Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kasus demi kasus tidak kunjung habis untuk dibahas, mencari seluk beluk dalam
penyelesaiannya merupakan perihal yang utama, terlebih dalam kehidupan masyarakat pada
saat ini. Perkembangan zaman menjadi moda utama dalam munculnya suatu kasus baik di
bidang hukum, ataupun di luar bidang hukum. Kasus tersebut terkadang tidak hanya
bersumber dari diri seseorang, organisasi ataupun badan hukum tertentu yang terdapat dalam
suatu negara, tetapi sering juga kasus itu mencuat ataupun diakibatkan oleh negara selaku
penyelenggara pemerintahan itu sendiri.
Dalam perkembangan kehidupan bernegara saat ini tidak sedikit ditemui indikasi kelalaian
pemerintah, dimana kelalaian itu dapat merugikan warga negara. Tidak jarang terjadi
tindakan sewenang-wenang dari negara kepada warga negaranya. Kebijakan-kebijakan
negara yang tertuang dalam suatu produk hukum terkadang justru mengambil hak-hak asasi
warga negaranya, yang seharusnya dilindungi yang kemudian menyebabkan terjadinya
ketidakadilan.
Berdasarkan permasalahan di atas, yang menjadi titik fokus pada saat ini adalah bagaimana
memberikan hukuman bagi penyelenggara negara, agar dapat memperbaiki suatu
permasalahan dengan mengeluarkan suatu kebijakan yang mengatur umum (regeling) agar
pelanggaran hak warga negara tersebut tidak terjadi lagi. Dimana fungsi gugatan seperti ini
belum dapat kita temukan pada mekanisme yang disediakan dalam sistem hukum Indonesia
dan oleh sebab itu sistematisasi Citizen Lawsuit akan sangat dibutuhkan dalam mencari
keadilan.
Gugatan warga negara (citizen lawsuit) adalah mekanisme bagi warga negara untuk
menggugat tanggung jawab penyelenggara negara atas kelalaian dalam memenuhi hak-hak
warga negara. Kelalaian tersebut didalilkan sebagai perbuatan melawan hukum, sehingga
citizen lawsuit diajukan pada lingkup peradilan umum dalam hal ini perkara perdata. Oleh
karena itu, atas dasar kelalaiannya, maka dalam petitum gugatan, negara dihukum untuk
mengeluarkan suatu kebijakan yang bersifat mengatur (regeling) agar kelalaian tersebut tidak
terjadi lagi di kemudian hari.1
Selain untuk menggugat pemerintah, terdapat beberapa karakteristik lain yang menjadi ciri
khas dari gugatan warga negara itu sendiri dalam membedakannya dengan jenis gugatan
lainnya, selain itu juga terdapat aspek-aspek yang dapat membedakan gugatan warga negara
dengan gugatan perwakilan kelompok.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan karakteristik antara gugatan warga negara (citizen lawsuit) dan
gugatan perwakilan kelompok (class action) dalam Hukum Acara Perdata di Indonesia?
2. Bagaimana penerapan mekanisme gugatan warga negara (citizen lawsuit) dalam Hukum
Acara Perdata di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini ialah untuk mengetahui karakteristik gugatan warga
negara (citizen lawsuit) dan juga mengetahui perbandingannya dengan gugatan perwakilan
kelompok (class action). Tulisan ini juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai
bagaimana mekanisme gugatan citizen lawsuit yang dikenal di sistem hukum common law
dapat diterapkan di dalam Hukum Acara Perdata di Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

1. Negara Hukum
Frasa “Negara Hukum” dapat berarti sebagai negara yang berlandaskan atas hukum
dan keadilan bagi warga negaranya. Artinya ialah segala kewenangan dan tindakan alat-
alat perlengkapan negara atau penguasa, semata-mata berdasarkan hukum atau dengan
kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan mencerminkan keadilan bagi
pergaulan hidup warganya.2

1
Susanti Adi Nugroho, 2010, Class Action dan Perbandingannya dengan Negara Lain, Jakarta, Hal. 384
2
Didi Nazmi Yunas, Konsepsi Negara Hukum, (Padang: Angkasa Raya Padang, 1992), hlm. 20.
Menurut Arief Sidharta Scheltema, merumuskan pandangannya tentang unsurunsur
dan asas-asas negara hukum secara baru, yaitu meliputi 5 (lima) ha1 sebagai, berikut:
a) Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) yang
barakar dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity).
b) Berlakunya asas kepastian hukum. Negara hukum untuk bertujuan menjamin
bahwa kepastian hukum tenvujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk
mewujudkan kepastian hukum dan prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika
kehidupan bersama dalarn masyarakat bersifat predictable. Asas-asas yang
terkandung dalam atau terkait dengan asas kepastian hukum itu adalah:
1) Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum.
2) Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang cara
pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan.
3) Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelurn mengikat undang undang
harus lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak.
4) Asas peradilan bebas, independen, imparial, dan objektif, rasional, adil dan
manusiawi.
5) Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena alasan
undangundangnya tidak ada atau tidak jelas.
6) Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya dalam
undang-undang atau UUD.
c) Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality Before The Law). Dalam
negara hukum, pemerintah tidak boleh mengistimewakan orang atau kelompok
orang tertentu, atau mendiskriminasikan orang atau kelompok orang tertentu.
Dalam prinsip ini, terkandung:
1) Adanya jaminan persamaan bagi semua orang di hadapan hukum dan
pemerintahan, dan
2) Tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua
warga negara.
d) Asas demokrasi di mana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama
untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruh tindakantindakan
pemerintahan. Untuk itu asas demokrasi itu diwujudkan melalui beberapa prinsip,
yaitu:
1) Adanya mekanisme pemilihan pejabat-pejabat publik tertentu yang bersifat
langsung, mum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diselenggarakan secara
berkala.
2) Pemerintah bertanggung jawab dan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh
badan perwakilan rakyat.
3) Semua warga negara memiliki kemunglunan dan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan
mengontrol pemerintah.
4) Semua tindakan pemerintahan terbuka bagi kritik dan kajian rasional oleh
semua pihak.
5) Kebebasan berpendapatherkeyakinan dan menyatakan pendapat.
6) Kebebasan pers dan lalu lintas informasi.
7) Rancangan undang-undang hams dipublikasikan untuk memungkinkan
partisipasi rakyat secara efektif.
e) Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara
yang bersangkutan. Dalam asas ini terkandung hal-ha1 sebagai berikut:
1) Asas-asas unlum pemerintahan yang layak.
2) Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat
manusiawi dijamin dan dimmuskan dalam aturan perundang-undangan,
khususnya dalam konstitusi.
3) Pemerintah hams secara rasional menata tiap tindakannya, merniliki tujuan
yang jelas dan berhasil guna (doelmatig). Artinya, pemerintahan itu hams
diselenggarakan secara efektif dan efisien.3
2. Hukum Acara Perdata Indonesia
Wirjono Prodjodikoro mengemukakan batasan bahwa hukum acara perdata sebagai
rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di

3
B. Arief Sidharta, Jurnal Hukum Jentera, Edisi 3 Tahun II, (November, 2004), hlm. 124-125.
muka pengadilan serta cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak satu sama lain
untuk melaksanakan berjalannya peraturan hukum perdata.4
Sedangkan menurut Sudikno Mertukusumo, memberi batasan hukum acara perdata
adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum
perdata materiil dengan perantaraan hakim. Dengan kata lain, hukum acara perdata
adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan
hukum perdata materiil. Lebih konkrit lagi dapat dikatakan bahwa hukum acara perdata
mengatur bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutusnya,
dan pelaksanaan dari pada putusannya.5
3. Penyelenggara Negara
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme pasal 1 ayat 1 penyelenggara
negara adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau
yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Subjek Hukum
Menurut Subekti, subjek hukum adalah pembawa hak atau sujek di dalam hukum, yaitu
orang.6 Mertokusumo mengatakan bahwa subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat
memperoleh hak dan kewajiban dari hukum.7
5. Citizen Lawsuit
Citizen Lawsuit merupakan klaim atau tuntutan atau kehendak dari masyarakat
terorganisir menyangkut kepentingan umum yang dilanggar oleh siapapun. Atas
pelanggaran kepentingan umum ini diperlukan kontrol yang bersifat fundamental dari
warga negara melalui Citizen Lawsuit. Secara sederhana Citizen Lawsuit diartikan
sebagai gugatan yang dapat diajukan oleh setiap warga negara, tanpa pandang bulu,

4
Emerson Yuntho, Gugatan Perwakilan: Sebuah Pengantar, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Jakarta,
2005, hlm. 7.
5
Sudikno Mertokusumo. Hukum Acara Perdata, Liberty: Yogyakarta, 1982. Hlm. 2.
6
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa: Jakarta, 2003. Hlm. 9.
7
Op. Cit. Sudikno.
dengan pengaturan oleh negara.8 Citizen Lawsuit dipakai oleh negara-negara yang
menganut sistem Common Law.
Dalam sistem Common Law, prinsip Citizen Lawsuit sama dengan prinsip Actio
Popularis misalnya dalam gugatan terhadap perlindungan lingkungan oleh warga negara,
terlepas apakah warga negara tersebut mengalami langsung pencemarannya atau tidak. 9
Karena masalah perlindungan lingkungan merupakan kepentingan umum atau kepentigan
masyarakat luas, maka setiap warga negara berhak menuntutnya.10
Pengertian Citizen Lawsuit melahirkan beberapa karakteristik, antara lain merupakan
akses orang - perorangan atau warga negara untuk mengajukan gugatan di pengadilan
untuk dan atas nama kepentingan keseluruhan warga negara atau kepeiltingan publik,
dimaksudkan untuk melindungi warga negara dari kemungkinan terjadinya kerugian
sebagai akibat dzri tindakan atau pembiaran negara atau otoritas negara, memberikan
kekuatan kepada warga negara untuk menggugat pelanggaran undang-undang atau
kegagalan dalam memenuhi kewajiban pelaksanaan atau implementasi undang-undang,
orang-perorangan yang menjadi penggugat dalam Citizen Lawsuit tidak perlu
membuktikan adanya kerugian langsung yang bersifat nyata, dan secara umum peradilan
cenderung meniadakan tuntutan ganti kerugian jika gugatan diajukan dalam bentuk
Citizen Lawsuit.11
6. Class Action
Pada dasarnya, Gugatan perwakilan Kelompok (class action) hanya dikenal di negara-
negara dengan sistem hukum Common Law. Akibat dari perkembangan zaman dan
adanya perkara-perkara yang mengakibatkan lahirnya suatu hukum yang baru, maka
tidak salah jika negara dengan sistem hukum Civil Law juga mengadopsi aturan tentang
gugatan perwakilan kelompok (class action). Di Indonesia, Gugatan Perwakilan
Kelompok tidak dikenal dan tidak di atur dalam hukum acara perdata yang berlaku baik
dalam HIR maupun dalam RBg. Istilah Gugatan perwakilan kelompok atau Class Action

8
E. Sundari, Pengajuan Gugatan Secara Class Action (Suatu Studi Perbandingan & Penerapannya di Indonesia),
(Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2002), hlm. 15.
9
Achmad Santosa, Konsep dun Penerapan Gugcltan Perwakilan Kelompok (Class Action) Seri Informasi Hukum
Linghngon, (Jakarta: ICEL, 1997), hlm. 20.
10
E. Sundari, Op.cit., hlm. 18.
11
Retno Kusuma Astuti, Tinjauan Terhadap Pengajuan Gugntan Mengatasnamakan Kepentingan umum (Citizen
Lawsuit) Menurut Htlkum Acnra Perdata Indonesia (Studi Kasus: Putusnn No. 28/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst), " (Skripsi
Sarjana Universitas Indonesia: Depok), 2005, hlm. 53.
berasal dari Bahasa Inggris, yakni gabungan dari kata Class dan Action. Pengertian Class
adalah sekelompok orang, benda, kualitas, atau kegiatan yang mempunyai kesamaan sifat
atau ciri, sedangkan pengertian Action dalam dunia hukum adalah tuntutan yang diajukan
ke pengadilan. Class Action digambarkan sebagai suatu pengertian dimana sekelompok
besar orang yang berkepentingan dalam suatu perkara, satu atau lebih dari mereka dapat
menutut atau dituntut mewakili kelompok besar orang tersebut tanpa harus menyebutkan
satu per satu anggota kelompok yang di wakili.12
Dalam pasal 1 huruf a PERMA Nomor 1 tahun 2002 tentang Acara Gugatan
Perwakilan Kelompok (Class Action) dijelaskan bahwa “Gugatan Perwakilan kelompok
adalah suatu tata cara pengajuan gugatan, dalam mana satu orang atau lebih yang
mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka sendiri dan
sekaligus mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan
fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok dimaksud”.
Dalam pasal 46 ayat (1) huruf b disebutkan juga tentang gugatan perwakilan kelompok
(Class Action) yakni “Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh
kelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama”.
Jadi, gugatan perwakilan kelompok (Class Action) adalah suatu prosedur beracara
dimana seseorang atau lebih maju ke pengadilan sebagai penggugat atau tergugat
mewakili kepentingan seluruh anggota kelompok lainnya didasarkan atas adanya
kesamaan kepentingan serta kesamaan permasalahan. Maka berdasarkan syarat tersebut,
seseorang atau beberapa orang yang maju sebagai pihak di pengadilan, mengajukan
tuntutan untuk kepentingan sendiri sekaligus untuk kepentingan kelompoknya, karena
kepentingan pihak yang maju dengan kelompok yang diwakilinya adalah sama.13
Dalam Gugatan perwakilan kelompok (Class Action) prosedur beracaranya biasa
dilakukan seperti proses beracara perkara perdata biasa yang berkaitan dengan
permintaan ganti kerugian, yang memberikan hak prosedural terhadap satu atau beberapa
orang untuk bertindak sebagai penggugat dan memperjuangkan kepentingan para
penggugat itu sendiri, sekaligus mewakili kepentingan ratusan, ribuan, bahkan jutaan
orang lainnya yang mengalami kesamaan penderitaan atau kerugian.14 Dalam gugatan
12
Susanti Adi Nugroho, 2010, Class Action dan Perbandingannya dengan Negara Lain, Jakarta, Prenada Media,
hlm. 6
13
Ibid
14
Ibid, hlm. 7.
perwakilan kelompok (Class Action) terdapat dua komponen yaitu wakil kelas (Class
Respresentative) dan anggota kelas (class members) yang mana kedua komponen ini
merupakan pihak-pihak yang mengalami kerugian atau sama-sama menjadi korban.
Orang yang tampil sebagai Penggugat (bisa lebih dari satu) di sebut sebagai wakil kelas,
sedangkan sejumlah orang banyak yang diwakilinya disebut sebagai anggota kelas.15

E. Metode Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis normatif yaitu
suatu metode yang menitikberatkan penulisan pada data kepustakaan atau disebut dengan
data sekunder, yaitu berupa asas hukum dan norma-norma hukum yang berlaku. Dalam hal
ini adalah asas dan kaidah hukum yang berlaku terkait dengan hak gugat warga negara
(Citizen Lawsuit).
Sesuai dengan bidang yang dikaji, maka spesifikasi penulisan yang digunakan dalam
penulisan ini adalah bersifat deskriptif analisis, yaitu berupa penggambaran, penelaahan, dan
penganalisaan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dan kemudian dilakukan analisis
yang menghasilkan beberapa kesimpulan. Metode ini memberikan gambaran yang sistematis,
faktual, serta akurat tentang fakta-fakta serta sifat objek penulisan.
Penulisan ini menggunakan metode analisa yuridis kualitatif, yaitu analisis dengan jalan
memberikan deskripsi dan penafsiran terhadap data yang dikumpulkan dengan mendasarkan
pada landasan teori sebagai kerangka berfikir dan atau sebaliknya dan keduanya dilakukan
secara rinci atas sifat, ciri, dan substansi data/informasi beserta konteksnya.30 Selanjutnya
secara interpretasi berdasarkan kerangka teoritis yang ada, dengan pola berpikir yang logis,
kritis, dan sistematis dapat ditarik kesimpulan penulisan sehingga tidak menggunakan
rumusan ataupun angka-angka.

BAB II
15
Ibid, hlm. 8.
PEMBAHASAN

A. Perbandingan Karakteristik antara Citizen Lawsuit dan Class Action

1. Karakteristik dari Citizen Lawsuit

Berdasarkan beberapa perkara gugatan citizen lawsuit yang pernah diajukan di


Indonesia, dapat dijabarkan karekteristik dari gugatan citizen lawsuit sebagai
berikut:16
a. Dalam gugatan citizen lawsuit yang menjadi pihak tergugat adalah penyelenggara
negara, mulai dari presiden hingga pejabat yang dianggap telah melakukan
kelalaian dalam memenuhi hak warga negaranya. Apabila dalam gugatan tersebut
terdapat unsur pihak lain selain penyelenggara negara maka gugatan tersebut
bukan merupakan citizen lawsuit lagi karena terdapat unsur warga negara
melawan warga negara dan tidak dapat diperiksa dengan mekanisme citizen
lawsuit. ‘…gugatan harus diajukan terhadap Pemerintah Republik Indonesia,
mewakili Negara Republik Indonesia….’17 dan mengerucut hingga bagian yang
dianggap melakukan kelalaian.
b. Dalam gugatan citizen lawsuit yang didalilkan adalah kelalaian penyelenggara
negara dalam memenuhi hak-hak warga negara yang harus diuraikan bentuk
kelalaian apa yang telah dilakukan dan hak apa yang gagal dipenuhi oleh negara
dan penggugat harus membuktikan dalilnya tersebut.
c. Penggugat adalah warga negara yang mengatasnamakan warga negara dan cukup
membuktikan bahwa dirinya adalah warga negara Indonesia. Penggugat tidak
harus merupakan warga negara yang dirugikan secara langsung, oleh karena itu
penggugat tidak harus membuktikan kerugian materiil yang dirasakan sebagai
dasar gugatan.
d. Citizen lawsuit tidak memerlukan adanya pemberitahuan atau notifikasi dan
option out seperti halnya gugatan class action. Dalam praktiknya citizen lawsuit
cukup hanya dengan memberikan notifikasi berupa somasi kepada penyelenggara

16
Susanti Adi Nugroho, Op. cit., hlm. 387.
17
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripsastrawinata, 1979, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek,
Penerbit Alumni, Bandung, hlm. 24.
negara yang berisi bahwa akan diajukan suatu gugatan warga negara atas
kelalaian dalam memenuhi hak-hak warga negara dan memberikan kesempatan
bagi negara untuk memenuhi hak-hak tersebut jika tidak ingin gugatan diajukan.
e. Petitum dalam gugatan warga negara hanya berisi permohonan agar negara
mengeluarkan suatu kebijakan yang mengatur agar kelalaian dalam pemenuhan
hak-hak warga negara tidak terulang lagi di masa yang akan datang.
f. Dalam petitum gugatan class action tidak boleh meminta adanya ganti rugi
materiil karena warga negara yang menggugat bukan kelompok yang dirugikan
secara materiil dan tidak memiliki kesamaan kerugian dan kesamaan fakta
hukum.
g. Petitum gugatan citizen lawsuit tidak boleh berisi pembatalan suatu Keputusan
Penyelenggaraan Negara (Keputusan Tata Usaha Negara) yang bersifat final
konkret dan individual karena hal tersebut merupakan ranah dari Peradilan Tata
Usaha Negara.
h. Petitum dalam gugatan citizen lawsuit tidak boleh berisi permohonan untuk
membatalkan suatu Undang-Undang karena hal tersebut merupakan kewenangan
Mahkamah Konstitusi (MK), selain itu gugatan warga negara juga tidak boleh
memohon untuk memkbatalkan peraturan perundang-undangan di bawah
Undang-Undang karena merupakan kewenangan dari Mahkamah Agung.

2. Persamaan dan Perbedaan Citizen Lawsuit dengan Class Action

Jika dibandingkan antara citizen lawsuit dengan class action, terdapat kesamaan
antara keduanya yaitu gugatan yang diajukan sama-sama melibatkan kepentingan
sejumlah orang yang pada akhirnya dalam gugatannya diwakilkan oleh satu orang
atau lebih.18 Sedangkan jika dilihat dari perbedaannya terdapat beberapa perbedaan
antara keduanya yaitu:
a. Dalam citizen lawsuit yang berhak untuk mengajukan gugatan adalah setiap
warga negara, berdasarkan atas dasar bahwa orang tersebut merupakan warga
masyarakat tanpa harus membuktikan bahwa orang tersebut juga mengalami

18
Susanti Adi Nugroho, Op. cit., Hal. 395
kerugian materiil maupun inmateriil dalam kasus tersebut, sedangkan dalam class
action yang berhak untuk mengajukan gugatan adalah perwakilan dari salah
seorang atau beberapa orang yang merupakan perwakilan dari kelompok orang
yang mengalami kerugian materiil maupun imateriil.
b. Yang dituntut dalam gugatan citizen lawsuit adalah kepentingan umum yang
dianggap sebagai kepentingan bersama dari seluruh anggota masyarakat,
sedangkan dalam gugatan class action yang dituntut adalah kepentingan yang
sama berdasarkan kesamaan atas dasar fakta maupun hukum yang menimpa
kelompok tersebut.
c. Gugatan citizen lawsuit hanya dapat diajukan kepada penyelenggara negara atau
pemerintah dimana tuntutannya adalah bukan berupa ganti rugi namun pelayanan
dan perlindungan yang lebih baik kepada masyarakat yang berupa pembuatan
regulasi agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali di kemudian hari,
sedangkan gugatan class action pada umumnya merupakan gugatan ganti rugi
keuangan, dimana penggugat telah merasakan kerugian secara langsung akibat
dari perbuatan dari tergugat. Namun, tidak menutup kemungkinan tuntutan untuk
pengembalian seperti semula dalam kasus kerusakan lingkungan.

B. Mekanisme Gugatan Warga Negara (Citizen Lawsuit)

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara (Pasal 30 ayat 1 UUD RI 1945) bunyi pasal tersebut menghendaki
adanya pembelaan warga negara terhadap ancaman, hambatan maupun tantangan
terhadap negara baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Dengan begitu, setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama antara satu sama lain tanpa
terkecuali. Persamaan antara warga negara selalu dijunjung tinggi untuk menghindari
berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan di kemudian
hari.
Oleh karena itu, setiap warga negara Republik Indonesia tanpa terkecuali berhak atas
pemenuhan Hak Asasi Manusia yang dijamin oleh Konstitusi Republik Indonesia tanpa
diskriminasi. Sebagai warga negara Republik Indonesia, hak tersebut di mata hukum
mendapatkan keadilan dan penjaminan kepentingan yang sama. Sebagaimana negara
telah menjamin hak seperti tertuang dalam pasal 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia sebagai berikut:
“Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan kebebasan dasar manusai sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan
tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan
demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan
kecerdasan serta keadilan.”
Dengan demikian maka, setiap warga negara berhak untuk melakukan upaya-uapay
hukum mengenai jaminan pemenuhan hak asasi manusia apabila negara mengabaikan
dan melakukan tindakan melawan. Setiap warga negara Republik Indonesia mempunyai
hak yang sama sebagai warga negara melakukan upaya hukum yang ditujukan terhadap
penyelenggara negara dan upaya tersebut merupakan terobosan hukum untuk mengatasi
kesulitan teknis di lembaga peradilan dalam upaya penegakan keadilan dan kebenaran
bagi seluruh warga negara. Hal ini dikarenakan setiap warga negara atas nama
kepentingan umu dapat menggugat negara atau pemerintah yang melakukan perbuatan
melawan hukum yang nyatanya merugikan kepentingan publik dan kesejahteraan luas,
hal ini sesuai dengan hak asasi manusia terkait dengan hak mendapatkan keadilan apabila
negara diam atau tidak melakukan tindakan apapun untuk kepentingan warga negaranya.
Pemahaman tentang kepentingan umu adalah kepentingan yang harus didahulukan
dari kepentingan pribadi atau individu atau kepentingan lainnya, yang meliputi
kepentingan bangsa dan negara, pelayanan umum dalam masyarakat luas, rakyat banyak
dan/atau pembangunan di berbagai bidang. Sedangkan negara (pemerintah) merupakan
peyelenggara kepentingan umum tersebut. Dalam konteks untuk melihat kebijakan
negara pada saat ini apakah sudah berdasarkan pada kepentingan umum atau belum,
dapat dijawab dengan meninjau kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah baik itu
legislatif maupun eksekutif dewasa ini.
Kenapa warga negara harus melakukan gugatan terhadap penyelenggara negara, hal
ini disebabkan karena pada Citizen Lawsuit merupakan mekanisme bagi warga negara
untuk menggugat tanggung jawab penyelenggara negara atas kelalaian dalam memenuhi
hak-hak warga negara. Kelalaian tersebut diartikan sebagai perbuatan melawn hukum,
sehingga Citizen Lawsuit diajukan pada lingkup peradilan umum dalam hal ini perkara
perdata. Oleh karena itu dalam petitum gugatan, negara dihukum untuk mengeluarkan
suatu kebijakan yang bersifat mengatur umu agar kelalaian tersebut tidak terjadi lagi di
kemudian hari. Walaupun demikian, warga negara tidak perlu membuktikan dirinya atau
mereka memiliki kepentingan hukum atau pihak yang mengalami kerugian riil.
Negara dituntut untuk melaksanakan kewajibannya dalam melindungi hak asasi
manusia. Namun bila hal tersebut tidak terlaksana, warga negara mempunyai hak untuk
melakukan gugatan terhadap penyelenggara negara yang telah mengabaikan kepentingan
warga negara tersebut. Karena gugatan Citizen Lawsuit berada dalam ruang lingkup
hukum acara perdata, maka perlu diketahui bagaimana proses masuknya kasus gugatan
Citizen Lawsuit dalam peradilan perdata:
1. Penggugat memberikan notifikasi kepada tergugat selambat-lambatnya 60 hari
sebelum tanggal sidang.
a. Jika sebelum sidang tergugat menanggapi notifikasi dengan melakukan
tindakan berupa mengeluarkan regeling untuk memperbaiki keputusannya
terdahulu (yang digugat penggugat) maka gugatan dicabut oleh penggugat.
b. Jika tidak melakukan sebagaimana dimaksud di atas, maka perkara
dilanjutkan.
2. Hakim membuka sidang, dan menyatakan sidang dibuka untuk umum.
3. Hakim memeriksa apakah para pihak telah hadir atau belum.
a. Jika penggugat (dan kuasanya) tidak hadir maka majelis hakim akan
memanggil penggugat (dan kuasanya) sekali lagi pada tanggal sidang yang
telah ditentukan (pasal 126 HIR).
i. Jika penggugat (dan kuasanya) masih juga tidak hadir setelah
pemanggilan kedua maka gugatan akan gugur (pasal 124 HIR).
ii. Jika penggugat (dan kuasanya) hadir, maka proses dilanjutkan.
b. Jika tergugat (dan kuasanya) tidak hadir maka majelis hakim akan
memanggil tergugat (dan kuasanya) sekali lagi pada tanggal sidang yang
telah ditentukan (pasal 126 HIR).
i. Jika tergugat (dan kuasanya) masih juga tidak hadir, setelah
pemanggilan kedua maka majelis hakim akan memeriksa apakah
gugatan sudah memenuhi syarat-syarat formil.
1) Jika tidak memenuhi syarat-syarat formil gugatan, maka
gugatan tidak diterima melalui putusan verstek.
2) Jika memenuhi syarat-syarat formil gugatan, maka hakim
akan memeriksa apakah gugatan sudah beralasan menurut
hukum atau tidak.
a) Jika iya, maka gugatan akan dikabulkan
seluruhnya/sebagian melalui putusan verstek.
b) Jika tidak, maka gugatan akan ditolak melalui putusan
verstek.
ii. Jika tergugat (dan kuasanya) hadir maka proses dilanjutkan.
c. Jika para pihak (penggugat dan tergugat) hadir, maka majelis hakim akan
menunda sidang berikutnya dalam jangka waktu 22 hari untuk mediasi.
i. Jika sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, maka dibuatlah
perjanjian perdamaian.
ii. Jika sengketa tidak dapat diselesaikan melalui mediasi, maka
sidang akan dilanjutkan dengan agenda pembacaan tuntutan
hukum oleh penggugat dan pemberian jawaban oleh tergugat.

Setelah agenda di atas, maka dilanjutkan dengan agenda pembacaan replik dan duplik
antara penggugat dan tergugat. Pemeriksaan saksi dan alat bukti lain dari kedua belah
pihak, adalah tahapan setelah proses replik dan duplik antara penggugat dan tergugat
dinyatakan cukup oleh hakim. Ketika semua saksi dan barang-barang bukti telah selesai
diperiksa maka tibalah pada agenda kesimpulan, yang ditutup dengan pembacaan putusan
hakim. Yang membedakan gugatan Citizen Lawsuit dengan proses persidangan perdata
lain pada umumnya yaitu adanya notifikasi. Sedangkan setelah masuk dalam proses
persidangan sama dengan proses persidangan pada umumnya.

Peraturan yang mengatur tentang gugatan Citizen Lawsuit di Amerika Serikat


mensyaratkan bahwa orang perorangan warga negara harus melakukan pemberitahuan
(notice) terlebih dahulu tentang maksud dan tujuan dari pengajuan gugatan Citizen
Lawsuit sebelum pendaftaran dan pengajuan gugatan dilakukan.19 Pada pokoknya,
pemberitahuan (notice) tersebut merupakan suatu “mini-statement” tentang kasus dan
dibuat sesuai dengan syarat-syarat notifikasi yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan atau peraturan lain yang mengatur tentang
notifikasi ini.20 Notifikasi tersebut harus mengidentifikasikan pelanggaran dan tuntutan
spesifik yang kemudian menjadi dasar pengajuan gugatan, disusun oleh penggugat untuk
diberikan kepada pelanggar dan instansi yang bertanggung jawab menerapkan peraturan
perundang-undangan yang memberi hak Citizen Lawsuit. Terdapat beberapa maksud dan
tujuan yang hendak dicapai dengan adanya kewajiban melakukan notifikasi ini, antara
lain adalah:21

1. Memberikan dorongan/insentif untuk pelanggar agar mulai melakukan


pentaatan.
2. Memberikan kesempatan secara adil kepada tergugat untuk mengajukan
bantahan dalam kesempatan paling awal dari proses penanganan perkara.
3. Kegagalan dalam menyediakan pemberitahuan yang memenuhi syarat
dapat dipergunakan sebagai alasan untuk menolak gugatan.
4. Memberikan pendidikan kepada penggugat untuk mengajukan gugatan
dengan dilengkapi bukti dan fakta yang akurat.

Mengenai tenggang waktu notifikasi, dalam sistem hukum yang berlaku di Amerika
Serikat, pemberitahuan (notice) harus dikirimkan selambat-lambatnya 60 hari sebelum
tuntutan hukum diajukan. Sebelum tahun 1989, dalam praktek di dunia peradilan di
Amerika Serikat banyak terjadi kontroversi dalam menetapkan batas waktu
penyampaian pemberitahuan ini. Namun setelah tahun 1989, yakni setelah
dikeluarkannya putusan Mahkamah Agung dalam kasus Hallstrom melawan Tillamook
County, kontroversi tentang batas waktu ini dapat diatasi dengan melakukan interpretasi
secara harafiah terhadap ketentuan tentang pemberitahuan yang diatur dalam Resource
Conservation and Recorvery Act. Batas waktu pemberitahuan ini menjadi suatu hal

19
Michael D. Axline, Op.cit, hlm. 6-3.
20
Ibid.
21
Indro Sugiarto. Dictum Jurnal Kajian Putusan Pengadilan Kasus Nunukan, Edisi ke II/2004. Hlm. 41-42
penting dalam prosedur pengajuan gugatan Citizen Lawsuit karena pelanggaran terhadap
batas waktu pemberitahuan ini akan dapat dipergunakan sebagai dasar alasan untuk
mengajukan mosi penolakan Citizen Lawsuit.22

Isi dari notifikasi pada prinsipnya, “Notice of Citizen Suit must be in writing and must
be sent to both the alleged violator and the agency responsible for implementing the
statute being violated” (Pemberitahuan Citizen Suit harus dibuat dalam bentuk tertulis
dan harus dikirimkan baik kepada pelanggar yang dituduh maupun kepada instansi yang
bertanggung jawab untuk mengimplementasikan undang-undang yang dilanggar).
Walaupun demikian, beberapa ketentuan Citizen Lawsuit mensyaratkan pemberitahuan
ini juga dikirimkan kepada lembaga negara yang bertanggung jawab dalam penegakan
hukum.23 Suatu pemberitahuan gugatan Citizen Lawsuit setidak-tidaknya memuat antara
lain:

1. Informasi tentang pelanggar yang dituduh dan lembaga yang relevan


dengan pelanggaran yang berdasar hal itu penggugat berniat untuk
menggugat (tergugat/para tergugat).
2. Jenis pelanggaran yang menimbulkan gugatan Citizen Lawsuit (objek
gugatan).

Tergugat dalam Citizen Lawsuit adalah mulai dari Presiden dan Wakil Presiden
sebagai pemimpin teratas, menteri terus sampai kepada pejabat negara di bidang yang
dianggap telah melakukan kelalaian dalam memenuhi hak warga negaranya. Perbuatan
melawan hukum yang didalilkan dalam gugatan adalah kelalaian penyelenggara negara
dalam pemenuhan hak-hak warga negara. Penggugat adalah warga negara. Petitum
dalam gugatan tidak boleh meminta adanya ganti rugi materiil, karena kelompok warga
negara yang menggugat bukan kelompok yang dirugikan secara material dan memiliki
kesamaan kerugian dan kesamaan fakta hukum sebagaimana gugatan Class Action.

Petitum gugatan Citizen Lawsuit harus berisi permohonan agar pelaksana negara
mengeluarkan suatu kebijakan yang mengatur umum agar perbuatan melawan hukum
berupa kelalaian dalam pemenuhan hak warga negara tersebut di masa akan datang tidak
22
Michael D. Axline, hlm. 6-9.
23
Ibid.
terjadi lagi. Petitum gugatan Citizen Lawsuit tidak boleh berisi pembatalan atas suatu
Keputusan Penyelenggara Negara (Keputusan Tata Usaha Negara) yang bersifat konkrit
individual dan final karena hal tersebut merupakan kewenangan dari peradilan TUN.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kedudukan gugatan Citizen lawsuit dalam hukum acara perdata adalah masih
menggunakan atau mengacu pada putusan hakim terdahulu yang telah inkraht
(yurisprudensi). Gugatan terhadap tanggung jawab negara dapat dilakukan dengan cara
gugatan Citizen Lawsuit, namun belum ada aturan yang pasti mengenai model dan
bentuk dari gugatan ini. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa gugatan Citizen Lawsuit
telah masuk dalam sistem hukum Indonesia, hal ini ditunjukan dengan adanya kasus yang
diajukan dengan model Citizen Lawsuit yang telah diputus oleh pengadilan baik tingkat
Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, maupun Putusan Mahkamah Agung yaitu Putusan
No. 2596 K/PDT/2008. Dari putusan tersebut munculah suatu yurisprudensi yang dapat
digunakan oleh para hakim lain dalam memutus gugatan Citizen Lawsuit.
Dalam kaitannya dengan hukum acara perdata, maka model gugatan Citizen Lawsuit
haruslah mengacu pada pasal 1365 BW, yaitu dengan alasan gugatan melawan hukum.
Hal ini merupakan hal yang baru karena pihak yang digugat adalah pemerintah namun
diajukan dalam ruang lingkup hukum. Bisa dikatakan hukum perdata pun sekarang telah
merambah pada hukum ketenagakerjaan.
Pentingnya gugatan Citizen Lawsuit agar masyarakat menjadi sarana kontrol terhadap
pemerintah dalam mengambil kebijakan, sehingga kebijakan yang merugikan masyarakat
dapat ditinjau. Citizen Lawsuit berperan sebagai pembatasan wewenang terhadap
pemerintah. Bahkan melalui model gugatan Citizen Lawsuit pemerintah dapat digugat
untuk membuat aturan baru guna memperbaiki kebijakan yang merugikan masyarakat.
Hal ini penting sebab seperti yang dikemukakan oleh Lord Acton : “Power tends to
corrupt, and absolutely power corrupts absolutely” maka pemerintah dengan
kekuasaannya diharapkan tidak melakukan penyalahgunaan wewenang.
B. Saran
Gugatan Citizen Lawsuit belum terdapat dasar hukum yang kuat, sehingga diperlukan
suatu aturan tertulis. Aturan tersebut dapat dibuat seperti model gugatan Class Action
yang telah diakomodir oleh Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun
2002. Tidak hanya itu tapi perlu juga memasukkannya dalam undang-undang yang di
dalamnya berisi tentang penggunaan gugatan Citizen Lawsuit.
Masyarakat dapat berperan aktif terhadap kebijakan pemerintah, baik pemerintah
daerah maupun pemerintah pusat. Dengan demikian perlu adanya wawasan bagi
masyarakat yang hendak mengajukan gugatan dengan model gugatan Citizen Lawsuit,
agar nantinya masyarakat secara tidak langsung ikut dalam pengambilan kebijakan.
Pembuatan peraturan perundang-undangan dapat meneliti model gugatan Citizen
Lawsuit di negara-negara yang menganut common law system yang nantinya dapat
dirumuskan dalam suatu peraturan perundang-undangan.
Studi literatur serta studi lapangan juga diperlukan guna membentuk suatu aturan
yang baik. Bahkan dengan kurangnya bahan hukum untuk membentuk peraturan
perundang-undangan mengenai Citizen Lawsuit pembuat peraturan harusnya dapat
menemukan sendiri aturan yang baik dan dapat diterapkan di Indonesia, sebab apabila
hanya mengadopsi dari negara lain belum tentu dapat dilaksanakan secara baik di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Susanti Adi Nugroho, Class Action dan Perbandingannya dengan Negara Lain, Kencana, Jakarta,
2010.

Emerson Yuntho, 2005. Gugatan Perwakilan: Sebuah Pengantar, Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat, Jakarta.

B. Arief Sidharta, Jurnal Hukum Jentera, Edisi 3 Tahun II, (November, 2004).

Sudikno Mertokusumo. Hukum Acara Perdata, Liberty: Yogyakarta, 1982.

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa: Jakarta, 2003.

Didi Nazmi Yunas, Konsepsi Negara Hukum, (Padang: Angkasa Raya Padang, 1992).

E. Sundari, Pengajuan Gugatan Secara Class Action (Suatu Studi Perbandingan & Penerapannya
di Indonesia), (Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2002).

Achmad Santosa, Konsep dun Penerapan Gugcltan Perwakilan Kelompok (Class Action) Seri
Informasi Hukum Linghngon, (Jakarta: ICEL, 1997).

Retno Kusuma Astuti, Tinjauan Terhadap Pengajuan Gugntan Mengatasnamakan Kepentingan


umum (Citizen Lawsuit) Menurut Htlkum Acnra Perdata Indonesia (Studi Kasus: Putusnn No.
28/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst), " (Skripsi Sarjana Universitas Indonesia: Depok), 2005.

Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripsastrawinata, 1979, Hukum Acara Perdata dalam Teori
dan Praktek, Penerbit Alumni, Bandung.

Indro Sugiarto. Dictum Jurnal Kajian Putusan Pengadilan Kasus Nunukan, Edisi ke II/2004.

Michael D. Axline, 1991. Environmental Citizen Suit, United State of A

Anda mungkin juga menyukai