Anda di halaman 1dari 15

HUKUM WARIS ISLAM

MASALAH HIJAB DAN MAHJUB


Dosen Pengampu :

Di susun oleh :

Kelompok IV
- Arninda Sucilianti 221010200173
- Rossmery Amelia Putri 221010201112
- Siti Nurafida 221010201115

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG

Jl. Puspitek Raya. Buaran, Kec. Pamulang, Kota. Tangerang Selatan.


Banten - Telp. (021)7412566 – Fax.74709855
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb. Puji syukur mari senantiasa kita panjatkan atas kehadirat
Allah subhanahu wata’ala atas segala nikmat yang telah di berikan kepada kita semua,
sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad shollalahu
‘alaihi wassalam beserta keluarga, kerabat, dan juga para sahabatnya, Aamiin..Terima
kasih kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah memberi penulis kesehatan dan
kesempatan untuk dapat meyelesaikan makalah tentang “MASALAH HIJAB DAN
MAHJUUB” ini tepat waktu, makalah ini di buat sebagai pelengkap pembelajaran
Hukum Waris Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dari kuantitas maupun kualitas, saran yang membangun dari berbagai pihak sangat di
harapkan demi perbaikan makalah yang telah di kerjakan. Mohon maaf bila ada
kurang atau salah kata atau ada kata-kata yang menyinggung di dalam penulisan, karna
penulis masih dalam tahap belajar, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pribadi juga bagi para pembaca, atas perhatian dan kerja sama yang baik, penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Tangerang Selatan, 13 November 2023

Penyusun

I
II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemerintah merupakan organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Sedangkan pemerintahan
merupakan segala kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga
eksekutif untuk mencapai tujuan Negara, atau dalam arti luas adalah segala kegiatan yang
terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar
negara, rakyat atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan Negara.
Dalam menjalankan pemerintahan, cara pemerintah suatu Negara belum tentu sama dengan
cara pemerintah Negara yang lain memerintah, namun tujuan dibentuknya suatu
pemerintahan adalah sama, yaitu untuk mensejahterahkan rakyat dan mengatur jalannya
Negara.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan ada beberapa prinsip dasar yang menjadi pegangan
oleh aparat pemerintahan dalam menggerakan administrasi pemerintahan. Dimana prinsip
dasar tersebut diharapkan dapat menjadi prinsip pemerintah guna untuk tercapainya
kesejahteraan rakyat. Dan dalam makalah ini akan dibahas mengenai apa sajakan prinsip
dasar atau asas-asas pemerintahan yang baik itu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari asas-asas umum pemerintahan yang baik ?
2. Bagaimanakah perkembangan asas-asas umum pemerintahan yang baik di Indonesia ?
3. Apa sajakah macam-macam asas-asas umum pemerintahan yang baik ?
4. Bagaimana asas-asas pemerintahan yang baik menurut peraturan perundang -
undangan ?

1.3 TUJUAN
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya akan asas-asas umum pemerintahan yang baik.
Dimana asas-asas tersebut harus dijadikan pegangan bagi pemerintah dalam menjalankan
pemerintahannya terutama dalam mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara. Sehingga
kita sebagai masyarakat dapat menerapkannya seandainya kita berada di kursi pemerintahan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asas – Asas Pemerintah Yang Baik


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asas mengandung beberapa arti. Asas dapat
mengandung arti sebagai dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat),
dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi), hukum dasar. Jadi bertitik tolak dari arti harfiah
asas yang dikemukakan di atas, asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat dipahami
sebagai dasar umum dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan,
kepatutan dan aturan hukum. Asas-asas ini tertuang pada UU No. 28/1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Siapa yang peduli asas? Mungkin
hanya kalangan akademisi. Padahal asas hukum adalah jantungnya aturan hukum, menjadi
titik tolak berpikir, pembentukan dan intepretasi hukum. Sedangkan peraturan hukum
merupakan patokan tentang perilaku yang seharusnya, berisi perintah, larangan, dan
kebolehan.

Istilah asas pemerintahan yang baik di beberapa Negara ialah

 Di Belanda dikenal dengan “Algemene Beginselen van Behoorllijke Bestuur”


(ABBB)
 Di Inggris dikenal “The Principal of Natural Justice”
 Di Perancis “Les Principaux Generaux du Droit Coutumier Publique”
 Di Belgia “Aglemene Rechtsbeginselen”
 Di Jerman “Verfassung Sprinzipien”
 Di Indonesia “Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik”.

2.2 Perkembangan Asas – Asas Pemerintah Yang Baik


Asas-asas umum pemerintahan yang baik lahir dari praktik penyelenggaraan negara
dan pemerintahan sehingga bukan produk formal suatu lembaga negara seperti undang-
undang. Asas-asas umum pemerintahan yang baik lahir sesuai dengan perkembangan zaman
untuk meningkatkan perindungan terhadap hak-hak individu. Fungsi asas-asas umum
pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pemerintah adalah sebagai pedoman atau

2
penuntun bagi pemerintah atau pejabat administrasi negara dalam rangka pemerintahan yang
baik (good governance).

Perkembangan zaman menuntut pemerintah atau pejabat administrasi negara untuk


semakin memperhatikan aspek kepastian hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan demi
ketentraman dan ketertiban kehidupan masyarakat. Aspek ketentraman dan ketertiban
menjadi bagian dari aspek pelayanan pemerintah atau pejabat administrasi negara terhadap
anggota masyarakat. Salah satu pelayanan tersebut adalah penyelenggaraan kebijakan yang
bersifat taat (konsisten). Konsistensi kebijakan merupakan suatu kebutuhan yang sangat
diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan, antara lain demi memenuhi tuntutan
perlakuan yang sama terhadap segenap warga negara atau untuk menghindari tindakan yang
sewenang-wenang. Perkembangan ini mendorong asas-asas umum pemerintahan yang baik
berkembang ke arah yang lebih positif yang semakin menambah kekuatan mengikat asas-asas
pemerintahan yang baik tersebut. Asas-asas umum pemerintahan yang baik yang sebelumnya
merupakan etika penyelenggaraan pemerintahan, kemudian berkembang menjadi asas-asas
hukum pemerintahan yang tidak tertulis. Dengan perkembangan ini, asas-asas umum
pemerintahan yang baik semakin memiliki arti dan fungsi yang sangat penting dalam praktik
penyelenggaraan pemerintahan.

Perkembangan asas-asas umum pemerintahan yang baik dari sekedar tendensi etis
menjadi hukum tidak tertulis dapat disebut sebagai proses positivisasi asas-asas umum
pemeritahan yang baik. Di Indonesia, proses positivisasi asas-asas hukum ke arah yang lebih
positif, seperti di negara-negara lain, juga terjadi. Kecenderungan proses yang demikian
sudah mulai tampak sejak tahun 1994. Dalam salah satu diskusi yang berlangsung di Jakarta
pada tahun 1994 ditarik kesimpulan bahwa asas-asas umum pemerintahan yang baik
merupakan kaidah hukum yang tidak tertulis. Dalam diskusi mengenai asas-asas umum
pemerintahan yang baik yang diselenggarakan di Jakarta oleh Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Hukum Administrasi Negara pada Tahun 1994 tersebut diperoleh kesimpulan
sebagai berikut : “bahwa perumusan AAUPB beserta perincian asas-asasnya secara lengkap
memang tidak dikumpulkan dan dituangkan secara konkret dan formal dalam bentuk suatu
peraturan perundang-undangan khusus tentang AAUPB sebab asas-asas yang bersangkutan
justru merupakan kaidah hukum tidak tertulis sebagai pencerminan norma-norma etis
berpemerintahan yang wajib diperhatikan dan dipatuhi disamping mendasarkan pada kaidah-
kaidah hukum tertulis.”

3
Proses positivisasi asas-asas umum pemerintahan yang baik terus berlangsung dalam
perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, perkembangan asas-asas umum pemerintahan
yang baik ke arah yang lebih positif semakin memperkokoh kehadiran asas-asas umum
pemerintahan yang baik dalam lingkungan tata hukum nasional dan praktik penyelenggaraan
pemerintah. Dalam perkembangan yang terakhir, asas-asas umum pemerintahan yang baik
berkembang menjadi hukum positif tertulis sebab sebagian dari asas-asas umum
pemerintahan yang baik kemudian dituangkan secara formal dalam undang-undang.

Peningkatan status hukum asas-asas umum pemerintahan yang baik, dari tendensi-
tendensi etis (etika pemerintahan) menjadi hukum positif tidak tertulis atau hukum tertulis,
membuat keberadaan asas-asas umum pemerintahan yang baik semakin penting dalam
konteks teori ataupun praktik pemerintahan. Bahkan, di kemudian hari, sifat kepastian hukum
asas-asas umum pemerintahan yang baik tidak mustahil akan semakin meningkat jika asas-
asas umum pemerintahan yang baik itu secara khusus dituangkan secara formal dalam suatu
undag-undang. Jika asas-asas umum pemerintahan yang baik tersebut dituangkan secara
khusus dalam suatu undang-undang, berarti asas-asas umum pemerintahan yang baik akan
mempunyai kedudukan yang semakin kuat.

2.3 Macam-Macam Asas – Asas Pemerintah Yang Baik


Kebebasan bertindak pejabat administrasi negara tanpa harus terikat secara
sepenuhnya kepada undang-undang secara teoritis ataupun dalam kenyataan praktik
pemerintahan ternyata membuka peluang bagi penyalahgunaan kewenangan. Penyalahgunaan
kewenangan akan membuka kemungkinan benturan kepentingan antara pejabat administrasi
negara dengan rakyat yang merasa dirugikan akibat penyalahgunaan kewenangan tersebut.
Oleh karena itu, untuk menilai apakah tindakan pemerintah sejalan dengan asas negara
hukum atau tidak, dapat menggunakan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Perincian daripada asas umum pemerintahan yang baik itu terdiri atas tiga belas (13),
tetapi penerapan asas itu bagi Indonesia perlu memperhatikan nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalam Pancasila. Lebih-lebih dengan faham negara hukum menurut Pancasila
dan tujuan Peradilan Tata Usaha Negara itu sendiri yang tidak dapat dipisahkan dari
Pancasila yang pada pokoknya menginginkan adanya keseimbangan antara kepentingan
orang-perorangan dengan kepentingan masyarakat (umum).

Asas – asas umum pemerintahan yang baik itu yakni :

4
1. Asas Kepastian Hukum
Asas ini menghendaki adanya stabilitas hukum, dalam arti suatu keputusan
yang dikeluarkan oleh Badan Tata Usaha Negara harus mengandung kepastian dan
tidak akan dicabut kembali. Bahkan sekalipun keputusan itu mengandung
kekurangan. Sekali Badan Tata Usaha Negara melakukan pencabutan terhadap suatu
Keputusan yang dikeluarkannya, bisa menimbulkan kesan negatif dan dapat
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Badan Tata Usaha Negara itu.
Termasuk dalam pengertian ini adalah suatu keputusan tidak boleh berlaku surut.
Salah satu contoh kasusnya yaitu Putusan Dewan Banding Perdagangan dan
Industri, 26 Juni 1957. Dimana suatu ijin tidak boleh ditarik kembali, walaupun
kemudian diketahui bahwa ijin itu diberikan karena suatu kesalahan yang dilakukan
sendiri oleh instansi yang mengeluarkan ijin tersebut.
Dengan demikian asas ini juga menghendaki agar suatu kekeliruan atau
kesalahan yang dilakukan oleh Badan Tata Usaha Negara hendaklah ditanggung
sendiri, tidak menjadi resiko pihak yang menerima keputusan. Hak seseorang yang
telah menerima suatu keputusan harus dihormati oleh Badan Tata Usaha Negara.

2. Asas Keseimbangan
Asas ini berkenaan dengan keseimbangan antara hukuman yang dapat dikenakan
terhadap seseorang pegawai dengan kelalaian pegawai yang bersangkutan. Dalam
hubungan dengan asas keseimbangan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu sebagai berikut :
a. Perlu ada kriteria yang jelas mengenai macam-macam pelanggaran atau kealpaan
yang dilakukan oleh seorang pegawai, supaya perbuatan yang sama yang
dilakukan oleh orang yang berbeda dikenai hukuman yang sama sehingga
keadilan dapat diselenggarakan.
b. Pegawai yang bersangkutan harus diberikan kesempatan untuk membela diri.
c. Penegakan hukum dan penjatuhan hukum perlu dilaksanakan oleh suatu instansi
yang tidak memihak, misalnya oleh badan peradilan.

3. Asas Kesamaan dalam Mengambil Keputusan


Asas ini mengandung arti bahwa pejabat administrasi negara pada hakikatnya
harus mengambil tindakan yang sama atas kasus-kasus yang faktanya sama. Dengan
perkataan lain, jangan sampai terjadi bahwa tindakan yang dilakukan pejabat
5
administrasi negara terhadap seseorang bertentangan dengan tindakan yang dilakukan
terhadap orang lain, meskipun pada dasarnya terdapat persamaan pada kedua kasus.

4. Asas Kecermatan atau Asas Bertindak Cermat


Asas kecermatan menghendaki bahwa suatu keputusan dan/atau tindakan
harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung
legalitas penetapan dan/atau pelaksanaannya sehingga keputusan dan/atau tindakan
yang bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum ditetapkan dan/atau
dilakukan.
Asas ini bertujuan agar aktivitas penyelenggaraan pemerintahan tidak
menimbulkan kerugian bagi warga negara. Dengan demikian, ketika pemerintah
hendak mengeluarkan keputusan harus meneliti semua fakta dan kepentingan yang
relevan dalam pertimbangan

5. Asas Tidak Menyalahgunakan Kewenangan


Asas tidak menyalahgunakan kewenangan adalah asas yang mewajibkan
setiap badan dan/atau pejabat pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya
untuk kepentingan pribadi atau kepentingan lain yang tidak sesuai dengan tujuan
pemberian kewenangan, tidak melampaui, tidak menyalahgunakan dan/atau tidak
mencampuradukkan kewenangan.
Ridwan HR menyebut sebagai asas tidak mencampuradukkan kewenangan.
Dalam asas tidak mencampuradukkan kewenangan menghendaki pejabat
pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya untuk tujuan lain selain yang telah
ditentukan dalam peraturan yang berlaku atau menggunakan wewenangnya secara
melampaui batas.

6. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan adalah asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan
akses dan memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskiminatif dalam
penyelenggaraan pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

7. Asas Kepentingan Umum

6
Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan dan
kemanfaatan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, selektif dan tidak
diskriminatif. Asas kepentingan umum atau asas penyelenggaraan kepentingan umum
pada dasarnya menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan tugasnya
mengutamakan kepentingan umum yaitu kepentingan yang mencakup semua aspek
kehidupan orang banyak. Contohnya, kepentingan warga negara yang tidak dapat
dipelihara oleh warga negara sendiri seperti persediaan sandang pangan, perumahan
kesejahteraan, dan lain-lain.

8. Asas Pelayanan yang Baik


Asas pelayanan yang baik adalah asas yang memberikan pelayanan yang tepat
waktu, prosedur dan biaya yang jelas, sesuai dengan standar pelayanan, dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

9. Asas Keseimbangan
Asas umum pemerintahan yang baik yang satu ini menghendaki adanya
keseimbangan antara hukuman jabatan dan kelalaian seorang pegawai. Selain itu,
perlu adanya kriteria yang jelas mengenai jenis-jenis pelanggaran atau kealpaan yang
dilakukan seseorang sehingga jika pelanggaran atau kealpaan tersebut dilakukan oleh
orang yang berbeda, dapat dikenai sanksi yang sama, sesuai dengan kriteria yang ada
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10. Asas Kesamaan dalam Mengambil Keputusan


Asas ini menghendaki pemerintah agar mengambil tindakan yang sama atau
tidak saling bertentangan atas kasus-kasus yang faktanya sama. Namun demikian
dalam kenyataannya akan sulit menemukan kesamaan mutlak antar kasus, sehingga
pemerintah dalam menjalankan kebijakan harus bertindak cermat untuk
mempertimbangkan titik-titik persamaan. Perlu diperhatikan bahwa asas ini tidak
berlaku pada keputusan pemerintah yang salah atau keliru yang pernah dikeluarkan
pada kasus-kasus sebelumnya.

11. Asas Motivasi untuk Setiap Keputusan

7
Asas ini menghendaki agar setiap keputusan pemerintah harus mempunyai
alasan atau motivasi yang cukup sebagai dasar dalam menerbitkan keputusan. Alasan
tersebut haruslah jelas, terang, benar, objektif dan adil.
Adapun asas ini meliputi subvarian berikut:
a. syarat bahwa suatu keputusan harus diberi alasan;
b. keputusan harus memiliki dasar fakta yang kuat/teguh; dan
c. pemberian alasan atau motivasi harus cukup dapat mendukung.

12. Asas Permainan yang Layak (Fair Play)


Asas ini menghendaki agar warga negara diberikan kesempatan seluas-luasnya
untuk mencari kebenaran dan keadilan. Selain itu, warga negara juga diberi
kesempatan untuk membela diri dan memberikan argumentasi sebelum adanya
putusan administrasi. Asas ini juga menekankan pentingnya kejujuran dan
keterbukaan dalam proses penyelesaian sengketa tata usaha negara.

13. Asas Keadilan dan Kewajaran


Asas keadilan dan kewajaran menuntut badan atau pejabat administrasi negara
untuk memperhatikan aspek keadilan dan kewajaran dalam setiap tindakannya. Asas
keadilan adalah tindakan secara proporsional, sesuai, seimbang dan selaras dengan
hak setiap orang. Sedangkan asas kewajaran menekankan bawa setiap aktivitas
pemerintah harus memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat seperti
agama, moral, adat istiadat, dan nilai lainnya.

14. Asas Kepercayaan dan Menanggapi Pengharapan yang Wajar


Asas umum pemerintahan yang baik satu ini menghendaki agar setiap
tindakan pemerintah harus menimbulkan harapan-harapan untuk warga negara.
Sehingga, ketika suatu harapan sudah diberikan kepada warga negara, maka tidak
boleh ditarik kembali meskipun menguntungkan bagi pemerintah.

15. Asas Meniadakan Akibat suatu Keputusan yang Batal


Asas ini berkaitan dengan pegawai yang dipecat melalui surat keputusan.
Namun, alasan pemecatan pegawai karena tuduhan melakukan kejahatan ternyata
tidak terbukti di pengadilan. Dengan demikian, pegawai tersebut harus dikembalikan

8
pada posisi di pekerjaan semula beserta dengan ganti rugi dan/atau kompensasi serta
direhabilitasi nama baiknya. Proses inilah yang disebut sebagai cara-cara meniadakan
akibat keputusan yang batal atau tidak sah.

16. Asas Perlindungan atas Pandangan atau Cara Hidup Pribadi


Asas ini menghendaki agar pemerintah melindungi hak atas kehidupan pribadi
setiap pegawai negeri dan warga negara secara umum, sebagai konsekuensi negara
hukum demokratis yang menjunjung tinggi dan melindungi hak asasi manusia.

17. Asas Kebijaksanaan


Asas ini menghendaki agar pemerintah diberikan kebebasan dan keleluasaan
untuk menerapkan kebijaksanaan tanpa terpaku pada peraturan perundang-undangan
formal dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini untuk mengantisipasi ketika suatu
peraturan perundang-undangan tidak fleksibel atau tidak menampung persoalan
masyarakat, sehingga pemerintah dituntut bertindak cepat dan dinamis, berpandangan
luas dan mampu memperhitungkan akibat-akibat yang muncul dari tindakannya.

2.4 Contoh Penerapan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik


Salah satu contoh penerapan AAUPB yaitu asas kecermatan yang dapat dilihat dalam
Putusan MA Nomor 07 K/TUN/2014 antara Bupati Kampar vs masyarakat adat Kenegerian
Tambang Terantang. Bupati Kampar menerbitkan surat keputusan Bupati Kampar tertanggal
31 Oktober 2012 tentang persetujuan izin usaha pertambangan operasi produksi bahan galian
batuan pasir dan batu kepada orang lain di luar masyarakat adat di atas tanah ulayat mereka .

Majelis hakim menolak permohonan kasasi dari Bupati Kampar dengan alasan bahwa
putusan judex facti sudah benar dan tidak salah menerapkan hukum, yakni keputusan tata
usaha negara objek sengketa melanggar asas kecermatan dalam AAUPB dan tidak
memedomani Perda Kampar 12/1999 (hal. 21). Menurut judex facti, Bupati Kampar
melanggar asas kecermatan karena dalam menerbitkan izin usaha pertambangan tidak
berdasarkan fakta-fakta hukum yang terjadi di masyarakat, tidak melakukan musyawarah
dengan para pucuk adat dan tidak berpedoman pada Perda Kampar 12/1999 (hal. 16).

2.5 Menurut Peraturan Perundang-Undangan


Dengan diundangkannya UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN, Asas-asas umum pemerintahan yang baik di Indonesia

9
diidentifikasikan dalam Pasal 3 dirumuskan sebagai Asas umum Perpenyelenggaraan negara,
yaitu :

1) Asas Kepastian Hukum


Adalah asas dalam rangka negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara
Negara.

2) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara


Adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan Negara.

3) Asas kepentingan umum


Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif dan selektif.

4) Asas keterbukaan
Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasia Negara.

5) Asas proporsionalitas
Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
penyelenggara negara.

6) Asas profesionalitas
Adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7) Asas akuntabilitas
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau

10
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan,
kepatutan dan aturan hokum. Asas-asas ini tertuang pada UU No. 28/1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN.

2. Peningkatan status hukum asas-asas umum pemerintahan yang baik, dari tendensi-
tendensi etis (etika pemerintahan) menjadi hukum positif tidak tertulis atau hukum tertulis,
membuat keberadaan asas-asas umum pemerintahan yang baik semakin penting dalam
konteks teori ataupun praktik pemerintahan.

3. Adapun macam-macam asas umum pemerintahan yang baik di Indonesia yaitu asas
kepastian hukum, asas keseimbangan, asas kesamaan dalam mengambil keputusan, asas
bertindak cermat, asas motivasi, asas tidak mencampur adukkan kewenangan, asas permainan
yang layak, asas keadilan atau kewajaran, asas meniadakan akibat keputusan yang batal, asas
menanggapi pengharapan yang wajar, asas perlindungan atas pandangan hidup pribadi, asas
kebijaksanaan, asas penyelenggaraan kepentingan umum.

4. Dengan diundangkannya UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang


Bersih dan Bebas KKN, Asas-asas umum pemerintahan yang baik di Indonesia
diidentifikasikan dalam Pasal 3 dirumuskan sebagai Asas umum Perpenyelenggaraan negara.

3.2 KRITIK DAN SARAN

Penulis mengakui dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekeliruan dan
kesalahan dan jauh dari sempurna, untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun dari
pembaca pada umumnya agar dalam pembuatan makalah akan lebih baik lagi. Terima kasih

11
DAFTAR PUSTAKA

Marbun. 2003. Peradilan Tata Usaha Negara. Yogyakarta : Liberty.

Sibuea, Hotma. 2010. Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan dan Asas-asas Umum
Pemerintahan yang Baik. Jakarta : Erlangga.

http://asas-asas-pemerintahanyangbaiik.blogspot.com/2013/06/asas-asas-pemerintahan-yang-
baik.html (diakses pada tanggal 21 mei 2014)

https://www.hukumonline.com/klinik/a/asas-asas-umum-pemerintahan-yang-baik-
lt62d8f9bedcda1

12

Anda mungkin juga menyukai