Anda di halaman 1dari 25

KARYA ILMIAH

SILSILAH SUNAN BONANG DAN METODE DAKWAH DI PULAU


JAWA

Karya Ilmiah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti

Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2020/2021

Guru Pembimbing:

Wasis Aminin, S. Pd

Ari Lestari.

Di Susun Oleh:

MELINDA NURUL CAHYANI

NISN :0038481657

YAYASAN PONDOK PESANTREN AL ISHLAH

MADRASAH ALIYAH AL ISHLAH

SUKADAMAI KEC. NATAR KAB LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


YAYASAN PONDOK PESANTREN AL – ISHLAH
MADRASAH ALIYAH AL-ISHLAH
Jl. K.H. Hasyim Asy’ari No. 03 Sukadamai Kec. Natar Kab. Lampung Selatan K.Pos. 35362
Akta Notaris : Dini Isabella, SH., M.Kn. Nomor 06/18-08-2016
NSM : 131218010006 / NPSN : 10816241
Terakreditasi B PENGESAHAN
E-mail : / Hp. 08137000343 / 081281128229

Nama : MELINDA NURUL CAHYANI


Hari/Tanggal :
NISN : 0038481657

Kelas : XII IPS1

Judul Karya Ilmiah : SILSILAH SUNAN BONANG DAN METODE


DAKWAH DI PULAU JAWA

Karya ilmiah ini telah di setujui dan di sah kan pada:

Waktu :

Tempat : Gedung MA AL ISHLAH

Tim pengesahan

1. Ketua pelaksana :
2. Pembimbing 1 : Ari Lestari
3. Pembimbing 2 : Wasis Aminin, S.Pd.

Mengetahui

Kepala Madrasah Aliyah Al Ishlah

BAHRUL ULUM S. Pd. I

i
ABTRAK

Sunan Bonang lahir sekitar 1465 Masehi. Putra dari Sunan Ampel dan Dewi
Condrowati atau yang biasa disebut Nyai Ageng Manila.
Sunan Bonang merupakan cucu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim. Sedangkan
ibunya, seorang putri dari adipati Tuban, yakni Aryo Tejo.
Dalam buku Kisah Walisongo: Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim) (2018)
karya Yoyok Rahayu, Sunan Bonang memiliki nama asli Syekh Maulana Makdum
Ibrahim atau Raden Makudm Ibrahim.
Sunan Bonang merupakan kakak dari Raden Qosim atau dikenal sebagai Sunan
Drajad. Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) kecil sudah dibekali ajaran Islam
oleh ayahnya.
Bahkan di masa mudanya pernah melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan
latihan atau riyadhoh sebagai seorang wali.
Sunan Bonang juga pernah menyeberang hingga ke daerah Pasai, Aceh untuk
mendapatkan ajaran agama Islam dari Syekh Maulana Ishak bersama dengan
Raden Paku (Sunan Giri). Sekembalinya dari riyadhoh, Sunan Ampel
memerintahkan Sunan Bonang untuk melakukan dakwah di daerah Tuban, Jawa
Timur. Sunan Bonang kemudian mendirikan pondok pesantren sebagai pusat
dakwah dan menyebarkan agama Islam sesuai dengan adat Jawa.

ii
RIWAYAT HIDUP

Melinda Nurul Cahyani, Dilahirkan Pada 06 April 2003 Dari pasangan suami
istri Bapak Juwaidi dan Ibu Surati, di Ngesti Karya.

Riwayat pendidikan

Formal
SD : SDN 1 MUSTI KARYA
SMP : SMPN 2 WAWAY KARYA
MA : Ma Al ISHLAH SUKADAMAI NATAR
Non Formal

1. Pelatihak Komputer Office


2. Les Bahasa Inggris

‫ا‬

iii
MOTO

‫ب ْال ِع ْل ِم‬ ِ ‫ َم ْن َح َر َج‬:‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


ِ َ‫فى طَل‬ َ َ‫ق‬:‫ك قَا َل‬
َ ُ‫ال َر ُس ُل هللا‬ ِ ِ‫ع َْن أَ ن‬
ِ ِ‫س ب ِْن َمال‬
‫فَه َُوفِى` َسبِ ْي َل َحتَّى يَرْ ِج ُع‬

barang siapa keluar rumah untuk menuntut ilmu maka ia dalam jihad fisabilah
hingga kembali

(HR.bukhari)

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji dan syukur ke hadirat tuhan yang maha
esa,yang telah memberi taufik serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini sesuai dengan jadwal yang di tentukan.

Karya tulis yang berjudul “SILSILAH SUNAN BONANG DAN


METODE DAKWAH DI PULAU JAWA” ini,di susun untuk memenuhi
persyaratan mengikuti persyaratan pengambilan ijasah. Penulis menyadari,bahwa
karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaaan,hal ini di sebabkan karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.

Oleh karena itu setiap saran dan kritikan dari segenap pembaca akan
penulis terima dengan sepenuh hati,yang semata mata untukl upaya perbaikan di
waktu waktu yang akan datang. Namun wajar kiranya,kalau penulis berharap agar
karya tulis ini dapat bermanfaat,khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada
umumnya.

Sekali lagi penulis berharap,semoga karya ilmiah ini dapat memberikan


manfaat bagi kita semua Amiiiinnn.

Sukadamai, 8 Februari 2021

Penulis

MELINDA NURUL CAHYANTI

v
PERSEMBAHAN

Karya tulis yang berjudul Silsilah Sunan Bonang dan Metode Dakwah di Pulau
Jawa ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tercinta yang setia dengan do’a untuk anaknya.
2. Kepala Madrasah Aliyah Al Ishlah bapak Bahrul Ulum S.Pd. I
3. Pembimbing saya Ibu Ari Lestari
4. Pembimbing saya Bapak Wasis Aminin, S.Pd.
5. Seluruh staf Madrasah Aliyah Al Ishlah
6. Serta rekan-rekan seperjuangan saya yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu.
Akhir kata saya sangat berterimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa di
sebutkan satu persatu, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan saya pada khususnya.

vi
DAFTAR ISI

PENGESAHAN........................................................................................................i
ABTRAK.................................................................................................................ii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................iii
MOTO.....................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
PERSEMBAHAN...................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................1
C. TUJUAN PEMBUTAN KARYA ILMIAH....................................................1
D. MANFAAT PEMBUATAN KARYA ILMIAH.............................................2
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................3
A. PENGERTIAN ZIARAH................................................................................3
B. BIOGRAFI DAN SEJARAH SINGKAT WALISONGO..............................3
C. TOKOH – TOKOH WALI SONGO...............................................................5
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................8
A. ASAL USUL SUNAN BONANG..................................................................8
B. METODE YANG DIGUNAKAN DALAM BERDAKWAH........................9
C. KARYA SASTRA SUNAN BONANG..........................................................9
D. KISAH MAKAM SUNAN BONANG ADA DUA......................................12
BAB IV KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP...........................................15
A. KESIMPULAN.............................................................................................15
B. SARAN..........................................................................................................15
DAFTAR PUTAKA..............................................................................................16
LAMPIRAN LAMPIRAN.....................................................................................17

vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kegiatan ziarah walisongo adalah kegiatan rutinan di MA AL
ISHLAH Yang di manfaatkan sebagai ajang praktikum mata pelajaran.
Siswa di didik Untuk cinta alam,serta mampu praktik solat qosor dan
jama’ tahlil,dan ziarah, Serta mengetahui sejarah perkembangan islam di
tanah jawa.

Sunan giri pada masa kecilnya di beri nama joko samudra,oleh


seorang saudagar kaya bernama nyai ageng pinatih. setelah dewasa, sunan
giri pun menimba ilmu pada sunan ampel dan disinilah akhirnya sunan giri
mengetahui asal usulnya. Nama giri sendiri di identikkan dengan nama
sunan giri bermukim.

B. RUMUSAN MASALAH

Pada rumusan masalah yang telah di sebutkan sebagai tempat ziarah dan
sebagai tempat wisata,untuk lebih jelasnya penulis membuat rumusan
masalah:

1. Bagaimana pelaksanaan Ziarah di Pulau Jawa?


2. Bagaimana Biografi Sunan Bonang?
3. Bagaimana karomah karomahSunan bonang?

C. TUJUAN PEMBUTAN KARYA ILMIAH


Tujuan pembuatan karya ilmiah ini adalah:
1. Dapat mendekripsikan pelaksanaan ziarah di pulau jawa khususnya di
makam Sunan Giri Jawa Timur.
2. Dapat mendekripsikan Biografi Sunan bonang?
3. Dapat mendekripsikan Karomah Karomah Sunan bonang?.

1
D. MANFAAT PEMBUATAN KARYA ILMIAH.

Manfaat Pembuatan Karya Ilmiah ini adalah:

1. Mengetahui Objek Wisata yang ada di sana.


2. Menambah wawasan seluk beluk objek wisata yang di datangi.
3. Menambah wawasan religius
4. Menjadi wawasan bagi penulis dan pembaca.

2
BAB II

LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN ZIARAH
Dalam Bahasa Arab, Ziarah memiliki makna berkunjung atau
kunjungan. Namun, jika dikaitkan dengan kata Kubur, maka maksud yang
diperoleh menjadi mengunjungi kubur. Pengertian semacam ini selaras
dengan pengertian ziarah kubur secara istilah. Pengertian ziarah kubur secara
istilah adalah mengunjungi makam dengan tujuan mendoakan serta
bertabarruk, atau sekadar mengingatkan diri pada kematian dan Hari Kiamat.

a. Manfaat Ziarah
1. Mengingatkan pada akhirat dan meningkatkan kualitas ibadah
2. Mendoakan keselamatan bagi yang di ziarahi
b. Tujuan Ziarah
1. Peziarah mengambil pelajaran dari orang yang telah mendahuluinya
2. orang yang meninggal mendapat kebaikan karena di doakan

B. BIOGRAFI DAN SEJARAH SINGKAT WALISONGO


Walisongo berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana
Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad,
Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.
Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama
lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam
hubungan guru-murid

Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana


Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim
yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad
adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus
murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus
murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain,
kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

3
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga
pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-
Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta
Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi
pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai
bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga,
kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan


paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke
seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati
bukan hanya ulama, namun juga Pemimpin pemerintahan. Sunan Giri,
Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya
masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah
pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha


dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam.
Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa.
Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang
sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya
terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara
langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding
yang lain. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik
dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang
menempatkan diri sebagai “tabib” bagi. Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan
Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan
Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang
dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.

4
C. TOKOH – TOKOH WALI SONGO

1) Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-


Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada
paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya
Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-
Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi. Maulana Malik Ibrahim
kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah
menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak,
ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri
(Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama
Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand.
Maulana Jumadil Kubro diyakni sebagai keturunan ke-10 dari
Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.

2) Sunan Ampel

Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah


Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan
nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama
Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat di ia lama
bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini
menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)

3) Sunan Giri

Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul


Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442
M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang
dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga
ibunya–seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke
laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad
Tanah Jawi versi Meinsma). Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara
sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-
Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena

5
itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke
Samudra Pasai.

4) Sunan Bonang

Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik


Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir
diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi
AgengHila, puteri seorang adipati di Tuban

5) Sunan Kalijaga

Dialah “wali” yang paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia


lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta,
Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit,
Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut
Islam

6) Sunan Gunung Jati

Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan


Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami
perjalanan spiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW,
bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi.

7) Sunan Drajat

Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan


demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan
Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M.
Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk
berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut.

8) Sunan Kudus

Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan


Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka.
Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan
di Mesir yang berkelana hingga di Jawa.

6
9) Sunan Muria

Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak


Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah
Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya
di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. ASAL USUL SUNAN BONANG

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya
adalah Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Dilahirkan pada bulan muharram tahun
1456. Putera Sunan Ampel ( Raden Rahmat) dan Dewi Condrowati yang sering
disebut Nyai Ageng Manila. Sunan boning memiliki dua saudara (adik), yaitu
nyai Gede Maleka dan Syarifuddin (Sunan Drajat).

Ada yang mengatakan Dewi Condrowati itu adalah puteri Prabu


Kertabumi. Dengan demikian Raden Makdum adalah seorang Pangeran Majapahit
karena ibunya adalah puteri Raja Majapahit dan ayahnya menantu Raja Majapahit.

Sebagai seorang wali yang disegani dan dianggap Mufti atau pemimpin
agama setanah jawa, tentu saja Sunan Ampel mempunyai ilmu yang sangat tinggi.
Sejak kecil Raden Makdum Ibrahim sudah diberi pelajaran agama Islam secara
tekun dan disiplin.

Sudah bukan rahasia bahwa latihan atau riadha para wali itu lebih berat
daripada orang awam. Raden Makdum Ibrahim adalah calon wali yang besar,
maka Sunan Ampel sejak dini juga mempersiapkan sebaik mungkin.

Disebutkan dari berbagai literatur bahwa Raden Makdum Ibrahim dan


Raden Paku sewaktu masih remaja meneruskan pelajaran agama Islam ke tanah
seberang yaitu negeri Pasai. Keduanya menambah pengetahuan kepada Syekh
Awwalul Islam atau ayah kandung dari Sunan Giri, juga belajar kepada para
ulama besar yang banyak menetap di Negeri Pasai. Seperti ulama tasawuf yang
berasal dari bagdad, Mesin, Arab dan Parsi atau Iran.

Sesudah belajar di negeri Pasai Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku
pulang ke jawa. Raden paku kembali ke Gresik, mendirikan pesantren di Giri
sehingga terkenal sebagai Sunan Giri.

8
Raden Makdum Ibrahim diperintahkan Sunan Ampel untuk berdakwah di
daerah Lasem, Rembang, Tuban dan daerah Sempadan Surabaya.

B. METODE YANG DIGUNAKAN DALAM BERDAKWAH

Dalam berdakwah Raden Makdum Ibrahim ini sering mempergunakan


kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka,[3] yaitu berupa seperangkat
gamelan yang disebut Bonang. Bonang adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan
dibagian tengahnya. Bila benjolan itu dipukul dengan kayu lunak timbulah suara
yang merdu di telinga penduduk setempat.

Lebih-lebih bila Raden Makdum Ibrahim sendiri yang membunyikan alat


musik itu, beliau adalah seorang wali yang mempunyai cita rasa seni yang tinggi,
sehingga apabila beliau bunyikan pengaruhnya sangat hebat bagi pendengarnya.

Setiap Raden Makdum Ibrahim membunyikan Bonang pasti banyak


penduduk yang datang ingin mendengarnya. Dan tidak sedikit dari mereka yang
ingin belajar membunyikan Bonang sekaligus melagukan tembang-tembang
ciptaan Raden Makdum Ibrahim. Begitulah siasat Raden Makdum Ibrahim yang
dijalankan penuh kesabaran. Setelah rakyat berhasil direbut simpatinya tinggal
mengisikan saja ajaran agama Islam kepada mereka.

Tembang-tembang yang diajarkan Raden Makdum Ibrahim adalah


tembang yang berisikan ajaran agama Islam. [4] Sehingga tanpa terasa penduduk
sudah mempelajari agama Islam dengan senang hati, bukan dengan paksaan.

Murid-murid Raden Makdum Ibrahim ini sangat banyak, baik yang berada
di Tuban, Pulau Bawean, Jepara, Surabaya maupun Madura. Karena beliau sering
mempergunakan Bonang dalam berdakwah maka masyarakat memberinya gelar
Sunan Bonang.

C. KARYA SASTRA SUNAN BONANG

Beliau juga menciptakan karya sastra yang disebut Suluk. [5] Hingga
sekarang karya sastra Sunan Bonang itu dianggap sebagai karya sastra yang

9
sangat hebat, penuh keindahan dan makna kehidupan beragama. Suluk Sunan
Bonang disimpan rapi di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

Suluk berasal dari bahasa Arab “Salakattariiqa” artinya menempuh jalan


(tasawuf) atau tarikat. Ilmunya sering disebut Ilmu Suluk. Ajaran yang biasanya
disampaikan dengan sekar atau tembang disebut Suluk, sedangkan bila
diungkapkan secara biasa dalam bentuk prosa disebut wirid.

Karya Sunan Bonang, puisi dan prosa, cukup banyak. Di antaranya ialah
Suluk Wujil,[6] Suluk Khalifah, Suluk Regok, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat,
Suluk Ing Aewuh, Suluk Pipiringan, Suluk Jebeng dan lain-lain.

Melalui karya-karyanya itu kita dapat memetik beberapa ajarannya yang


penting dan relevan. Seluruh ajaran Tasawuf Sunan Bonang, sebagai ajaran Sufi
yang lain, berkenaan dengan metode intuitif atau jalan cinta pemahaman terhadap
ajaran Tauhid; arti mengenal diri yang berkenaan dengan ikhtiar pengendalian
diri, jadi bertalian dengan masalah kecerdasan emosi; masalah kemauan murni
dan lain-lain.

Cinta menurut pandangan Sunan Bonang ialah kecenderungan yang kuat


kepada Yang Satu, yaitu Yang Maha indah. Dalam pengertian ini seseorang yang
mencintai tidak memberi tempat pada yang selain Dia. Ini terkandung dalam
kalimah syahadah La ilaha illa Llah. Laba dari cinta seperti itu ialah pengenalan
yang mendalam (makrifat) tentang Yang Satu dan perasaan haqqul yaqin (pasti)
tentang kebenaran dan keberadaan-nya. Apabila sudah demikian, maka kita
dengan segala gerak-gerik hati dan perbuatan kita, akan senantiasa merasa diawasi
dan diperhatikan oleh-Nya. Kita menjadi ingat (eling) dan waspada.

Cinta merupakan, baik keadaan rohani maupun peringkat rohani. Sebagai


keadaan rohani ia diperoleh tanpa upaya, karena Yang Satu sendiri yang
menariknya ke hadirat-Nya dengan memberikan antusiasme ketuhanan ke dalam
hati si penerima keadaan rohani itu. Sedangkan sebagai maqam atau peringkat
rohani, cinta dicapai melalui ikhtiar terus-menerus, antara lain dengan
memperbanyak ibadah dan melakukan mujahadah, yaitu perjuangan batin
melawan kecenderungan buruk dalam diri disebabkan ulah hawa nafsu. Ibadah
yang sungguh-sungguh dan latihan kerohanian dapat membawa seseorang

10
mengenal kehadiran rahasia Yang Satu dalam setiap aspek kehidupan. Kemauan
murni, yaitu kemauan yang tidak dicemari sikap egosentris atau mengutamakan
kepentingan hawa nafsu, timbul dari tindakan ibadah. Kita harus menjadikan diri
kita masjid yaitu, tempat bersujud dan menghadap kiblat-Nya, dan segala
perbuatan kita pun harus dilakukan sebagai ibadah. Kemauan mempengaruhi amal
perbuatan dan perilaku kita. Kemauan baik datang dari ingatan (zikir) dan pikiran
(pikir) yang baik dan jernih tentang-Nya.

Dalam Suluk Wujil, yang memuat ajaran Sunan Bonang kepada Wujil
pelawak cebol terpelajar dari Majapahit yang berkat asuhan Sunan Bonang
memeluk agama Islam sang — wali bertutur:

Jangan terlalu jauh mencari keindahan

Keindahan ada dalam diri

Malah jagat raya terbentang dalam diri

Jadikan dirimu Cinta

Supaya dapat kau melihat dunia (dengan jernih)

Pusatkan pikiran, heningkan cipta

Siang malam, waspadalah!

Segala yang terjadi di sekitarmu

Adalah akibat perbuatanmu juga

Kerusakan dunia ini timbul, Wujil!

Karena perbuatanmu

Kau harus mengenal yang tidak dapat binasa

Melalui pengetahuan tentang Yang Sempurna

Yang langgeng tidak lapuk

Pengetahuan ini akan membawamu menuju keluasan

Sehingga pada akhirnya mencapai TuhanSebab itu, Wujil! Kenali dirimu

Hawa nafsumu akan terlena

11
Apabila kau menyangkalnya

Mereka yang mengenal diri

Nafsunya terkendali

Kelemahan dirinya akan tampak

Dan dapat memperbaikinya

Dengan menyatakan `jagat terbentang dalam diri` Sunan Bonang ingin


menyatakan betapa pentingnya manusia memperhatikan potensi kerohaniannya.
Adalah yang spiritual yang menentukan yang material, bukan sebaliknya. Tetapi
karena pikiran manusia kacau, ia menyangka yang material semata-mata yang
menentukan hidupnya. Karena potensi kerohaiannya inilah manusia diangkat
menjadi khalifah Tuhan di bumi.

Diantara tembang yang terkenal ialah :

“Tamba ati iku sak warnane,

Maca Qur’an angen-angen sak maknane,

Kaping pindho shalat sunah lakonona,

Kaping telu wong kang saleh kancanana,

Kaping papat kudu wetheng ingkang luwe,

Kaping lima dzikir wengi ingkang suwe,

Sopo wongé bisa ngelakoni, Insya Allah Gusti Allah nyemba dani.

Artinya :

Obat sakit jiwa ( hati ) itu ada lima jenisnya.

Pertama membaca Al-Qur’an dengan artinya,

Kedua mengerjakan shalat malam ( sunnah Tahajjud ),

Ketiga sering bersahabat dengan orang saleh ( berilmu ),Keempat harus

sering berprihatin ( berpuasa ),

Kelima sering berdzikir mengingat Allah di waktu malam,

12
Siapa saja mampu mengerjakannya, Insya Allah Tuhan Allah mengabulkan.

D. KISAH MAKAM SUNAN BONANG ADA DUA

Kisah tentang keberadaan makam Sunan Bonang yang ada dua berawal
dari rencana untuk pemakaman jasad beliau yang menjadi perebutan para
muridnya. Sunan Bonang wafat di daerah Lasem, Jawa Tengah pada tahun 1525
M. Saat itu berita tentang kematian Sunan Bonang dengan cepat tersebar di
seluruh tanah Jawa, sehingga para muridnya yang berasal dari berbagai penjuru
berdatangan untuk melakukan penghormatan terakhir.

Pada awalnya, jenazah Sunan Bonang akan dimakamkan di daerah


Surabaya, berdekatan dengan makam Sunan Ampel. Namun para murid Sunan
Bonang yang berasal dari Madura menginginkan agar pemakaman beliau
ditempatkan di daerah Madura. Mendengar bahwa jenazah Sunan Bonang tengah
diangkut ke Madura menggunakan kapal, membuat murid yang berasal dari
Tuban memperebutkannya dan pada akhirnya kapal yang ditumpangi kandas di
perairan Tuban.

Beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Jami’ Tuban. Sementara


murid yang berasal dari Madura diizinkan untuk membawa kain kafan beserta
pakaiannya saja, sehingga terdapat dua pemakaman. Namun yang dianggap asli
dan banyak diziarahi yaitu makam di Tuban. Hanya Allah yang tahu, setidaknya
kita bisa mengambil hikmah bahwa Allah akan mengasihi kekasih-Nya dengan
tidak menimbulkan permusuhan antara kedua santri Sunan Bonang.

13
SILSILAH SUNAN BONANG

14
BAB IV

KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A KESIMPULAN

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya
adalah Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Dilahirkan pada bulan muharram tahun
1456. Putera Sunan Ampel ( Raden Rahmat) dan Dewi Condrowati yang sering
disebut Nyai Ageng Manila.

Dalam berdakwah Raden Makdum Ibrahim ini sering mempergunakan


kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka, yaitu berupa seperangkat gamelan
yang disebut Bonang. Bonang adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan dibagian
tengahnya. Bila benjolan itu dipukul dengan kayu lunak timbulah suara yang
merdu di telinga penduduk setempat.
B SARAN

Pemakalah menyarankan kepada pembaca agar tidak menjadikan makalah


ini satu-satunya rujukan yang dijadikan sebagai sarana informasi ilmu yang
berkaitan dengan sunan bonang itu sendiri. Karena pada makalah ini tentunya
masih banyak hal-hal yang belum sempurna.

15
DAFTAR PUTAKA

https:// pengertian ziarah.com

https:// karya sastra sunan bonang. com

https://. kisah sunan bonang/wikipidea. Com

https:// metode yang digunakan dalam berdakwah.com

https:// cerita lengkap sunan bonang. com

16
LAMPIRAN LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai