Anda di halaman 1dari 7

Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

Faadhilah Aurelia Wihartati Tampubolon


811421449
Dosen Pengampu : Dr. Ristina Yudhanti, S.H., M. Hum.
Hukum Administrasi Negara
Ilmu Hukum 9 (Rabu,13.00)
Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

Nachtwachtersstaat dan Welfare State


Nachtwachtersstaat berlaku prinsip staatsonthoudin pembatasan negara dan pemerintahan
pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Welfare State, pemerintahan diberi kewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan umum
sehingga negara diberikan kewenangan untuk campur tangan dalam segala lapangan
kehidupan masyarakat. Setiap perbuatan atau tindakan dan administrasi harus didasarkna
pada aturan atau rules and procedures (regels)

Sejarah Kelahiran AAUPB


Semenjak konsepsi welfare state dinautpemerintah diberikan wewenang untuk dapat campur
tangan dalam segala permasalahan di kehidupan masyarakat. Campur tangan ini bukan hanya
terkait peraturan perundang-undangan . Tetapi juga terkait dalam keadaan tertentu yang dapat
dihindar tanpa bersandar pada peraturan perundang-undangan dan juga berdasarkan pada
mencari sendiri melalui freies Ermessen yang ternyata menimbulkan kekhawatiran di
kalangan warga negara. Lalu untuk upaya dalam menghindari atau mengurangi terjadinya
benturan tersebut maka pada tahun 1946 pemerintah Belanda membentuk suatu komisi yang
diketuai oleh de Moncgy yang bertugas untuk meneliti beberapa alternatif terkait peningkatan
perhitungan hukum untuk rakyat berdasarkan tindakan administrasi negara yang telah
menyimpang

Asas asas umum Pemerintahan yang baik (algemene beginselen van behoorlijk bestuur)
pertama kali dikenalkan oleh masyarakat pada tahun 1950 melalui Commisie de La Monchy.
Pada 1950 komisi de Moncy kemudian laporkan hasil penelitiannya tentang verhoodge
rechtsbescherning dalam bentuk "aglemene begunslen van behoorlijk bestuur" atau asas-asas
umum pemerintahan yang baik hasil dari penelitian komisi ini tidak seluruhnya disepakati
pemerintah atau ada beberapa hal yang masih menjadi perbedaan pendapat antara komisi
dimensi dan pemerintah yang berakibat dengan komisi ini dibubarkan oleh pemerintah lalu
muncul komisi van de Greenten yang juga bentukan pemerintah dengan tugas yang sama
dengan de Monchy. Komisi ini juga mengalami nasib yang sama dengan de Monchy yaitu
karena beberapa perbedaan dengan pemerintah yang berasal dari penelitiannya yang tidak
disetujui dan dibubarkan tanpa membuahkan hasil.

Pada waktu tersebut sepertinya pemerintah Belanda tidak sepenuh hati dalam upaya
melaksanakan peningkatan perlindungan hukum bagi rakyat dari tindakan administrasi
negara. Hal ini dibuktikan dengan bubarnya kedua komisi itu, ditambah pula dengan
munculnya keberatan dan kekhawatiran di kalangan pejabat dan para pegawai pemerintah
terhadap Asas- Asas Umum Pemerintah yang Baik karena dikhawatirkan asas-asas ini akan
digunakan sebagai ukuran atau dasar pengujian dalam nilai kebijakan-kebijakan pemerintah.
Meskipun begitu ternyata hasil dari penelitian de Monchy ini diterapkan dalam pertimbangan
keputusan Raad van State dalam masalah administrasi, yang artinya meskipun asas-asas
umum yang baik ini tidak dengan mudah diterima dalam wilayah birokrasi untuk dijadikan
sebagai norma sebagai tindakan pemerintahan namun hal ini tetap berlaku dalam wilayah
peradilan dan seiring dengan berjalannya waktu keberatan dan kekhawatiran para pejabat dan
sebagai pemerintahan tersebut akhirnya hilang bahkan setelah dan sekarang telah diterima
dan dibuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Nederland

Peristilahan AAUPB

Terdapat perbedaan penerjemahan dalam istilah algemene beginselen van behoorlijk bestuur.
Kata beginselen ada yang menerjemahkan dengan prinsip-prinsip, dasar-dasar dan asas asas .
Sedangkan kata behoorlijk diterjemahkan dengan yang sebaiknya, yang baik , yang layak,
yang patut . Dengan penerjeman ini aglemen beginselen van behoorlijk bestuur menjadi
prinsip-prinsip atau dasar-dasar pemerintah yang baik. Dalam Bahasa Belanda isttilah
“behoorlijk” berarti betamelijk dan passend yaitu baik,pantas,patut,cocok, sesuai dan layak.
Di samping itu juga berarti fatsoenlijk,betamelijk wijze, yakni sopan dan terhormat tata cara
yang pantas dan sopan. Dengan mengacu kepada kata asal berhoorlijk ini, yang semuanya
mennunjukan kata sifat dan berarti ada yang disifati, yaitu bestuur menjadi asas asas umum
pemerintahan yang baik kiranya lebih sesuai dari segi kebahasaan.

Pengertian AAUPB

Jazim Hamidi mengemukakan pengertian AAUPB sebagai berikut:

a.AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungan
Hukum Administrasi Negara;

b. AAUPB berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam


menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim administrasi dalam menilai
tindakan administrasi negara (yang berwujud penetapan/beschikking), dan sebagai
dasar pengajuan gugatan bagi pihak penggugat;

c. Sebagian besar dari AAUPB masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis, masih
abstrak, dan dapat digali dalam praktik kehidupan di masyarakat;

d. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan terpencar dalam
berbagai peraturan hukum positif. Meski pun sebagian dari asas itu berubah menjadi
kaidah hukum tertulis, namun sifatnya tetap sebagai asas hukum.

Kedudukan AAUPB dalam Sistem Hukum

Berdasarkan pendapat van Wijk/Willem Konijnenbelt dan ten Berge tampak bahwa
kedudukan AAUPB dalam sistem hukum adalah sebagai hukum tidak tertulis." Menurut
Philipus M. Hadjon, AAUPB harus dipandang sebagai norma-norma hukumn tidak tertulis,
yang senantiasa harus ditaati oleh pemerintah, meskipun arti yang tepat dari AAUPB bagi
tiap keadaan tersendiri tidak selalu dapat dijabarkan dengan teliti. Dapat pula dikatakan,
bahwa AAUPB adalah asas-asas hukum tidak tertulis, dari mana untuk keadaan-keadaan
tertentu dapat ditarik aturan-aturan hukum yang dapat diterapkan. ebenarnya menyamakan
AAUPB dengan norma hukum tidak tertulis dapat menimbulkan salah paham, sebab dalam
konteks ilmu hukum telah dikenal bahwa antara "asas" dengan "norma" itu terdapat
perbedaan. Asas atau prinsip merupakan dasar pemikiran yang umum dan abstrak, ide atau
konsep, dan tidak mempunyai sanksi, sedangkan norma adalah aturan yang konkret,
penjabaran dari ide, dan mempunyai sanksi. Pada kenyataannya, AAUPB ini meskipun
merupakan asas, namun tidak semuanya merupakan pemikiran yang umum dan abstrak, dan
dalam beberapa hal muncul sebagai aturan hukum yang konkret atau tertuang secara tersurat
dalam pasal undang-undang, serta mempunyai sanksi tertentu. Marbun mengatakan bahwa
norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat umumnya diartikan sebagai
peraturan.Karena itu pengertian norma (kaidah hukum dalam arti sempit mencakup asas-asas
hukum dan peraturan hukum konkret, sedangkan dalam arti luas pengertian norma ialah suatu
sistem hukum yang berhubungan satu sama lainnya Lebih lanjut disebutkan bahwa asas
hukum merupakan sebagian dari kejiwaan manusia yang merupakan cita- cita yang hendak
diraihnya Dengan demikian, apabila asas-asas umum pemerintahan yang baik dimaknakan
sebagai asas atau sendi hukum, maka asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat
dimaknakan sebagai asas hukum yang bahannya digali dan ditemukan dari unsur susila
didasarkan pada moral sebagai hukum riil, bertalian erat dengan etika, kesopanan, dan
kepatutan berdasarkan norma yang berlaku Berdasarkan keterangan ini tampak, sebagaimana
juga disebutkan Jazim Hamidi, bahwa sebagian AAUPB masih merupakan asas hukum, dan
sebagian lainnya telah menjadi norma hukum atas kaidah hukum.

Fungsi dan Arti AAUPB

1. Bagi Administrasi Negara, bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penafsiran dan
penerapan terhadap ketentuan ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samar atau
tidak jelas. Kecuali itu sekaligus membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi
negara mempergunakan freies Ermessen/melakukan kebijakan yang jauh menyimpang dari
ke tentuan perundang-undangan. Dengan demikian, administrasi negara diharapkan terhindar
dari perbuatan onrechtmatige daad, detournement de pouvoir, abus de droit, dan ultravires.

2. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, AAUPB dapat dipergunakan sebagai
dasar gugatan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1986.

3. Bagi Hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan membatalkan keputusan
yang dikeluarkan Badan atau Pejabat TUN.

4. Kecuali itu, AAUPB tersebut juga berguna bagi badan legislatif dalam merancang suatu
undang-undang.

Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik di Indonesia


Dengan format yang berbeda dengan AAUPB dari negeri Belanda, dalam Pasal 3 UU No. 28
Tahun 1999 disebutkan beberapa asas umum penyelenggaraan negara, yaitu sebagai berikut.

1. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara negara.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
3. Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang mendahulukan kese jahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memerhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, go longan, dan rahasia negara.

Pembagian AAUPB

Berkenaan dengan keputusan (beschikking), AAUPB terbagi dalam dua bagian, yaitu asas
yang bersifat formal atau prosedural dan asas yang bersifat material atau substansial. Asas
yang bersifat formal berkenaan dengan prosedur yang harus dipenuhi dalam setiap
pembuatan keputusan, atau asas-asas yang berkaitan dengan cara-cara pengambilan
keputusan seperti asas kecermatan, yang menuntut pemerintah untuk mengambil keputusan
dengan persiapan yang cermat, dan asas permainan yang layak (fair play-beginsel)." Menurut
Indoharto, asas-asas yang bersifat formal, yaitu asas-asas yang penting artinya dalam rangka
mempersiapkan susunan dan motivasi dari suatu beschikking. Jadi menyangkut segi lahiriah
dari beschikking itu, yang meliputi asas -asas yang berkaitan dengan proses persiapan dan
proses pembentukan keputusan, dan asas-asas yang berkaitan dengan pertimbangan
(motivering) serta susunan keputusan." Asas-asas yang bersifat material tampak pada isi dari
keputusan pemerintah. Termasuk kelompok asas yang bersifat material atau substansial ini
adalah asas kepastian hukum, asas persamaan, asas larangan sewenang-wenang (willekeur),
larangan penyalahgunaan kewenangan (detournement de pouvoir)

Macam Macam AAUPB

Macam-macam AAUPB tersebut, adalah sebagai berikut

a) Asas kepastian hukum (principle of legal security);


Asas kepastian hukum memiliki dua aspek, yang satu lebih bersifat hukum material,
yang lain bersifat formal. Aspek hukum material terkait erat dengan asas kepercayaan.
Dalam banyak keadaan asas kepastian hukum menghalangi badan pemerintahan untuk
menarik kembali suatu keputusan atau mengubahnya untuk kerugian yang
berkepentingan
b) Asas keseimbangan (principle of proportionality);
Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dan kelalaian
atau kealpaan seorang pegawai. Asas ini menghendaki pula adanya kriteria yang jelas
mengenai janis-jenis atau kualifikasi pelanggaran atau kealpaan yang dilakukan
seseorang sehingga memudahkan penerapannya dalam setiap kasus yang ada dan
seiring dengan persamaan perlakuan serta sejalan dengan kepastian hukum. Artinya
terhadap pelanggaran atau kealpaan serupa yang dilakukan orang yang berbeda akan
dikenakan sanksi

c) Asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle equality);


Asas ini menghendaki agar badan pemerintah mengambil tindakan yang sama dalam
arti tidak bertentangan atas kasus kasus yang katanya sama Meskipun demikian
akhirnya dalam pernyataan sehari-hari suka ditemukan adanya kesamaan mutlak
dalam dua atau lebih kasus.

d) Asas bertindak cermat (principle of carefulness);


Asas ini menghendaki agar pemerintah atau administrasi bertindak cermat dalam
melakukan berbagai aktivitas penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, sehingga
tidak menimbulkan kerugian bagi warga negara.

e) Asas motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation);


Asas ini menghendaki agar setiap keputusan badan-badan pemerintahan harus
mempunyai motivasi atau alasan yang cukup sebagai dasar dalam menerbitkan
keputusan dan sedapat mungkin alasan atau motivasi itu tercantum dalam keputusan.
Motivasi atau alasan ini harus benar dan jelas, sehingga pihak administrabele
memperoleh pengertian yang cukup jelas atas keputusan yang ditujukan kepadanya

f) Asas tidak mencampuradukan kewenangan (principle of non misuse of competence);


Setiap pejabat pemerintah memiliki wewenang yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau berdasar kan pada asas legalitas. Dengan
wewenang yang diberikan itulah pemerintah melakukan tindakan-tindakan hukum
dalam rangka melayani atau mengatur warga negara.

g) Asas permainan yang layak (principle of fair play);


Asas ini menghendaki agar warga negara diberi kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mencari kebenaran dan keadilan serta diberi kesempatan untuk membela diri
dengan memberikan argumentasi argumentasi sebelum dijatuhkannya putusan
administrasi.

h) Asas keadilan dan kewajaran (principle of reasonable or prohibition of arbitrariness);


Asas ini menghendaki agar setiap tindakan badan atau pe jabat administrasi negara
selalu memerhatikan aspek keadilan dan kewajaran. Asas keadilan menuntut tindakan
secara proporsional, sesuai, seimbang, dan selaras dengan hak setiap orang. Karena
itu setiap pejabat pemerintah dalam melakukan tindakannya harus selalu
memerhatikan aspek keadilan ini. Sedangkan asas kewajaran menekankan agar setiap
aktivitas pemerintah atau administrasi negara memerhatikan nilai-nilai yang berlaku
di tengah masyarakat, baik itu berkaitan dengan agama, moral, adat istiadat, maupun
nilai-nilai lainnya.

i) Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting


raised expectation);
Asas ini menghendaki agar setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah harus
menimbulkan harapan-harapan bagi warga negara. Oleh karena itu, aparat
pemerintahan harus memerhatikan asas ini sehingga jika suatu harapan sudah terlanjur
diberikan kepada warga negara tidak boleh ditarik kembali meskipun tidak
menguntungkan bagi pemerintah.

j) Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the
concequences of an annuled decision);
Asas ini berkaitan dengan pegawai yang dipecat dari peker jaannya dengan suatu surat
keputusan (beschikking). Seorang pegawai yang dipecat karena diduga melakukan
kejahatan, tetapi setelah dilakukan proses pemeriksaan di pengadilan, ternyata
pegawai yang bersangkutan tidak bersalah.

k) Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi (principle of protecting the
personal may of life);
Asas ini menghendaki agar pemerintah melindungi hak atas kehidupan pribadi setiap
pegawai negeri dan juga tentunya hak kehidupan pribadi setiap warga negara, sebagai
konsekuensi negara hukum demokratis yang menjunjung tinggi dan melindungi hak
asasi setiap warga negara.

l) Asas kebijaksanaan (sapientia)


Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya
diberi kebebasan dan keleluasan untuk menerapkan kebijaksanaan tanpa harus terpaku
pada peraturan perundang-undangan formal. Karena peraturan perundang-un dangan
formal atau hukum tertulis itu selalu membawa cacat bawaan yang berupa tidak
fleksibel dan tidak dapat menampung semua persoalan serta cepat ketinggalan zaman,
sementara perkem bangan masyarakat itu bergerak dengan cepat dan dinamis.

m) Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service).


Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan tugasnya selalu
mengutamakan kepentingan umum, yakni kepen tingan yang mencakup semua aspek
kehidupan orang banyak. Asas ini merupakan konsekuensi dianutnya konsepsi negara
hukum modern (welfare state), yang menempatkan pemerintah selaku pihak yang
bertanggung jawab untuk mewujudkan bestuurszorg (kesejahteraan umum) warga
negaranya.

Anda mungkin juga menyukai