Tim Penyusun :
1. Mochammad Rauf Wardaya
2. Muhamad Rangga K
3. Metta Marina Kanza
JURNALISTIK C SEMESTER II
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan masalah tentang
GOOD GOVERNANCE mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan baik sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya makalah ini,
dapat menunjang wawasan dan Pengertian dan Karakteristik Good Governance.
Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada Bapak Dosen mata kuliah
PPKn yang telah memberikan kesempatan dan petunjuk dalam melaksanakan tugas ini, juga
rekan-rekan mahasiswa semua. Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan
bimbingan yang lurus dari Yang Maha Kuasa.
Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran
sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran bagi
kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga dengan
adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi perkembangan keibadahan kita semua
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Pembahasan
Bab 3 Penutup
2.1 Pengertian
2. ASAS KESEIMBANGAN.
Bagi bangsa Indonesia tentunya asas ini harus pula dikaitkan dengan sistem
keyakinan, kesusilaan, dan norma-norma yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat, atau sebagaimana disebutkan Kuntjoro Purbopranoto, asas
tersebut harus disesuaikan dengan pokok-pokok Pancasila dan UUD 1945.
Benar bahwa pandangan hidup seseorang merupakan hak asasi yang harus
dihormati dan dilindungi, akan tetapi penggunaan hak itu sendiri akan
berhadapan dengan norma dan sistem keyakinan yang diakui dan dijunjung
tinggi. Artinya pandangan hidup seseorang itu tidak dapat digunakan
manakala bertentangan dengan norma-norma suatu bangsa.
Asas reformasi birokrasi yang dikenal dengan istilah prinsip good governance,
sebagaimana tercantum di dalam Pasal 20 UU No. 32/2004 sebagai berikut:
Asas Kepastian Hukum, adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan per-UU-an, kepatuhan dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara.
Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian Penyelenggara
Negara;
Asas Kepentingan Umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
daripada kepentingan individu atau kelompok dengan cara yang aspiratif,
akomodatif dan selektif.
Asas Keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yg benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara.
Asas Proporsionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban Penyelenggara Negara.
Asas Profesionalitas, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan
kompetensi, kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Asas Akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggung jawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai ketentuan peraturan per-UU-an yang berlakut.
Asas Efektifitas, adalah asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan
berdaya guna
Asas Efisiensi, adalah asas yang berorientasi pada minimalisasi penggunaan
sumber daya untuk mencapai hasil kerja yang terbaik
1. Partisipasi (participation)
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang
mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun
berdasarkan prinsip demokrasi yaitu kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat secara konstruktif.
3. Transparansi (transparency)
Transparansi (keterbukaan umum) adalah unsur lain yang menopang
terwujudnya good governance. Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini,
menurut banyak ahli Indonesia telah terjerembab dalam kubangan korupsi
yang berkepanjangan dan parah. Untuk itu, pemerintah harus menerapkan
transparansi dalam proses kebijakan publik. Menurut Gaffar, terdapat 8
(delapan) aspek mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara
transparan, yaitu :
Penetapan posisi, jabatan dan kedudukan
Kekayaan pejabat publik
Pemberian penghargaan
Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
Kesehatan
Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
Keamanan dan ketertiban
Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat
4. Responsif (responsive)
Affan menegaskan bahwa pemerintah harus memahami kebutuhan
masyarakat-masyarakatnya, jangan menunggu mereka menyampaikan
keinginannya, tetapi mereka secara proaktif mempelajari dan menganalisa
kebutuhan-kebutuhan masyarakat, untuk kemudian melahirkan berbagai
kebijakan strategis guna memenuhi kepentingan umum.
5. Konsesus (consesus)
Prinsip ini menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan
melalui proses musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan
tersebut, selain dapat memuaskan sebagian besar pihak, juga akan menjadi
keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga akan memiliki
kekuatan memaksa bagi semuakomponen yang terlibat untuk melaksanakan
keputusan tersebut.
6. Kesetaraan (equity)
Clean vand good governance juga harus didukung dengan asa
kesetaraan, yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Asas ini harus
diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh semua penyelenggara pemerintahan
di Indonesia karena kenyatan sosiologis bangsa kita sebagai bangsa yang
majemuk, baik etnis, agama, dan budaya.
7. Efektivitas dan efisiensi
Konsep efektivitas dalam sektor kegiatan-kegiatan publik memiliki
makna ganda, yakni efektivitas dalam pelaksanan proses-proses pekerjaan,
baik oleh pejabat publik maupun partisipasi masyarakat, dan kedua, efektivitas
dalam konteks hasil, yakni mampu membrikan kesejahteraan pada sebesar-
besarnya kelompok dan lapisan sosial.
8. Akuntabilitas (accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat publik
terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi
kepentingan mereka. Secara teoritik, akuntabilitas menyangkut dua dimensi
yakni akuntabilitas vertikal yang memiliki pengertian bahwa setiap pejabat
harus mempertanggung jawabkan berbagai kebijakan dan pelaksanaan tugas-
tugasnya terhadap atasan yang lebih tinggi, dan yang kedua akuntabilitas
horisontal yaitu pertanggungjawaban pemegang jabatan publik pada lembaga
yang setara.
9. Visi Strategis
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang. Tidak sekedar memiliki agenda strategis untuk masa
yang akan datang, seseorang yang memiliki jabatan publik atau lembaga
profesional lainnya, harus memiliki kemampuan menganalisa persoalan dan
tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.[4]
3.2 Saran