur rezim perlindungan data pribadi. Jadi, sebetulnya perlindungan
data pribadi lahir dari negara Eropa namun karena diadopsi secara universal maka
kemudian tercipta sebuah harmonisasi tentang perlindungan data pribadi.
Prinsip-prinsip perlindungan data pribadi diberlakukan di semua sektor, termasuk
sektor penyiaran. Adapun prinsip-prinsip tersebut yaitu legalitas dari pemrosesan data
pribadi, jenis dan relevansi data pribadi yang akan diproses, tujuan pemrosesan data
pribadi, dan periode retensi dokumen yang memuat data pribadi. Sedangkan prinsip yang
diatur dalam RUU PDP sendiri terdapat di dalam 17 RUU tersebut. Adapun data privasi
dalam industri penyiaran meliputi privasi anak-anak (harus ada persetujuan dari orang
tua/wali), public figure (tetap harus dihargai privasinya walaupun tidak sebesar orang
biasa), dan kepentingan publik (kesehatan masyarakat, keamanan nasional, tindakan
kriminal, korupsi, politik, dan pemilihan umum). Terakhir, peran semua pihak diperlukan
dalam dunia cyber, baik itu aktivis, masyarakat, akademis, pelaku usaha, dan
Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai