Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

PEMBANGUNAN ADMINISTRASI PUBLIK

“AKTOR PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF GOOD GOVERNANCE”

DOSEN : Eka Abdullah. S.Sos. M.Soc.Sc

Disusun Oleh :
1. Ramlan Hariadi (19632011)
2. Nurikas Yumaini (1963201146)
3. Yuli Astuti (1963201153)

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PEKANBARU

RIAU

2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya
yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan
makalah ini. Makalah yang berjudul “AKTOR PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF
GOOD GOVERNANCE”
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami pun
berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami, agar di
kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi
para pembaca.

Pekanbaru, 20 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................


1.2 Tujuan..........................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................

2.1 Pengertian Good Governance......................................................................................................

2.2 Aktor-Aktor Good Governance................................................................................................

2.3 Peran Aktor Good Governance....................................................................................................

KESIMPULAN.................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Good Governance adalah suatu tata kelola pemerintahan yang baik yang harus
diterapkan untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam setiap organisasi, sehingga akan
menimbulkan tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan yang sudah ditentukan. Saat ini
good governance sangat ramai diperbincangkan, karena good governance adalah
instrumen untuk mengukur ada atau tidaknya pekerjaan yang mencakup transparansi,
profesionalisme, partisipatif, efektif serta efisien dalam bekerja di dalam sebuah
organisasi yang dipimpin oleh seorang atasan terhadap pegawai-pegawainya.
Good government merupakan suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
bertanggung jawab (akuntabilitas) sejalan dengan prinsip demokratis, efektif dan efisien.
Selain itu pemerintah yang diharapkan juga mengandung prinsip mengikutsertakan
masyarakat dan swasta (partisipasi), terbuka (transparansi), kesetaraan, semua warga
masyarakat mempunyai kesempatan dan hak yang sama untuk ikut serta dalam
pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Di dalam mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat maka pemerintah perlu menyediakan
kebutuhan masyarakat berupa informasi yang sejelas-jelasnya, oleh karena itu Pemerintah
dalam menyelenggarakan pemerintahan juga membutuhkan sarana/wadah, salah satunya
adalah dengan cara membuat website agar masyarakat bisa mengakses informasi dengan
mudah. Ilmu Pengetahuan dan teknologi telah mendorong terjadinya perubahan dan
kemajuan dalam semua bidang kegiatan, termasuk penyelenggaraan pemerintah.
Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik
guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di samping sebagai sarana
pendidikan politik di tingkat lokal. Pembentukan daerah harus memerhatikan berbagai
faktor, seperti kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan, dan
pertimbangan dari aspek sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta
pertimbangan dan syarat lain yang memungkinkan daerah itu dapat menyelenggarakan
dan mewujudkan tujuan dibentuknya daerah dan diberikannya otonomi daerah.
Makna dari governance pada dasarnya tidak diatur dalam undang- undang (UU).
Tetapi dapat dimaknai bahwa governance adalah tata pemerintahan, penyelenggaraan
negara, atau manajemen (pengelolaan) yang artinya kekuasaan tidak lagi semata-mata
dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Governance itu sendiri memiliki unsur kata
kerja lain yaitu governing yang berarti fungsi pemerintah bersama instansi lain (LSM,
swawasta, dan warga Negara) yang dilaksanakan secara seimbang dan partisipatif.
Sedangkan good governance adalah tata pemerintahan yang baik atau menjalankan fungsi
pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa (struktur, fungsi, manusia, aturan, dan
lain-lain).
Selain pelaksanaan good governance harus ada juga latihan kepemimpinan yang harus
dilaksanakan oleh sebuah organisasi sehinggga pegawai-pegawai mempunyai jiwa
patriotisme dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Pelaksanaan good governance sangat
penting, tidak hanya disebuah organisasi, tetapi setiap lembaga yang melaksanakan
administrasi dalam lingkup kecil sekalipun harus menerapkannya.
Good governance tidak hanya melatih kepemimpinan seseorang, tetapi juga melatih
psikologis seseorang agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi dan
didasari dengan tanggungjawab yang tinggi agar setiap pekerjaan itu berjalan lancar
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menegetahui pelaksanaan good
governance dalam sebuah organisasi, maka perlu dilakukannnya penelitian ilmiah.
Sehingga tidak ada keraguan dalam mengemukakan suatu pernyataan. Salah satu asas
dalam penyelenggaraan negawa dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance) adalah asas keterbukaan sebagaimana tertuang dalam Pasal
3 UU No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
korupsi, kolusi, dan Nepotisme (KKN). Keterbukaan dalam hal ini dimaknai sebagai
wujud transparansi penyelenggaraan Negara terhadap masyarakat, khususnya terkait
dengan informasi berkaitan dengan pelaksanaan pemerintahan. Untuk menunjang asas
keterbukaan tersebut, maka pada tanggal 3 april 2008 lahirlah Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik sebagai sarana mengoptimalkan
pengawasan publik terhadap penyelenggaraan Negara dalam rangka mewujudkan
demokrasi bangsa di era reformasi. Good governance selalu berhubungan dengan suatu
pekerjaan, terutama kualitas pekerjaan yang baik. Sehingga pekerjaan yang dilakukan
harus optimal. Organisasi pemerintah diharapkan bisa memberikan kualitas pekerjaan dan
mutu yang baik. Sehingga adanya prestasi kerja yang baik.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui aktor-aktor yang ada di dalam pembangunan perspektif good
governance
b. Untuk mengetahui peran aktor di dalam pembangunan perspektif good governance

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Good Governance


Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan
politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.
Good Governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor
swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
Konsep governance menurut Stoker (Kurniawan, 2006) pengembangan dari gaya
memerintah dimana batas-batas antara sektor publik dan sektor privat menjadi kabur.
Pengaburan batas-batas ini sejalan dengan kebutuhan Negara-negara modern untuk lebih
melibatkan mekanisme politik dan pengakuan akan pentingnya isu-isu yang menyangkut
empati dan persanaan dari publik untuk terlibat, sehingga memberikan kesempatan untuk
mobilisasi sosial dan politik. Pemerintah akan memilki peran yang penting dalam
menciptakan lingkungan politik pemerintahan yang kondusif, sektor swasta menciptakan
pekerjaan dan pendapatan, sedangkan masyarakat berperan positif dalam interaksi sosial,
ekonomi dan politik (Rakhmat, 2009).
Dalam perspektif Bank Dunia (Wiratraman, 2008), governance diartikan sebagai hal
kekuasaan yang ditujukan dalam manajemen sumberdaya sosial dan ekonomi negara untuk
pembangunan. Pengalaman Afrika pasca krisis utang dan pasca perang dingin telah menjadi
latar belakang dan iklim yang melukiskan desakan kekuatan pasar bebas dan demokrasi
liberal. Good Governance dalam konteks tersebut adalah imposisi politik hukum yang
dikendalikan negara-negara industrial dan agen internasional (lembaga maupun Negara
donor) dalam membentuk ketatapemerintahan yang berselerakan pasar (Stokke 1995; Gathii
1998). Inilah good governance yang lahir dari rahim agenda besar globalisasi yang
dikonstruksi ideologi neo-liberal (Wiratraman, 2008).
Untuk menunjukkan perbedaan yang cukup tajam dengan definisi di atas, Tokyo
Institute of Technology menegaskan bahwa “The concept of governance refers to the set of
values, norms, processes and institutions by which society manages its development and
resolves conflict, formally and informally”. Dalam definisi ini, pengertian governance justru
ditekankan pada perilaku dan kapasitas masyarakat untuk mengelola kepentingan bersama,
termasuk kapasitas dalam memanfaatkan pemerintah dalam penyelesaian permasalahan-
permasalahan publik (Pratikno, 2005).
Negara-negara besar yang tergabung dalam OECD mendefinisikan governance sebagai
“the use of political authority and exercise of control in a society in relation to the
management of its resources for social and economic development”. Lebih spesifik,
pemerintah Inggris, dalam hal ini ODA, menjelaskan karakteristik good government
mencakup legitimasi, akuntabilitas, kompetensi, penghormatan terhadap hukum dan hak-hak
asasi manusia.
Bank Dunia mengemukakan karakteristik good governance sebagai: masyarakat sipil
yang kuat dan partisipatoris; terbuka; pembuatan kebijakan yang dapat diprediksi; eksekutif
yang bertanggungjawab; birokrasi yang profesional; dan aturan hukum yang jelas.
Sementara itu, The Commission on Global Governance mengartikan governance sebagai
“the sum of the many ways individuals and institutions, public and private, manage their
common affairs”.
Dalam bahasa komisi ini, Weiss (Pratikno, 2005) governance merupakan proses yang
berkelanjutan melalui mana perbedaan kepentingan diakomodasi dan diwujudkan dalam
praktek. Baik sebagai sound development management maupun sebagai democratic politics,
reformasi ke arah good governance menekankan pada perlunya pengecilan peran
pemerintah. Sebagaimana didefinisikan oleh Rhodes (1996), good governance dimaknai
sebagai negara yang minimal (minimal state). Pengurangan peran pemerintah ini menuntut
peran aktor di luar pemerintah yang lebih besar, antara lain Civil Society Organization, dan
terutama pelaku pasar (market). Melihat rumusan-rumusan governance di atas, kata kunci
dalam konsep governance adalah konsensus melalui mana perbedaan kepentingan bisa
diakomodasikan, dan sinergi bisa dibangun.
Selain mengharapkan bekerjanya institusi negara secara baik, governance juga merujuk
pada penguatan institusi-institusi pasar dan civil society untuk mengimbangi dominasi
negara yang sebelumnya menjadi sumber kegagalan pembangunan. Pertanyaannya
kemudian, apa yang perlu dipermasalahkan dengan governance? Apa kaitannya denga neo-
liberalisme dan impilkasi apa yang dilahirkan pada praktek administrasi dan mana-jemen
publik?. Oleh karena itu, perdebatan tentang konsep governance dan good governance perlu
didiskusikan pada level aplikasinya di dunia ketiga, khususnya diIndonesia, dan kemudian
refleksi teoritik yang bisa dibangun dari situ.
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di
dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu
pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan
semua unsur prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di
bawah ini:
A. Partisipasi Masyarakat (Participation)
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili
kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan
berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara
konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil
mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada,
pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat
mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu
wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk
merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk
menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara
partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.
B. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan
publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan dengan itu, dalam
proses mewujudkan cita good governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk
menegakkan rule of law dengan karakter-karakter antara lain sebagai berikut: Supremasi
hukum (the supremacy of law), Kepastian hukum (legal certainty), Hukum yang
responsip, Penegakkan hukum yang konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi
peradilan. Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di
dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
C. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil
oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara
pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di
dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Tranparansi dibangun atas dasar
arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan
informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang
tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Sehingga bertambahnya
wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya jumlah
masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan berkurangnya pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan.
D. Peduli pada Stakeholder/Dunia Usaha
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua
pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia usaha, pihak
korporasi mempunyai tanggungjawab moral untuk mendukung bagaimana good
governance dapat berjalan dengan baik di masing-masing lembaganya. Pelaksanaan
good governance secara benar dan konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari
pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang
ada didunia.
Dalam lingkup tertentu etika bisnis berperan sebagai elemen mendasar dari konsep
CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimiliki oleh perusahaan. Pihak perusahaan
mempunyai kewajiban sebagai bagian masyarakat yang lebih luas untuk memberikan
kontribusinya. Praktek good governance menjadi kemudian guidence atau panduan
untuk operasional perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan internal maupun
eksternal perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional perusahaan dan bagaimana
perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal lebih kepada bagaimana perusahaan
tersebut bekerja dengan stakeholder lainnya, termasuk didalamnya publik.
E. Berorientasi pada Konsensus (Consensus)
Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah
melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan
semua pihak atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan
milik bersama, sehingga ia akan mempunyai kekuatan memaksa (coercive power) bagi
semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut. Paradigma ini
perlu dikembangkan dalam konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang
mereka kelola adalah persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan
kepada rakyat.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipasi,
maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Tata
pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi
terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-
kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur.
F. Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga
masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan
mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan
penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal
tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang
kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah daerah perlu
mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui brosur, leaflet, pengumuman
melalui koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan
yang jelas tentang cara mendapatkan informasi
G. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)
Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, pemerintahan yang
baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan efisien yakni berdaya guna dan
berhasil-guna. Kriteria efektif biasanya di ukur dengan parameter produk yang dapat
menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan
lapisan sosial. Agar pemerintahan itu efektif dan efisien, maka para pejabat
pemerintahan harus mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan
kebutuhan nyata masyarakat, dan disusun secara rasional dan terukur. Dengan
perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi masyarakat akan dapat
digerakkan dengan mudah, karena program-program itu menjadi bagian dari kebutuhan
mereka. Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai
kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada
seoptimal mungkin.
H. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para pengambil
keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat
bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang
berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya
tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah
peraturan perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik akan akuntabilitas
maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-instrumen
pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja
penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
I. Visi Strategis (Strategic Vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang
akan datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke
depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan
apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka
juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang
menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

Di Indonesia Good Governance mulai dikenal secara lebih dalam kurang lebih tahun
1990 sebagai wacana penting yang muncul dalam berbagai pembahasan, diskusi, penelitian,
dan seminar, baik di lingkungan pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat termasuk
lingkungan para akademisi. Sejak terjadinya krisis moneter dan krisis kepercayaan yang
mengakibatkan perubahan dramatis pada tahun 1998, Indonesia telah memulai berbagai
inisiatif yang dirancang untuk mempromosikan Good Governance, akuntabilitas dan
partisipasi yang lebih luas. Ini sebagai awal yang penting dalam menyebarluaskan gagasan
yang mengarah pada perbaikan governance dan demokrasi partisipasi di Indonesia.
Good Governance dipandang sebagai paradigma baru dan menjadi ciri yang perlu ada
dalam sistem administrasi publik. Secara umum Good Governance diartikan sebagai kualitas
hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang dilayani dan dilindunginya. Oleh sebab
itu disektor publik governance diartikan sebagai suatu proses tata kelola pemerintahan yang
baik dengan melibatkan pengambil kebijakan, terhadap berbagai kegiatan perekonomian,
sosial politik dan pemanfaatan beragam sumber daya seperti sumber daya alam, keuangan
dan manusia bagi kepentingan rakyat yang dilaksanakan dengan menganut asas, keadilan,
pemerataan, persamaan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas (World Conference on
Governance, UNDP, 1999).
Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak
meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem
pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good Governance
merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru.
Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 12 tahun
ini, penerapan Good Governance diIndonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya
sesuai dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan
kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama
Good Governance.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang
dilakukan pemerintah dalam menciptaka iklim Good Governance yang baik, diantaranya
ialah mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap publik mengenai APBN
sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan
dan dalam proses pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut
dapat terus menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar
kelak lebih baik dan kredibel kedepannya.
Undang-undang, peraturan dan lembaga – lembaga penunjang pelaksanaan Good
governance pun banyak yang dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan
sektor publik pada era Orde Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era
Orde Baru dimana sektor publik di tempatkan sebagai agent of development bukannya
sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim yang sangat menghambat
terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.
Diterapkannya Good Governance diIndonesia tidak hanya membawa dampak positif
dalam sistem pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif
terhadap badan usaha non-pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance.
Dengan landasan yang kuat diharapkan akan membawa bangsa Indonesia kedalam suatu
pemerintahan yang bersih dan amanah.

2.2 Aktor-Aktor Good Governance


Aktor-aktor good governance menurut Sedarmayanti (2009: 280), antara lain:
A. Negara/pemerintah
Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan – kegiatan kenegaraan,
tetapi labih jauh dari itu melibatkan pulasektor swasta dan kelembagaan masayarakat
madani. Peran pemerinta hmelalui kebijakan publiknya sangat penting penyimpangan
yang terjadi didalam padar dapat dihindari. Dalam kaitannya dengan bidang pendidikan,
pemerintah dan dinas-dinas yang berkaitan seperti dinas pendidikan. Negara sebagai
salah satu unsur governance, di dalamnya termasuk lembaga politik dan lembaga sektor
publik. Peran pemerintah melalui kebijakan publiknya sangat penting dalam
memfasilitasi terjadinya mekanisme padar yang benar sehingga penyimpangan yang
terjadi di dalam padar dapat dihindari.
B. Sektor swasta
Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam
sistem padar, seperti: industri pengolahan perdagangan, perbankan, koperasi termasuk
kegiatan sektor informal. Dalam bidang pendidikan, sektor swasta meliputi yayasan-
yayasan yang mengelola sekolah swasta.
C. Masyarakat
Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau
di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan
maupun kelompok masyarakatyang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi.
Dalam bidang pendidikan ada yang dinamakan Dewan Pendidikan yang merupakan
lembaga independent yang memiliki posisi sejajar dengan Bupati/Walikota dan DPRD.
Good governancememungkinkan adanya kesejajaran peran antara ketiga aktor di atas.
Sebagaimana dalam pengembangan kapasitas good governance, ada yang disebut dengan
perubahan dalam distribusi kewenangan yaitu telah terjadi distribusi kewenangan yang
tadinya menumpuk di pusat untuk didesentralisasikan kepada daerah, masyarakat,
asosiasi dan berbagai kelembagaan yang ada di masyarakat. Artinya saat ini pemerintah
bukanlah satu-satunya aktor dalam pengambilan keputusan, masyarakat dan juga pihak
swasta pun berkesempatan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan.

2.3 Peran-Peran Aktor Dalam Good Governanve


1. Peranan Pemerintah
Peran pemerintah saat ini sangat mengalami perubahan yang signifikan karena
sebagaimana kita ketahui bersama Good Governance pada umumnya diartikan sebagai
pengelolaan pemerintahan yang baik. Kata ‘baik’ disini dimaksudkan sebagai mengikuti
kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good Governance, setelah
melihat apa yang dimaksud dengan Good Governance menurut saya ada 3 (tiga) hal yang
perlu dilaksanakan pemerintah guna terarahnya Pembangunan yaitu:
A. Pemerintah sebagai Leading Sector membuat Kebijakan-kebijakan dengan tegas
guna mengarahkan Pembangunan sebaik mungkin sehingga seluruh sektor dapat
melaksanakannya sesuai keinginan Pemerintah dengan memperhatikan berbagai
instrumen khususnya dilingkup kesehatan nasional dan deerah serta diikuti dengan
aturan-aturan yang melandasi Kebijakan tersebut. Aturan dimaksud guna memantau
aturan main keseluruh sektor kesehatan serta merupakan suatu perencanaan strategis
untuk seluruh sistem kesehatan.
B. Pemerintah sebagai sumber dana dalam hubungannya dengan pembiayaan-
pembiayaan di ruang lingkup kesehatan yang sangat kompleks. Disamping
pemerintah sebagai sumber dana, pemerintah perlu melakukan terobosan dengan
donatur-donatur lainnya dari luar negeri duna mendukung pembiayaan, pemerintah
diharapkan meningkatkan meningkatkan cakupan asuransi dan jaminan kesehatan
khususnya bagi masyarakat menengah kebawah.
C. Pemerintah sebagai Pelayan Masyarakat, dalam hal ini pemerintah meningkatkan
sumber daya aparaturnya guna dapat melaksanakan pelayanan prima untuk seluruh
masyarakat.
2. Peran Masyarakat
Partisipasi masyarakat banyak bentuknya. Masyarakat partisipasinya diperlukan untuk
menentukan bagaimana suatu negara itu kedepannya salah satunya dengan kebijakan-
kebijakan yang dibuat dari hasil aspirasi yang disalurkan oleh masyarakat. Aspirasi
masyarakat diperlukan untuk pertimbangan-pertimbangan. Maka lembaga atau pun
organisasi masyarakat maupun sarana-sarana dibentuk untuk membantu masyarakat
supaya bisa menyalurkan aspirasi mereka. Masyarakat berpartisipasi dalam memberikan
aspirasi supaya menghasilkan kebijakan-kebijakan yang akan pemerintah gunakan untuk
membuat perubahan menuju arah yang lebih baik.
Partisipasi masyarakat tentu sangat bepengaruh dalam Good Governance banyak
masyarakat yang kritis, terbuka, dan memiliki pendapat tentang kepemerintahan negara
sehingga dapat mengundang masyarakat lain untuk terbuka dan berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan pemerintahan dan juga adanya lembaga atau organisasi yang dapat
membantu masyarakat supaya berminat untuk makin berpartisipasi dan berfikiran terbuka
dalam menggunakan hak-hak masyarakat. diharapkan pemerintah maupun masyarakat
dapat bekerjasama dan bertanggungjawab dalam menggunakan hak-hak nya dan
mengikuti sesuai ketentuan yang ditetapkan agar negara dapat sejahtera dan berjalan
dengan baik.

3. Peran Swasta
Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan yang aktif dalam interaksi sistem pasar,
seperti: industri pengolahan (manufactur), perdagangan, perbankan, dan koperasi,
termasuk juga kegiatan sektor informal. Peranan sek- tor swasta sangat penting dalam
pola kepemerintahan dan pembangunan, karena perannya sebagai peluang untuk
perbaikan produktivitas, penyerapan tenaga kerja, sumber penerimaan, investasi publik,
pengembangan usaha dan pertumbuhan ekonomi.

KESIMPULAN
Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan
politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.
Good Governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor
swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.
Makna dari governance pada dasarnya tidak diatur dalam undang- undang (UU). Tetapi
dapat dimaknai bahwa governance adalah tata pemerintahan, penyelenggaraan negara, atau
manajemen (pengelolaan) yang artinya kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau
menjadi urusan pemerintah. Governance itu sendiri memiliki unsur kata kerja lain yaitu
governing yang berarti fungsi pemerintah bersama instansi lain (LSM, swawasta, dan warga
Negara) yang dilaksanakan secara seimbang dan partisipatif. Sedangkan good governance
adalah tata pemerintahan yang baik atau menjalankan fungsi pemerintahan yang baik, bersih,
dan berwibawa (struktur, fungsi, manusia, aturan, dan lain-lain).
Adapun aktor-aktor dalam Good Governance diantaranya:
1. Negara/pemerintah
Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan – kegiatan kenegaraan,
tetapi labih jauh dari itu melibatkan pulasektor swasta dan kelembagaan masayarakat
madani.
2. Swasta
Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam
sistem padar, seperti: industri pengolahan perdagangan, perbankan, koperasi termasuk
kegiatan sektor informal. Dalam bidang pendidikan, sektor swasta meliputi yayasan-
yayasan yang mengelola sekolah swasta.
3. Masyarakat
Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau
di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik
perseorangan maupun kelompok masyarakatyang berinteraksi secara sosial, politik dan
ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/kristinadelvi/5bfd0f1143322f2d2d6011e2/partisipasi-masyarakat-
didalam-good-governance

https://prokomsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pengertian-prinsip-dan-penerapan-
good-governance-di-indonesia-99

http://eprints.ums.ac.id

Anda mungkin juga menyukai