Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ANALISA PELAYANAN PUBLIK DALAM PENYELENGGARAAN


PEMERINTAH DAERAH DALAM KERANGKA GOOD
GOVERNANCE
(Studi Kasus Di Kota batam kec.Nongsa )

( Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Administrasi Pemerintahan


Daerah)

Dosen Pengampu:
As'ad Albatroy Jalius

Disusun Oleh :
Didin Suryana 041914049

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS TERBUKA
T. A. 2023

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang


Maha Esa atas karunia dan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaika
makalah kami mengenai “Analisa Pelayanan Publik Dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Dalam Kerangka Good Governance”. Semoga dengan
penulisan makalah ini dapat menambah pemahaman dan pengetahuan kita semua.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan Nabi
Agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk dari
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hukum agraria dan Lingkungan Rasa terima kasih saya tidak terkirakan
kepada yang selaku dosen pembimbing materi dalam pembuatan makalah ini,
serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
jauh dari sempurna baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari dosen pembimbing mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Batam , 22 November 2023


Penyusun

Didin Suryana
DAFTAR ISI

ii
HALAMAN ……………………………………………………………………….I
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................7
Kajian Pustaka...................................................................................................................7
A. Pemerintahan Daerah................................................................................................7
1. Pengertian Pemerintahan Daerah....................................................................7
2. Fungsi Pemerintah Daerah..............................................................................8
3. Kewenangan Pemerintahan Daerah................................................................8
4. Tugas dan Kewajiban Wakil Kepala Daerah..................................................9
B. Pengawasan Pemerintahan Daerah..........................................................................10
C. Kajian Good Governance.......................................................................................11
1. Pengertian Good Governance...........................................................................11
2. Prinsip – prinsip good governance...................................................................13
3. Penerapan Good Governance di Indonesia.......................................................18
BAB III........................................................................................................................20
ANALISIS.......................................................................................................................20
A. Implementasi Prinsip Good Governance Di Pemkab Tanah Bumbu.......................20
BAB IV............................................................................................................................23
PENUTUP........................................................................................................................23
A. KESIMPULAN..........................................................................................................23
C. SARAN................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencanangan otonomi daerah tentu tidak demikian saja memenuhi
keinginan daerah. Keberhasilan otonomi daerah sangat tergantung pada
pemerintah daerah, yaitu DPRD, kepala daerah dan perangkat daerah serta
masyarakatnya untuk berkerja keras, terampil, disiplin, dan berperilaku dan atau
sesuai dengan nilai, norma dan moral, serta ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Partisipasi masyarakat di dalam setiap proses pembuatan kebijakan
publik merupakan hal penting sebagai cermin asas demokrasi di suatu negara.
Hal ini menjadi sangat tepat ketika partisipasi publik kemudian diangkat
menjadi salah satu prinsip yang harus dijalankan oleh pemerintah dalam upaya
mewujudkan good governance (kepemerintahan yang baik). Prinsip partisipasi
dalam upaya mewujudkan good governance yang dilakukan melalui pelayanan
publik sangat sejalan dengan pandangan baru yang berkembang di dalam upaya
meningkatkan pelayanan publik dengan cara melihat masyarakat tidak hanya
sebagai pelanggan (customer) melainkan sebagai warga negara yang memiliki
negara sekaligus pemerintahan yang ada di dalamnya (owner).
Pentingnya partisipasi publik juga memperoleh momentum yang tepat
seiring dengan munculnya era otonomi daerah di Indonesia yang memberikan
kuleluasaan yang lebih besar kepada daerah untuk merancang dan menentukan
sendiri jenis pelayanan yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.
Praktek good governance juga mensyaratkan adanya transparansi dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan. Transparansi
merupakan konsep yang sangat penting dan menjadi semakin penting sejalan
dengan semakin kuatnya keinginan untuk mengembangkan praktek good
governance.
Dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk
mengetahui berbagai informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan, maka
dapat mempermudah upaya masyarakat dalam menilai keberpihakan

4
pemerintah terhadap kepentingan publik. Masyarakat secara mudah dapat
menentukan apakah akan memberikan dukungan kepada pemerintah, atau
sebaliknya, kritikan dan protes yang dilakukan agar pemerintah lebih berpihak
kepada kepentingan publik. Lebih dari itu, hak untuk memperoleh informasi
adalah hak asasi dari setiap warga negara agar dapat melakukan penilaian
terhadap kinerja pemerintah secara tepat.
Transparansi juga memiliki keterkaitan dengan akuntabilitas publik.
Untuk menciptakan good governance yang salah satunya ditunjukkan
dengan sistem pelayanan

5
birokrasi pemerintah yang akuntabel, kesadaran di antara para pegawai
pemerintah mengenai pentingnya merubah citra pelayanan publik sangat
diperlukan. Akuntabilitas (accountability) adalah suatu derajat yang
menunjukkan tanggungjawab aparat atas kebijakan maupun proses pelayanan
publik yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah.
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa
dan negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem partisipasi, transparansi dan akuntabilitas yang tepat, jelas dan
nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan di Kota batam kec.Nongsa dapat
berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab.
Perencanaan Strategis Sekretariat Daerah Kota batam kec.Nongsa
Tahun 2016-2021 dimaksudkan untuk menciptakan komitmen dalam rangka
membangun sistem akuntabilitas dan kinerja sebagai salah satu upaya
penerapan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (Good Governance). Dan
juga untuk memberikan arah dan pedoman kepada seluruh aparatur Sekretariat
Daerah Kota batam kec.Nongsa dalam mencapai Visi dan Misi yang telah
disepakati

6
BAB II
Kajian Pustaka

A. Pemerintahan Daerah
1. Pengertian Pemerintahan Daerah
Dasar hukum tentang Pemerintahan Daerah mengalami banyak
perubahan, berawal dari UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah hingga yang terakhir diubah menjadi Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 telah membawa perubahan besar dalam pengaturan
pemerintahan daerah di Indonesia. Saat ini, pemerintahan daerah diatur
dalam Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang menjelaskan bahwa daerah ialah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi serta tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
yang seluas-luasnya dalam prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud pada Undang- Undang Dasar 1945. Pemerintah
daerah sendiri dapat diartikan sebagai kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang dalam tugasnya memimpin
pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Pemerintahan daerah dapat pula diartikan sebagai penyelenggaraan urusan
pada pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dan
dekonsentrasi, istilah tersebut berarti proses atau kegiatan (Marsono,
2005).
Kepala daerah 10 memiliki kedudukan penting dalam struktur
pemerintahan dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah (Fauzi,
2019). Menurut Sarundajang (2002), kepala daerah merupakan orang yang
paling utama dalam mengkoordinasikan aspek perwakilan pada proses
pemerintahan daerah. Pemerintah daerah memiliki fungsi sebagai
perlindungan, pelayanan publik, dan pembangunan. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan tugasnya, kepala daerah harus menjalankan ketiga fungsi
pemerintahan tersebut.

7
Pemerintah daerah meliputi Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Berkaitan dengan hal itu peran pemerintah daerah adalah segala sesuatu
yang dilakukan dalam bentuk otonomi daerah sebagai suatu hak,
wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

2. Fungsi Pemerintah Daerah


Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah
menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan.
Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 adalah:
a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
memiliki hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah.
Dimana hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber
daya alam, dan sumber daya lainnya.

3. Kewenangan Pemerintahan Daerah


Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014, kewenangan
pemerintahan daerah meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya sesuai dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan konkuren yang
diserahkan oleh pemerintah pusat menjadi dasar pelaksanaan otonomi
daerah dengan berdasar atas asas tugas pembantuan.

8
c. Pemerintahan daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan
umum yang menjadi kewenangan presiden dan pelaksanaannya
dilimpahkan kepada gubernur dan bupati/wali kota, dibiayai oleh
APBN

4. Tugas dan Kewajiban Wakil Kepala Daerah


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah bahwa wakil kepala daerah mempunyai tugas dan
kewajiban. Adapun tugas wakil kepala daerah dalam pasal 66 yaitu :
a. Membantu kepala daerah dalam urusan :
1) Memimipin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah.
2) Mengkoordinasi kegiatan pemerintahan daerah dan
menindalanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawsan aparat
pengawasan.
3) Membantu dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dilaksanakan oleh perangkat daerah.
4) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan
yang dilaksanakan oleh perangkat daerah kabupaten/kota,
kelurahan, dan/atau desa bagi bagi wakil bupati/wali kota.
5) Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah
dalam pelaksanaan pemerintahan daerah
6) Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila
kepala daerah menjalani masa tahanan atau berhalangan
sementara.
7) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.1

Sedangkan kewajiban wakil kepala daerah menurut pasal 67


adalah :

1) Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakn


UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
1
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

9
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2) Menantaati seluruh ketentuan dan peraturan perundang-
undangan
3) Mengembangkan kehidupan demokrasi d. Menjaga etika dan
norma dalam pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah
4) Menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik
5) Melaksanakan program strategis nasional
6) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertical di
daerah dan semua perangkat daerah

B. Pengawasan Pemerintahan Daerah


Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah
di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi
daerah. Pengawasan sangat diperlukan menjaga pelaksanaan kegiatan
pemerintahan berjalan sesuai dengan perencanaan dan sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku. Perencanaan tersebut dapat diartikan
sebagai fungsi manajemen yang menentukan strategi terbaik dan taktik untuk
mencapai tujuan dan target dalam organisasi. Selain itu, dalam rangka
mewujudkan pemerintahan yang baik dan juga pemerintahan yang bersih dari
tindakan tindakan yang tidak diinginkan, pengawasan juga diperlukan
untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien,
transparan, serta bersih dan bebas dari praktik-praktik korupsi.
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan
standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan
keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Dari pengertian di atas dapat ditarik satu kesimpulan adanya
perbedaan di antara kata Pembinaan, Pengawasan dan Pemeriksaan. Tekanan
pengertian Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan

10
evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional. Dalam
UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan
Badan Pemeriksa Keuangan melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pembagian tugas Pembinaan, Pengawasan dan Pemeriksaan tersebut di atas
memberikan gambaran Pengendalian Internal dan Pengendalian Eksternal
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Pengendalian Internal oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah
(APIP) dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari Inspektorat Jenderal, BPKP,
Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Pengendalian internal
tersebut seyogyanya sudah dapat menghasilkan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,
namun ternyata masih banyak yang terlewatkan. Sehingga tidak cukup
dilakukan oleh APIP saja. Semua pihak harus ikut serta dalam proses
pembinaan dan pengawasan tersebut. Jika proses pengawasan penyelenggaran
pemerintah daerah masih kurang optimal, hal ini bukan disebabkan oleh
pemerintahan daerah yang masih baru atau pimpinan dan pegawai pada
Provinsi/Kabupaten/Kota adalah orang baru dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, tetapi lebih disebabkan oleh SDM yang kurang
memadai. Sebagai contoh dalam pemekaran daerah,
pengalaman kerja dan pembinaan yang telah diperoleh pada saat di
instansi lama seharusnya menjadi bahan pembelajaran untuk diterapkan pada
instansi pemerintahan yang baru ini. Namun sebagai catatan penting,
pengalaman kerja dan pembinaan yang dibawa ke instansi yang baru
seharusnya yang positif saja.

C. Kajian Good Governance


1. Pengertian Good Governance
Good Governance adalah tata kelola pemerintahan yang baik yang

telah didefinisikan oleh berbagai lembaga yang diakui oleh dunia. Salah

satu lembaga tersebut yaitu United Nations Development Program

11
(UNDP) dalam dokumen kebijakannya yang berjudul “Governance for

sustainable human development” (1997) mendefinisikan good

governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif di antar

negara, sektor swasta, dan society (Dwiyanto, 2005 : 82).

Pengertian governance menurut UNDP (United Nation

Development Program) yang dikutip oleh Sedarmayanti (2003 : 5)

terdapat tiga model tata kepemerintahan yang baik, sebagai berikut :

a. Politcal Governance yang mengacu pada proses pembuatan keputusan


untuk merumuskan kebijakan (policy/strategy formulation).
b. Economic Governance yang meliputi proses pembuatan keputusan
yang memfasilitasi terhadap equity (kekayaan), proverty (properti),
serta quality of life (kualitas hidup).
c. Administrative Governance yang mengacu pada sistem implementasi
kebijakan
Menurut Ganie (2000 : 142) menjelaskan pengertian good
governance, sebagai berikut :

“Good Governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya


ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor Negara dan sektor
non Negara dalam suatu usaha kolektif”.

Bila dilihat dari beberapa pengertian Good Governance menurut

para ahli, maka dapat disimpulkan mengenai Good Governance lebih

berfokus pada pertumbuhan sektor publik yang bersinergis untuk

mengelola sumber daya yang dimiliki suatu Negara dengan tata kelola

kepemerintahan yang baik secara efektif dan efisien untuk kepentingan

masyarakat secara bertanggung jawab sejalan dengan peraturan perundang

– undangan yang berlaku dan menghindari kepentingan diri sendiri seperti

12
korupsi, kolusi, serta nepotisme.

Maka dari itu tujuan good governance tercapai di suatu Negara

bila dilihat dari rakyatnya yang sejahtera dan makmur. Untuk

mengimplementasikan good governance bukanlah perkara yang mudah,

karena banyaknya kendala-kendala yang melanda suatu Negara untuk bisa

mewujudkan tata kepemerintahan yang baik diantaranya penyimpangan

seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh orang internal

sendiri yang membuat suatu permainan yang dibuat untuk menguntungkan

dan mementingkan kepentingan mereka sendiri. Maka dari itu untuk

tercapainya tujuan good governance, pemerintah maupun masyarakatnya

sendiri harus bekerja sama untuk sadar dan menanamkan rasa peduli

kepada Negara agar terwujudnya kepemerintahan yang baik untuk selalu

mematuhi peraturan atau standar yang telah ditetapkan.

2. Prinsip – prinsip good governance


Untuk terwujudnya tata kepemerintahan yang baik maka

diperlukan prinsip – prinsip good governance sebagai tolak ukur kinerja

suatu pemerintahan. Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003 : 7)

prinsip – prinsip Good Governance, sebagai berikut :

a. Partisipasi masyarakat
b. Tegaknya Supremasi Hukum
c. Transparansi
d. Peduli pada Stakeholder
e. Berorientasi pada Kasus
f. Kesetaraan
g. Efektivitas dan Efisien
h. Akuntabilitas
i. Visi Strategis.

13
Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja

suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah

bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance.

Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance

diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini:

a. Partisipasi Masyarakat (Participation)

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam

pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui

lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan

mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan

kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas

untuk berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk

menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi

masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada,

pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat

dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi

pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian

pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan

masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk

menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan

pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk

menyelesaikan isu sektoral.

b. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)


Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-

14
perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan
hukum. Sehubungan dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good
governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan
rule of law dengan karakter- karakter antara lain sebagai berikut:
Supremasi hukum (the supremacy of law), Kepastian hukum (legal
certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan hukum yang
konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka
hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di
dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.

c. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yangdiambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi
menciptakan kepercayaan timbalbalik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi
perlu dapat diakses olehpihak-pihak yang berkepentingan, dan
informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan
dipantau. Sehingga bertambahnya wawasan dan pengetahuan
masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya
jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan
berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan.

d. Peduli Pada Stakeholder/Dunia Usaha


Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus
berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan. Dalam
konteks praktek lapangan dunia usaha, pihak korporasi mempunyai
tanggungjawab moral untuk mendukung bagaimana good
governance dapat berjalan dengan baik di masing-masing
lembaganya. Pelaksanaan good governance secara benar dan

15
konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari pelaksanaan etika
bisnis yang seharusnya dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang
ada didunia. Dalam lingkup tertentu etika bisnis berperan sebagai
elemen mendasar dari konsep CSR (Corporate Social Responsibility)
yang dimiliki oleh perusahaan. Pihak perusahaan mempunyai
kewajiban sebagai bagian masyarakat yang lebih luas untuk
memberikan kontribusinya. Praktek good governance menjadi
kemudian guidence atau panduan untuk operasional perusahaan, baik
yang dilakukan dalam kegiatan internal maupun eksternal
perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional perusahaan dan
bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal lebih
kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder
lainnya, termasuk didalamnya publik.
e. Berorientasi pada Konsensus (Consensus)
Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui
proses musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan
tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar
pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik
bersama, sehingga ia akan mempunyai kekuatan memaksa (coercive
power) bagi semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan
keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam
konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka
kelola adalah persoalan-persoalan publik yang harus
dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Semakin banyak yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipasi, maka
akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang
terwakili. Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus
menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok- kelompok
masyarakat, dan bila mungkin, consensus dalam hal kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur.
f. Kesetaraan (Equity)

16
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan.
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan
menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi
adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah
daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang
kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat.
Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi
seperti melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio
serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan
yang jelas tentang cara mendapatkan informasi.

g. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)


Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas,
pemerintahan yang baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria
efektif dan efisien yakni berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria
efektif biasanya di ukur dengan parameter produk yang dapat
menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai
kelompok dan lapisan sosial. Agar pemerintahan itu efektif dan
efisien, maka para pejabat pemerintahan harus mampu menyusun
perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata
masyarakat, dan disusun secara rasional dan terukur. Dengan
perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi
masyarakat akan dapat digerakkan dengan mudah, karena program-
program itu menjadi bagian dari kebutuhan mereka. Prosesproses
pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai

17
kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan
sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik
terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk
mengurusi kepentingan mereka. Para pengambil keputusan di
pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat
bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada
lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban
tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi
yang bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan
perundangundangan yang ada, dengan komitmen politik akan
akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan
instrumen-instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku
dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara pemerintahan dan
sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.

i. Visi Strategis (Strategic Vision)


Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk
menghadapi masa yang akan datang. Para pemimpin dan masyarakat
memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata
pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan
akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan
tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas
kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi
perspektif tersebut.

3. Penerapan Good Governance di Indonesia

Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar-benar dirintis


dan diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era
tersebut telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut
proses demokrasi yang bersih sehingga Goo Governance merupakan

18
salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan
baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah
berjalan selama 12 tahun ini, penerapan Good Governance di Indonesia
belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita – cita
Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan
kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan
dua produk utama Good Governance. Akan tetapi, hal tersebut tidak
berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang dilakukan
pemerintah dalam menciptaka iklim Good Governance yang baik,
diantaranya ialah mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap
publik mengenai APBN sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam proses
pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal
tersebut dapat terus menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial
dari sektor publik tersebut agar kelak lebih baik dan kredibel
kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga – lembaga
penunjang pelaksanaan Good governance pun banyak yang dibentuk.
Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik pada
era Orde Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada
era Orde Baru dimana sektor public ditempatkan sebagai agent of
development bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental
dengan rezim yang sangat menghambat terlahirnya pemerintahan
berbasis Good Governance.

Diterapkannya Good Governance diIndonesia tidak hanya


membawa dampak positif dalam sistem pemerintahan saja akan tetapi
hal tersebut mampu membawa dampak positif terhadap badan usaha
non-pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance.
Dengan landasan yang kuat diharapkan akan membawa bangsa
Indonesia kedalam suatu pemerintahan yang bersih dan amanah.

19
BAB III
ANALISIS

A. Implementasi Prinsip Good Governance Di Pemkab Tanah Bumbu

Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tata


pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang paling
mengemuka pada era otonomi daerah sekarang ini. Tutuntan sangat gencar
dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan
pemyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan
meningkatnya tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat maupun
adanya pengaruh globalisasi. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah, prinsip good governance dalam prakteknya adalah
dengan menerapkan prinsip penyelenggaraan yang baik dalam setiap
pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan serta tindakan yang
dilakukan oleh birokrasi pemerintahan daerah dalam pelaksanaan fungsi
pelayanan publik.

1. Penerapan Prinsip Partisipasi


Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah juga tidak terlepas
dari partisipasi aktif anggota masyarakatnya. Masyarakat Daerah, baik
secara kesatuan sistem maupun sebagai individu, merupakan bagian
integral yang sangat penting dari sistem pemerintahan daerah, karena
secara prinsip penyelenggaraan otonomi daerah ditujukan guna
mewujudkan masyarakat yang sejahtera di daerah yang bersangkutan.
Oleh karena itu tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah
tidak saja di tangan kepala daerah, DPRD, aparat pelaksananya, tetapi
juga di tangan masyarakat daerah tersebut. Penerapan prinsip
partisipasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota batam
kec.Nongsa masih perlu ditingkatkan. Masyarakat kurang dilibatkan
dalam proses penyusunan kebijakan maupun program-program yang

20
akan ditempuh oleh Pemerintah Daerah.

2. Penerapan Prinsip Transparansi


Dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk
mengetahui berbagai informasi mengenai penyelenggaraan
pemerintahan, maka dapat mempermudah upaya masyarakat dalm
menilai keberpihakan pemerintah Terhadap kepentingan publik.
Penerapan prinsip transparansi merupakan salah satu poin penting
dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Dengan melakukan
wawancara tentang penerapan prinsip transparansi pada Pemerintah
Daerah khususnya pada Sekretariat Daerah Kota batam kec.Nongsa ,
didapati bahwa Pemerintah Kota batam kec.Nongsa sudah
menerapkan prinsip transparansi dengan cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari sosialisasi yang dilakukan aparatur pemerintah kepada
masyarakat terhadap kebijakan yang akan dilaksanakan, informasi
melalui media baik cetak maupun elektronik sudah dilakukan.

3. Penerapan Prinsip Akuntabilitas


Pada prinsipnya akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan selalu di tuntut dalam semua tahap, baik itu dalam
proses penyusunan program kegiatan, pembiayaan, pelaksanaan,
evaluasi maupun hasil dan dampaknya. Adanya laporan kepada DPRD
dan Pemerintah Pusat menjadi bukti bahwa adanya
pertanggung jawaban pemerintah terhadap seluruh kegiatan
maupun kebijakan yang dibuat dan telah dilaksanakan.
Pada tahun ini, Berdasarkan hal tersebut maka Sekretariat Daerah
Kota batam kec.Nongsa bersama- sama dengan para pejabat struktural
dan staf menyusun Rencana Strategis Tahun 2020 - 2023 yang
merupakan dokumen perencanaan lima tahunan Sekretariat Daerah
Kota batam kec.Nongsa ; yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran,
strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di bidang
penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap

21
pelaksanaan tugas perangkat daerah serta pelayanan administratif
berdasarkan kondisi dan potensi daerah di Kota batam kec.Nongsa

B. Faktor-Faktor Penghambat Penerapan Prinsip Good Governance


dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak terlepas
adanya partisipasi
aktif anggota masyarakatnya. Salah satu wujud dari tanggung jawab
masyarakat. Masyarakat daerah, baik kesatuan sistem maupun sebagai
individu, merupakan integral yang sangat dari sistem pemerintahan
daerah, karena secara prinsip penyelenggaraan otonomi daerah
ditujukan guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera di daerah yang
bersangkutan. Tentu bukan perkerjaan yang mudah untuk mewujudkan
ketiga prinsip good governance yaitu partisipasi, transparansi dan
akuntabiltas dalam praktik pemerintahan sehari-hari di Indonesia. Di
Kota batam kec.Nongsa khususnya di Sekretariat Daerah Kota batam
kec.Nongsa masih menemui faktor-faktor yang menghambat jalannya
ketiga prinsip tersebut. Adapun faktor-faktor tersebut adalah
penjaringan aspirasi masyarakat yang tidak merata, biasanya yang
diundang dalam jaring aspirasi bersifat elitis, kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap partisipasi mereka terhadap pembuatan kebijakan
atau program-program. Kemudian dalam penerapan transparansi,
pemerintah telah berupaya memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat sehingga masyarakat mengetahui kebijakan maupun
program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah

22
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam analisa pelayanan publik dalam penyelelenggaraan pemerintah
daerah di Kota Batam, Kecamatan Nongsa, dapat ditarik beberapa kesimpulan
terkait dengan kerangka Good Governance. Good Governance adalah konsep
yang menekankan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Pertama, ditemukan bahwa pelayanan publik
di Kota Batam, Kecamatan Nongsa masih belum optimal. Hal ini terlihat dari
adanya keluhan masyarakat terkait kualitas dan kecepatan pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah. Beberapa kendala yang ditemukan antara
lain kurangnya SDM yang kompeten, kurangnya sarana dan prasarana yang
memadai, serta kurangnya koordinasi antarinstansi terkait.
Kedua, terdapat kebutuhan akan peningkatan transparansi dan
akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Masyarakat
membutuhkan akses informasi yang lebih terbuka mengenai kebijakan dan
program yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Selain itu,
terdapat kebutuhan untuk memperkuat mekanisme pengawasan terhadap
kinerja pemerintah daerah agar dapat meminimalisir terjadinya korupsi dan
penyalahgunaan wewenang. Ketiga, diperlukan upaya yang lebih serius
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan pemerintah daerah. Dengan melibatkan
masyarakat, diharapkan keputusan yang diambil akan lebih responsif terhadap
kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Keempat, pentingnya pembangunan kapasitas SDM dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah perlu
menginvestasikan sumber daya untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas
pelayanan publik yang diberikan. Pelatihan dan pendidikan bagi aparatur

23
pemerintah daerah perlu ditingkatkan agar mereka dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Dalam kesimpulannya, analisa ini menunjukkan bahwa terdapat
beberapa aspek yang perlu diperbaiki dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah di Kota Batam, Kecamatan Nongsa, dalam kerangka Good
Governance. Perbaikan-perbaikan tersebut meliputi peningkatan kualitas
pelayanan publik, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, peningkatan
partisipasi masyarakat, dan pembangunan kapasitas SDM. Dengan melakukan
perbaikan-perbaikan ini, diharapkan pemerintah daerah dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

C. SARAN
Diperlukanya kesadaran dari aparatur pemerintah untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, implementasinya bahkan evaluasi kebijakan. Selain itu, perlu
adanya peningkatan transparansi yang dilakukan aparatur pemerintah
melaluin sosialisasi terhadap kebijakan atau program-program yang akan
dilaksanakan pemerintah daerah. Dan perlu adanya peningkatan
akuntabilitas yang nyata dilakukan aparatur pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pemerintahan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto Agus, 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan


Publik. Penerbit Gadja Mada University Press.

Pramusinto Agus & Purwanto Erwan. 2009. Reformasi Birokrasi,


Kepempinan dan Pelayanan Publik. Penerbit Gava Media.

Sarundajang S. H. 2011. Birokrasi dalam Otonomi Daerah (Upaya Mengatasi


Kegagalan).Penerbit Kata Hasta Pustaka. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah BMP ADPU 4440 Administrasi

Pemerintahan Daerah. Universitas Terbuka.

25

Anda mungkin juga menyukai