Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH

ADVOKASI KEBIJAKAN
Dosen Pembimbing : Dr. Fajar Iswahyudi

ANALISIS ACF DALAM KEBIJAKAN


PENGGANTIAN SIARAN TV ANALOG KE TV DIGITAL

DANY FACHRIZA
NIM. 2102018022

MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


KONSENTRASI KEBIJAKAN PUBLIK PASCASARJANA
FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2022
ANALISIS ACF DALAM KEBIJAKAN
PENGGANTIAN SIARAN TV ANALOG KE TV DIGITAL

PENDAHULUAN

Keberadaan teknologi penyiaran TV digital di Negara Indonesia sudah menjadi


keharusan jika tidak ingin tertinggal dengan negara lain. Terjadi perkembangan pesat dalam
sistem penyiaran digital dimana telah dilakukan peningkatan daya tampung layanan melalui
ketepatgunaan fungsi spektrum frekuensi radio. Sistem penyiaran TV digital dapat
menampilkan data gambar dan suara yang lebih baik dan juga mempunyai berbagai macam
fungsi dan media yaitu sistem layanan interaktif serta early disaster warning information.
Sebagai peningkatan standar Digital Video Broadcasting – Terrestrial (DVB-T) yang
ditetapkan di tahun 2007, standar penyiaran DVB-T second generation (DVB-T2) ditetapkan
Pemerintah dengan Permen Kominfo Nomor 5 tahun 2012. Sebelumnya pemerintah
bersama para stakeholders terkait melakukan kajian terlebih dahulu dilanjutkan dengan
konsultasi publik. Perkembangan teknologi yang begitu pesat merupakan peluang bagi
pengembangan industri penyiaran nasional di masa depan.

Sistem siara TV Digital Terrestial merupakan penyiaran yg memakai frekwensi radio


UHF/VHF yang sama dengan penyiaran analog, namun format konten yang sudah digital.
Pada sistem siaran TV analog, apabila stasiun pemancar TV berada di lokasi yang jauh akan
mengurangi signal sehingga kualitas gambar menjadi berbayang, juga muncul noise (bintik-
bintik semut) pada monitor TV. Berbeda dengan sistem siaran TV digital akan selalu
memberikan gambar dan suara yang maksimal hingga mencapai daerah yang tidak ada
signalnya. Dalam sistem siaran Televisi digital cuma terdapat 2 kondisi, yaitu; terima atau
tidak. Jika perangkat penerima mendapatkan signal maka program siaran TV akan diterima.
Namun bila tidak ditemukan signal, tidak akan ada gambar dan suara yang muncul di layar
TV. Penonton siaran Televisi Digital selain menonton program siaran juga dapat mengetahui
berbagai acara yang sudah dan segera ditayangkan kemudian seperti EPG (Electronic
Program Guide). Selain itu juga memiliki sistem layanan interaktif yang membuat program
siaran bisa diberikan rating oleh pemirsa secara langsung.

Perkembangan teknologi ini membuat seluruh negara di dunia untuk bermigrasi dari
sistem siaran analog ke digital. Bahkan beberapa negara maju telah mematikan sistem
siaran analog (analog switch-off) untuk berpindahke sistem siaran digital. Untuk
mengimplementasikan penyiaran digital, negara indonesia telah melakukannya sejak tahun
2012, dan di tahun berikutnya di berbagai kota besar yang sudah menggunakan sistem
siaran digital segera dilakukan analog switch-off. Pemerintah sudah merencanakan
melakukan analog switch-off secara nasional pada tahun 2018, namun baru terlaksana di
tahun 2022. Diharapkan pemirsa TV di Indonesia dan para pelaku industri penyiaran dapat
mendukung kebijakan migrasi ke sistem siaran TV digital.
BEBERAPA KEUNGGULAN TV DIGITAL

TV Digital (DTV) merupakan jenis televisi yang memakai modulasi digital dan sistem
kompresi dalam menyiarkan signal suara, gambar dan data ke pesawat televisi. Penyiaran
TV Digital Terrestial adalah penyiaran yang memakai frekwensi radio UHF/VHF yang mirip
penyiaran analog, tetapi sudah menggunakan format konten digital. Dibutuhkan antena DTT
(Digital Television Terrestrial), kabel DTV dan piringan satelit untuk menerima Frekuensi
sistem. Dapat juga memakai telepon cellular khususnya untuk menerima frekuensi televisi
digital berformat DMB dan DVB-H. Selain itu dapat memakai internet berkecepatan tinggi
atau IPTV (Internet Protocol Television).

Beberapa kelebihan penggunaan siaran TV digital adalah:

• Kualitas suara dan gambar lebih baik.


• Lebih banyak saluran siaran program dan layanan dibanding televisi analog.
• Kebutuhan daya pancar lebih kecil sehingga walaupun alat penerima siaran bergerak
dalam kecepatan tinggi, siaran tetap diterima dengan baik.
• Siaran televisi digital terestrial dapat dijangkau baik oleh sistem penerimaan televisi
tidak bergerak (DVB-T) maupun bergerak.
• Adanya layanan interaktif dimana TV Digital memiliki layanan komunikasi dua arah
layaknya internet.
• Pemirsa mendapat fasilitas tambahan untuk mengetahui berbagai acara yang telah dan
akan ditayangkan kemudian seperti EPG (Electronic Program Guide).
• Dapat terus memberikan suara dan gambar yang maksimal kecuali daerah dimana signal
tidak ditemukan lagi.

TRANSISI TV ANALOG KE TV DIGITAL

Penerimaan siaran tetap tidak berbayar sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
22 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran TV Digital Terestrial. Penyelenggaraan
sistem siaran televisi digital telah dilakukan mulai tahun 2012. Analog Switch Off (ASO)
dilakukan bertahap pada tahun 2022 dan dijalankan sesuai amanat Undang-undang Cipta
Kerja (Ciptaker) tentang penyiaran, dengan metode seleksi dan evaluasi. izin
penyelenggaraan penyiaran TV Digital diberikan kepada Lembaga penyiaran publik (TVRI),
Lokal, Swasta dan Komunitas dengan syarat memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan
oleh Menteri Kominfo.

Sejak diberlakukan kebijakan pemerintah tentang penggantian TV analog menjadi TV


digital, menyebabkan banyak terdapat bangkai TV di rumah. Seharusnya pemerintah
memberi pertimbangan yang matang dalam pelaksanaan kebijakan, apakah sudah
mengutamakan kepentingan publik atau belum agar dampaknya tidak merugikan rakyat.
Walaupun perubahan TV analog menjadi TV digital merupakan bentuk kemajuan suatu
negara, tapi tetap memikirkan solusi terbaik dalam pelaksanaan kebijakan dilapangan.
Masyarakat diberikan pilihan walaupun pemerintah menyatakan tidak harus membeli TV,
yaitu membeli TV baru atau Set Box Unit. Walaupun bantuan terhadap rakyat miskin
dinyatakan pemerintah sudah diberikan. Namun masih terdapat penyimpangan yang
dilakukan oleh pemangku kebijakan dibawah.

BEBERAPA PERMASALAHAN YANG MUNCUL

Infrastruktur yang memadai belum dimiliki Negara Indonesia untuk teknologi televisi
Digital. Kuantitas spektrum penyiaran juga sebagai sumber daya alam terbatas yang
berbanding terbalik terhadap kuantitas permintaan para pihak yang mau melaksanakan
penyiaran diluar jumlah lembaga penyiaran yang ada. Karena belum menerapkan
konvergensi, sehingga pemakaian infrastruktur penyiaran televisi analog tidak efisien. Dalam
sistem penyiaran analog, lembaga-lembaga penyiaran masing-masing memiliki infrastruktur
penyiaran. Sehingga biaya pemeliharaan infrastruktur menjadi mahal, membutuhkan daya
listrik yang besar, serta penggunaan banyak lahan. Kualitas siaran analog juga tidak merata
walaupun berada di wilayah yang sama.

Untuk menangani Infrastruktur penyelenggara Transmisi pada TV Digital dibutuhkan


institusi khusus. Selain itu dibutuhkan satu menara yang dapat memancarkan sinyal televisi
digital. Dengan ini dapat menghemat biaya dan ruang bagi stasiun televisi komersial.
Teknologi TV digital hanya membutuhkan satu tower/menara yang terhubung dengan
transmisi lainnya secara berantai ke daerah blankspot. Yang memiliki infrastruktur jaringan
terestrial hanya TVRI sebagai televisi publik. Sebelumnya siaran analog dilakukan secara
sentralistik dengan satelit atau menyewa transmisi kepunyaan TVRI dengan melihat lokasi
yang berpotensi bisnis dan banyak populasinya.

Kemenkominfo sudah berusaha mempersiapkan kebijakan tentang sistem siaran TV


digital di Indonesia. Pemahaman masyarakat terhadap kebijakan ini sangatlah penting
sebagai pihak yang akan menerima dampak penyiaran digital. Masyarakat akan tidak siap
dengan implementasi penyiaran TV digital jika tidak faham dengan penyiaran digital
tersebut. Telah dilakukan sosialisasi tentang Televisi Digital di masyarakat, agar masyarakat
mengetahui cara pengoperasian Televisi Digital. Sebab Kebanyakan masyarakat masih
menggunakan televisi analog sebagai media utama untuk mencari informasi dan hiburan.
Perubahan pola penyiaran ini akan mempengaruhi sikap dan kondisi masyarakat sebagai
pemirsa televisi analog. Kondisi ini hanya dimengerti orang-orang yang bergerak di bidang
komunikasi, seperti pemerintah, pelaku, pengamat, akademisi dan mahasiswa.

Di indonesia, barang elektronik selundupan begitu mudah didapatkan. Peralatan


elektronik selundupan juga mengalir ke berbagai pusat pertokoan. Aparat Penegak Hukum
seharusnya mengantisipasi oknum-oknum yang melakukan tindak kriminal serta merugikan
berbagai pihak. Masyarakat indonesia harus ditanamkan untuk mengutamakan memakai
produk-produk dalam negeri. STB atau Set Top Box sebagai peralatan pendukung untuk
mendapatkan layanan siaran TV Digital dengan menggunakan pesawat TV analog, namun
persaingan STB produk selundupan yang lebih murah mengalahkan produk industri lokal.
Seharusnya STB ini sukses menjadi sektor riil yang berpotensi menghidupkan industri dalam
negeri serta sebagai salah satu faktor penunjang kesejahteraan rakyat. Sehingga aparat
penegak hukum harus dapat mengawal kemajuan bangsa indonesia.

KEBIJAKAN MIGRASI TV DIGITAL MENURUT ANALISIS ACF

Sesuai dengan Relatively Stable Parameters yang menjadi atribut dasar dari
permasalahan adalah masyarakat indonesia belum siap menerima perubahan siaran ke TV
Digital baik dari pengetahuan maupun kemampuan memiliki peralatan pendukung dan
dukungan dari pemerintah untuk migrasi tersebut sangat minim. Nilai-nilai dasar
sosiokultural dan struktur sosial kebanyakan masyarakat indonesia sudah merasa cukup
puas dengan TV Analog, mereka tidak ingin direpotkan dengan perubahan yang ditawarkan,
apalagi harus mengeluarkan biaya besar untuk hal yang mereka anggap sudah cukup
mewakili kebutuhannya. Pemerintah atau pemangku kebijakan mewajibkan peralihan ke TV
Digital namun kesiapan infrastruktur dan biaya masih minim.

Kebijakan ini jika gagal karena kurangnya strategi dan persiapan akan membuat
berbagai perubahan kondisi sosial dan ekonomi seperti; masyarakat beralih ke media lain
sebagai alternatif pengganti TV, masyarakat akan mendapatkan informasi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, para lembaga penyiaran TV akan mengalami pengurangan pemirsa
yang mempengaruhi pendapatannya, kreatifitas para pembuat acara akan berkurang karena
produknya tidak laku, kontrol pemerintah terhadap penyiaran menjadi berkurang, TV-TV
lama akan menjadi pajangan atau barang bekas saja, serta berbagai kondisi lainnya.

Koalisi Jangka Panjang antara Pemerintah dengan lembaga-lembaga penyiaran


memberikan peluang besar untuk implementasi kebijakan tersebut. Dibutuhkan
kesepakatan bersama antar koalisi dalam menyediakan fasilitas dan peningkatan kualitas
layanan agar perubahan kebijakan tersebut tidak memberatkan masyarakat dan pihak
swasta. Harus ada keterbukaan pemerintah dalam penetapan kebijakan ini, sehingga tidak
hanya menguntungkan salah satu pihak. Jika dipaksakan tanpa adanya kesiapan Pemerintah
dengan lembaga penyiaran akan menimbulkan perpecahan di dalam masyarakat karena ada
yang mendukung kebijakan, namun ada yang tidak mendukung.

Kendala jangka pendek saat ini adalah apabila penyaluran bantuan terhadap
masyarakat kurang mampu tidak sampai, serta sosialisasi yang telah dilakukan selama ini
belum/kurang mendapat perhatian dari masyarakat yang tidak bergerak di sektor
penyiaran/komunikasi. Untuk sumber daya para lembaga penyiaran masih belum
terorganisir sehingga masih membutuhkan biaya yang cukup besar. Perlu dukungan dari
pemangku kebijakan agar pihak swasta mendapat nilai bisnis yang menguntungkan
pihaknya sehingga termotivasi untuk selalu meningkatkan kualitas penyiarannya. Regulasi
dari Pemerintah agar dapat memudahkan pihak lembaga penyiar maupun masyarakat.

PENUTUP

Migrasi siaran TV analog ke siaran tv digital merupakan wujud peningkatan kualitas


teknologi penyiaran di Indonesia. Namun masih terjadi ketidaksesuaian terhadap kebijakan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satunya tentang pengumuman proses migrasi
dari tv analog ke tv digital yang belum dilakukan lembaga penyiaran, minimal setiap 2 jam
dalam rangka sosialisasi saluran tv digital. Sehingga diperlukan ketegasan pihak Komisi
Penyiaran Indonesia terkait masalah sosialisasi penyiaran TV digital.

Untuk itu mulai April 2022 Kemenkominfo memerintahkan masing-masing lembaga


penyiaran secara bertahap dapat merealisasikan peningkatan kualitas siaran Televisi digital.
TV digital seharusnya memberikan kualitas dan kualitas siaran yang lebih baik. Penerapan
Televisi Digital memberikan kuantitas pilihan siarannya jauh lebih banyak ketimbang yang
diberikan oleh Televisi Analog. Apabila stasiun televisi tidak memberikan tayangan siaran
yang berkualitas, dapat dipastikan program siaran tersebut akan ditinggalkan atau tidak
disukai masyarakat.

Kebijakan migrasi menyiarkan TV analog ke siaran tv digital tidak berguna bagi


masyarakat apabila tak ada peningkatan kualitas penyiaran. Walaupun sistem TV digital
menggunakan teknologi yang canggih namun sangat disayangkan jika masyarakat masih
dibiasakan dengan berbagai siaran tak berkualitas seperti gosip, sinetron, infotainment yang
tidak bermanfaat. Karena itu harus ada evaluasi dari stasiun-stasiun televisi agar program
siaran-siarannya menjadi lebih baik.

Peran dari Komisi Penyiaran juga sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas
siaran. Kewenangan dari Komisi Penyiaran tidak akan terpengaruh oleh Perpindahan sistem
Televisi Analog ke Televisi Digital. Sesungguhnya penerapan TV Digital ini sudah didahului
oleh negara-negara lain, bahkan negara-negara di Asia Tenggara. Dengan adanya kebijakan
ini, masyarakat yang tidak terjangkau oleh frekuensi sistem televisi analog dapat terlayani.
Informasi dan hiburan yang ditayangkan akan lebih banyak dan lebih baik oleh siaran TV
Digital dibandingkan TV analog. Perpindahan sistem penyiaran televisi ini sudah menjadi
keharusan sebagai tuntutan perkembangan teknologi serta tidak bisa ditunda lagi, baik oleh
masyarakat maupun lembaga penyiaran.

Anda mungkin juga menyukai