DISUSUN OLEH :
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “
Pemerintah yang Bersih dan Demokratis “ ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Bambang selaku dosen mata kuliah
Kewarganegaraan UMP yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang
Pemerinntahan yang Bersih dan Demokratis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, seperti kata pepatah
tiada gading yang tak retak. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun II
ii
DAFTAR ISI
Cover..........................................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemerintah yang bersih dan demokratis merupakan keniscayaan dari berlakunya nilai-
nilai demokratis dan masyarakat madani pada level kekuasaan negara. Nilai-nilai
masyarakat madani tidak hanya dikembangkan dalam masyarakat, tetapi juga harus
dikembangkan dalam level negara. Sehingga sistem kenegaraan yang dibangun
menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dalam perwujudan masyarakat madani, termasuk
dalam pemerintahan yang demokratis dan bersih. Keduanya kekutan sipil dan negara,
saling mendukung dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
4
bersih dan demokratis?
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan pemerintahan dalam arti luas dalam konteks UUD 1945 adalah seluruh
kegiatan penguasaan negara oleh Presiden, MPR, DPR, DPD, BPK, MA, MK, dan
KY. Dan arti pemerintahan menurut para ahli, adalah:
7
jabatan untuk memberi pekerjaan, kesempatan, atau penghasilan bagi keluarga atau
kerabat dekat pejabat, sehingga menutup kesempatan bagi orang lain. Pemerintahan
yang penuh dengan gejala KKN biasanya tergolong kedalam pemerintahan yang tidak
bersih dan demikian pula sebaliknya.
Sejak Indonesia memasuki era transisi menuju demokrasi di tahun 1999, citra
negeri ini di dunia internasional terus terpuruk. Antara tahun 1999 hingga 2003,
Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat korupsi yang sangat buruk, bahkan
paling buruk diseluruh asia. Agar pemerintah bebas dari rongrongan KKN , maka para
pejabat pemerintah dan politisi baik di tingkat eksekutif, birokrasi, badan legislatif,
pusat maupun daerah, hendaknya mengindahkan nilai-nilai moralitas.
Sudah barang tentu moralitas politik saja tidak akan cukup untuk menegakkan
pemerintahan yang bersih dari pelanggaran moralitas atau etika politik, tetapi
diperlukan sebuah sistem politikdan hukum yang egaliter dan adil untuk menopang
kerangka sistematik masyarakat madani. Untuk menegakkan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa diperlukan berbagai kondisi dan mekanisme hubungan yang
berpotensi menopang pertumbuhan moralitas politik. Tentunya, budaya demokrasi pun
perlu dikembangkan dalam proses pemerintahan di negeri ini, sehingga terwujud pula
pemerintahan yang demokratis.
b. Sistem presidensial
8
Sistem ini menekankan pada pentingnya pemilihan presiden secar langsung
sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat langsung dari rakyat. Bandingkan
dengan sistem parlemen dimana perdana mentri mendapatkan mandatnya tidak
langsung dari rakyat, tetapi dari partai mayoritas di parlemen.
Pada sistem presidensial kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk
menjalankan pemerintahan) sepenuhnya berada ditangan presiden. Oleh karena itu
presiden adalah kepala eksekutif sekaligus menjadi kepala Negara, presiden adalah
penguasa sekaligus symbol kepemimpinan negara.
Sistem pemilihan adalah cara untuk menentukan siapa politisi atau partai yang
memenuhi syarat untuk menduduki jabatan di badan legislative atau eksekutif
(presiden). Ada beberapa jenis pemilihan yang dikembangkan di negara demokrasi :
1. Sistem Proporsional
Sistem proporsional adalah sistem pemilihan yang membuka peluang bagi
banyak partai politik untuk duduk di dalam pemerintahan. Dalam sisitem
proporsional ini, setiap partai bersaing untuk mendapatkan sebanyak mungkin
suara pemilih dalam setiap daerah pemilihan.
Setiap daerah pemilihan menyediakan banyak kursi untuk diperebutkan oleh
partai-partai yang ada di daerah pemilihan tersebut. Jika jumlah partai peserta
pemilihan cukup banyak, biasanya akan muncul cukup banyak partai pula yang
dapat mengumpulkan suara pemilih. Partai yang banyak suaranya memperoleh
kursi lebih banyak, sedangkan partai yang sedikit perolehan suaranya sedikit pula
perolehan kursi di badan legislatif.
2. Sistem Distrik
Sistem pemilihan distrik adalah sistem pemilihan di mana setiap daerah
pemilihan disbut sebagai distrik. Dalam distrik hanya ada satu kursi yang
dipeerebutkan. Distrik adalah bagian dari sebuah negara bagaian atau propinsi.
Jumlah distrik dalam negara bagian atau propinsi tergantung pada banyak
sedikitnya jumlah penduduk.
Dengan sistem distrik, setiap calon harus mendapatkan suara paling banyak
untuk merebut kursi distrik tersebut. Dalam setiap distrik, hanya ada satu calon
dari satu partai yang dapat merebut kursi dari distrik tersebut.
3. Sistem Multiple-Distrik
Dalam sistem ini, setiap distrik terdiri lebih dari satu kursi yang diperebutkan.
Dengan menambah banyak kursi yang diperebutkanm ada lebih dari satu partai
yang dapat mendapatkan kursi di distrik yang bersangkutan. Sistem multiple-
distrik berfungsi untuk mempertahankan persaingan antar calon dengan memberi
kesempatan lebih banyak kepada partai politik.
10
lebih demokratis daripada sistem partai yang lain.
1. Sistem Dua-Partai
Sistem dua partai memudahkan partai pemenang pemilu. Sebab, segera
setelah sebuah partai memenangkan pemilihan, dengan sendirinya program
partai pemenang pemilu dapat diterapkan secara langsung menjadi program
pemerintah. Sistem dua-partai juga mempermudah pemilih dalam menjatuhkan
hukuman bagi partai yang gagal menjalankan pemerintahan. Satu partai yang
berkuasa dan gagal dalam menjalankan pemerintahan akan lebih mudah
dihukum melalui pemilihan.
2. Sistem Multi-Partai
Sistem multi-partai sering dianggap sebagai sumber instabilitas politik
karena kabinet sulit menjalankan agenda pemerintahan yang terdiri dari
banyak partai politik. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pengalaman
beberapa sistem multi-partai di Eropa membuktikan tiadanya kesulitan bagi
sistem multi-partai untuk mengembangkan sebuah sistem demokrasi yang
stabil dan produktif.
3. Fragmentasi Partai
Dalam jangka menengah (sekitar 10 tahun), pertumbuhan sistem multi-
partai yang tidak terkendali akan menimbulkan permasalahn serius, yakni
fragmentasi partai. Gejalan inilah yang membuahkan kritik atas sistem multi-
partai. Banyaknya partai politik di eksekutif maupun legislative, ternyata
memang benar-benar menyulitkan pemerintahan demokrasi baru dalam
menjalankan pemerintahan mereka.
4. Budaya Koalisi
Persoalan lain yang tumbuh dan menjadi persoalan adalah tak adanya
budaya koalisi di negara-negara demokrasi baru. Dengan adanya banyak
partai, mustahil sebuah partai mampu membentuk pemerintahan. Jalan
termudah bagi partai untuk berkuasa adalah dengan membentuk koalisi dengan
partai lain. Persoalnnya adalah bahwa koalisi-koalisi yang dibentuk pada awal
pemerintahan demokrasi pada umumnya didasari oleh pertimbangan pragmatis
yang sangat kuat.
5. Budaya Oposisi
Persoalan lain lagi yang muncul dari sistem multi-partai dalam tahap
perkembangan adalah kesulitan membangun budaya oposisi. Peran partai
oposisi sesungguhnya sangat besar. Bila seluruh partai terlibat kedalam
pemerintahan dan tidak ada partai oposisi di DPR-bila partai berkuasa terlibat
dalam tindakan KKN-bisa dipastikan mereka akan saling membela dan
melindungi, tanpa ada partai oposisi yang secara tegas menyatakan diri sebagai
oposisi, DPR dengan sendirinya akan lumpuh karena tidak akan bersedia
melakukan kritik terhadap partai yang berkuasa.
11
2.6 Peranan Organisasi Non-Partai
Organisasi non-partai adalah organisasi yang tidak menjadikan perebutan
jabatan publik sebagai tujuan utama mereka. Organisasi ini antara lain adalah
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi, lembaga riset, organisasi
kemasyarakatan (Ormas) dan kelompok kepentingan lain.
Organisasi non-partai inilah yang menjadi salah satu ujung tombak perjuangan
untuk membangun pemerintahan yang bersih dan demokratis dimasa depan.
Organisasi Non-Partai tidak bergantung pada birokrasi, norma, dan kepentingan-
kepentingan lain yang sering mengikat politisi dieksekutif maupun legislatif. Mereka
juga tidak bergantung pada model sentralisme birokrasi sehingga organisasi non-partai
lebih fleksibel dalam menentukan agenda pengawasan terhadap eksekutif maupun
legislatif. Secara organisional, mereka lebih ramping dan ditompang oleh tenaga
professional. Kelebihan ini membuat organisasi non-partai mampu bekerja lebih
efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pejabat dan kebijakan yang
dihasilkannya.
Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa organisasi non-partai juga tidak terikat
oleh waktu pelaksanaan pemilihan, berbeda dengan partai yang lebih banyak
menyampaikan program mereka menjelang pelaksanaan peemilihan organisasi non-
partai dapat setiap saat menyampaikan program dan langsung melaksanakan program
tersebut. Kemudahan ini membuat organisasi non-partai lebih cepat menjalankan
kegiatan mereka dibanding partai politik di DPR yang terikat oleh berbagai aturan dan
kepentingan.
Media massa merupakan salah satu pemain penting dalam proses transisi
menuju demokrasi. Dewasa ini, peristiwa-peristiwa politik maupun non-politik dapat
dengan cepat dapat diketahui publik lewat media massa. Tingkat kebebasan media
massa yang cukup tinggi menciptakan masyarakat yang dapat menyadari apa yang
sesungguhnya terjadi. Kebebasan media saat ini memungkinkan masyarakat
mendapatkan beragam pilihan berita.
Media massa juga dapat memainkan peran dalam merumuskan agenda publik
yang tidak selalu menjadi perhatian para politisi. Tingkat kemampuan dan sarana yang
terbatas dari kalangan politisi menyebabkan kontribusi media massa menjadi
diperlukan. Hampir bisa dipastikan bahwa sebagian besar komunikasi yang
berlangsung di masyarakat ditopang oleh media massa. Bahkan para politisi maupun
tokoh masyarakat lain sangat bergantung pada media massa dalam menyebarkan
pesan-pesan mereka kepada khalayak yang lebih luas. Pengembangan pemerintahan
yang bersih bergantung pada kemampuan media menyalurkan pemikiran tentang
pemerintahan yang bersih. Namun, pemasok gagasan untuk media juga memainkan
peran strategis sebagai sumber informasi yang akan disebarkan kepada pemerintah dan
publik.
12
2.8 Anti Korupsi
Dalam mewujudkan pemerintah yang bersih dan demokratis, gagasan anti-
korupsi merupakan tema yang sangat penting untuk dikembangkan dalam era menuju
demokrasi di Indonesia. Hal ini tentu saja, didasarkan pada realitas budaya korupsi
yang menggejala di pemerintahan maupun di masyarakat.
Di Indonesia, fenomena korupsi muncul dalam dua bentuk, yaitu state capture
dan korupsi administratif. State capture adalah aksi-aksi illegal oleh perusahaan
ataupun individu untuk mempengaruhi penyusunan hukum, kebijakan dan peraturan
demi keuntungan mereka sendiri. Korupsi administratif adalah pemberlakuan secara
sengaja ( baik oleh negara maupun perilaku non negara ) untuk mendistorsi hukum,
kebijakan dan peraturan yang ada demi keuntungan pribadi.
Begitu luas dan kompleksnya problem korupsi di Indonesia, sehingga hal ini
menuntut jalan keluar yang sistematik. Istilah yang lebih tepat untuk gerakan anti-
korupsi adalah menghancurkan sistem yang mendukung praktik korupsi, bukan
sekedar mengontrol praktik korupsi.
13
Usaha yang dapat dilakukan, antara lain adalah sosialisasi terus-menerus .
14
3.0 Otonomi Daerah
Visi kebijakan otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama,
yakni politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Dalam bidang politik, otonomi daerah
dimaksudkan sebagai proses lahirnya kader-kader pemimpin daerah yang dipilih
secara demokratis, dapat berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang
responsif terhadap aspirasi masyarakat banyak, dan adanya transparansi kebijakan dan
adanya kemampuan memelihara mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada
asas pertanggungjawaban publik.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemerintahan yang bersih dan demokratis adalah budaya yang tentunya tidak
bisa diperoleh dengan cara yang instan hanya dengan kesadaran morald dari para
pelakunya saja, akantetapi dibutuhkan suatu proses yang berkesinambungan yang
melibatkan suatu sistem besar yang diantaranya juga melibatkan masyarakat luas.
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Chamim, Asyukri Ibn, Bambang Cipto, Haedar Nashir, Istianah ZA, Khoiruddin Bashori,
Lilis Setiartiti, Muhammad Azhar, dan Said Tuhuleley. 2010. Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan
(Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah
2. Eprints.undip.ac.id>BAB_I-II diunduh pada jum’at, 29 September 2017 jam 13:49
3. www.academia.edu diunduh pada minggu, 08 Oktober 2017 jam 21:34
17
18