Agaknya pemerintah Belanda pada waktu itu tidak sepenuh hati dalam upaya
mewujudkan peningkatan perlindungan hukum bagi rakyat dari tindakan
administrasi Negara. Terbukti dengan dibubarkannya dua panitia tersebut,
ditambah pula dengan munculnya keberatan dan kekhawatiran di
kalangan pejabat dan para pegawai pemerintahan di Nederland terhadap
AAUPB karena dikhawatirkan asas-asas ini akan digunakan sebagai ukuran
atau dasar pengujian dalam menilai kebijakan- kebijakan pemerintah.
Seiring dengan perjalanan waktu, keberatan dan kekhawatiran para pejabat dan
pegawai pemerintahan tersebut akhirnya hilang, bahkan sekarang telah diterima
dan dimuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Belanda.
1. Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara negara;
2. Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara
negara;
3. Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif;
4. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;
5. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban penyelenggara negara;
6. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
7. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Dalam UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan UU No. 5 Tahun 1986 tentang
PTUN, asas-asas tersebut telah dicantumkan secara tegas dan dijadikan alasan
mengajukan gugatan, sebagaimana terdapat pada Pasal 53 ayat (2) yaitu sebagai
berikut: “Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
asas-asas umum pemerintahan yang baik.
2) Asas keseimbangan
Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dan kelalaian
atau kealpaan seorang pegawai. Di Indonesia asas keseimbangan ini terdapat contoh
dalam hukum positif yang berisi kriteria pelanggaran dan penerapan sanksinya, yaitu
sebagaimana terdapat dalam pasal 6 PP No.30 tahun 1980.
12)Asas Kebijaksanaan
Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya
diberi kebebasan dan keleluasaan untuk menerapkan kebijaksanaan tanpa harus
terpaku pada peraturan perundang-undangan formal. Karena peraturan perundang-
undangan formal atau hukum tertulis itu selalu membawa cacat bawaan yang berupa
tidak fleksibel dan tidak dapat menampung semua persoalan serta cepat ketinggalan
zaman, sementara perkembangan masyarakat itu bergerak dengan cepat dan dinamis.
Di Indonesia asas kebijaksanaan ini sejalan dengan hikmah kebijaksanaan, yang
menurut Notohamidjojo seperti dikutip Kuntjoro Purbopranoto, berimplikasikan tiga
unsur, yaitu pertama, pengetahuan yang tandas dan analisis situasi yang
dihadapi; kedua, rancangan penyelesaian atas dasar “staatsidee” ataupun “rechtsidee”
yang disetujui bersama, yaitu Pancasila; ketiga, mewujudkan rancangan penyelesaian
untuk mengatasi situasi dengan tindakan perbuatan dan penjelasan yang tepat, yang
dituntut oleh situasi yang dihadapi.