Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PILAR UTAMA TEGAKNYA HUKUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri

Mata Kuliah : PKN 36

Dosen : Dr.Kurniaty

Disusun Oleh :

Nama : Firna Muthmainnah

NIM : E011201089

Kelas /Semester : PKN 36/2

ADMINISTRASI PUBLIK – FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN


POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
1. Supremasi Hukum
Pengertian Supremasi Hukum
Supremasi hukum merupakan upaya untuk menegakkan hukum sebagai
peraturan tertinggi. Suatu negara dapat dikatakan sebagai negara hukum (rule of law)
jika supremasi hukum telah ditegakkan. Tujuan supremasi hukum penting sebagai
aturan main dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, termasuk dalam
perlindungan hak-hak warga negara.
Negara hukum adalah suatu negara yang menempatkan aturan hukum pada
tempat yang tertinggi, yang meliputi perlindungan terhadap HAM, pemisahan
kekuasaan, setiap tindakan pemerintah harus didasarkan kepada peraturan perundang-
undangan, dan adanya peradilan yang jujur, adil, dan berdiri sendiri.
supremasi hukum adalah upaya untuk menjadikan instrumen hukum dan keadilan
sebagai landasan dari keberlangsungan suatu sistem masyarakat. Dalam konsep supremasi
hukum, aturan hukum dijadikan sebagai kekuasaan tertinggi yang harus ditegakkan dan
dipatuhi oleh tiap elemen pemerintah dan masyarakat.

Tujuan Supremasi Hukum

Berikut merupakan tujuan supremasi hukum ditegakkan di sebuah negara bagi


masyarakat dan bagi negara.

• Memberi keadilan bagi masyarakat, khususnya keadilan sosial, serta perlindungan


terhadap harkat martabat manusia, ketertiban, ketentraman dan kepastian hukum
yang pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap rasa keadilan bagi
rakyat Indonesia.
• Menempatkan kebebasan individu sebagai prinsip dasar dari organisasi sosial,
untuk menjamin kemerdekaan individu.
• Menjamin terjaga dan terpeliharanya nilai-nilai moral bangsa Indonesia.
• Melindungi kepentingan warga dan masyarakat secara luas.
• Menciptakan masyarakat yang demokratis.
• Menjadikan tanggung jawab ahli hukum untuk dilaksanakan dan yang harus
dikerjakan, tidak hanya untuk melindungi dan mengembangkan hak-hak perdata
dan politik perorangan dalam masyarakat bebas, tetapi juga untuk
menyelenggarakan dan membina kondisi sosial, ekonomi, pendid ikan dan kultural
yang dapat mewujudkan aspirasi rakyat serta meningkatkan integritas SDM.
• Memberikan jaminan terlindunginya hak-hak individu dalam bernegara dan
bermasyarakat.

Penegakan Supremasi Hukum dan Contohnya

Penegakan supremasi hukum dilakukan di negara-negara hukum seperti


Indonesia. Meski begitu, dalam pelaksanaannya, penegakan supremasi hukum masih
belum berjalan dengan baik di Indonesia, sesuai dengan sila kelima Pancasila ‘keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’.

Hal ini dikarenakan masih banyak penyelesaian kasus-kasus hukum yang tidak
jelas dan berhenti di tengah jalan. Belum lagi adanya perlakuan yang berbeda antar
warga di mata hukum, sehingga tidak sesuai dengan hakikat hukum itu sendiri yang
bertujuan untuk memberi keadilan.

Selain itu, masih banyak penegakan hukum yang dilaksanakan oleh aparat
penegak hukum dirasa belum sesuai dengan apa yang telah diatur oleh undang-
undang. Hukum di Indonesia masih berpihak pada kekuasaan, sehingga pelaksanaan
supremasi hukum dirasa belum efektif.

Penegakan supremasi hukum memiliki keterkaitan erat dengan pelapisan sosial


di masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, terdapat 5 faktor yang memiliki pengaruh
terkait proses penegakan hukum, yakni faktor hukum, faktor aparat penegak hukum,
faktor sarana, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan.

2. Equality before the law

Equality before the law adalah asas persamaan di hadapan hukum, dimana
didalamnya terdapat suatu kesetaraan dalam hukum pada setiap Individu. Asas ini tertuang
di dalam pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan
Kehakiman yaitu “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan
orang”.
Equality before the law adalah asas persamaan di hadapan hukum. Asas Equality Before
The Law merupakan salah satu konsep negara hukum selain supremasi hukum dan hak asasi
manusia. Dalam pelaksanaannya di Indonesia peraturan pelaksana terhadap hak-hak asasi
manusia tertuang dalam Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Kedudukan yang sama dalam hukum sebagaimana disebutkan dalam Pasal 27 ayat 1 UUD
1945 yaitu meliputi hukum privat dan hukum publik. Tujuan utama adanya Equality before
the law adalah menegakkan keadilan dimana persamaan kedudukan berarti hukum sebagai
satu entitas tidak membedakan siapapun yang meminta keadilan kepadanya. Konsep ini
merupakan bukti bahwa sistem hukum anglo saxon dengan ciri rule of law telah
dikukuhkan dalam muatan konstitusi. Hingga asas ini menghindari terjadinya diskriminasi
dalam supremasi hukum yang ada di Indonesia.

Berikut beberapa peraturan perundang-undangan yang didalamnya terdapat ketentuan


semua orang sama kedudukannya di dalam hukum yaitu:

• UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaaan Kehakiman, khususnya Pasal 4


• UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Acara Pidana tersurat di dalam bagian menimbang huruf
a dan penjelasan Umum butir 3 huruf a.
• UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, pasal 3 ayat (2) d an pasal (5) ayat
1
• UU No. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, tersirat di dalam Pasal
10.

3. Asas Legalitas
Pengertian
Asas Legalitas merupakan Jaminan untuk suatu kebebasa seseorang dengan ada batas
aktivitas apa yang dilarang cecara jelas dan tepat. Asas tersebut juga melindungi dari
penympangan atau penyalahgunaan wewenang tetang perbuatan ilegal serta
hukumannya.

Tujuan Asas Legalitas

Tujuan asas legalitas ialah untuk memperkuat kepastian hukum, serta untuk
menciptakan keadilan serta kejujuran untuk terdakwa, mengefektifkan fungsi penjeraan
dalam sangksi pidana, mencegah penyalahgunaan kekuasaan, serta untuk memperkuat
rule of law. Asas tersebut memang sangat efektif dalam melindungi rakyat dari
perlakuan kesewenang-wenangan seseorang yang berkuasa, namun dirasa kurang
efektif untuk penegak hukum dalam merespons pesatnya perkembangan kejahatan,
serta dianggap sebagian ahli sebagai kelemahan yang mendasar.
4. Pembatasan Kekuasaan

Pembatasan Kekuasaan yaitu setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan


untuk berkembang menjadi sewenang-wenang, karena itu kekuasaan selalu harus dibatasi
dengan cara memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang bersifat checks
and balances dalam kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi dan
mengendalikan satu sama lain.

5. Organ-organ Eksekutif Independen


Organ-organ Eksekutif Independen, yaitu dalam rangka membatasi kekuasaan
eksekutif, maka lembaga dan organ-organ yang sebelumnya berada dalam kekuasaan
eksekutif sekarang berkembang menjadi independen sehingga tidak lagi sepenuhnya
merupakan hak mutlak kepala eksekutif untuk menentukan pengangkatan dan
pemberhentian pimpinannya.
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak
Peradilan Bebas dan Tidak Memihak
, yaitu berkaitan dengan adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent
and impatial judiciary) yang mutlak harus ada dalam setiap Negara Hukum. Dalam
menjalankan tugas yudisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun juga, baik
karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan uang, tidak boleh adanya
intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun legislatif ataupun dari kalangan
masyarakat dan media massa, dan dalam menjalankan tgasnya hakim tidak boleh
memihak kepada siapapun kecuali hanya kepada kebenaran dan keadilan, menjalankan
proses pemeriksaan secara terbuka dan dalam menjatuhkan putusannya wajib menghayati
nilai-nilai keadilan yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai