Anda di halaman 1dari 17

TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK

( Good Governance )

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa
manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tata Pemerintahan yang Baik ............................................... 3
B. Membangun Tata Pemerintahan yang Baik ............................................ 4
C. Prinsip-prinsip Tata Pemerintahan yang Baik......................................... 5
D. Pilar-pilar Tata Pemerintahan yang Baik ................................................ 10
E. Manfaat Tata Pemerintahan yang Baik ................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia saat ini mengalami krisis ekonomi yang mencakup di segala
bidang yang di antaranya disebabkan tata pemerintahan yang tidak dikelola
dengan baik. Kita dapat menyaksikan pelanggaran kasus-kasus korupsi, kolusi
dan nepotisme serta penyalahgunaan jabatan pemerintahan, penegakan hukum
yang belum berjalan dengan sebagaimana mestinya hukum tumpul ke atas dan
tajam ke bawah dan kualitas pelayanan masyarakat yang buruk seolah-olah
mempersulit atau memberatkan masyarakat kalangan bawah yang
menyebabkan berkurangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Tata pemerintahan yang baik merupakan landasan yang harus diambil
dalam kebijakan pemulihan ekonomi, sosial maupun politik. Dalam
perkembangan globalisasi maupun demokrasi menuntut peran pelaku-pelaku
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah, yang sebelumnya memegang kuat
kendali pemerintahan cepat atau lambat mengalami pergeseran peran dari posisi
mengatur segala kebijakan ke posisi sebagai fasilitator. Dan sebaliknya
masyarakat yang sebelumnya sebagai penerima manfaat, harus mulai
menyadari kedudukannya sebagai pemilik kepentingan yang juga harus
berfungsi sebagai pelaku.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik harus segera dilaksanakan
agar segala permasalahan yang timbul dapat segara terselesaikan dan juga
proses pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.
Disadari, mewujudkan tata pemerintahan yang baik membutuhkan waktu yang
tidak singkat dan juga upaya terus menerus. Di samping itu, perlu juga dibangun
kerja sama dari seluruh komponen bangsa yaitu para aparatur negara, pihak
swasta dan masyarakat madani untuk menumbuhkembangkan rasa
kebersamaan dalam rangka mencapai tata pemerintahan yang baik.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian tata pemerintahan yang baik?
2. Bagaimana membangun tata pemerintahan yang baik?
3. Apa saja prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik?
4. Apa saja pilar-pilar tata pemerintahan yang baik?
5. Apa saja manfaat tata pemerintahan yang baik?

C. Tujuan
Melihat rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian tata pemerintahan yang baik.
2. Untuk mengetahui cara membangun tata pemerintahan yang baik.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik.
4. Untuk mengetahui pilar-pilar tata pemerintahan yang baik.
5. Untuk mengetahui manfaat tata pemerintahan yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tata Pemerintahan yang Baik


Menurut bank dunia (Word Bank) tata pemerintahan yang baik adalah
cara kekuasaan digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya sosial dan
ekonomi untuk pengembangan masyarakat. Governance, yang diterjemahkan
menjadi tata pemerintahan, adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan
administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata
pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga di
mana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan
mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan di antara mereka.
Definisi lain menyebutkan pemerintahan adalah mekanisme pengelolaan
sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan
sektor non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Definisi ini mengasumsikan
banyak aktor yang terlibat di mana tidak ada yang sangat dominan yang
menentukan gerak aktor lain. Pesan pertama dari terminologi pemerintahan
membantah pemahaman formal tentang bekerjanya institusi-institusi negara.
Pemerintahan mengakui bahwa di dalam masyarakat terdapat banyak pusat
pengambilan keputusan yang bekerja pada tingkat yang berbeda.
Meskipun mengakui ada banyak aktor yang terlibat dalam proses sosial,
pemerintahan bukanlah sesuatu yang terjadi secara chaotic, random atau tidak
terduga. Ada aturan-aturan main yang diikuti oleh berbagai aktor yang berbeda.
Salah satu aturan main yang penting adalah adanya wewenang yang dijalankan
oleh negara. Tetapi harus diingat, dalam konsep pemerintahan wewenang
diasumsikan tidak diterapkan secara sepihak, melainkan melalui semacam
konsensus dari pelaku-pelaku yang berbeda. Oleh sebab itu, karena melibatkan
banyak pihak dan tidak bekerja berdasarkan dominasi pemerintah, maka
pelaku-pelaku di luar pemerintah harus memiliki kompetensi untuk ikut
membentuk, mengontrol, dan mematuhi wewenang yang dibentuk secara
kolektif.

3
4

Lebih lanjut, disebutkan bahwa dalam konteks pembangunan, definisi


pemerintahan adalah “mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial
untuk tujuan pembangunan”, sehingga tata pemerintahan yang baik, dengan
demikian, “adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial
yang substansial dan penerapannya untuk menunjang pembangunan yang stabil
dengan syarat utama efisien) dan (relatif) merata.”
Menurut dokumen United Nations Development Program (UNDP), tata
pemerintahan adalah “penggunaan wewenang ekonomi politik dan administrasi
guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan
mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga di mana warga dan
kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-
perbedaan di antara mereka.
Jelas bahwa tata pemerintahan yang baik adalah masalah perimbangan
antara negara, pasar dan masyarakat. Memang sampai saat ini, sejumlah
karakteristik kebaikan dari suatu pemerintahan lebih banyak berkaitan dengan
kinerja pemerintah. Pemerintah berkewajiban melakukan investasi untuk
mempromosikan tujuan ekonomi jangka panjang seperti pendidikan kesehatan
dan infrastruktur. Tetapi untuk mengimbangi negara, suatu masyarakat warga
yang kompeten dibutuhkan melalui diterapkannya sistem demokrasi, rule of
law, hak asasi manusia, dan dihargainya pluralisme. Tata pemerintahan yang
baik sangat terkait dengan dua hal yaitu (1) tata pemerintahan yang baik tidak
dapat dibatasi hanya pada tujuan ekonomi dan (2) tujuan ekonomi pun tidak
dapat dicapai tanpa prasyarat politik tertentu.

B. Membangun Tata Pemerintahan yang Baik


Membangun tata pemerintahan yang baik adalah mengubah cara kerja
pemerintah, membuat pemerintah akuntabel, dan membangun pelaku-pelaku di
luar negara cakap untuk ikut berperan membuat sistem baru yang bermanfaat
secara umum. Dalam konteks ini, tidak ada satu tujuan pembangunan yang
dapat diwujudkan dengan baik hanya dengan mengubah karakteristik dan cara
kerja institusi negara dan pemerintah. Harus kita ingat, untuk mengakomodasi
5

keragaman, tata pemerintahan yang baik juga harus menjangkau berbagai


tingkat wilayah politik. Karena itu, membangun tata pemerintahan yang baik
adalah proyek sosial yang besar. Agar realistis, usaha tersebut harus dilakukan
secara bertahap. Untuk Indonesia, fleksibilitas dalam memahami konsep ini
diperlukan agar dapat menangani realitas yang ada.

C. Prinsip-prinsip Tata Pemerintahan yang Baik


Terdapat banyak teori dari berbagai sumber ataupun para ahli
mengenai prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, dan prinsip tersebut
setelah diakumulasikan adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi
Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang
menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap
kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka
mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan
saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya.
Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi
dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang
keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk
menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan
secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu
sektoral.
2. Penegakan hukum
Mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat. Berdasarkan kewenangannya, pemerintah
daerah harus mendukung tegaknya supremasi hukum dengan melakukan
berbagai penyuluhan peraturan perundang-undangan dan menghidupkan
kembali nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Di
samping itu pemerintah daerah perlu mengupayakan adanya peraturan
6

daerah yang bijaksana dan efektif, serta didukung penegakan hukum yang
adil dan tepat. Pemerintah daerah, DRPD maupun masyarakat perlu
menghilangkan kebiasaan yang dapat menimbulkan KKN.
3. Transparansi
Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
didalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Transparansi
(transparency) secara harafiah adalah jelas (obvious), dapat dilihat secara
menyeluruh (able to be seen through) (Collins, 1986). Dengan demikian
transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan
perusahaan (Wardijasa, 2001). Tranparansi merupakan salah satu syarat
penting untuk menciptakan Tata pemerintahan yang baik . Dengan adanya
transparansi di setiap kebijakan dan keputusan di lingkungan organisasi,
maka keadilan (fairness) dapat ditumbuhkan.
Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut
pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang
kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah
daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui
brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal.
Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara
mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk informasi
yang dapat diakses masyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat
rahasia, bagaimana cara mendapatkan informasi, lama waktu mendapatkan
informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada
masyarakat.
4. Kesetaraan
Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Tujuan dari prinsip ini adalah untuk
menjamin agar kepentingan pihak-pihak yang kurang beruntung, seperti
mereka yang miskin dan lemah, tetap terakomodasi dalam proses
pengambilan keputusan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada kaum
7

minoritas agar mereka tidak tersingkir. Selanjutnya kebijakan khusus akan


disusun untuk menjamin adanya kesetaraan terhadap wanita dan kaum
minoritas baik dalam lembaga eksekutif dan legislatif.
5. Daya tanggap
Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap
aspirasi masyarakat, tanpa kecuali. Pemerintah daerah perlu membangun
jalur komunikasi untuk menampung aspirasi masyarakat dalam hal
penyusunan kebijakan. Ini dapat berupa forum masyarakat, talk show,
layanan hotline, prosedur komplain. Sebagai fungsi pelayan masyarakat,
pemerintah daerah akan mengoptimalkan pendekatan kemasyarakatan dan
secara periodik mengumpulkan pendapat masyarakat.
6. Wawasan ke depan
Membangun daerah berdasarkan visi dan strategi yang jelas dan
mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga
warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan
daerahnya. Tujuan penyusunan visi dan strategi adalah untuk memberikan
arah pembangunan secara umun sehingga dapat membantu dalam
penggunaan sumber daya secara lebih efektif. Untuk menjadi visi yang
dapat diterima secara luas, visi tersebut perlu disusun secara terbuka dan
transparan, dengan didukung dengan partisipasi masyarakat, kelompok-
kelompok masyarakat yang peduli, serta kalangan dunia usaha. Pemerintah
daerah perlu proaktif mempromosikan pembentukan forum konsultasi
masyarakat, serta membuat berbagai produk yang dapat digunakan oleh
masyarakat.
7. Akuntabilitas
Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala
bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Seluruh pembuat
kebijakan pada semua tingkatan harus memahami bahwa mereka harus
mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada masyarakat. Untuk mengukur
kinerja mereka secara obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistem
pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan
apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.
8

8. Pengawasan
Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta
dan masyarakat luas. Pengawasan yang dilakukan oleh lembaga berwenang
perlu memberi peluang bagi masyarakat dan organisasi masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam pemantauan, evaluasi, dan pengawasan kerja,
sesuai bidangnya. Walaupun demikian tetap diperlukan adanya auditor
independen dari luar dan hasil audit perlu dipublikasikan kepada
masyarakat.
9. Efisiensi dan efektivitas
Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggungjawab. Pelayanan masyarakat harus mengutamakan kepuasan
masyarakat, dan didukung mekanisme penganggaran serta pengawasan
yang rasional dan transparan. Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang
jasa pelayanan umum harus menginformasikan tentang biaya dan jenis
pelayanannya. Untuk menciptakan efisiensi harus digunakan teknik
manajemen modern untuk administrasi kecamatan dan perlu ada
desentralisasi kewenangan layanan masyarakat sampai tingkat
kelurahan/desa.
10. Profesionalisme
Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan
agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya
yang terjangkau.
Tujuannya adalah menciptakan birokrasi profesional yang dapat
efektif memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini perlu didukung dengan
mekanisme penerimaan staf yang efektif, sistem pengembangan karir dan
pengembangan staf yang efektif, penilaian, promosi, dan penggajian staf
yang wajar.
Prinsip-prinsip di atas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi
dalam hal pelaksanaan tata pemerintahan yang baik yang berkaitan dengan
kontrol dan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik
9

agar cara dan penggunaan cara sungguh-sungguh mencapai hasil yang


dikehendaki stakeholders. Sepuluh prinsip Tata-Pemerintahan yang Baik, yang
menjadi pedoman untuk pemerintah daerah, kota maupun kabupaten di
Indonesia.
Kunci utama memahami tata pemerintahan yang baik adalah pemahaman
atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan
didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan
bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang baik . Untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang baik , maka aturan hukum senantiasa dipandang sebagai
pemberi arah bagi setiap proses pembaharuan, karena perspektif reformasi
harus berjalan secara gradual, konseptual dan konstitusional.
Aplikasi dari prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik dalam
perundang-undang Indonesia dituangkan dalam 7 (tujuh) asas-asas umum
penyelenggaraan negara (UU Pasal 03 Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan
Nepotisme) yang meliputi:
1. Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara;
2. Asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan, dalam pengendalian
penyelenggara negara;
3. Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif;
4. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif,
tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan
atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;
5. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban penyelenggara negara;
10

6. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang


berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
7. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

D. Pilar-pilar Tata Pemerintahan yang Baik


Konsep tata pemerintahan yang baik adalah seluruh rangkaian proses
pembuatan yang menyinergikan pencapaian tujuan tiga pilar tata pemerintahan
yang baik, yaitu pemerintah sebagai good public governance, masyarakat dan
dunia usaha swasta sebagai good corporate governance.
Tiga pilar tata pemerintahan yang baik pertama adalah, pemerintah
berperan dalam mengarahkan, memfasilitasi kegiatan pembangunan.
Selanjutnya pemerintah juga memiliki peran memberikan peluang lebih banyak
kepada masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan pembangunan.
Kedua, swasta berperan sebagai pelaku utama dalam pembangunan,
menjadikan saham sektor non pertanian sebagai penggerak pertumbuhan
ekonomi wilayah, pelaku utama dalam menciptakan lapangan kerja, dan
kontributor utama penerimaan pemerintah dan daerah.
Ketiga, masyarakat berperan sebagai pemeran utama (bukan
berpartisipasi) dalam proses pembangunan, perlu pengembangan dan penguatan
kelembagaan agar mampu mandiri dan membangun jaringan dengan berbagai
pihak dalam melakukan fungsi produksi dan fungsi konsumsinya, serta
perlunya pemberdayaan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan
kualitas produksinya.
Tata pemerintahan yang baik hanya bermakna bila keberadaannya
ditopang oleh lembaga yang melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga
tersebut adalah sebagai berikut:
11

1. Negara
a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang stabil;
b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan;
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable;
d. Menegakkan HAM;
e. Melindungi lingkungan hidup;
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.
Konsepsi ke pemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan
atau pemerintah daerah untuk menjalankan tugas kenegaraan yang
bertujuan untuk menyejahterakan rakyat.
2. Sektor swasta
a. Menjalankan industri;
b. Menciptakan lapangan kerja;
c. Menyediakan insentif bagi karyawan;
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat;
e. Memelihara lingkungan hidup;
f. Menaati peraturan;
g. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat;
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM.
Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam
interaksi sistem pasar, seperti: industri pengolahan peradangan, perbankan,
dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.
3. Masyarakat madani
a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi;
b. Mempengaruhi kebijakan publik;
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah;
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah;
e. Mengembangkan SDM;
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat.
Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya
berada di antara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan,
12

yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang


berinteraksi secara sosial politik, dan ekonomi.

E. Manfaat Tata Pemerintahan yang Baik


Jika prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik telah diterapkan maka
akan terlaksana sebuah pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Di
antara manfaat dari tata pemerintahan yang baik sebagai berikut:
1. Berkurangnya secara nyata praktik KKN di birokrasi;
2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang
bersih, efisien, transparan, profesional, dan akuntabel;
3. Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang bersifat
diskriminatif terhadap warga negara, kelompok atau golongan masyarakat;
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan
publik.;
5. Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum seluruh peraturan
perundang-undangan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
tata pemerintahan, adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan
administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata
pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga di
mana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan
mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan di antara mereka. Membangun tata pemerintahan yang
baik adalah mengubah cara kerja pemerintah, membuat pemerintah akuntabel,
dan membangun pelaku-pelaku di luar negara cakap untuk ikut berperan
membuat sistem baru yang bermanfaat secara umum.
Terdapat banyak teori dari berbagai sumber ataupun para ahli mengenai
prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, dan prinsip tersebut setelah
diakumulasikan adalah partisipasi, penegakan hukum, transparansi, kesetaraan,
daya tanggap, wawasan ke depan, akuntabilitas, pengawasan, efisiensi dan
efektivitas, dan profesionalisme. Tata pemerintahan yang baik hanya bermakna
bila keberadaannya ditopang oleh lembaga yang melibatkan kepentingan
publik. Jenis lembaga tersebut adalah negara, sektor swasta, dan masyarakat
madani.

B. Saran
Lembaga pemerintahan yang di dalamnya terdiri dari wakil rakyat
seharusnya mengabdikan diri kepada rakyat dan memperhatikan hak rakyat
bukan sebaliknya pemerintah menjadikan rakyat sebagai alat untuk kepentingan
politik yang sebenarnya bukan rakyat yang di untungkan dalam proses politik
di negara ini. Serta transparansi dan informasi mengenai pemerintahan
cenderung tertutup kepada rakyat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2011. Pendidikan Anti Korupsi untuk
Perguruan Tinggi/Anti Korupsi. Jakarta: Kemendikbud.

Mansuri, Arif. 2010. Kewarganegaraan. Surabaya: Kopertais IV Press.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2014. Buku Ajar Pendidikan
dan Budaya Antikorupsi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan.

Ubaedillah, A., Dkk. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).


Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai