Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HUKUM ADMNISTRASI NEGARA


Asas – asas Pemerintahan Yang Baik

Disusun oleh kelompok IV :


1. Ririn Kurnia Anu Payong (2203010203)
2. Anasthasya Tri Syafianingrum 2203010209
3. Carl de vale lay 2203010223
4. Michelle F Tokang 2203010240
5. Maria Junita Naimasu 2203010204
6. Tidrians Marlan Rihi Kore 2203010215
7. Andes Nubatonis 2203010227
8. Marco Adesaputra Sanjaya Nule 2203010248

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan tuntunanNya kami

dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga tidak lupa berterima kasih kepada semua pihak

yang membantu, terlebihnya kepada para dosen yang telah memeberikan tugas ini. Makalah ini

berisi materi tentang Asas-asas Pemerintahan yang Baik

Kami sebagai penyusun, tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan dalam

penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami sangat mengharapkan dan menerima segala kritik dan

saran dari pembaca.

Akhirnya, kami berharap agar pembahasan dari makalah ini dapat bermanfaat dan menambah

pengetahuan serta wawasan bagi kita semua.

Kupang, 05 April, 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................2
2.1 Pengertian Asas Asas Pemerintahan Yang Baik............................................................2
2.2 Jenis Jenis Asas Umum Pemerintahan Yang Baik ........................................................
2.3 Upaya Pembentukan Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik ................................
2.4 Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik ..................................................................
BAB III PENUTUP ............................................................................................................21
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................21
Daftar Pustaka .....................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintahan yang baik menjadi fokus perhatian di berbagai belahan dunia sebagai

fondasi penting bagi kemajuan sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa. Konsep ini

muncul sebagai respons terhadap tantangan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat

modern, termasuk meningkatnya tuntutan akan transparansi, akuntabilitas, partisipasi

publik, dan keadilan dalam proses pengambilan keputusan. Di era globalisasi ini, negara-

negara dihadapkan pada berbagai dinamika yang mempengaruhi tata kelola

pemerintahan. Globalisasi ekonomi, perkembangan teknologi informasi, dan tuntutan

akan hak asasi manusia menjadi beberapa faktor yang memperkuat urgensi penerapan

asas-asas pemerintahan yang baik. Secara historis, konsep pemerintahan yang baik telah

diperjuangkan oleh berbagai gerakan reformasi dan revolusi di berbagai belahan dunia.

Dari gerakan anti-korupsi hingga perjuangan untuk mendapatkan hak-hak politik yang

lebih luas, aspirasi untuk pemerintahan yang lebih efektif dan responsif terhadap

kebutuhan rakyat telah menjadi pendorong utama bagi perubahan politik di banyak

negara. Di tengah kompleksitas tantangan global dan lokal, memahami asas-asas

pemerintahan yang baik menjadi krusial bagi para pembuat kebijakan, akademisi, dan

aktivis masyarakat sipil. Analisis mendalam terhadap prinsip-prinsip seperti transparansi,

akuntabilitas, keadilan, dan partisipasi akan membantu menggali solusi-solusi inovatif

dalam meningkatkan kualitas pemerintahan di berbagai tingkatan. Dalam konteks ini,


makalah ini bertujuan untuk menjelajahi konsep asas-asas pemerintahan yang baik secara

lebih mendalam. Dengan memahami latar belakang dan konteks di mana konsep ini

muncul, diharapkan pembaca dapat memiliki pemahaman yang lebih komprehensif dan

mendalam tentang pentingnya penerapan asas-asas pemerintahan yang baik dalam

membangun masyarakat yang lebih adil, demokratis, dan berkelanjutan.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian asas asas pemerintahan yang baik?

2. Apa saja jenis jenis asas umum pemerintahan yang baik?

3. Apa upaya pembentukan penyelenggaraan pemerintahan yang baik?

4. Bagaimana penyelenggaraan pemerintahan yang baik?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian asas-asas pemerintahan yang baik.

2. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis asas umum pemerintahan yang baik

3. Untuk mengetahui apa upaya pembentukan penyelenggaraan pemerintahan yang baik

4. Untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan pemerintahan yang baik


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asas Asas Pemerintahan Yang Baik


Istilah ‘asas’ dalam Asas Umum Pemerintahan yang Baik, atau AUPB, menurut pendapat

Bachsan Mustafa dimaksudkan sebagai ‘asas hukum’, yaitu suatu asas yang menjadi dasar suatu

kaidah hukum. Asas hukum adalah asas yang menjadi dasar pembentukan kaidah-kaidah hukum,

termasuk juga kaidah hukum tata pemerintahan. Kaidah atau norma adalah ketentuan-ketentuan

tentang bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku dalam pergaulan hidupnya dengan

manusia lainnya. Kata ‘umum’ berarti sesuatu yang bersifat menyeluruh dan mencakup halhal

yang bersifat mendasar dan diterima sebagai prinsip oleh masyarakat secara umum. Kata

‘pemerintahan’ disebut juga sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang dirumuskan

dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, menyatakan Badan atau Pejabat

Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan,

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan kata “Baik” memiliki

makna bahwa prinsip–prinsip yang berlaku umum tersebut didasarkan pada hal-hal yang baik

atau patut atau layak untuk dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai

syarat dalam pembentukan pemerintahan yang bersih dan baik (clean and good governance).

Para pakar, misalnya Indroharto, menggunakan istilah AAUPL dan mengartikannya sebagai asas-

asas yang khusus berlaku di bidang administrasi pemerintahan dan menjadi bagian dari asas-asas
hukum umum dan penting artinya bagi perbuatan-perbuatan hukum pemerintahan. Pada awal

perkembangannya, AAUPL merupakan asas hukum yang tidak tertulis, sehingga F.H. Van Der

Burg dan G.J.M Cartigny lebih spesifik memberikan definisi tentang AAUPL (AUPB) sebagai

asas–asas hukum tidak tertulis yang harus diperhatikan badan atau pejabat administrasi Negara

dalam melakukan tindakan hukum yang akan dinilai kemudian oleh Hakim Administrasi. Asas-

asas Pemerintahan yang Baik Dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (yang selanjutnnya ditulis UU RI No. 28 Tahun 1999), dinyatakan “Asas

Umum Pemerintahan Negara yang Baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan,

kepatutan dan norma hukum, untuk mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas

dari korupsi, kolusi dan nepotisme”. Dalam Pasal 1 angka 17 UU RI No. 30 Tahun 2014

dinyatakan “Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik yang selanjutnya disingkat AUPB adalah

prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam

mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan”. Dalam

Bahasa Belanda disebut “Algemene Beginzedvan Behoulijk Bestures”, dalam Bahasa Inggris

disebut “General Prinsiple of Good Administration”. Dalam perubahan tentang pelaksanaa suatu

pemerintahan yang baik ada beberapa pandangan yaitu :

1. Komisi de Monchy.

Pada tahu 1950 pemerintah Belanda membentuk komisi yang diketuai oleh Mr. De Monchy yang

bertugas menyelidiki cara-cara perlindungan hukum bagi penduduk/ rakyat. Komisi ini telah

berhasil menyusun asas-asas umum untuk pelaksanaan suatu pemerintahan yang baik yang diberi

nama “ General Principle of Good Government “ Adapun asas-asas umum tersebut adalah :

1. Asas Kepastian Hukum


Artinya didalam pemerintah menjalankan wewenagnya haruslah sesuai dengan aturan-

aturan hukum yang telah ditetapkannya. Pemerintah harus menghormati hak-hak

seseoang yang diperoleh dari pemerintah dan tidak boleh ditarik kembali. Pemerintah

harus konsekwen atas keputusannya demi terciptanya suatu kepastian hukum.

2. Asas Keseimbangan
Yaitu adanya keseimbangan antara pemberian sanksi terhadap suatu kesalahan seseorang

pegawai, janganlah hukuman bagi seseorang berlebihan dibandingkan dengan

kesalahannya, misalnya seorang pegawai baru tidak masuk kerja langsung dipecat, hal ini

tidak seimbang dengan hukuman yang diberikan kepadanya. Dengan adanya asas ini

maka lebih menjamin terhadap perlindungan bagi pegawai negeri.

3. Asas Kesamaan

Artinya pemerintah dalam menghadapi kasus yang sama/ fakta yang sama, pemerintah

harus bertindak yang sama tidak ada perbedaan, tidak ada pilih kasih dan lain sebagainya.

4. Asas Bertidak Cermat

Artinya pemerintah senantiasa bertindak secara hati-hati agar tidak menimbulkan

kerugian bagi warga masyarakat, misalnya kewajiban pemerintah memberi tanda

peringatan terhadap jalan yang sedang diperbaiki, jangan sampai dapat menimbulkan

korban akibat jalan diperbaiki.

5. Asas Motivasi

Artinya setiap keputusan pemerintah harus mempunyai alasan atau motivasi

6. Asas Jangan Mencampuadukan Kewenangan

Artinya pemerintah jangan menggunakan wewenang untuk tujuan yang lain, selain tujuan

yang sudah ditetapkan untuk wewenang itu.

7. Asas Fair Play


Artinya pemerintah harus memberikan kesempatan yang layak kepada warga masyarakat

untuk mencari kebenaran dan keadilan, misalnya memberi hak banding terhadap

keputusan pemerintah yang tidak diterima.

8. Asas Keadilan dan Kewajaran

Artinya pemerintah tidak boleh bertindak sewenang-wenang atau menyalahgunakan

wewenang yang diberikan kepadanya untuk kepentingan pribaduinya.

9. Asas Menanggapi Penghargaan Yang Wajar

Artinya agar tindakan pemerintah dapat menimbulkan harapan-harapan yang wajar bagi

yang berkepentingan, misalnya seorang pegawai negeri minta izin untuk menggunakan

kendaraan pribadi pada waktu dinas, yang kemudian izin yang telah diberikan untuk

menggunakan kendaraan pribadi dicabut, Tindakan pemerintah demikian dianggap salah/

tidak wajar.

10. Asas Meniadakan Akibat-Akibat Suatu Keputusan Yang Batal

Asas ini menghendaki jika terjadi pembatalan atas suatu keputusan, maka yang

bersangkutanharus diberi ganti rugi atau rehabilitasi yang benar dan adil dan jelas. Jadi

tindakan-tindakan pemerintah disertai alasan-alasan yang tepat dan benar.

11. Asas Perlindungan Hukum

Artinya bahwa setiap pegawai negeri diberi hak kebebasan untuk mengatur kehidupan

pribadinya sesuai dengan pandangan hidup yang dianutnya atau sesuai dengan nilai-nilai

yang terkandung dalam Pancasila.

12. Asas Kebijaksanaan


Artinya pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan undang-undang dan

menyelenggarakan kepentingan umum. Unsur bijaksana harus dimiliki oleh setiap

pegawai/ Pemerintah.

13. Asas Penyelenggraan Kepentingan Umum

Artinya tugas pemerintah untuk mendahulukan kepentingan umu daripada kepentingan

pribadi.

Pegawai negeri sebagai aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi Masyarakat dan
Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.
2. Azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB) Menurut UU RI Nomor 28 Tahun 1999.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, pasal 1 angka 6 menyebutkan
bahwa Azas Umum Pemerintahan Negara yang Baik adalah azas yang menjunjung tinggi
norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan Penyelenggara
Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dalam Bab III Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999 menyebutkan Azas-Azas Umum
Penyelenggaraan Negara meliputi :
 Azas Kepastian Hukum ;
 Azas Tertib Penyelenggaran Pemerintahan ;
 Azas Kepentingan Umum ;
 Azas Keterbukaan ;
 Azas Proporsionalitas;
 Azas Profesionalitas;
 Azas Akuntabilitas.

Dalam penjelasan dari Pasal 3 dijelaskan yang dimaksud dengan :


1. Azas Kepastian Hukum adalah azas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan Penyelenggara Pemerintah.
2. Azas Tertib Penyelenggaran Negara adalah azas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan Negara.
3. Azas Kepentingan Umum adalah azas yang mendahulukan kesejahteraan umum,
dengan cara yang aspioratif, akomodatif, dan selektif.
4. Azas Keterbukaan adalah azas yang membuka diri terhadap hak Masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia Negara.
5. Azas Proporsionalitas adalah azas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Penyelenggara Negara.
6. Azas Profesionalitas adalah azas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Azas Akuntabilitas adalah azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Menurut World Bank dan UNDP Suatu pemerintahan yang baik meliputi :
1. Participation

2. Rule of Law

3. Transparancy

4. Responsiveness

5. Concensus Orientation

6. Equity

7. Effectiveness and Efeciency

8. Acountability

9. Strategy Vision

2.2 Jenis Jenis Asas Umum Pemerintahan Yang Baik

Asas-asas umum pemerintahan yang baik (ABBB) yang telah memperoleh tempat yang layak

dalam peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi di Neederland dan dikembangkanoleh

teori ilmu hukum yang diakui oleh Prof. Kuntjoro Purbopranoto antara lain tiga belas (13) asas,

yakni:
1. Asas kepastian hukum (principle of legal security); adalah azas dalam Negara

hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,

kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Pemerintah.

2. Asas keseimbangan (principle of proportionality); Yaitu adanya keseimbangan

antara pemberian sanksi terhadap suatu kesalahan seseorang pegawai,

janganlah hukuman bagi seseorang berlebihan dibandingkan dengan

kesalahannya, misalnya seorang pegawai baru tidak masuk kerja langsung

dipecat, hal ini tidak seimbang dengan hukuman yang diberikan kepadanya.

Dengan adanya asas ini maka lebih menjamin terhadap perlindungan bagi

pegawai negeri.

3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of equality); Artinya

pemerintah dalam menghadapi kasus yang sama/ fakta yang sama, pemerintah

harus bertindak yang sama tidak ada perbedaan, tidak ada pilih kasih dan lain

sebagainya.

4. Asas bertindak cermat (principle of carefulness); Artinya pemerintah

senantiasa bertindak secara hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi

warga masyarakat, misalnya kewajiban pemerintah memberi tanda peringatan

terhadap jalan yang sedang diperbaiki, jangan sampai dapat menimbulkan

korban akibat jalan diperbaiki.

5. Asas motifasi untuk setiap keputusan (principle of motivation); Artinya setiap

keputusan pemerintah harus mempunyai alasan atau motivasi yang benar dan

adil dan jelas. Jadi tindakan-tindakan pemerintah disertai alasan-alasan yang

tepat dan benar.


6. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non misure of

competence); Artinya pemerintah jangan menggunakan wewenang untuk

tujuan yang lain, selain tujuan yang sudah ditetapkan untuk wewenang itu.

7. Asas permainan yang layak (principle of fair play); Artinya pemerintah harus

memberikan kesempatan yang layak kepada warga masyarakat untuk mencari

kebenaran dan keadilan, misalnya memberi hak banding terhadap keputusan

pemerintah yang tidak diterima.

8. Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibition of

arbritariness); Artinya pemerintah tidak boleh bertindak sewenang-wenang

atau menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya untuk

kepentingan pribaduinya.

9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised

expectation); Artinya agar tindakan pemerintah dapat menimbulkan harapan-

harapan yang wajar bagi yang berkepentingan, misalnya seorang pegawai

negeri minta izin untuk menggunakan kendaraan pribadi pada waktu dinas,

yang kemudian izin yang telah diberikan untuk menggunakan kendaraan

pribadi dicabut, Tindakan pemerintah demikian dianggap salah/ tidak wajar.

10. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of

undoing the consequences of annulled decicion); Asas ini menghendaki jika

terjadi pembatalan atas suatu keputusan, maka yang bersangkutanharus diberi

ganti rugi atau rehabilitasi.

11. Asas perlindungan atas pandangan hidup (principle of protecting the personal

way of life); Artinya bahwa setiap pegawai negeri diberi hak kebebasan untuk
mengatur kehidupan pribadinya sesuai dengan pandangan hidup yang

dianutnya atau sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

12. Asas kebijaksanaan (sapientia); Artinya pemerintah dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan undang-undang dan menyelenggarakan kepentingan

umum. Unsur bijaksana harus dimiliki oleh setiap pegawai/ Pemerintah.

13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public servis) Artinya

tugas pemerintah untuk mendahulukan kepentingan umu daripada

kepentingan pribadi. Pegawai negeri sebagai aparatur Negara, abdi Negara,

dan abdi Masyarakat dan Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintah dan

pembangunan.

Dari uraian-uraian di atas maka cirri-ciri Tata Pemerintahan yang baik antara lain

adalah :

 Mengikutsertakan seluruh masyarakat

 Transparansi dan bertanggung jawab

 Adil dan Efektive

 Menjamin Kepastian Hukum

 Adanya Konsensus masyarakat dengan Pemerintah dalam segala bidang

 Memperhatikan kepentingan orang miskin.

2.3 Upaya Pembentukan Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik

Azas penyenlenggaraan pemerintahan yang baik pada awalnya hanya sebagai sarana

perlindungan hukum dan dijadikan sebagai instrumen untuk peningkatan perlindungan


hokum.Selain itu sebagai dasar pertimbangan dalam peradilan dan upaya administrasi dan

sebagai norma hukum tidak tertulis bagi tindakan pemerintahan. Dalam perkembangannya,

Bagi tata kelola pemerintahan bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penafsiran dan

penerapan terhadap ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samar atau tidak

jelas. Selain itu, untuk membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi negara

mempergunakan freies ermesson yang jauh menyimpang dari undang-undang.Bagi warga

masyarakat asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik sebagai pencari keadilan, azas-

azas penyelenggaraan pemerintahan yang baik juga dapat dipergunakan sebagai dasar

gugatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 53 UU No. 5/1986 jo. UU No.9/2004; Bagi

hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan membatalkan keputusan yang

dikeluarkan oleh badan/pejabat TUN; azas-azas penyelenggaraan pemerintahan yang baik

juga berguna bagi badan legislatif dalam merancang suatu UU. Pada mulanya di indonesia

belum diakui secara yuridis formal sehingga belum memiliki kekuatan hukum formal. Ketika

pembahasan RUU No.5/1986 di DPR, fraksi ABRI mengusulkan agar asas-asas tersebut

dimasukkan sebagai salah satu alasan gugatan terhadap keputusan badan/pejabat TUN akan

tetapi tidak diterima oleh pemerintah dengan alasan dalam praktek ketatanegaraan kita

maupun dalam Hukum Administrasi Negara belum mempunyai kriteria tentang Algemene

Beginselen van Behoorlijk Bestuur (Ismael Saleh, Menteri Kehakiman pada saat itu).Asas-

asas tersebut dapat diterima di Indonesia karena memiliki sandaran dalam pasal 14 ayat (1)

UU No.14/1970 tentang Kekuasaan Pokok Kehakiman (Pengadilan tidak boleh menolak

untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum

tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”. Kemudian

dalam pasal 27 ayat (1) UU No.14/1970 ditegaskan “Hakim sebagai penegak hukum dan
keadilan wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam

masyarakat”. Dalam perkembangannya : dimuat dalam UU No.28/1999 tentang

Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)

(pasal 3) :

a. Asas kepastian hukum : asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan

perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara Negara;

b. Asas tertib penyelenggara negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan,

keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara Negara.

c. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara

yang aspiratif, akomodatif dan selektif.

d. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminasi tentang penyelenggaraan

negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan

rahasia Negara.

e. Asas proporsionalitas, yitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban penyelenggara negara

f. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik

dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

g. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil karya dari

kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau

rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dalam perkembangan berikutnya, UU No.9/2004 dalam pasal 53

ayat (2)

point a : “Keputusan TUN yang digugat itu bertentangan dengan dengan AAUPB”, dan

dalam Penjelasannya disebutkan : “Yang dimaksud dengan AAUPB adalah meliputi asas :

 Kepastian hukum

 Tertib penyelenggara negara

 Keterbukaan

 Proporsionalitas

 Profesionalitas, dan

 Akuntabilitas

 Efisiensi danEfektifitas.

2.4 Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik

Dengan kemajuan masyarakat dan meningkatnya permasalahan, birokrasi cenderung

terus semakin besar. Akibatnya timbul masalah birokrasi yang makin lama makin serius,

termasuk beban negara menjadi terus bertambah berat. Diperparah dengan datangnya era

globalisasi, yang menimbulkan masalah besar, yang harus diatasi agar kepentingan nasional

tidak dirugikan, di lain pihak menimbulkan pula peluang yang perlu dimanfaatkan untuk

kemajuan dan kepentingan nasional. Namun hal itu tidak mungkin mampu dihadapi dan

ditanggulangi lagi oleh pemerintah sendiri. Good Governance berasal dari istilah governance

dikenal sekitar awal decade 90-an yang merupakan paradigma baru dalam pemerintahan.

Banyak cendikiawan kontemporer dibidang administrasi Negara menggunakan istilah

governance sebagai pengganti istilah administrasi Negara. Mereka menilai administrasi


Negara modern abad XX sebagai administrasi Negara tradisional atau lama dan

membandingkan dengan teori baru yang mereka sebut governance tersebut.Governance

diartikan sebagai proses pengambilan keputusan dan proses diimplementasikan atau tidak

diimplementasikannya keputusan tersebut. Good Governance bisa tercapai apabila terdapat

hubungan yang sinergis diantara Negara, Sektor Swasta dan Masyarakat. Hubungan tersebut

dicirikan oleh adanya ;

1. Partisipasi; bahwa setiap warganegara baik langsung maupun melalui perwakilan,

mempunyai suara dalam pembuatan keputusan dalam pemerintahan,

2. Aturan hukum (rule of law); kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang

bulu, terutama untuk hak asasi manusia,

3. Transparansi yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi; informasi dapat

diperoleh oleh mereka yang membutuhkan serta dapat dipahami dan dimonitor,

4. Ketanggapan (responsiveness); yang berarti bahwa berbagai lembaga dan prosedur-

prosedur harus berupaya untuk melayani setiap stakeholder dengan baik; aspiratif,

5. Orientasi pada consensus; Governance yang baik menjadi perantara kepentingan-

kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih

luas,

6. Kesetaraan (equity); semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk

meningkatkan atau mempertahankan kesejahteraannya, dan

7. Efektifitas dan efisiensi; penggunaan sumber-sumber secara berhasil guna dan berdaya

guna.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) pemahaman

terhadap asas-asas pemerintahan menjadi hal yang sangat penting. Asas-asas pemerintahan

yang baik dapat dilihat dari 2 golongan, yaitu :

1. Golongan I dilihat dari Proses/Prosedurnya, dimana dalam pembuatan keputusan dan

kebijakan harus memperhatikan:

a. Pejabat yang mengeluarkan kebijakan/keputusan tidak boleh mempunyai kepentingan

pribadi baik langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan/keputusan yang

dikeluarkannya,

b. Kebijakan/keputusan yang dibuat tidak boleh merugikan atau mengurangi hak-hak

warganegara. Kebijakan/keputusan tersebut harus tetap membela kepentingan rakyat, dan

c. Antara Konsiderans (pertimbangan/motifasi) dengan diktum/penetapan keputusan tersebut

harus sesuai dan didasarkan pada fakta-fakta yang dapat dipertangungjawabkan.

2. Golongan II dilihat dari kebenaran fakta-fakta, yaitu :

a. Asas larangan kesewenang-wenangan

Kesewenang-wenangan ini bisa timbul apabila perbuatan pejabat atau keputusan yang

dibuatnya tidak mempertimbangkan semua faktor yang relevan dengan perbuatan pejabat

atau keputusan yang bersangkutan secara lengkap dan wajar.Salah satu ciri dari pejabat yang

sewenang-wenang adalah tidak mau dikritik, sulit untuk mendapat masukan/pendapat.

b. Asas larangan penyalahgunaan wewenang atau larangan detournement de pouvoir.

Penyalahgunaan wewenang terjadi bilamana wewenang digunakan untuk tujuan yang


bertentangan atau tidak sesuai dengan maksud dari wewenang itu diberikan atau ditentukan

undang-undang.

c. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan

peraturan perundang-undangan, keputusan, dan keadilan dalam setiap kebijakan

penyelenggaraan Negara.

d. Asas Kepentingan Umum

Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara

yang aspiratif, akomodatif, dan kolektif.

e. Asas Keterbukaan

Keterbukaan adalah membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi

yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif terhadap penyelenggara Negara dengan tetap

memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia Negara.

f. Asas Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban

penyelenggara Negara.

g. Asas Profesionalitas

Asas Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik

dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


h. Asas Akuntabilitas

Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari

kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan asas akuntabilitas membutuhkan prinsip-

prinsip, seperti ;

1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staff instansi untuk melakukan

pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel,

2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya

secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,

4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh,

dan

5. Harus jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen

instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja

dan penyusunan laporan akuntabilitas.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pemerintahan yang baik adalah pondasi yang tidak dapat diabaikan dalam upaya membangun

masyarakat yang adil, demokratis, dan berkelanjutan. Dalam makalah ini, telah dibahas beragam

asas-asas yang menjadi inti dari konsep pemerintahan yang baik, mulai dari transparansi,

akuntabilitas, keadilan, hingga partisipasi masyarakat. Dari pembahasan tersebut, kita dapat

menyimpulkan beberapa hal penting. Pertama, transparansi menjadi kunci untuk membangun

kepercayaan antara pemerintah dan rakyat. Dengan memastikan akses informasi yang terbuka

dan mudah diakses, pemerintah dapat meningkatkan akuntabilitasnya dan menghindari praktik

korupsi. Kedua, akuntabilitas merupakan prasyarat bagi efektivitas pemerintahan. Tanpa

akuntabilitas, kekuasaan bisa disalahgunakan dan keputusan yang diambil tidak selalu

mencerminkan kepentingan publik. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk bertanggung

jawab atas kebijakan dan tindakan mereka. Selanjutnya, keadilan adalah nilai yang harus

dijunjung tinggi dalam setiap keputusan pemerintah. Pemerintah yang baik harus memastikan

perlakuan yang sama bagi semua warga negara, tanpa memandang latar belakang sosial,

ekonomi, atau politik mereka. Terakhir, partisipasi masyarakat merupakan elemen kunci dalam

menjaga legitimasi pemerintah. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan, pemerintah dapat memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan mencerminkan

kebutuhan dan aspirasi rakyat. Dalam menghadapi berbagai tantangan kompleks, penerapan

asas-asas pemerintahan yang baik menjadi semakin mendesak. Hanya dengan memastikan

bahwa pemerintah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, kita dapat membangun

masyarakat yang lebih inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi

semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat sipil, untuk bersatu dalam mendukung dan
mendorong penerapan asas-asas pemerintahan yang baik demi masa depan yang lebih baik bagi

semua.
Daftar Pustaka

Dr. H. Yusri Munaf, SH. M. HUM, 2016 Hukum Administrasi Negara. Marpoyan Tujuh
Publishing,. Pekanbaru – Riau
Remaja, I Nyoman Gede. 2017. Hukum Administrasi Negara,. Singaraja
NAZARUDDIN LATHIF, S.H., M.H MUSTIKA MEGAWIJAYA, S,H.,
M.H R. MUHAMMAD MIHRADI, S.H., M.H ,. 2021 Hukum Administrasi
Negara., Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Bogor - Jawa Barat
BEWA RAGAWINO, S.H., M.SI. 2006. Hukum Administrasi Negara,. Bandung

Anda mungkin juga menyukai