PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam menjalankan pemerintahan, cara pemerintah suatu Negara belum tentu sama
dengan cara pemerintah Negara yang lain memerintah, namun tujuan dibentuknya
suatu pemerintahan adalah sama, yaitu untuk mensejahterahkan rakyat dan
mengatur jalannya Negara.
Rumusan Masalah
Tujuan
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya akan asas-asas umum
pemerintahan yang baik. Dimana asas-asas tersebut harus dijadikan pegangan bagi
pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya terutama dalam mengeluarkan
Keputusan Tata Usaha Negara. Sehingga kita sebagai masyarakat dapat
menerapkannya seandainya kita berada di kursi pemerintahan.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asas mengandung beberapa arti. Asas
dapat mengandung arti sebagai dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau
berpendapat), dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi), hukum dasar. Jadi
bertitik tolak dari arti harfiah asas yang dikemukakan di atas, asas-asas umum
pemerintahan yang baik dapat dipahami sebagai dasar umum dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma
kesusilaan, kepatutan dan aturan hukum. Asas-asas ini tertuang pada UU No.
28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Siapa yang
peduli asas? Mungkin hanya kalangan akademisi. Padahal asas hukum adalah
jantungnya aturan hukum, menjadi titik tolak berpikir, pembentukan dan intepretasi
hukum. Sedangkan peraturan hukum merupakan patokan tentang perilaku yang
seharusnya, berisi perintah, larangan, dan kebolehan.
Asas-asas umum pemerintahan yang baik lahir dari praktik penyelenggaraan negara
dan pemerintahan sehingga bukan produk formal suatu lembaga negara seperti
undang-undang. Asas-asas umum pemerintahan yang baik lahir sesuai dengan
perkembangan zaman untuk meningkatkan perindungan terhadap hak-hak individu.
Fungsi asas-asas umum pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan
pemerintah adalah sebagai pedoman atau penuntun bagi pemerintah atau pejabat
administrasi negara dalam rangka pemerintahan yang baik (good governance).
Perkembangan asas-asas umum pemerintahan yang baik dari sekedar tendensi etis
menjadi hukum tidak tertulis dapat disebut sebagai proses positivisasi asas-asas
umum pemeritahan yang baik. Di Indonesia, proses positivisasi asas-asas hukum ke
arah yang lebih positif, seperti di negara-negara lain, juga terjadi. Kecenderungan
proses yang demikian sudah mulai tampak sejak tahun 1994. Dalam salah satu
diskusi yang berlangsung di Jakarta pada tahun 1994 ditarik kesimpulan bahwa
asas-asas umum pemerintahan yang baik merupakan kaidah hukum yang tidak
tertulis. Dalam diskusi mengenai asas-asas umum pemerintahan yang baik yang
diselenggarakan di Jakarta oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Hukum
Administrasi Negara pada Tahun 1994 tersebut diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
Peningkatan status hukum asas-asas umum pemerintahan yang baik, dari tendensi-
tendensi etis (etika pemerintahan) menjadi hukum positif tidak tertulis atau hukum
tertulis, membuat keberadaan asas-asas umum pemerintahan yang baik semakin
penting dalam konteks teori ataupun praktik pemerintahan. Bahkan, di kemudian
hari, sifat kepastian hukum asas-asas umum pemerintahan yang baik tidak mustahil
akan semakin meningkat jika asas-asas umum pemerintahan yang baik itu secara
khusus dituangkan secara formal dalam suatu undag-undang. Jika asas-asas umum
pemerintahan yang baik tersebut dituangkan secara khusus dalam suatu undang-
undang, berarti asas-asas umum pemerintahan yang baik akan mempunyai
kedudukan yang semakin kuat.
Perincian daripada asas umum pemerintahan yang baik itu terdiri atas tiga belas
(13), tetapi penerapan asas itu bagi Indonesia perlu memperhatikan nilai-nilai dasar
yang terkandung di dalam Pancasila. Lebih-lebih dengan faham negara hukum
menurut Pancasila dan tujuan Peradilan Tata Usaha Negara itu sendiri yang tidak
dapat dipisahkan dari Pancasila yang pada pokoknya menginginkan adanya
keseimbangan antara kepentingan orang-perorangan dengan kepentingan
masyarakat (umum).
Asas ini menghendaki adanya stabilitas hukum, dalam arti suatu keputusan yang
dikeluarkan oleh Badan Tata Usaha Negara harus mengandung kepastian dan tidak
akan dicabut kembali. Bahkan sekalipun keputusan itu mengandung kekurangan.
Sekali Badan Tata Usaha Negara melakukan pencabutan terhadap suatu Keputusan
yang dikeluarkannya, bisa menimbulkan kesan negatif dan dapat menurunkan
kepercayaan masyarakat terhadap Badan Tata Usaha Negara itu. Termasuk dalam
pengertian ini adalah suatu keputusan tidak boleh berlaku surut.
Salah satu contoh kasusnya yaitu Putusan Dewan Banding Perdagangan dan
Industri, 26 Juni 1957. Dimana suatu ijin tidak boleh ditarik kembali, walaupun
kemudian diketahui bahwa ijin itu diberikan karena suatu kesalahan yang dilakukan
sendiri oleh instansi yang mengeluarkan ijin tersebut.
Dengan demikian asas ini juga menghendaki agar suatu kekeliruan atau kesalahan
yang dilakukan oleh Badan Tata Usaha Negara hendaklah ditanggung sendiri, tidak
menjadi resiko pihak yang menerima keputusan. Hak seseorang yang telah
menerima suatu keputusan harus dihormati oleh Badan Tata Usaha Negara.
2. Asas Keseimbangan
Asas ini berkenaan dengan keseimbangan antara hukuman yang dapat dikenakan
terhadap seseorang pegawai dengan kelalaian pegawai yang bersangkutan. Dalam
hubungan dengan asas keseimbangan ini, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
Asas ini mengandung arti bahwa pejabat administrasi negara pada hakikatnya harus
mengambil tindakan yang sama atas kasus-kasus yang faktanya sama. Dengan
perkataan lain, jangan sampai terjadi bahwa tindakan yang dilakukan pejabat
administrasi negara terhadap seseorang bertentangan dengan tindakan yang
dilakukan terhadap orang lain, meskipun pada dasarnya terdapat persamaan pada
kedua kasus.
Asas ini menghendaki supaya badan atau pejabat administrasi negara senantiasa
bertindak secara hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian warga masyarakat.
Contoh kasus : Putusan Mahkota tanggal 14 Agustus 1970, dengan maksud untuk
mencegah kerusakan dan penyakit gigi, oleh Sekretaris Kesehatan Masyarakat telah
dikeluarkan suatu perintah agar dimasukkan bahan flouride ke dalam air minum.
Ternyata tidak semua warga masyarakat tahan terhadap obat tersebut. Bagi mereka
yang tidak tahan, kemudian menuntut juga agar terhadap mereka diberi kesempatan
yang sama untuk memperoleh air yang tidak dicampur flouride. Dalam pemeriksaan
Banding perintah Sekretasis tersebut dinyatakan batal.
5. Asas Motivasi
Asas ini berkaitan dengan larangan bagi badan atau pejabat administrasi negara
untuk menggunakan kewenangannya untuk tujuan lain selain daripada tujuan yang
telah ditetapkan untuk kewenangan tersebut. Jadi, suatu kewenangan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan harus dipergunakan untuk kepentingan
umum tidak boleh dipakai untuk kepentingan pribadi.
Asas ini berkenaan dengan prinsip bahwa badan atau pejabat administrasi negara
harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap warga negara
untuk mencari kebenaran dan keadilan.
Asas ini menghendaki agar setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah harus
menimbulka harapan-harapan pada penduduk. Alat-alat pemerintahan harus
memperhatikan asas ini dengan seksama, sehingga oleh karenanya terharap suatu
harapan yang terlanjur diberikan kepada sesorang tidak boleh ditarik kembali. Jika
ternyata terdapat kekeliruan dalam tindakan itu, maka kerugian yang timbul sebagai
akibat dari kekeliruan atau kelalaian itu harus ditanggung oleh alat pemerintahan
secara konsekuwen dan tidak boleh dibebankan kepada masyarakat.
Yang dimaksud dengan asas ini adalah agar pemerintah memberikan perlindungan
terhadap warga negara. Asas ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari
negara demokratis karena suatu negara hukum yang demokratis memiliki kewajiban
untuk melindungi setiap warganya.
Adalah asas dalam rangka negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggara Negara.
Contoh : Contoh:
Contoh : pencalonan Timor Manurung sebagai Hakim Agung pada tahun 2003 lalu.
Pencalonan Timor Manurung tersebut perlu dipertimbangkan
lebih lanjut mengingat beberapa asas yang harus dipenuhi
sebagai penyelenggara negara yang bebas dari Kolusi, Korupsi
dan Nepotisme seperti yang telah diatur dalam pasal 3 UU No.
28 tahun 1999.Pernyataan Timor Manurung terhadap
pemanggilan oleh Komnas HAM sehubungan kasus
Trisakti/Semanggi, kapasitasnya sebagai pengacara TNI serta
dukungannya terhadap pengadilan koneksitas pada kasus
Ginanjar tidak memenuhi landasan keteraturan, keserasian dan
keseimbangan dalam penyelenggaraan negara. pernyataan dan
sikapnya tersebut akan berimplikasi buruk terhadap kwalitas
putusan-putusan yang dikeluarkannya selaku Hakim Agung.
Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif dan selektif.
Contoh : - Permohonan kasasi warga Kampung Pulo ditolak Mahkamah Agung
(MA). MA menegaskan relokasi lahan dan pemulihan kembali jalur sungai sudah
sesuai dengan asas umum pemerintahan yang baik (AUPB).
Warga menggugat surat peringatan ketiga pada 6 Agustus 2015 tentang perintah
pengosongan rumah. Menurut MA, proses yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta,
dalam hal ini Pemkot Jaktim dan Satpol PP, sudah sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Duduk sebagai ketua majelis hakim agung Yulias, dengan anggota Is Sudaryono
dan Irfan Fachruddin. Menurut MA, pengujian terhadap objek sengketa tidak lagi
relevan karena pembongkaran telah dilaksanakan."Bahwa titik berat tuntutan para
pihak adalah berkenaan dengan ganti rugi dan kesalahan tindakan pemerintah yang
masih dapat diselesaikan melalui jalan lain (lembaga peradilan yang berwenang
untuk itu)," putus majelis pada 13 Desember 2016
4. Asas keterbukaan
Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasia Negara.
Contoh : Sikap dari Timor Manurung ketika menjabat sebagai Kepala Babinkum
menunjukkan adanya ketertutupan terhadap korban dan keluarga korban kasus
Trisakti/Semanggi dalam rangka penyelesaian kasus.sikapnya yang
diskriminatif,tidak memperhatikan perlindungan atas hak asasi korban dan keluarga
korban sangat terlihat menghambat proses-proses penegakan keadilan.
5. Asas proporsionalitas
Contoh : Adalah proporsional jika kepala negara dan wakil kepala negara
memperoleh pengawalan pada saat kampanye sebab fasilitas pengawalan bagi
kepala negara dan wakil kepala negara melekat pada dirinya. Akan tetapi, jika pada
saat kampanye itu menggunakan kendaraan dinas, hal itu sudah tidak proporsional
lagi.
6. Asas profesionalitas
Adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Contoh : Adalah proporsional jika kepala negara dan wakil kepala negara
memperoleh pengawalan pada saat kampanye sebab fasilitas pengawalan bagi
kepala negara dan wakil kepala negara melekat pada dirinya. Akan tetapi, jika pada
saat kampanye itu menggunakan kendaraan dinas, hal itu sudah tidak proporsional
lagi.
7. Asas akuntabilitas
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PENUTUP
KESIMPULAN
4. Asas keterbukaan.
5. Asas proporsionalitas.
6. Asas profesionalitas.
7. Asas akuntabilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Sibuea, Hotma. 2010. Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan dan Asas-
asas Umum Pemerintahan yang Baik. Jakarta : Erlangga.
http://asas-asas-pemerintahanyangbaiik.blogspot.com/2013/06/asas-asas-
pemerintahan-yang-baik.html (diakses pada tanggal 21 mei 2014
[2]http://asas-asas-pemerintahanyangbaiik.blogspot.com/2013/06/asas-asas-
pemerintahan-yang-baik.html (diakses pada tanggal 21 mei 2014)
[6]http://asas-asas-pemerintahanyangbaiik.blogspot.com/2013/06/asas-asas-
pemerintahan-yang-baik.html (diakses pada tanggal 21 mei 2014)