Anda di halaman 1dari 8

MATERI

MEDIASI DI PENGADILAN

TUGAS KELOMPOK

Diajukan Untuk Memperoleh Nilai Dari Mata Kuliah


“ HUKUM ACARA PERDATA G”

Oleh :

Farah Azzahra Reynaldi (110110180317)


Vidya Khairina Utami (110110180320)

Dosen Pengajar :

Prof. Dr. H. Efa Laela Fakhriah, S.H., M.H.


Sherly Ayuna Putri, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
1

BAB I
MEDIASI DI PENGADILAN

2.1 Pendahuluan

Adanya dorongan dengan penumpukan beban perkara di pengadilan serta untuk


memberikan akses yang luas kepada masyarakat untuk memperoleh keadilan dan
penyelesaian yang memuaskan atas sengketa yang mereka hadapi, maka Mahkamah
Agung telah menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan. PerMa No.1 Tahun 2008 sebagai penerapan lembaga
damai yang merupakan pelaksanaan dari Pasal 130 HIR/154 Rbg, dimana menurut
keentuan tersebut hakim dalam perkara perdata wajib menganjurkan para pihak dalam
sidang pertama untuk menempuh perdamaian.1

Sehingga dalam hal ini maka, mediasi dalam tingkat pertama adalah wajib atau
mandatory, demikian Pasal 2 ayat 2 PerMa No.1 Tahun 2008 menegaskan. Para pihak
tidak boleh menolak ataupun untuk meminta langsung dilakukannya pemeriksaan secara
litugasi kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara, apabila tidak dilakukannya
mediasi terlebih dahulu, maka akan menyebabkan putusan batal demi hukum.

2.2 Pengertian

Menurut Tolberg dan Taylor yang dikutip oleh Abdul Manan, mediasi adalah suatu
proses dimana para pihak dengan bantuan seseoang atau beberapa orang secara sistematis
menyelesaikan permasalahan yang disengketakan untuk mencari alternatif dan mencapai
penyelesaian yang dapat mengakomodasi kebutuhan mereka.2 Menurut Abdul Manan,
mediasi adalah upaya menyelesaikan sengjketa para pihak dengan kesepakatan bersama
melalui mediator yang bersikap netral dan tidak membuat keputusan atau kesimpulan
bagi para pihak tetapi menunjang fasilitator untuk terlaksananya dialog antarpihak dengan
suasanan keterbukaan, kejujuran, dan tukar pendapat untuk mencapai mufakat.3

Mediasi pada dasarnya berasal dari kata Bahasa Inggris yang berarti mediation, yang
merupakan penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah atau
penyelesaian sengketa secara menengahi, yang menengahinya disebut sebagai mediator. 4

Mediasi yang didefinisikan oleh Retnowulan Sutantio, yang dikutip oleh Prita Amalia
dan Siti Noormalia Putri , sebagai pemberian jasa baik dalam bentuk salah untuk

1
Bambang Sugeng, Pengantar Hukum Cara Perdata dan Contoh Dokumen Litigasi Perkara Perdata,(Jakarta :
Kencana,2012),hlm.26.
2
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,(jakarta :
Kencana,2005),hlm.185-186.
3
Ibid,hlm.186.
4
Rachmadi Usman,Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan,(Bandung : Citra Aditiya Bhakti,2003), hlm.79
2

menyelesaikan sengketa para pihak oleh seorang ahli atau beberapa ahli yang diangkat
sebagai mediator.5

Menurut Black’s law dictionary, yang mendefinisikan mediasi sebgai metode


penyelesaian secara informal dengan menggunakan orang yang netral sebagai penengah
yang disebut mediator untuk membantu para pihak untuk mencapai kesepakatan.6

Berdasarkan dari definisi-definisi tersebut dapat dikatakan, bahwa mediasi memiliki


unsur-unsur :
a. Penyelesaian sengketa secara sukarela;
b. Adanya interventi atau bantuan dari pihak ketiga yang tidak memihak;
c. Pengambilan keputusan oleh para pihak secara konsensus;
d. Dilaksanakan dengan partisipasi aktif dari semua yang terlibat dalam sengketa,
terutama mediator.

2.3 Keuntungan dan Tujuan dari Mediasi

Terdapat beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan pelaksanaan mediasi


dalam suatu sengketa, yaitu :7
a. Biaya lebih murah dari penyelesaian dengan cara yang lain,
b. Penyelesaian masalah yang dilaksanakan secara komprehensif dan costomized;
c. Praktik dan belajar prosedur-prosedur penyelesaian masalah secara kreatif;
d. Tingkat pengendalian lebih besar dan hasil yang bisa diduga;
e. Pemberdayaan individu dalam menegosiasi maslah yang dihadapinya;
f. Melestarikan hubungan yang sudah berjalan atau mengakhiri hubungan dengan
cara yang lebih baik;
g. Keputusan-keputusan yang diambil bisa dilaksanakan;
h. Kesempatan yang lebih baik daripada hanya menerima hasil kompromi atau
prosedur menang atau kalah dan keputusan yang berlaku tanpa mengenai waktu.

Tujuan dilaksanakan mediasi dalam penyelesaian suatu sengketa, antara lain :8

a. Menghasilkan suatu kesepakatan ke depan yang dapat diterima dan dijalankan


oleh para pihak yang bersengketa;
b. Mempersiapkan para pihak yang bersengketa untuk menerima konsekuensi dari
keputusan-keputusan yang mereka buat;
c. Mengurangi kekhawatiran dan dampak negatif lainnya dari suatu konflik dengan
cara membantu pihak yang bersengketa untuk mencapai penyelesaian secara
konsensus.
d. Apabila mediasi dapat dilaksanakan maka dapat menyelesaikan konflik jangkan
panjang.

5
Prita Amalia & Siti Noormalia Putri,”Urgensi Arbitrase dan Mediasi Sebagai Metode Penyelesaian Sengketa
di Luar Pengadilan Dalam Sengketa Bidang Perbankan”,Laporan Akhir Penelitian,2008,hlm.24.
6
Ibid
7
Abdul Manan,loc.cit.
8
Ibid,hlm.186-187.
3

2.4 Proses atau Tahapan Mediasi

2.4.1 Tahap Pra Mediasi

Pada tahap pra mediasi, pada sidang pertama yang dihadiri penggugat dan
tergugat atau kuasa hukumnya, hakim mewajibkan untuk menempuh mediasi (Pasal 7
ayat 1 PerMa No.1 tahun 2008). Hakim mewajibkan para pihak pada hari itu atau
paling lama dua hari kerja berikutnya untuk berunding guna memilih mediator, baik
yang ada dalam daftar pengadilan maupun di luar daftar pengadilan, termasuk biaya
yang mungkin timbul akibat dari pilihan penggunaan mediator yang bukan
hakim.9Menurut Moore ada beberapa tipe mediator yang sangat berperan dalam
proses mediasi antara pihak yang bersengketa, yaitu :10
a. Social Network Mediators

Mediator berperan atas ssebuah sengkeya atas dasar adanya hubungan


sosial antara mediator dan antara para pihak yang bersengketa.

b. Authoritative Mediators

Mediaotr berusaha membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk


menyelesaikan perbedaan-perbedaan antara mereka dan memiliki posisi kuat
dan berpengaruh, sehingga mereka memiliki potensi atau kapasitas untuk
mempengaruhi hasil akhir dari sebuah proses mediasi. Tipologis mediator ini
dapat dibedakan menjadi benevolent, administratif manajerial, dan vested
interest.

c. Independent Mediators

Mediator yang menjaga jarak antara para pihak maupun dengan


persoalan yang tengah dihadapi oleh para pihak. Mediator tipe inilah yang
sering ditemukan dalam masyarakat dan merupakan mediator yang
profesional.

Mediator yang dipilih bisa berasal dari kalangan hakim, asalkan bukan hakim yang
memeriksa perkara tersebut, atau pun mediator dalm non hakim dengan syarat telah
memiliki sertfikat sebagai mediator yang diakreditasi oleh MA ( Pasal 9 PerMa No.1
Tahun 2008). Mediator juga harus memiliki syarat tertentu, yaitu :11
1 Disetujui oleh para pihak yang bersengketa;
2 Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan salah satu pihak yang bersengketa;
3 Tidak mempunyai hubungan kerja dengan salah satu pihak yang bersengketa;
4 Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain terhadap
kesepakatan para pihak; dan
5 Tidak memiliki kepentingan terhadap proses perundingan maupun hasilnya.
9
Bambang Sugeng,Op.Cit.,hlm.27.
10
Prita Amalia & Siti Noormalia Putri,Op.Cit.,hlm.26-27.
11
Ibid,hlm.27-28.
4

Mediator harus tahu benar tentang tugas pokok yang diembannya, serta harus
mengetahui masalah pokok yang menjadi sengketa para pihak yang selanjutnya ia
menetapkan hal-hal yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan mediasi yang akan
dilaksanakannya. Mediator yang bukan hakim biayanya ditanggung oleh para pihak
yang bersengketa. Mediator juga harus dapat menentukan tempat dan waktu mediasi
dengan para pihak yang bersengketa, siapa saja yang harus hadir, dan apa saja pokok
masalah yang perlu dibicarakan.12 Pelaksanaan mediasi di pengadilan dapat
diselenggarakan dengan secara tanpa biaya, sedangkan di luar pengadilan dapat
dikenakan biaya yang timbul dari penggunaan tempat tersebut dibebankan kepada
para pihak yang berdasarkan kesepakatan.13

2.4.2 Tahap Mediasi

Mediasi dimulai lima hari kerja setelah pemilihan atau penujukkan mediator,
para pihak wajib menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada
mediator ( Pasal 13 ayat 1 PerMa No.1 Tahun 2008). Sebelum rapat dimulai antara
mediator dan para pihak, mediator meciptakan forum. Setelah forum terbentuk rapat
bersama, pada saat itu moderator akan mengeluarkan pernyataan pendahuluan dan
melakukan tindakan awal, yakni melakukan perkenalan diri dan perkenalan para
pihak, menjelaskan kedudukan dia sebagai moderator, menjaskan peran dan
wewenangnya, menjelaskan aturan dasar tentang proses, aturan kerahasiaan dan
ketentuan rapat, menjawab pertanyaan-pertanyaan para pihak dan bila telah sepakat
akan melanjutkan perundang-undangn maka ia harus mengikuti semua aturan yang
berlaku.14 Pada pelaksanaan mediasi, para pihak atau kuasa hukumnya dan mediator,
dapat mengundang saksi ahli dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan
atau pertimbangan terkait penyelesaian sengketa, yang dimana biaya pemanggilan
saksi ahli dibebankan kepada para pihak ( Pasal 16 PerMa No.1 Tahun 2008).

Mediator meneruskan rapat bersama dan meminta pernyataan atau penjelasan


pendahuluan pada masing-masing pihak yang bersengketa. Mediator harus
memerhatikan semua informsi yang disampaikan oleh para pihak. Oleh karena
informasi yang disampaikan menurut kepentingan para pihak yang bersengketa, maka
mediator harus memerhatikan semua informasi yang disampaikan oleh para pihak
yang bersengketa, maka mediator harus mengkualifikasi informasi tersebut untuk
bahan penyelesaian sengketa. Para pihak melakukan negoisiasi dan tawar menawar
diantara mereka, biasanya pada kesempatan ini masing-masing pihak ingin
menonjolkan apa yang mereka inginkan. Peran mediator disini diuji, sebab kalo
mediator lemah dapat melanjutkan menjadi keributan.

Pada tahap negoisasi ini biasanya membutuhkan waktu yang agak lama,
karena mediator membicarakan masalah yang krusial yang dipermasalahkan. Pada
tahap ini akan ada dua tipe negosiasi, yaitu pertama para pihak berbicara langsung
satu sama lain, mediator hanya berperan untuk menjaga urusan bicara, mencatat
kesepahaman dan sekali-kali mengintervensi membantu proses komunikasi. Kedua,
12
Abdul Manan, Op.Cit.,hlm.187.
13
Bambang Sugeng,loc.cit.
14
Abdul Manan,Op.Cit.,hlm.188.
5

mediator mengatur seluruh arah pembicaraan, mengajukan pertanyaan kepada para


pihak dan terkadang memberikan solusi. Kedua tipe ini bergantung kepada para pihak
yang berjalan.15

Tahap berikutnya adalah mengadakan pertemuan terpisah dengan masing-


masing pihak. Pertemuan ini dimaksudkan untuk menggali hal-hal yang belum
diungkapkan terhadap pointers yang belum disepakati dalam negosiasi, sehingga apa
yang menjadi kekhawatiran masing-masing dapat digali untuk dicaikan jalan keluar
sampai tercapainya suatu kesepakatan. Pertemuan terpisah juga perlu dilakukan
apabila terdapat pihak yang tidak berdaya dan mempunyai posisi lawan lemat atau
menyangkut private confidental sehingga banyak hal yang tidak bisa dikemukakan di
muka orang banyak. Bila mediator melakukan pertemuan terpisah dengan salah satu
pihak, maka ia harus melakukan yang sama dengan pihak lain. Hal ini penting untuk
dilaksanakan agar ia tidak dianggap memihak kepada salah satu pihak, sehingga
merusak kepercayaan para pihak kepadanya. Setelah mengadakan pertemuan terpisah,
mediator akan mengadakan rapat pleno untuk mengadakan negosiasi terakhir dan
menyelesaikan beberapa hal dengan lebih rinci dan detail.

Apabila sudah disepakati, maka kesepekatan dibuat secara tertulis serta


ditandatangani para pihak dan mediator memeriksa kembali kesepakatan tersebut
untuk menghindari adanya kesepakatan yang saling bertentangan. Selanjurnya
mediator menutup rapat dengan commend kepada para pihak yang bersengketa bahwa
apa yang telah dicapainya itu merupakan suatu keputusan yang terbaik dan
menyarankan agar para pihak yang bersengketa itu supaya taat dan menjalankan
keputusan itu dengan penuh tanggung jawab. Atas kesepakatan yang telah dicapai
berdasarkan permintaan para pihak, hakim dapat mengukuhkan kesepakatan itu
sebagai akta perdamaian yang memiliki hukum tetap. 16Apabila tidak dikehendaki
dikukuhkannya, maka kesepakatan dalam mediasi, akan dibuat ketetapan tertulis
tetapi dengan klausal yang memuat pernyataan pencabutan perkara ( Pasal 17 PerMa
No.1 Tahun 2008).

Apabila tidak tercapainya kesepakatan dalam mediasi hinga waktu yang


ditentukan, mediator wajib menyatakan bahwa proses mediasi gagal dan
memberitahukan kepada Majelis Hakim yang memberiksa perkara. Segera setelah
pemberitahuan itu Majelis hakim melakukan proses pemeriksaan perkara sesuai
dengan ketentuan hukum acara perdata ( Pasal 18 PerMa No.1 Tahun 2008).
Sekaligus, pernyataan para pihak yang telah diungkapkan dalam mediasi tidak akan
digunakan dalam pemeriksaan. Demikian pula dengan fotokopi dokumen, notulen,
dan catatan mediator wajib dimusnahkan dan mediator tidak dapat menjadi saksi
dalam persidangan perkara tersebut ( Pasal 19 PerMa No.1 Tahun 2008).

Proses mediasi berlangsung selama empat pulu hari kerja sejak mediator
dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua Majelis Hakim ( Pasal 13 ayat 3
PerMa No.1 Tahun 2008) dan atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu

15
Ibid
16
Bambang Sugeng,Op.Cit.,hlm.28.
6

mediasi dapat diperpanjang 14 hari kerja sejak terakhir masa 40 hari sebagaimana
dimaksud dalam ayat 3 ( Pasal 13 ayat 4 PerMa No.1 Tahun 2008).
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Abdul Manan. 2016. Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan
Agama,Cet.II. Jakarta: Kencana.
Bambang Sugeng & Sujayadi. 2015. ,Pengantar Hukum Acara Perdata dan Contoh
Dokumen Litigasi,Cet.III. Jakarta: Kencana.
Rachmadi Usman. 2003. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Bandung: Citra Aditya
Bhakti.

B. LAPORAN PENELITIAN
Prita Amalia & Siti Noormalia Putri. 2008. "Urgensi Arbitrase dan Mediasi Sebagai Metode
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Dalam Sengketa Bidang Perbankan."
Laporan Akhir Penelitian.

Anda mungkin juga menyukai