Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan tuntunanNya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga tidak lupa berterima kasih kepada semua pihak
yang membantu, terlebihnya kepada para dosen yang telah memeberikan tugas ini. Makalah ini
Kami sebagai penyusun, tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami sangat mengharapkan dan menerima segala kritik dan
Akhirnya, kami berharap agar pembahasan dari makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Pemerintahan yang baik menjadi fokus perhatian di berbagai belahan dunia sebagai
fondasi penting bagi kemajuan sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa. Konsep ini
muncul sebagai respons terhadap tantangan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat
publik, dan keadilan dalam proses pengambilan keputusan. Di era globalisasi ini, negara-
akan hak asasi manusia menjadi beberapa faktor yang memperkuat urgensi penerapan
asas-asas pemerintahan yang baik. Secara historis, konsep pemerintahan yang baik telah
diperjuangkan oleh berbagai gerakan reformasi dan revolusi di berbagai belahan dunia.
Dari gerakan anti-korupsi hingga perjuangan untuk mendapatkan hak-hak politik yang
lebih luas, aspirasi untuk pemerintahan yang lebih efektif dan responsif terhadap
kebutuhan rakyat telah menjadi pendorong utama bagi perubahan politik di banyak
pemerintahan yang baik menjadi krusial bagi para pembuat kebijakan, akademisi, dan
lebih mendalam. Dengan memahami latar belakang dan konteks di mana konsep ini
muncul, diharapkan pembaca dapat memiliki pemahaman yang lebih komprehensif dan
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui apa saja jenis jenis asas umum pemerintahan yang baik
Bachsan Mustafa dimaksudkan sebagai ‘asas hukum’, yaitu suatu asas yang menjadi dasar suatu
kaidah hukum. Asas hukum adalah asas yang menjadi dasar pembentukan kaidah-kaidah hukum,
termasuk juga kaidah hukum tata pemerintahan. Kaidah atau norma adalah ketentuan-ketentuan
tentang bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku dalam pergaulan hidupnya dengan
manusia lainnya. Kata ‘umum’ berarti sesuatu yang bersifat menyeluruh dan mencakup halhal
yang bersifat mendasar dan diterima sebagai prinsip oleh masyarakat secara umum. Kata
‘pemerintahan’ disebut juga sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang dirumuskan
dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, menyatakan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan,
makna bahwa prinsip–prinsip yang berlaku umum tersebut didasarkan pada hal-hal yang baik
atau patut atau layak untuk dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai
syarat dalam pembentukan pemerintahan yang bersih dan baik (clean and good governance).
Para pakar, misalnya Indroharto, menggunakan istilah AAUPL dan mengartikannya sebagai asas-
asas yang khusus berlaku di bidang administrasi pemerintahan dan menjadi bagian dari asas-asas
hukum umum dan penting artinya bagi perbuatan-perbuatan hukum pemerintahan. Pada awal
perkembangannya, AAUPL merupakan asas hukum yang tidak tertulis, sehingga F.H. Van Der
Burg dan G.J.M Cartigny lebih spesifik memberikan definisi tentang AAUPL (AUPB) sebagai
asas–asas hukum tidak tertulis yang harus diperhatikan badan atau pejabat administrasi Negara
dalam melakukan tindakan hukum yang akan dinilai kemudian oleh Hakim Administrasi. Asas-
asas Pemerintahan yang Baik Dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (yang selanjutnnya ditulis UU RI No. 28 Tahun 1999), dinyatakan “Asas
Umum Pemerintahan Negara yang Baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan,
kepatutan dan norma hukum, untuk mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
dari korupsi, kolusi dan nepotisme”. Dalam Pasal 1 angka 17 UU RI No. 30 Tahun 2014
dinyatakan “Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik yang selanjutnya disingkat AUPB adalah
prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam
Bahasa Belanda disebut “Algemene Beginzedvan Behoulijk Bestures”, dalam Bahasa Inggris
disebut “General Prinsiple of Good Administration”. Dalam perubahan tentang pelaksanaa suatu
1. Komisi de Monchy.
Pada tahu 1950 pemerintah Belanda membentuk komisi yang diketuai oleh Mr. De Monchy yang
bertugas menyelidiki cara-cara perlindungan hukum bagi penduduk/ rakyat. Komisi ini telah
berhasil menyusun asas-asas umum untuk pelaksanaan suatu pemerintahan yang baik yang diberi
nama “ General Principle of Good Government “ Adapun asas-asas umum tersebut adalah :
seseoang yang diperoleh dari pemerintah dan tidak boleh ditarik kembali. Pemerintah
2. Asas Keseimbangan
Yaitu adanya keseimbangan antara pemberian sanksi terhadap suatu kesalahan seseorang
kesalahannya, misalnya seorang pegawai baru tidak masuk kerja langsung dipecat, hal ini
tidak seimbang dengan hukuman yang diberikan kepadanya. Dengan adanya asas ini
3. Asas Kesamaan
Artinya pemerintah dalam menghadapi kasus yang sama/ fakta yang sama, pemerintah
harus bertindak yang sama tidak ada perbedaan, tidak ada pilih kasih dan lain sebagainya.
peringatan terhadap jalan yang sedang diperbaiki, jangan sampai dapat menimbulkan
5. Asas Motivasi
Artinya pemerintah jangan menggunakan wewenang untuk tujuan yang lain, selain tujuan
untuk mencari kebenaran dan keadilan, misalnya memberi hak banding terhadap
Artinya agar tindakan pemerintah dapat menimbulkan harapan-harapan yang wajar bagi
yang berkepentingan, misalnya seorang pegawai negeri minta izin untuk menggunakan
kendaraan pribadi pada waktu dinas, yang kemudian izin yang telah diberikan untuk
tidak wajar.
Asas ini menghendaki jika terjadi pembatalan atas suatu keputusan, maka yang
bersangkutanharus diberi ganti rugi atau rehabilitasi yang benar dan adil dan jelas. Jadi
Artinya bahwa setiap pegawai negeri diberi hak kebebasan untuk mengatur kehidupan
pribadinya sesuai dengan pandangan hidup yang dianutnya atau sesuai dengan nilai-nilai
pegawai/ Pemerintah.
pribadi.
Pegawai negeri sebagai aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi Masyarakat dan
Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.
2. Azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB) Menurut UU RI Nomor 28 Tahun 1999.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, pasal 1 angka 6 menyebutkan
bahwa Azas Umum Pemerintahan Negara yang Baik adalah azas yang menjunjung tinggi
norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan Penyelenggara
Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dalam Bab III Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999 menyebutkan Azas-Azas Umum
Penyelenggaraan Negara meliputi :
Azas Kepastian Hukum ;
Azas Tertib Penyelenggaran Pemerintahan ;
Azas Kepentingan Umum ;
Azas Keterbukaan ;
Azas Proporsionalitas;
Azas Profesionalitas;
Azas Akuntabilitas.
3. Menurut World Bank dan UNDP Suatu pemerintahan yang baik meliputi :
1. Participation
2. Rule of Law
3. Transparancy
4. Responsiveness
5. Concensus Orientation
6. Equity
8. Acountability
9. Strategy Vision
Asas-asas umum pemerintahan yang baik (ABBB) yang telah memperoleh tempat yang layak
teori ilmu hukum yang diakui oleh Prof. Kuntjoro Purbopranoto antara lain tiga belas (13) asas,
yakni:
1. Asas kepastian hukum (principle of legal security); adalah azas dalam Negara
dipecat, hal ini tidak seimbang dengan hukuman yang diberikan kepadanya.
Dengan adanya asas ini maka lebih menjamin terhadap perlindungan bagi
pegawai negeri.
pemerintah dalam menghadapi kasus yang sama/ fakta yang sama, pemerintah
harus bertindak yang sama tidak ada perbedaan, tidak ada pilih kasih dan lain
sebagainya.
keputusan pemerintah harus mempunyai alasan atau motivasi yang benar dan
tujuan yang lain, selain tujuan yang sudah ditetapkan untuk wewenang itu.
7. Asas permainan yang layak (principle of fair play); Artinya pemerintah harus
kepentingan pribaduinya.
negeri minta izin untuk menggunakan kendaraan pribadi pada waktu dinas,
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup (principle of protecting the personal
way of life); Artinya bahwa setiap pegawai negeri diberi hak kebebasan untuk
mengatur kehidupan pribadinya sesuai dengan pandangan hidup yang
pembangunan.
Dari uraian-uraian di atas maka cirri-ciri Tata Pemerintahan yang baik antara lain
adalah :
Azas penyenlenggaraan pemerintahan yang baik pada awalnya hanya sebagai sarana
sebagai norma hukum tidak tertulis bagi tindakan pemerintahan. Dalam perkembangannya,
Bagi tata kelola pemerintahan bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penafsiran dan
penerapan terhadap ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samar atau tidak
jelas. Selain itu, untuk membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi negara
masyarakat asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik sebagai pencari keadilan, azas-
azas penyelenggaraan pemerintahan yang baik juga dapat dipergunakan sebagai dasar
gugatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 53 UU No. 5/1986 jo. UU No.9/2004; Bagi
hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan membatalkan keputusan yang
juga berguna bagi badan legislatif dalam merancang suatu UU. Pada mulanya di indonesia
belum diakui secara yuridis formal sehingga belum memiliki kekuatan hukum formal. Ketika
pembahasan RUU No.5/1986 di DPR, fraksi ABRI mengusulkan agar asas-asas tersebut
dimasukkan sebagai salah satu alasan gugatan terhadap keputusan badan/pejabat TUN akan
tetapi tidak diterima oleh pemerintah dengan alasan dalam praktek ketatanegaraan kita
maupun dalam Hukum Administrasi Negara belum mempunyai kriteria tentang Algemene
Beginselen van Behoorlijk Bestuur (Ismael Saleh, Menteri Kehakiman pada saat itu).Asas-
asas tersebut dapat diterima di Indonesia karena memiliki sandaran dalam pasal 14 ayat (1)
untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”. Kemudian
dalam pasal 27 ayat (1) UU No.14/1970 ditegaskan “Hakim sebagai penegak hukum dan
keadilan wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
(pasal 3) :
a. Asas kepastian hukum : asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
b. Asas tertib penyelenggara negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan,
c. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
d. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminasi tentang penyelenggaraan
negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia Negara.
e. Asas proporsionalitas, yitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
f. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik
g. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil karya dari
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dalam perkembangan berikutnya, UU No.9/2004 dalam pasal 53
ayat (2)
point a : “Keputusan TUN yang digugat itu bertentangan dengan dengan AAUPB”, dan
dalam Penjelasannya disebutkan : “Yang dimaksud dengan AAUPB adalah meliputi asas :
Kepastian hukum
Keterbukaan
Proporsionalitas
Profesionalitas, dan
Akuntabilitas
Efisiensi danEfektifitas.
terus semakin besar. Akibatnya timbul masalah birokrasi yang makin lama makin serius,
termasuk beban negara menjadi terus bertambah berat. Diperparah dengan datangnya era
globalisasi, yang menimbulkan masalah besar, yang harus diatasi agar kepentingan nasional
tidak dirugikan, di lain pihak menimbulkan pula peluang yang perlu dimanfaatkan untuk
kemajuan dan kepentingan nasional. Namun hal itu tidak mungkin mampu dihadapi dan
ditanggulangi lagi oleh pemerintah sendiri. Good Governance berasal dari istilah governance
dikenal sekitar awal decade 90-an yang merupakan paradigma baru dalam pemerintahan.
diartikan sebagai proses pengambilan keputusan dan proses diimplementasikan atau tidak
hubungan yang sinergis diantara Negara, Sektor Swasta dan Masyarakat. Hubungan tersebut
2. Aturan hukum (rule of law); kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang
3. Transparansi yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi; informasi dapat
diperoleh oleh mereka yang membutuhkan serta dapat dipahami dan dimonitor,
prosedur harus berupaya untuk melayani setiap stakeholder dengan baik; aspiratif,
kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih
luas,
6. Kesetaraan (equity); semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk
7. Efektifitas dan efisiensi; penggunaan sumber-sumber secara berhasil guna dan berdaya
guna.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) pemahaman
terhadap asas-asas pemerintahan menjadi hal yang sangat penting. Asas-asas pemerintahan
dikeluarkannya,
Kesewenang-wenangan ini bisa timbul apabila perbuatan pejabat atau keputusan yang
dibuatnya tidak mempertimbangkan semua faktor yang relevan dengan perbuatan pejabat
atau keputusan yang bersangkutan secara lengkap dan wajar.Salah satu ciri dari pejabat yang
undang-undang.
Asas kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan
penyelenggaraan Negara.
Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
e. Asas Keterbukaan
Keterbukaan adalah membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif terhadap penyelenggara Negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia Negara.
f. Asas Proporsionalitas
penyelenggara Negara.
g. Asas Profesionalitas
Asas Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik
Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan
prinsip, seperti ;
1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staff instansi untuk melakukan
2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya
3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,
4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh,
dan
5. Harus jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen
instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemerintahan yang baik adalah pondasi yang tidak dapat diabaikan dalam upaya membangun
masyarakat yang adil, demokratis, dan berkelanjutan. Dalam makalah ini, telah dibahas beragam
asas-asas yang menjadi inti dari konsep pemerintahan yang baik, mulai dari transparansi,
akuntabilitas, keadilan, hingga partisipasi masyarakat. Dari pembahasan tersebut, kita dapat
menyimpulkan beberapa hal penting. Pertama, transparansi menjadi kunci untuk membangun
kepercayaan antara pemerintah dan rakyat. Dengan memastikan akses informasi yang terbuka
dan mudah diakses, pemerintah dapat meningkatkan akuntabilitasnya dan menghindari praktik
akuntabilitas, kekuasaan bisa disalahgunakan dan keputusan yang diambil tidak selalu
mencerminkan kepentingan publik. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk bertanggung
jawab atas kebijakan dan tindakan mereka. Selanjutnya, keadilan adalah nilai yang harus
dijunjung tinggi dalam setiap keputusan pemerintah. Pemerintah yang baik harus memastikan
perlakuan yang sama bagi semua warga negara, tanpa memandang latar belakang sosial,
ekonomi, atau politik mereka. Terakhir, partisipasi masyarakat merupakan elemen kunci dalam
kebutuhan dan aspirasi rakyat. Dalam menghadapi berbagai tantangan kompleks, penerapan
asas-asas pemerintahan yang baik menjadi semakin mendesak. Hanya dengan memastikan
masyarakat yang lebih inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi
semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat sipil, untuk bersatu dalam mendukung dan
mendorong penerapan asas-asas pemerintahan yang baik demi masa depan yang lebih baik bagi
semua.
Daftar Pustaka
Dr. H. Yusri Munaf, SH. M. HUM, 2016 Hukum Administrasi Negara. Marpoyan Tujuh
Publishing,. Pekanbaru – Riau
Remaja, I Nyoman Gede. 2017. Hukum Administrasi Negara,. Singaraja
NAZARUDDIN LATHIF, S.H., M.H MUSTIKA MEGAWIJAYA, S,H.,
M.H R. MUHAMMAD MIHRADI, S.H., M.H ,. 2021 Hukum Administrasi
Negara., Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Bogor - Jawa Barat
BEWA RAGAWINO, S.H., M.SI. 2006. Hukum Administrasi Negara,. Bandung