Anda di halaman 1dari 18

TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH

Diajukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Masykur Zaini (2202010115)

Mutiara Manda (2202010139)

Surgawi (2202010129)

Dosen Pengampu

Ummu Amaliyah Kalsum., S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kemudahan

serta kelancaran dalam penyusunan makalah dengan judul “Tata Kelola

Pemerintahan Yang Baik dan Bersih”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan

kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Makalah ini diajukan guna

memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikitpun kesulitan dan hambatan

yang kami alami, namun berkat dukungan semangat dan dorongan, sehingga kami

mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu, kami pada kesempatan ini mengucap

terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada

kami, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca

khususnya mata kuliah “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”. Penulis

menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna

untuk itu kami para penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun

demi perbaikan kearah yang lebih baik.

Palopo, 17 Oktober 2023

Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 3
C. Tujuan........................................................................................................ 3

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................... 4

A. Tata Kelola Pemerintahan......................................................................... 4


B. Konsep Good Governance......................................................................... 5
C. Prinsip-prinsip Good Governance............................................................. 8

BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 13

A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
B. Saran.......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance)

menjadi tuntutan masyarakat terhadap pengelolaan organisasi sektor

publik. Hal ini dipicu oleh munculnya berbagai permasalahan seperti

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), masalah penegakkan hukum dan

kualitas pelayanan publik yang buruk. Good governance merupakan suatu

kondisi yang menjamin adanya proses kesejajaran,kesamaan, kohesi, dan

keseimbangan peran serta adanya saling mengontrol yang dilakukan oleh

tiga komponen yakni pemerintah, rakyat, dan swasta/bisnis.

Untuk mewujudkan good governance, pemerintah perlu

melakukan reformasi di berbagai sektor antara lain reformasi institusi

pemerintahan, reformasi manajemen sektor publik dan reformasi birokrasi.

Reformasi institusi pemerintahan ditandai dengan diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah yang kemudian diubah dengan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pusat dan Daerah serta berbagai peraturan pemerintah yang

berkaitan dengan institusi sektor publik. Reformasi manajemen sektor

publik dengan mereformasi sistem manajemen keuangan pemerintah dan

menerapkan praktik-praktik manajemen strategis. Reformasi birokrasi

yang meliputi usaha pembenahan di bidang kepemimpinan, kelembagaan

organisasi pemerintah, manajemen SDM pegawai, sistem dan prosedur

1
pelayanan publik. Di antara reformasi tersebut, reformasi manajemen

sektor publik merupakan bagian yang paling signifikan pengaruhnya

dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance). Hal ini

dikarenakan dengan reformasi manajemen sektor publik akan tercipta

peningkatan akuntabilitas publik dan kinerja lembaga lembaga sektor

publik.1

Menurut Mahsun, dkk (2012:20) “Good governance merupakan

bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada organisasi sektor publik

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjalankan aspek-

aspek fungsional dari pemerintahan secara efektif dan efisien “

Agar dapat mewujudkan akuntabilitas pemerintah, sudah

diawali dengan keluarnya ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Republik Indonesia (MPR RI) Nomor XI/MPR/1998 tentang

penyelenggaraan pemerintahan negara yang bersih dan bebas dari korupsi,

kolusi dan nepotisme, yang menegaskan bahwasannya tekad bangsa

Indonesia untuk senantiasa bersungguhsungguh dalam mewujudkan

penyelenggaraan pemerintah yang berdasar pada Undang-Undang No 28

Tahun 1999 untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan Indonesia yang

baik.2

Dari beberapa uraian diatas penulis tertarik untuk mempelajari

tentang bagaimana tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, untuk

1
http://scholar.unand.ac.id/29219/2/2.%20BAB%20I.pdf diakses pada tanggal 17
oktober 2023 pada jam 20.16
2
http://scholar.unand.ac.id/46551/2/BAB%201%20MARK-converted.pdf diakses pada
tanggal 18 oktober 2023 pada jam 11.39

2
itu kami ingin membahas lebih dalam mengenai tata kelola pemerintahan

yang baik dan bersih tersebut dalam makalah kami yang berjudul “Tata

Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih”.

B. Rumusan Masalah
1. Tata Kelola Pemerintahan ?

2. Konsep Good Governance ?

3. Prinsip-prinsip Good Governance ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Tata Kelola Pemerintahan ?

2. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Good Governance ?

3. Untuk mengetahui bagaimana Prinsip-prinsip Good Governance ?

4. Untuk menjadi bahan presentasi kami

3
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Tata Kelola Pemerintahan
Tata kelola pemerintahan yang baik adalah suatu

penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung

jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien

Definisi tata kelola pemerintahan atau lebih di kenal dengan dengan good

governance, secara pengertiannya adalah segala sesuatu yang terkait

dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat

mengarahkan,mengendalikan atau mempengaruhi urusan public untuk

mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari

(Dr.sedarmayanti, PT.Mandar maju ,2003). Good Governance tidak hanya

sebatas Pengelolaan lembaga pemerintahan,namun menyangkut semua

baik lembaga pemerintahan maupun non pemerintahan.

Bintoro Tjokromidjojo memandang Good Governance sebagai

suatu bentuk manajemen pembagunan yang juga disebut administrasi

pembangunan, yang menempatkan peran pemerintah sentral yang menjadi

agen of change dari suatu masyarakat berkembang atau developing di

dalam Negara berkembang. Pemerintah betindak sebagai regulator dan

pelaku pasar untuk menciptakan iklim yang kondusif dan melakukan

investasi prasarana yang mendukung dunia usaha. Menurut

Mardiasmo(1999:18) Good Governance adalah suatu konsep pendekatan

yang berorientasi kepada pembangunan sector public oleh pemerintahan

yang baik.

4
Menurut Bank Dunia yang di kutip Wahab (2002:34). Good

Governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen

pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan

demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaraan salah alokasi dan

investasi yang langka dan pencegahan korupsi, baik secara politik maupun

secara administrative, menjalakan disiplin anggaran serta penciptaan legal

and political framework bagi tumbuhnya aktifitas kewiraswastaan. Selain

itu bank dunia juga mensinonimkan good governance sebagai hubungan

sinergis dan konstruktif di antara Negara, sector dan masyarakat.3

Dalam sistem admimistrasi Indonesia penerapan good

governance seperti dalam pengertian yang di kembangkan united nation

development program. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP dalam tata

pemerintahan menuju pembangunan manusia berkelanjutan, januari 1997

yang di kutip dari bulletin informasi program kemitraan untuk

pembaharuan tata pemerintahan di Indonesia ( Partnership for good

governance reform in Indonesia ) , 2000. Tata pemerintahan adalah

penggunaan wewenang ekonomi, politik, dan administrasi guna mengola

urusan-urusan Negara pada setiap tingkat

B. Konsep Good Governance


Konsep good governance sendiri dalam beberapa tahun

belakangan ini banyak dibicarakan dalam berbagai konteks dan menjadi

isu yang mengemukan dalam pengelolaan pemerintahan. Hal ini terjadi

karena bagian dari luapan pola-pola lama dalam penyelenggaraan

3
effendi, 1996:47

5
pemerintahan tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang telah

berubah atau dengan kata lain semakin tidak efektifnya pemerintahan

disamping semakin berkembangnya kualitas demokrasi, hak asasi manusia

dan partisipasi public dalam pengambilan kebijakan. Beberapa pakar dan

teoritisi administrasi berpendapat bahwa peranan pemerintah harus

memfokuskan pada upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

selain pemberdayaan dan pembangunan. Pemerintahan dijalankan

berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang terbentuk melalui diskusi yang

berlangsung dalam ruang public.4

Kedaulatan rakyat sebagai sebuah konsep dasar tentang

kekuasaan telah menemukan bentuknya disini. Dalam konteks ini,

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan public tidak

semata-mata didasarkan pada pemerintah, tetapi dituntut adanya

keterlibatan seluruh elemen, baik interen birokrasi, masyarakat dan pihak

swasta. Pemikiran hanya akan terwujud apabila pemerintahan didekatkan

dengan yang diperintah atau dengan kata lain terjadi desentralisasi dan

otonomi daerah. Melalui pemerintahan yang desentralistik, akan terbuka

wadah demokrasi bagi masyarakat lokal untuk berperan dalam

menentukan nasibnya, serta berorentasi kepada kepentingan rakyat melalui

pemerintahan daerah yang terpercaya, terbuka dan jujur serta bersikap

tidak mengelak tanggung jawab sebagai prasyarat terwujudnya

pemerintahan yang akuntabel dan mampu 224 memenuhi asas-asas

kepatutan dalam pemerinthan (good governance). Melalui paradigma good


4
Agus Dwiyanto. 2005 kualitas pelayana publik. Rineka cipta. Jakarta

6
governance sebagai alternatif penyelenggaraan pemerintahan, potensi

masing-masing stakeholders dapat diaktualisasikan dalam mengatasi

berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi daerah dalam

pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang

No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sehingga perlu dijamin

perkembangan kreativitas dan aktivitas yang mengarah pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat, demokratisasi serta kemandirian daerah.5

Seiring dengan adanya keinginan mewujudkan tata

pemerintahan yang baik/good governance tersebut, maka sistem

penyelenggaraan pemerintahan daerah diera otonomi sekarang ini,

hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemberdayaan,

pelayanan, responsif, transparansi, akuntabilitas, partiisipaasi, kemitraan,

desentralisasi, konsistensi kebijaksanaan dan kepastian hukum. Paling

tidak syarat agar terciptanya good governance dalam penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan public dewasa ini seperti yang

dikemukakan oleh Santosa (2008) adalah meliputi transparansi,

responsive, efektif, dan efisiensi serta akuntabilitas.Dalam konteks

penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan publik pada

umumnya dalam upaya mewujudkan paradigma good governance yang

merupakan sebagai bingkai kerja dalam proses penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan, tentu bukanlahhal yang mudah dalam

5
Arthur, 2004, memangkas Birokrasi: lima strategi menuju pemerintahaan wirausaha,
terj. Abdul Rasyid dan Ramelan, Jakarta : PPM

7
mencapai hal tersebut. Akan tetapi dibutuhkan suatu tekad yang kuat dari

berbagai stakeholders untuk mewujudkanya.

C. Prinsip-prinsip Good Governance


Bedasarkan teori yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (2012;74) bahwa

prinsip-prinsip Good Governance terdiri dari :

a) Akuntabilitas

Aparatur pemerintah harus mampu mempertanggung-jawabkan

pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang tugas dan

fungsinya.Aparatur pemerintah harus dapat mempertanggung -

jawabkan kebijaksanaan, program dan kegiatannya yang

dilaksanakan atau dikeluarkannya termasuk pula yang terkait erat

dengan pendayagunaan ketiga komponen dalam birokrasi

pemerintahan, yaitu kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan,

dan sumber daya manusianya.

Prinsip akuntabilitas mensyaratkan adanya perhitungan cost and

benefit analysis (tidak terbatas dari segi ekonomi, tetapi juga

sosial, dan sebagainya tergantung bidang kebijaksanaan atau

kegiatannya) dalam berbagai kebijaksanaan dan tindakan aparatur

pemerintah. Selain itu, akuntabiltas juga berkaitan erat dengan

pertanggungjawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam

pencapaian sasaran atau target kebijaksanaan atau program.

Dengan demikian, tidak ada satu kebijaksanaan, program, dan

kegiatan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintahan yang dapat

lepas dari prinsip ini.

8
b) Keterbukaan dan Transparan (openess and transparency)

Masyarakat dan sesama aparatur pemerintah dapat mengetahui dan

memperoleh data dan informasi dengan mudah tentang

kebijaksanaan, program, dan kegiatan aparatur pemerintahan baik

di tingkat pusat maupun daerah, atau data dan informasi lainnya

yang tidak dilarang menurut peraturan perundang-undangan yang

disepakati bersama. Keterbukaan dan transparan juga dalam arti

masyarakat atau sesama aparatur dapat mengetahui atau dilibatkan

dalam perumusan atau perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

dengan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan publik yang

terkait dengan dirinya. Data dan informasi yang berkaitan dengan

tugas/fungsi aparatur pemerintah (instansi) yang bersangkutan

harus disediakan secara benar, misalnya data PNS oleh BAKN,

data guru oleh Depdiknas, data realisasi panen padi oleh

Departemen Pertanian, dan sebagainya. Perlunya dihindari adanya

data dan informasi yang bersifat “menyenangkan” tetapi menutupi

yang sebenarnya. Sebab keputusan atau kebijakan publik (public

policy) yang diambil pimpinan yang tidak didasarkan pada data

dan informasi yang sebenarnya, maka keputusan atau

kebijaksanaan tersebut akan menimbulkan masalah baru seperti

masalah lingkungan, anggaran (pemborosan), dan penderitaan

transmigran yang ditempatkan di sana.

c) Ketaatan pada aturan hukum

9
Aparatur pemerintah menjunjung tinggi dan mendasarkan setiap

tindakannya pada aturan hukum, baik yang berkaitan dengan

lingkungan eksternal (masyarakat luas) maupun yang berlaku

terbatas di lingkungan internalnya, misalnya: aturan kepegawaian

dan aturan pengawasan fungsional. Prinsip ini juga mensyaratkan

terbukanya kesempatan kepada masyarakat luas untuk terlibat dan

berpartisipasi dalam perumusan peraturan perundang - undangan

yang berkaitan dengan masyarakat.

Prinsip komitmen yang kuat untuk bekerja bagi kepentingan

bangsa dan negara, dan bukan pada kelompok, pribadi atau partai

yang menjadi idolanya Prinsip ini merupakan hal yang mutlak

dimiliki oleh aparatur pemerintahan.Hal ini sesuai 225 dengan

tugas dan fungsi pemerintah, sebagai pembina, pengarah, dan

penyelenggara pemerintahan umum dan pembangunan (dalam

batas -batas tertentu). Prinsip komitmen untuk mengikutsertakan

dan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi

dalam pembangunan.

Prinsip ini menegaskan bahwa tanpa komitmen ini, maka yang

timbul bukan partisipasi masyarakat tetapi antipati dan

ketidaksukaan dalam diri masyarakat terhadap perilaku dan

kebijaksanaan aparatur pemerintah. Pada saat yang sama, dalam

diri aparatur pemerintah akan tumbuh secara perlahan tetapi pasti

sikap mendominasi, anggapan atau perasaan paling tahu, paling

10
bisa dan paling berkuasa, dan cenderung tidak mau tahu kondisi

dan pendapat orang lain, yang pada akhirnya menimbulkan

arogansi birokrasi pemerintah.6

d) Partisipasi

Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat

dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun lewat

lembaga perwakilan sah yang mewakili aspirasi mereka. Bentuk

partisipasi menyeluruh ini dibangun berdasarkan prinsip demokrasi

yakni kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara

konstruktif.

e) Responsif

Dalam pelaksanaannya pemerintah harus tanggap terhadap

persoalan-persoalan masyarakat, harus memahami kebutuhan

masyarakat, harus proaktif mempelajari dan menganalisa

kebutuhan masyarakat.

f) Konsensus

Asas konsensus adalah bahwa keputusan apapun harus dilakukan

melalui proses musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan

keputusan konsensus memiliki kekuatan memaksa terhadap semua

yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut dan

memuaskan semua atau sebagian pihak, serta mengikat sebagian

besar komponen yang bermusyawarah.

g) Kesetaraan
6
Sedarmayanti (2012;74)

11
Adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas ini

mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan

berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa membedakan

suku, jenis, keyakinan, jenis kelamin, dan kelas sosial.

h) Efektifitas dan Efisiensi

Pemerintahan yang baik dan bersih harus memenuhi kriteria efektif

(berdaya guna) dan efisien (berhasil guna). Efektifitas dapat diukur

dari seberapa besar produk yang dapat menjangkau kepentingan

masyarakat dari berbagai kelompok. Efisien umumnya diukur

dengan rasionalisitas biaya pembangunan untuk memenuhi

kebutuhan semua masyrakat.

i) Visi strategis

Adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa

yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka

realisasi Good and Clean Governance. Dengan kata lain, kebijakan

apapaun yang diambil saat ini, harus diperhitungkan akibatnya

untuk sepuluh atau dua puluh tahun ke depan.7

BAB 3

7
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/download/748/652 diakses pada tanggal 16
oktober 2023 pada jam 12.24

12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas kami sebagai pemakalah dapat menyimpulkan

bahwa :

1. Tata kelola pemerintahan yang baik adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang

sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien Definisi tata

kelola pemerintahan atau lebih di kenal dengan dengan good

governance, secara pengertiannya adalah segala sesuatu yang terkait

dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat

mengarahkan,mengendalikan atau mempengaruhi urusan public untuk

mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari

2. Konsep good governance sendiri dalam beberapa tahun belakangan ini

banyak dibicarakan dalam berbagai konteks dan menjadi isu yang

mengemukan dalam pengelolaan pemerintahan. Melalui paradigma

good governance sebagai alternatif penyelenggaraan pemerintahan,

potensi masing-masing stakeholders dapat diaktualisasikan dalam

mengatasi berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi daerah

dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

sehingga perlu dijamin perkembangan kreativitas dan aktivitas yang

mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, demokratisasi

serta kemandirian daerah

3. Prinsip-prinsip Good Governance Terdiri dari:

13
a. Akuntabilitas

b. Keterbukaan dan transparan (openes and transparaency)

c. Ketaatan pada aturan hukum

d. Partisipasi

e. Responsif

f. Konsesnsus

g. Kesetaraan

h. Efektifitas dan Efesiensi

i. Visi strategis

B. Saran

Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan menambah

pengetahuan para teman-teman pembaca. Kami mohon maaf apabila ada

kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas. Kami

sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

14
Arthur, 2004, memangkas Birokrasi: lima strategi menuju pemerintahaan

wirausaha, terj. Abdul Rasyid dan Ramelan, Jakarta : PPM

Dwiyanto, Agus. 2005 kualitas pelayana publik. Rineka cipta. Jakarta

effendi, 1996:47 file:///C:/Users/ACER/Downloads/229023113.pdf diakses pada

tanggal 18 oktober 2023 pada jam 11.43

http://scholar.unand.ac.id/29219/2/2.%20BAB%20I.pdf diakses pada tanggal 17

oktober 2023 pada jam 20.16

http://scholar.unand.ac.id/46551/2/BAB%201%20MARK-converted.pdf diakses

pada tanggal 18 oktober 2023 pada jam 11.39

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/moderat/article/download/748/652 diakses

pada tanggal 16 oktober 2023 pada jam 12.24

Sedarmayanti. 2012. Good Governane dan Good Coorporate. PT. Bumi aksara.

Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai