Anda di halaman 1dari 15

TUGAS UAS

KONSEP DAN ISU PEMBANGUNAN

INTERPRESTASI UU NOMOR
28 TAHUN 1999 TENTANG
PENYELENGGARA NEGARA
YANG BERSIH DAN BEBAS
DARI KORUPSI, KOLUSI,
NEPOTISME
OLEH KELOMPOK 6 :

1. DANY FACHRIZA 2102018022


2. ADRIADI 2102018050
3. HENDRA PRADANA 2102018023
4. REIFAN MIRDHANI 2102018012

MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK KONSENTRASI


KEBIJAKAN PUBLIK PASCASARJANA
FAKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
PENDAHULUAN 01

KKN DALAM PERSPEKTIF HUKUM 02

KEBIJAKAN NEGARA UNTUK MEMBERANTAS KKN


03

PENYELENGGARAAN NEGARA YG BERSIH DARI KKN 04

ANALISA NEGARA YANG BERSIH DARI KKN 05

KESIMPULAN 06
2
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

PENDAHULUAN
Cita-cita didirikannya Negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Salah satu komponen untuk
mewujudkan cita-cita tersebut adalah PENYELENGGARAAN NEGARA yang efisien, efektif, dan bersih
dari praktek-praktek yang merugikan kepentingan Negara dan bangsa.
Penyelenggara Negara seperti diatas dapat terlaksana apabila aparatur Negara termasuk aparatur
pemerintah di dalamnya dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, professional,
transparan, akuntabel, taat pada aturan hukum, responsive dan proaktif, serta mengutamakan
kepentingan bangsa dan Negara, dan bukan mengutamakan kepentingan pribadi,dan bukan
mengutamakan kepentingan pribadi,kelompok atau partai yang berkuasa dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya. Kondisi yang dijumpai selama ini, ternyata berbeda dengan harapan di atas, selama orde
baru, telah terjadi pemusatan kekusaan, wewenang dan tanggung jawab pada presiden / mandataris
Majelis Pemusyawaratan Rakyat ( MPR ) dalam penyelenggaraan negara. Akibatnya, lembaga tertinggi
dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya tidak dapat berfungsi dengan baik, dan partisipasi
masyarakat dalam memberikan kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara tidak dapat berkembang. Akibat lainnya,kegiatan penyelenggaraan cenderung mengarah
pada praktek-praktek yang lebih menguntungkan kelompok tertentu yang pada akhirnya menyuburkan
praktek korupsi, kolusi,dan nepotisme yang melibatkan para pejabat negara dengan para pengusaha
sehingga merusak sendi-sendi penyelenggaraan negara dalam berbagai aspek kehidupan nasional.
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

KKN DALAM PERSPEKTIF HUKUM

KOLUSI
NEPOTISME
KORUPSI adalah permufakatan atau kerja sama
adalah setiap perbuatan Penyelenggara
adalah tindak pidana sebagaimana secara melawan hukum antar
Negara secara melawan hukum yang
dimaksud dalam ketentuan peraturan Penyelenggara Negara atau antara
menguntungkan kepentingan keluarganya
perundang-undangan yang mengatur Penyelenggara Negara dan pihak lain yang
dan atau kroninya di atas kepentingan
tentang tindak pidana korupsi merugikan orang lain, masyarakat, dan
masyarakat, bangsa, dan negara
atau negara

Adanya sanksi sebagai jaminan atas ditaatinya ketentuan tentang asas-asas umum
penyelenggaraan negara, hak dan kewajiban penyelenggara negara dan ketentuan lainnya,
sehingga dapat diharapkan memperkuat norma kelembagaan, moralitas individu dan sosial.
Menurut UU No. 28 Tahun 1999 jenis sanksi yang berlaku ada tiga jenis yaitu; Sanksi
administrative, Sanksi pidana, Sanksi perdata
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

PELAKU KKN
Praktik KKN tidak hanya mungkin dilakukan antar-penyelenggara negara
tetapi juga antara penyelenggaraan negara dan pihak lain seperti
keluarga, para pengusaha dan lainnya
adalah pejabat yang tugas dan wewenangnya
dalam melakukan penyelenggaraan negara rawan
PARA PENYELENGGARA NEGARA MELIPUTI:
terhadap praktik KKN, antara lain:
• Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara • Direksi, komisaris dan pejabat struktural lain
• Pejabat negara pada lembaga tinggi negara pada BUMN dan BUMD
• Menteri • Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan
• Gubernur Penyehatan Perbankan Nasional
• Hakim di semua tingkatan peradilan • Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri
• Pejabat negara yang lain sesuai ketentuan • Pejabat Eselon I dan pejabat lain yang
peraturan perundang-undangan yang berlaku disamakan di lingkungan sipil, militer dan
• Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis Kepolisian Negara RI
terkait penyelenggaraan negara • Jaksa
• Penyidik
• Panitera pengadilan
• Pemimpin dan bendaharawan proyek
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

KEBIJAKAN NEGARA UNTUK MEMBERANTAS KKN


• Penyidikan dan penuntutan kasus-kasus korupsi yang menarik perhatian atau yang melibatkan pelaku-
pelaku yang memiliki kedudukan social ekonomi tinggi atau yang menimbulkan kerugian Negara
dalam jumlah yang besar untuk membangun dan memulihkan kepercayaan masyarakat bahwa
pemerintah benar-benar serius memberantas korupsi
• Meningkatkan pelaksanaan, penerapan dan penegakan hukum yang memberikan kepastian hukum dan
keadilan kepada masyarakat terutama pencari keadilan agar proses penegakan hukum tindak pidana
korupsi berlangsung secara proporsional dan professional, serta menghindarkan aparat penegak hukum
melakukan kesalahan dalam proses penyidikan, penuntutan maupun eksekusi
• Menerapkan prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam penegakan hukum tindak pidana
korupsi sebagai bentuk pertanggungan jawab kepada public. Untuk itu diupayakan publikasi
penanganan perkara-perkara tindak pidana korupsi yang sedang atau yang telah diproses sehingga
masyarakat dapat mengetahui dan mengikuti penyelesaian perkara tersebut secara benar. Diharapkan
masyarakat dapat menentukan posisi partisipasinya dalam mencegah dan memberantas tindak pidana
korupsi
• Mengembangkan system manajemen dan organisasi penegak hukum yang mantap sebagai pengayom
masyarakat agar masyarakat dengan mudah dan jelas menyampaikan laporan atau keluhan atas kasus
korupsi yang ditemukan kepada aparat penegak hukum
• Mengembangkan system rekruitmen dan promosi yang mendukung terwujudnya profesionalisme dan
integritas yang handal bagi aparat penegak hukum
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

PERAN SERTA MASYARAKAT CEGAH KKN


Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara adalah
menggunakan hak dan tanggung jawab untuk ikut mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih.

Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi


tentang penyelenggaraan negara.

Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari


penyelenggara negara.

Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung


jawab terhadap kebijakan penyelenggara negara.

Hak memperoleh perlindungan hukum.


Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

PENYELENGGARAAN NEGARA YG BERSIH DARI KKN

Penyelenggara Negara mempunyai peran penting dalam mewujudkan


cita-cita perjuangan bangsa. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam
penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa yang
sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya Negara
ialah semangat para penyelenggara Negara dan pemimpin
pemerintahan.
Penyelenggara Negara tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya
secara optimal, karena adanya pemusatan kekuasaan, wewenang dan
tanggung jawab pada Presiden / mandataris Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia.
Masyarakat pun belum sepenuhnya berperan serta dalam
menjalankan fungsi kontrol sosial yang efektif terhadap
penyelenggara Negara. Pemusatan kekuasaan, wewenang dan
tanggung jawab tersebut tidak hanya berdampak negatif di bidang
politik, namun juga di bidang ekonomi dan moneter.
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA


Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN, ditetapkan:

adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
ASAS KEPASTIAN HUKUM
undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.
ASAS TERTIB adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam
PENYELENGGARAAN NEGARA pengendalian penyelenggaraan negara.
adalah yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan
ASAS KEPENTINGAN UMUM selektif.
adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
ASAS KETERBUKAAN benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.
adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara
ASAS PROPORSIONALITAS
negara.
adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
ASAS PROFESIONALITAS perundang-undangan yang berlaku.
adalah asas yang menentukan setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggara negara
ASAS AKUNTABILITAS harus dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas


dari KKN, ditetapkan:
KOMISI
PRESIDEN
PEMERIKSA TUGAS DAN FUNGSI KOMISI PEMERIKSAAN

Lembaga Independen Untuk mencegah praktek korupsi,


FUNGSI kolusi, dan nepotisme dalam
Yang Bertanggung Jawab penyelenggaran Negara
Langsung Kepada Presiden Melakukan pemantauan dan klarifikasi atas
Selaku Kepala Negara harta kekayaan Penyelenggara Negara
Meneliti laporan atau pengaduan
masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, atau instasi pemerintah
TUGAS
Melakukan penyelidikan sendiri atas inisiatif
sendiri mengenai harta kekayaan
Penyelenggara Negara
Mencari dan memperoleh bukti – bukti,
menghadirkan saksi – saksi untuk
penyelidikan Penyelanggara Negara
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

ANALISA NEGARA YANG BERSIH DARI KKN


Berbagai praktek yang membuat penyelenggaraan negara tidak efektif dan efisien memberantas KKN:

Dominasi partai yang berkuasa dalam Lembaga eksekutif,


legislative dan yudikatif yang akhirnya menghambat pelaksanaan
fungsi Lembaga-Lembaga tersebut
Badan-badan peradilan baik organisasi, keuangan dan sumber daya
manusianya berada dibawah lembaga eksekutif sehingga menghambat
penegakan hukum secara adil dan obyektif.

Terlalu besarnya kewenangan pemerintah pusat dan terlalu kecilnya


kewenangan pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri
mendorong timbulnya ketidak-puasan dan menghambat partisipasi masyarakat
daerah dalam pembangunan di berbagai daerah
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

Kompleksitas kasus korupsi


• Tindak pidana korupsi dilakukan melalui proses yang cukup panjang. Berbagai
prosedur yang ada telah disimpangi oleh pelaku yang semestinya melaksanakan
prosedur tersebut. Selain itu untuk menghitung kerugian yang timbul, diperlukan
seorang petugas khusus yang memiliki keahlian. Bagitu kompleks proses atau prosedur
yang dilewati oleh pelaku, sehingga akibat yang ditimbulkannya sering tidak dirasakan
atau baru terasa beberapa lama setelah terjadi

Kendala waktu
• Terungkapnya perkara korupsi tidaklah bersifat seketika, melainkan beberapa waktu
atau beberapa tahun kemudian. Hal ini sering menyulitkan pengumpulan alat bukti
dan pelacakan tersangka atau saksi, karena sudah pindah, pension dan sebagainya.
Bahkan, kesulitan juga ditemui dalam menghitung jumlah kerugian yang diderita

Keterbatasan intensitas pengawasan fungsional


• Tidak dapat disangkal bahwa alas an klasik yang sering muncul adalah volume serta
intensitas pengawasan baik oleh satuan pengawasan intern tingkat II maupun tingkat I,
dan institusi pengawasan eksternal tidak mampu melakukan tugasnya secara
menyeluruh di semua wilayah terhadap seluruh objek pengawasan. Pada umumnya,
masalah ini disebabkan karena faktor anggaran.
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

KESIMPULAN
Penjelasan Negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme menurut hukum adalah suatu keharusan, sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai transparansi, keadilan dan
kejujuran. Sehingga di tegaskan mengenai bagaimana
menjaga amanat. menjelaskan tentang hukuman bagi
penerima suap dan member suap.

Penyelenggaraan negara pada Undang-Undang No.28 Tahun 1999, mempunyai peranan


penting dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa. Hal ini secara tegas dinyatakan
dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa yang sangat
pentinng dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara dan pemimpin
pemerintahan. Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari
koupsi, kolusi dan nepotisme, dalam Undang-Undang ini ditetapkan asas-asas umum
penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib
penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan
Interprestasi UU nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme

REKOMENDASI
Para Penyelenggara negara seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam
memimpin sebuah negara, khususnya negara Indonesia. Karena Indonesia
merupakan negara terkorup didunia. Oleh sebab itu Penyelenggara negara
harus memiliki sifat-sifat yang luhur dan dapat dipercaya dalam mengemban
suatu amanah agar tidak menyimpang.

Kasus KKN tidak saja terjadi pada pola pemerintahan akan tetapi terjadi pula
pada beberapa lapis masyarakat, karena budaya KKN telah menjamur di mana
saja, hingga sulit untuk di basmi. Oleh karena itu pemerintah seharusnya peka
terhadap kasus KKN.

Kepada para tokoh pendidik, Ulama Cendikiawan agar menjadi


contoh dalam melakukan tugasnya, sehingga masyarakat dapat
menjadikan pegangan
TUGAS KONSEP DAN ISU PEMBANGUNAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai