Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMERINTAHAN YANG BERSIH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen Pengampu : Siti Khodijah, S.S., M. Pd

Disusun oleh :

Kelompok 10

1. Agustina Fajriatin Haizatul Muna 212101080031


2. Illa Faiza Nur’ain 212101080029

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TADRIS BIOLOGI

2022
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan dan penyusunan makalah yang berjudul “Pemerintahan Yang Bersih” pada mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan tepat waktu.

Kami dari kelompok 10 mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada ibu Siti
Khodijah,S.S., M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas dan arahannya, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Dan tak lupa pula, kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut serta
berpartisipasi dan membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami mengupayakan membuat dan menyusun tugas ini dengan sebaik mungkin. Karena
itu, kami memohon kritik dan saran yang mendukung dari pembaca demi menyempurnakan
makalah ini. Semoga dengan dibuatnya tugas makalah ini dapat menjadi hal yang bermanfaat
bagi kami maupun pembacanya.

Jember, 31 Oktober 2022

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pemerintah .................................................................................................................. 3
2.2 Pemerintahan Yang Bersih............................................................................................................ 4
2.3 Prinsip-Prinsip Pokok Dan Clen Governance .............................................................................. 5
2.4 Gerakan Anti korupsi .................................................................................................................... 7
2.5 Reformasi Birokrasi ...................................................................................................................... 9
BAB III ....................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 11
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat ini
menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua pihak. Good
governance atau tata pemerintahan yang baik merupakan bagian dari paradigma baru
yang berkembang dan memberikan nuansa yang cukup mewarnai terutama pasca krisis
multi dimensi seiring dengan tuntutan era reformasi. Situasi dan kondisi ini menuntut
adanya kepemimpian nasional masa depan yang diharapkan mampu menjawab
tantangan bangsa Indonesia mendatang.
Perkembangan situasi nasional dipicu melalui tiga fenomena yang dihadapi, yaitu
Permasalahan yang semakin kompleks (multidimensi), Perubahan yang sedemikian
cepat (regulasi, kebijakan, dan aksi-reaksi rnasyarakat), dan Ketidakpastian yang relatif
tinggi (bencana alam yang silih berganti, situasi ekonomi yang tak mudah diprediksi,
dan perkembangan politik yang up and down. Selain itu, kesenjangan proses komunikasi
politik yang terjadi di Indonesia antara pemerintah dengan rakyatnya maupun partai
yang mewakili rakyat dengan konstituennya menjadikan berbagai fenomena
permasalahan sulit untuk dipahami dengan logika masyarakat awam.
Untuk mengatasi berbagai permasalah tersebut di atas membutuhkan adanya
komitmen dari berbagai pihak, tidak hanya pemerintah dan para politikus namun
masyarakat juga perlu untuk memberikan andil terhadap pembangunan good governance
tersebut. Untuk itu, pemahaman yang kompleks tentang good governance perlu
dipahami oleh semua pihak sebagai bagian dari upaya untuk mendukung ketercapaian
pemerintahan yang bersih. Karena pentingnya hal tersebut, tulisan ini berupaya
memaparkan konsep dasar, prinsip hingga pelaksanaan good governance demi kemajuan
bangsa yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan pemerintah?
2. Apakah pemerintah yang bersih itu ?

1
3. Apa saja prinsip-prinsip dalam clen governance ?
4. Mengapa koropsi menjadi penghambat dalam pemerintah yang bersih ?
5. Bagaimana Reformasi birokrasi dalam sistem pemeerintahan yang bersih ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami apa itu pemerintah dan pemerintahan
2. Mahasiswa dapat memahami apa itu pemerintah yang bersih
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip pemerintahan yang bersih
4. Dapat mengetahui dan memahami Mengapa koropsi menjadi penghambat dalam
pemerintah yang bersih
5. Dapat memahami Reformasi birokrasi dalam sistem pemeerintahan yang bersih

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemerintah


Agar dapat memahami pemerintahan yang bersih maka perlu diketahui
terlebih dahulu apa yang dimaksud pemerintahan itu sendiri. Arti pemerintahan
dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu
1. Pemerintah dalam arti sempit adalah pelaksanaan penguasaan Negara
yang merupakan kegiatan penyelenggaraan eksekutif untuk
memberikan pelayanan umum dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2. Pemerintah dalam arti luas adalah seluruh kegiatan penguasaan Negara
oleh lembaga Negara baik eksekutif, legislative maupun yudikatif
dalam rangka mencapai tujuan Negara.

Dengan denmikian maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah adalah


sekelompok indiviudu yang mempunyai wewenang tertentu untuk melaksanakan
kekuasaan.

Pemerintah dana pemerintahan memiliki arti yang berbeda, pemerintahan


dalam arti luas dalam konteks UUD 1945 adalah seluruh kegiatan penguasaan
Negara oleh presiden,MPR, DPR, DPD, BPK, MA,MK, dan KY. Sedangkan arti
pemerinahan menurut para ahli, adalah:

1. Syafiie berpendapat bahwa pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal,


atau urusan dari badan yang memerintah tersebut.
2. Affan mengemukakan bahwa, pemerintahan adalah kegiatan yang
terorganisir mengenai rakyat/penduduk diwilayah Negara itu yang
berdasarkan kepada kedulaulatan untuk mencapai tujuan
rakyat/penduduk diwilayah itu sendiri.

Maka berdasarkan pengertian diatas, terdapat perbedaan antara pemerintah


dan pemerintahan. Pemerintah dapat diartikan sebagai kekuasaan memerintah

3
suatu negara, sebagai pemerintahan sebagai cara perbuatan atau cara dalam
memerintah.

2.2 Pemerintahan Yang Bersih


Pemerintahan yang bersih atau sering disebut dengan Good Governance
Good and Clean Governance memiliki arti segala hal yang berkaitan dengan
tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau
memengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun
1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme Pasal 1Ayat 2 “ Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme serta perbuatan tercela lainnya”.
Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.
Kolusi adalah permufakatan atau kerjasama secara melawan hukum antar-
Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang
merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara. Nepotisme adalah setiap
perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang menguntungkan
kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat,
bangsa, dan negara.
Di Indonesia, good governance dapat diartikan sebagai pemerintahan yang
baik, bersih, dan berwibawa. Maksudnya pemerintahan negara yang berkaitan
dengan sumber sosial, budaya, politik, serta ekonomi diatur sesuai dengan
kekuasaan yang dilaksanakan masyarakat. sedangkan pemerintahan yang bersih
adalah pemerintahan yang efektif, efesien, transparan, jujur, dan bertanggung
jawab.
Good and Clean Governance dapat terwujud secara maksimal apabila
unsur negara dan masyarakat madani (yang di dalamnya terdapat sektor swasta)
yang saling berkaitan. Syarat atau ketentuan agar pemerintahan bisa berjalan
dengan baik, yaitu bisa bergerak secara sinergis. Menurut United Nations
Development Program (UNDP) salah satu badan PBB, governance
(kepemerintahan) mempunyai tiga model, yaitu:

4
a) Economic Governance, meliputi proses pembuatan keputusan yang
memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan transaksi di antara
penyelenggara ekonomi, serta mempunyai implikasi terhadap
kesetaraan, kemiskinan, dan kualitas hidup.
b) Political Governance, mencakup proses pembuatan keputusan untuk
perumusan kebijakan politik negara.
c) Administrative Governance berupa sistem implementasi kebijakan.
Pengertian governace yang dikemukakan UNDP ini didukung tiga pilar
yakni politik, ekonomi dan admnistrasi. Pilar pertama yaitu tata pemerintahan di
bidang politik dimaksudkan sebagai prosesproses pembuatan keputusan untuk
formulasi kebijakan publik, baik dilakukan oleh birokrasi sendiri maupun oleh
birokrasi-birokrasi bersama politisi. Pilar kedua, yaitu tata pemerintahan di
bidang ekonomi meliputi proses-proses pembuatan keputusan untuk memfasilitasi
aktivitas ekonomi di dalam negeri dan interaksi di antara penyelenggara ekonomi.
Sedangkan Pilar ketiga yaitu tata pemerintahan di bidang administrasi, adalah
berisi implementasi proses, kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi politik.
Upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan secara benar
(good-governance) dan bersih (clean-government) termasuk didalamnya
penyelenggaraan pelayanan publik memerlukan unsur-unsur mendasar antara lain
adalah unsur profesionalisme dari pelaku dan penyelenggara pemerintahan dan
pelayanan publik.

2.3 Prinsip-Prinsip Pokok Dan Clen Governance

Menurut Miftah Thoha good governance disimpulkan sebagai tata


pemerintahan terbuka, bersih, berwibawa, transparan dan bertanggungjawab.
Pemerintahan pada dasarnya bisa baik atau bisa buruk, pemerintahan dikatakan
baik (good governance) manakala tujuan bersama dijalankan dengan baik,
memperhatikan proses pembuatan keputusan, menjalankan fungsi peraturan,
kekuasaan dijalankan sebagaimana mestinya, dan lembaga yang teratur.
Dikatakan buruk apabila tujuan sedikit dijalankan, kurang memperhatikan proses

5
pembuatan keputusan, tidak berfungsinya peraturan dan kekuasaan dijalankan
secara sewenang-wenang.
Suatu pemerintahan yang baik (good governance) akar lahir dari suatu
pemerintahan yang bersih (clean governancepemerintahan yang baik (good
governance) hanya dapat terwujud, manakala diselenggarakan oleh pemerintah yang
baik dan pemerintah akan baik apabila dilandaskan pada prinsip transparansi dan
akuntabilitas.
Prinsip-prinsip Pokok Good & Clean Governance :
a. Partisipasi
Asas Partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun lewat lembaga
perwakilan sah yang mewakili aspirasi mereka. Bentuk partisipasi menyeluruh
ini dibangun berdasarkan prinsip demokrasiyakni kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat secara konstruktif.
b. Rule of Law (Penegakan hukum )
Asas ini merupakan keharusan pengelolaan pemerintahan secara professional
yang didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Realisasi wujud
pemerintahan yang baik dan bersih harus juga diimbangi dengan komitmen
pemerintah untuk menegakkan hukum. Kerangka hukum harus adil dan
dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia.
c. Transparasi
Asas ini merupakan unsur lain yang menopang terwujudnya good and
clean governance. Menurut para ahli, jika tidak ada prinsip ini, bisa
menimbulkan tindakan korupsi. Ada 8 unsur yang harus diterapkan
transparansi yaitu : penetapan posisi / jabatan / kedudukan, kekayaan pejabat
publik, pemberian penghargaan, penetapan kebijakan, kesehatan, moralitas
pejabat dan aparatur pelayanan masyarakat, keamanan dan ketertiban, serta
kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
d. Responsif
Asas responsif adalah dalam pelaksanaannya pemerintah harus tanggap
terhadap persoalan-persoalan masyarakat, harus memahami kebutuhan

6
masyarakat, harus proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan
masyarakat.
e. Kesetaraan
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.
Asas ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan
berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa membedakan suku, jenis,
keyakinan, jenis kelamin, dan kelas sosial.
f. Efektivitas dan Efisiensi
Pemerintahan yang baik dan bersih harus memenuhi kriteria efektif
(berdaya guna) dan efesien (berhasil guna). Efektivitas dapat diukur dari
seberapa besar produk yang dapat menjangkau kepentingan masyarakat dari
berbagai kelompok. Efesiensi umumnya diukur dengan rasionalisitas biaya
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat.
g. Akuntabilitas
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat (civil society) bertanggungjawab pada publik dan lembaga
stakeholder. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan
yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau
eksternal organisasi.
h. Visi strategis
Visi strategis adalah pandanganpandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi
good and clean governance. Dengan kata lainkebijakan apapun yang akan
diambil saat ini, harus diperhitungkan akibatnya untuk sepuluh atau dua puluh
tahun ke depan.

2.4 Gerakan Anti korupsi


Perkembangan korupsi sampai saat ini pun sudah merupakan akibat dari
sistem penyelenggaraan pemerintahan yang tidak tertata secara tertib dan tidak
terawasi secara baik karena landasan hukum yang dipergunakan juga
mengandung banyak kelemahan-kelemahan dalam implementasinya. Didukung
oleh sistem check and balances yang lemah di antara ketiga kekuasaan itulah

7
maka korupsi sudah melembaga dan mendekati suatu budaya yang hampir sulit
dihapuskan. Hampir seluruh anggota masyarakat tidak dapat menghindarkan diri
dari "kewajiban" memberikan upeti manakala berhadapan dengan pejabat
pemerintahan terutama di bidang pelayanan publik. Tampaknya tidak
memberikan sesuatu hadiah (graft) adalah merupakan dosa bagi mereka yang
berkepentingan dengan urusan pemerintahan.
Pada saat ini, ada anggapan bahwa negara Indonesia menjadi negara yang
"corrupted lahir-bathin", tanpa sense of urgency dari penanggung jawab
pemerintahan. Dalam Undang Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sejak tahun 1971, korupsi ditetapkan
sebagai tindak pidana. Undang-Undang tersebut merujuk pada hukum acara
pidana sebagai rambu untuk menindak pelaku tindak pidana korupsi (tipikor) serta
memberi wewenang kepada kejaksaan untuk menyelediki, menyidik dan
menuntut pelakunya.
Meskipun sudah tersedia perangkat hukum (Undang-Undang
Pemberantasan Tipikor dan Hukum Acara Pidana) serta perangkat penegak
hukum (Jaksa dan Hakim) dengan segala wewenangnya, namun hingga tahun
2010, kuantitas serta kualitas tipikor bukan menyusut, namun justru sebaliknya
kian meluas. Tiap hari media cetak dan elektronika meliput dan menanyakan
pejabat yang melakukan korupsi diperiksa dan ditahan, khususnya oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). penangulangan korupsi dapat di lakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Adanya political will dan political action dari pejabat negara dan
pimpinan Lembaga pemerintahan pada setiap satuan kerja organisasi
untuk melakukan Langkah proaktif pencegahan dan pemberantasan
Tindakan korupsi.
b. Penegakan hukum secara tegas dan berat ( mis, Eksekusi mati bagi para
koruptor)
c. Membangun Lembaga – Lembaga yang mendukung upaya pemberantasan
korupsi.

8
d. Membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin
terlaksana nya praktik good and clean governance.
e. Memberikan Pendidikan anti korupsi , baik dari Pendidikan formal atau
informal.
f. Gerakan agama anti korupsi yaitu Gerakan membangun kesadaran
keagamaan dan mengembangkan spiritual anti korupsi.

Oleh karena itu korupsi menjadi salah satu penghambat terselenggaranya


pemerintah yang bersih. Penerapan asas-asas pemerintahan yang baik seperti
akuntabilitas, transparansi, dan penegakan hukum dapat membatasi kesempatan
untuk melakukan korupsi sehingga upaya pemberantasan korupsi menjadi lebih
efektif. Pemberantasan korupsi mesti dilaksanakan secara holistik dengan
mengikutsertakan pihak-pihak yang relevan – termasuk pegawai pemerintah,
sektor swasta, dan masyarakat

2.5 Reformasi Birokrasi


Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah meningkatkan kinerja
melalui berbagai cara dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.
Reformasi birokrasi berarti adanya perubahan cara berpikir (pola pikir, pola sikap,
dan pola tindak), merubah sistem penguasa menjadi amanah rakyat, selalu
mendahulukan peranan dari wewenang, tidak berpikir hasil produksi tetapi hasil
akhir, merubah manajemen kerja, serta mewujudkan pemerintahan yang baik,
bersih, transparan, dan profesional, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
melalui penataan kelembagaan, penataan ketatalaksanaan, penataan sumber daya
manusia, akuntabilitas kinerja yang berkualitas efisien, efektif, dan kondusif, serta
pelayanan yang prima (konsisten dan transparan). Tujuan reformasi birokrasi
yaitu menciptakan birokrasi pemerintahan yang professional dengan karakteristik:
a) Adaptif
b) Berintegritas
c) Berkinerja tinggi
d) Bersih dan bebas KKN
e) Netral

9
f) Berdedikasi
g) Memegang teguh nilai – nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan


pembaruan dan perubahan yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintah terutama dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good Governance). Kata lain reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk
membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dalam melaksanakan tugas serta
dapat membangun pemerintahan yang baik dan juga bersih. Berikut program-program
reformasi birokrasi yaitu :
1. Majemen perubahan
2. Penataan peraturan perundang-undangan
3. Penguatan kelembagaan
4. Penguatan tata laksana
5. Penguatan sistem manajemen SDM
6. Penguatan sistem pengawasan
7. Penguatan akuntabilitas kinerja
8. Penguatan kualitas pelayanan publik
Dari program-program diatas diharap dapat menjadikan perubahan yang lebih baik
dalam pemerintahan sehingga dapat terwujud pemerintahan yang baik dan bersih.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemerintah adalah sekelompok indiviudu yang mempunyai wewenang
tertentu untuk melaksanakan kekuasaan. Pemerintahan yang bersih atau sering
disebut dengan Good Governance Good and Clean Governance memiliki arti segala
hal yang berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan,
mengendalikan, atau memengaruhi urusan publik. Prinsip prinsip dari pemerintahan
yang bersih yaitu partisipasi,Rule Of Law(penegakan hukum), transparasi,
responsive, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas dan visi strategis.
Dalam penerapan asas-asas pemerintahan yang baik seperti akuntabilitas,
transparansi, dan penegakan hukum dapat membatasi kesempatan untuk melakukan
korupsi sehingga upaya pemberantasan korupsi menjadi lebih efektif. Reformasi
birokrasi adalah upaya pemerintah meningkatkan kinerja melalui berbagai cara
dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.

3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan terkait “Pemerintahanan Yang Bersih” diharap
pembaca dapat memahami serta sebagai generasi muda dapat berperan aktif untuk
lebih meningkatkan pemerintahan yang baikn dan bersih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rasul, S. (2009). Penerapan Good Governance di Indonesia dalam Upaya Pencegahan


Tindak Pidana Korupsi. Mimbar Hukum. https://doi.org/10.22146/jmh.16276

Sadu Wasistiono, 2003, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah


Bandung Fokus Media, Hal 23

Lalolo Krina 2003 Indikator dan Tolok Ukur Akuntabilitas, Transparansi dan
Partisipasi, Sekretariat Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemrintahan
yang Baik Jakarta BAPPENAS Hal 6

Suranto, D. (2017). Peningkatan Pelayan Publik Mewujudkan Penyelenggaraan Negara


Pemerintahan Yang Baik (Good Governanse) Dan Pemerintahan Yang Bersih
(Clean sudiro. (n.d.). Pemerintah Yang Bersih. 1–12.

Government). Jurnal Serambi Hukum, 10(2), 46.

Agus Pramusinto dan Wahyudi Kumorotomo, Editor, 2009, Governance Reform di


Indonesia, Mencari Arah Kelembagaan Politik yang Demokratis dan Birokrasi
yang Profesional, Penerbit Gava Media dan MAP UGM Yogyakarta

12

Anda mungkin juga menyukai