Disusun oleh:
Nama Kelompok:
1. Mahdi Radiansyah
2. Dania Samoda
3. Shinta Putri
4. Raden Rara Callista
Kelas : XI MIPA D
Kata Pengantar
Puji Dan Syukur Kami Panjatkan Ke Hadirat Allah SWT, Karena Berkat Limpahan Rahmat Dan
Karunia-Nya Sehingga Kami Dapat Menyusun Makalah Ini Dengan Baik Dan Benar, Serta Tepat Pada
Waktunya. Dalam Makalah Ini Kami Akan Membahas Mengenai “Sampaikan Dariku Walau Satu
Ayat”.
Makalah Ini Telah Dibuat Agar Kita Semua Mengetahui Dan Memahami Pentingnya menyampaikan
pada seseorang atau sekelompok orang walaupun hanya satu ayat.
Kami Menyadari Bahwa Masih Banyak Kekurangan Yang Mendasar Pada Makalah Ini.Oleh Karena
Itu Kami Mengundang Pembaca Untuk Memberikan Saran Serta Kritik Yang Dapat Membangun
Kami.Kritik Konstruktif Dari Pembaca Sangat Kami Harapkan Untuk Penyempurnaan Makalah Ini.
Akhir Kata Semoga Makalah Ini Dapat Memberikan Manfaat Bagi Kita Semua.
Penulis
1
Daftar Isi
Kata Pengantar ....................................................................................................................... 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya, setiap individu muslim diperintahkan untuk melaksanakan dakwah Islam sesuai
dengan kadar kemampuannya. Siswa muslim juga punya kewajiban itu. Apalagi Allah Swt. memberi
predikat kepada kita sebagai khairu ummah (sebaik-baiknya umat). Predikat ini akan sesuai jika kita
selalu berusaha di barisan depan orang-orang yang gemar berdakwah.
Sudah banyak kita saksikan di masyarakat sekarang ini, banyak bermunculan da’i muda.
Dengan adanya kontes dacil (da’i cilik di televisi dan lain sebagainya), menandakan gairah untuk
berlomba-lomba dalam berdakwah terlihat semarak.Ini adalah fenomena positif yang harus
dilestarikan.
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Makna khutbah, tablig, dan dakwah hampir sama, yaitu menyampaikan pesan kepada orang lain.
1. Khutbah
2. Tabligh
3. Dakwah
berasaldari kata :yang berarti memanggil, menyeru, mengajak pada sesuatu hal.
Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain, seseorang atau lebih ke jalan Allah Swt.
secara lisan atau perbuatan. Di sini dikenal adanya da’wah billisān dan da’wah bilhāl. Kegiatan bukan
hanya ceramah, tetapi juga aksi sosial yang nyata.Misalnya, santunan anak yatim, sumbangan untuk
membangun fasilitas umum, dan lain sebagainya.
Pentingnya Khutbah
Khutbah masuk pada aktivitas ibadah. Maka, khutbah tidak mungkin bisa ditinggalkan karena akan
membatalkan rangkaian aktivitas ibadah. Contoh, apabila ṡalat Jumat tidak ada khutbahnya,ṡalat
Jumat tidak sah. Apabila wukuf di Arafah tidak ada khutbahnya, wukufnya tidak sah.
4
Sesungguhnya, khutbah merupakan kesempatan yang sangat besar untuk berdakwah dan
membimbing manusia menuju ke-riḍa-an Allah Swt. Hal ini jika khutbah dimanfaatkan sebaik-
baiknya, dengan menyampaikan materi yang dibutuhkan oleh hadirin menyangkut masalah
kehidupannya, dengan ringkas, tidak panjang lebar, dan dengan cara yang menarik serta tidak
membosankan.
Khutbah memiliki kedudukan yang agung dalam syariat Islam sehingga sepantasnya seorang
khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Seorang khathib harus memahami aqidah yang
ṡaḥihah (benar) sehingga dia tidak sesat dan menyesatkan orang lain. Seorang khatib seharusnya
memahami fiqih sehingga mampu membimbing manusia dengan cahaya syariat menuju jalan yang
lurus. Seorang khatib harus memperhatikan keadaan masyarakat, kemudian mengingatkan mereka dari
penyimpangan-penyimpangan dan mendorong kepada ketaatan. Seorang khathib sepantasnya juga
seorang yang ṡālih, mengamalkan ilmunya, tidak melanggar larangan sehingga akan memberikan
pengaruh kebaikan kepada para pendengar.
Pentingnya Tablig
Salah satu sifat wajib bagi rasul adalah tablig, yakni menyampaikan wahyu dari Allah Swt. Kepada
umatnya. Semasa Nabi Muhammad saw. masih hidup, seluruh waktunya dihabiskan untuk
menyampaikan wahyu kepada umatnya. Setelah Rasulullah saw. wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh
para sahabatnya, para tabi’in (pengikutnya sahabat), dan tabi’it-tabi’in (pengikut pengikutnya sahabat).
Banyak yang menyangka bahwa tugas tablig hanyalah tugas alim ulama saja .Hal itu tidak
benar. Setiap orang yang mengetahui kemungkaran yang terjadi di hadapannya, ia wajib mencegahnya
atau menghentikannya, baik dengan tangannya (kekuasaanya), mulutnya (nasihat), atau dengan hatinya
(bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran tersebut).
Seseorang tidak mesti menjadi ulama terlebih dulu. Siapa pun yang melihat kemungkaran
terjadi di depan matanya, dan ia mampu menghentikannya, ia wajib menghentikannya. Bagi yang
mengerti suatu permasalahan agama, ia mesti menyampaikannya kepada yang lain, siapa pun mereka.
Artinya: Dari Abi Said al-Khudri ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw.bersabda: barangsiapa
yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka ubahlah
dengan lisannya.apabila tidak mampu maka dengan hatinya (tidak mengikuti kemungkaran tersebut),
dan itu selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)
5
Pentingnya Dakwah
Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah.Sebagian ulama ada yang menyebut berdakwah itu
hukumnya farḍu kifayah (kewajiban kolektif), sebagian lainnya menyatakan farḍu ain. Meski begitu,
Rasulullah saw. tetap selalu mengajarkan agar seorang muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan
dengan cara-cara yang baik.
Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat dan mendapat riḍa dari Allah Swt. Nabi Muhammad saw. Mencontohkan
dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Rasulullah saw.
memulai dakwahnya kepada istri, keluarga, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa
pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Rasulullah saw. adalah Kaisar
Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran), dan Raja Najasyi dari
Habasyah (Ethiopia).
Ada beberapa metode dakwah yang bisa dilakukan seorang muslim menurut syariat.
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung.”(Q.S. Āli ‘Imrān/3: 104)
1. Ketentuan Khutbah
a. Syarat khatib
1) Islam
2) Ballig
3) Berakal sehat
4) Mengetahui ilmu agama
d. Sunah khutbah
1) Khatib berdiri ketika khutbah
2) Mengawali khutbah dengan memberi salam
3) Khutbah hendaknya jelas, mudah dipahami, tidak terlalu panjang
4) Khatib menghadap jamaah ketika khutbah
5) Menertibkan rukun khutbah
6) Membaca suratal-Ikhlās ketika duduk di antara dua khutbah
f. Materi Khutbah
1. Tegakkan akidah, murnikan ibadah, perluas ukhuwwah
2. Evaluasi amaliah (ummat) mingguan
3. Kaji masalah secara cermat dan singkat
4. Berikan solusi yang tepat
5. Tema-tema lokal peristiwa keseharian lebih diutamakan
6. Hindari materi yang menjenuhkan atau persoalan tanpa pemecahan.
Keterangan:
a. Pada prinsipnya ketentuan dan tata cara khutbah, baik ṡalat Jumat, IdulFitri, Idul Adha, ṡalat khusuf,
dan ṡalat khusuf sama. Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan setelah
ṡalat dan diawali dengan takbir.
b. Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilaksanakan pada saat wukuf di Arafah. Khutbah wukuf salah
satu rukun wukuf setelah melaksanakan ṡalat zuhur dan ashar di-qaṡar. Khutbah wukuf hampir sama
dengan khutbah Jumat. Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaan, yakni dilaksanakan ketika
wukuf di Arafah.
Termasuk dalam larangan adalah menjawab salam orang lain ketika imam berkhotbah. Balasannya
cukup dengan isyarat (Shahih Fiqh Sunnah, 1: 589)
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah berkata, “Menjawab salam saat khotbah
tidaklah diperintahkan. Bahkan kita hendaknya shalat tahiyyatul masjid, duduk dan tidak mengucapkan
7
salam pada yang lain hingga selesai khotbah. Jika ada yang memberi salam padamu, maka cukuplah
balas dengan isyarat sebagaimana halnya jika engkau diberi salam ketika shalat, yaitu membalasnya
cukup dengan isyarat. … Jika ada di antara saudaranya yang memberi salam sedangkan saat itu imam
sedang berkhotbah, maka balaslah salamnya dengan isyarat, bisa dengan tangan atau kepala
Jika imam mengucapkan salam ketika ia naik mimbar, hukum menjawabnya adalah fardhu
kifayah (artinya: jika sebagian sudah mengucapkan, yang lain gugur kewajibannya).
Dalam kitab Al–Inshof (4: 56, Asy-Syamilah), salah satu kitab fikih Madzhab Hambali disebutkan,
َ ُّسلَّ ِم
ُّعلَ ْي ِه ْم ُّْ ع ِة
َ ُّال ُم ُّْ َعل
َ ىُّال َج َما َ ُُّّو ُك ِِّل
ُ س ََل ٍمُّ َم ْش ُروعٍُّفَ ْر
َُّ ُّضُّ ِكفَايَ ٍُّة َّ َردُُّّ َهذَاُّال
َ س ََل ِم
“Menjawab salam imam (ketika ia masuk dan menghadap jamaah) dan juga menjawab setiap salam
adalah sesuatu yang diperintahkan dan hukumnya fardhu kifayah bagi para jamaah kaum muslimin.”
Menyambut jabatan tangan orang yang ingin bersalaman, sebaiknya tidak dilakukan karena termasuk
membuat lalai. Kecuali jika dikhawatirkan terdapat masalah, maka ketika itu tidaklah mengapa
menyambut sodoran tangannya, akan tetapi tidak boleh ditambah dengan obrolan. Dan jelaskan
padanya setelah shalat bahwa pembicaraan saat khotbah itu haram.
2. KetentuanTabligh
a. Syarat muballig
8
1) Islam,
2) Ballig,
3) Berakal,
4) Mendalami ajaran Islam.
3. Ketentuan Dakwah
Dakwah artinya mengajak. Orang yang melaksanakan dakwah disebut da’i.Ada dua cara berdakwah,
yaitu dengan lisan (da’wah billisān) dan denganperbuatan (da’wah bilhāl). Ketentuan-ketentuan yang
harus diperhatikan dalamberdakwah adalah seperti berikut.
a. Syarat da’i
1) Islam,
2) Ball³g,
3) Berakal,
4) Mendalami ajaran Islam.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah) danpengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan carayang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahuisiapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahuisiapa yang mendapat
petunjuk.” (Q.S. an-Nahl/16:125)
9
c. Tujuan dakwah
Pertama, tujuan akidah, yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap manusia.
Kedua, tujuan hukum, aktivitas dakwah bertujuan terbentuknya umat manusia yang mematuhi
hukum-hukum yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.
Ketiga, tujuan akhlak, yaitu terwujudnya pribadi muslim yang berbudi luhur dan berakhlakul
karimah.
Dari hal-hal yang telah dijabarkan pada penjelasan terdahulu, dapat kita analisa bahwa antara
berdakwah dan berkhotbah terlihat memiliki persamaan. Akan tetapi, tentu saja antara keduanya dapat
dibedakan karena memiliki tata cara yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat kita ihtisarkan sebagai
berikut.
DAKWAH :
1. Dapat dilaksanakan kapan saja
2. Tidak ada rukun dan syaratnya
3. Tidak ada mimbar tempat khusus pada pelaksanaannya
4. Waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh berdakwah
5. Dapat dilakukan dengan cara kreatif dan inovatif seperti seminar, pelatihan.
KHOTHBAH:
1. Dilaksanakan secara rutin sebagaimana hari jumat atau hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
2. Ada rukun dan syaratnya
3. Ada mimbar khusus untuk menyampaikan khotbah
4. Waktunya terbatas dan membutuhkan pengetahuan luas.
5. Dilakukan secara khusus dan ada tata tertibnya
Adapun perbedaan antara pelaksanaan khotbah idul fitri dan idul adha dengan khotbah jumat
adalah bahwa khotbah pada Idain dilaksanakan pada hari raya idul fitri dan idul adha,
umumnya dilaksankan dilapangan luas dan diawali dengan salat dua rakaat yaitu salat sunah
idul fitri dan idul adha, sedangkan khotbah jumat dilakukan sebelum pelaksanaan salat dimulai.
Menyusun teks untuk berdakwah atau khotbah jumat memerlukan pembiasaan atau latihan agar dapat
berkembang menjadi semakin baik. Bahkan, latihan-latihan semacam ini semakin diminati banyak
orang dan telah banyak diberikan dalam suatu oelajaran yang kini disebutt public-speaking. Beberapa
hal yang perlu dipersiapkan ketika akan menyusun suatu teks atau naskah dakwah adalah sebagai
berikut.
Banyak dalil atau ayat dan hadisyang menyebutkan kewajiban dakwah bagi setiap individu
mukmin.
1. H.R. Bukhari
Artinya: Dari ‘Abdullah bin ‘Amr. dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Sampaikanlah
dariku walaupun satu ayat.” (HR. Bukhari)
11
َ سـ ُنُُّّ ُّا َِّن
ُُّّرب ََّك قلى
َ ُّو َجاد ِْل ُه ْمُّ ِبالَّتِ ْيُّ ِه
َ يُّا َ ْح َ سنَـ ِة ْ ظـــ ِة
َ ُّال َح َ ُّو ْال َم ْو ِع
َ ُّر ِبِّ َكُّ ِب ْال ِح ْك َم ِة َ ُّا ُ ْدعُُّا ِٰلـى
َ س ِبيْـــ ِل
﴾١٢٥﴿ َهُّو ُه َوُّا َ ْعلَ ُمُّ ِب ْال ُم ْهتَـــــ ِديْن َ ُّض َّلُّ َع ْن
َ سبِيْـــ ِل َ ُُّه َوُّا َ ْعلَ ُمُّ ِب َم ْن
Artinya :Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Artinya : “ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya, setiap individu muslim diperintahkan untuk melaksanakan dakwah Islam sesuai
dengan kadar kemampuannya. Siswa muslim juga punya kewajiban itu. Apalagi Allah Swt. memberi
predikatkepada kita sebagai khairu ummah (sebaik-baiknya umat). Predikat iniakan sesuai jika kita
selalu berusahadi barisan depan orang-orang yanggemar berdakwah.
Sudah banyak kita saksikan dimasyarakat sekarang ini, banyak bermunculan da’i muda.
Dengan adanya kontes dacil (da’i cilik di televisi dan lain sebagainya), menandakan gairah untuk
berlomba-lomba dalam berdakwah terlihat semarak.Ini adalah fenomena positif yang harus
dilestarikan.
12