Dosen Pengampu:
As'ad Albatroy Jalius
Disusun Oleh :
Didin Suryana 041914049
KATA PENGANTAR
Didin Suryana
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN ……………………………………………………………………….I
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................7
Kajian Pustaka...................................................................................................................7
A. Pemerintahan Daerah................................................................................................7
1. Pengertian Pemerintahan Daerah....................................................................7
2. Fungsi Pemerintah Daerah..............................................................................8
3. Kewenangan Pemerintahan Daerah................................................................8
4. Tugas dan Kewajiban Wakil Kepala Daerah..................................................9
B. Pengawasan Pemerintahan Daerah..........................................................................10
C. Kajian Good Governance.......................................................................................11
1. Pengertian Good Governance...........................................................................11
2. Prinsip – prinsip good governance...................................................................13
3. Penerapan Good Governance di Indonesia.......................................................18
BAB III........................................................................................................................20
ANALISIS.......................................................................................................................20
A. Implementasi Prinsip Good Governance Di Pemkab Tanah Bumbu.......................20
BAB IV............................................................................................................................23
PENUTUP........................................................................................................................23
A. KESIMPULAN..........................................................................................................23
C. SARAN................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencanangan otonomi daerah tentu tidak demikian saja memenuhi
keinginan daerah. Keberhasilan otonomi daerah sangat tergantung pada
pemerintah daerah, yaitu DPRD, kepala daerah dan perangkat daerah serta
masyarakatnya untuk berkerja keras, terampil, disiplin, dan berperilaku dan atau
sesuai dengan nilai, norma dan moral, serta ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Partisipasi masyarakat di dalam setiap proses pembuatan kebijakan
publik merupakan hal penting sebagai cermin asas demokrasi di suatu negara.
Hal ini menjadi sangat tepat ketika partisipasi publik kemudian diangkat
menjadi salah satu prinsip yang harus dijalankan oleh pemerintah dalam upaya
mewujudkan good governance (kepemerintahan yang baik). Prinsip partisipasi
dalam upaya mewujudkan good governance yang dilakukan melalui pelayanan
publik sangat sejalan dengan pandangan baru yang berkembang di dalam upaya
meningkatkan pelayanan publik dengan cara melihat masyarakat tidak hanya
sebagai pelanggan (customer) melainkan sebagai warga negara yang memiliki
negara sekaligus pemerintahan yang ada di dalamnya (owner).
Pentingnya partisipasi publik juga memperoleh momentum yang tepat
seiring dengan munculnya era otonomi daerah di Indonesia yang memberikan
kuleluasaan yang lebih besar kepada daerah untuk merancang dan menentukan
sendiri jenis pelayanan yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.
Praktek good governance juga mensyaratkan adanya transparansi dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan. Transparansi
merupakan konsep yang sangat penting dan menjadi semakin penting sejalan
dengan semakin kuatnya keinginan untuk mengembangkan praktek good
governance.
Dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk
mengetahui berbagai informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan, maka
dapat mempermudah upaya masyarakat dalam menilai keberpihakan
4
pemerintah terhadap kepentingan publik. Masyarakat secara mudah dapat
menentukan apakah akan memberikan dukungan kepada pemerintah, atau
sebaliknya, kritikan dan protes yang dilakukan agar pemerintah lebih berpihak
kepada kepentingan publik. Lebih dari itu, hak untuk memperoleh informasi
adalah hak asasi dari setiap warga negara agar dapat melakukan penilaian
terhadap kinerja pemerintah secara tepat.
Transparansi juga memiliki keterkaitan dengan akuntabilitas publik.
Untuk menciptakan good governance yang salah satunya ditunjukkan
dengan sistem pelayanan
5
birokrasi pemerintah yang akuntabel, kesadaran di antara para pegawai
pemerintah mengenai pentingnya merubah citra pelayanan publik sangat
diperlukan. Akuntabilitas (accountability) adalah suatu derajat yang
menunjukkan tanggungjawab aparat atas kebijakan maupun proses pelayanan
publik yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah.
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa
dan negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem partisipasi, transparansi dan akuntabilitas yang tepat, jelas dan
nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan di Kota batam kec.Nongsa dapat
berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab.
Perencanaan Strategis Sekretariat Daerah Kota batam kec.Nongsa
Tahun 2016-2021 dimaksudkan untuk menciptakan komitmen dalam rangka
membangun sistem akuntabilitas dan kinerja sebagai salah satu upaya
penerapan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (Good Governance). Dan
juga untuk memberikan arah dan pedoman kepada seluruh aparatur Sekretariat
Daerah Kota batam kec.Nongsa dalam mencapai Visi dan Misi yang telah
disepakati
6
BAB II
Kajian Pustaka
A. Pemerintahan Daerah
1. Pengertian Pemerintahan Daerah
Dasar hukum tentang Pemerintahan Daerah mengalami banyak
perubahan, berawal dari UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah hingga yang terakhir diubah menjadi Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 telah membawa perubahan besar dalam pengaturan
pemerintahan daerah di Indonesia. Saat ini, pemerintahan daerah diatur
dalam Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang menjelaskan bahwa daerah ialah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi serta tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
yang seluas-luasnya dalam prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud pada Undang- Undang Dasar 1945. Pemerintah
daerah sendiri dapat diartikan sebagai kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang dalam tugasnya memimpin
pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Pemerintahan daerah dapat pula diartikan sebagai penyelenggaraan urusan
pada pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dan
dekonsentrasi, istilah tersebut berarti proses atau kegiatan (Marsono,
2005).
Kepala daerah 10 memiliki kedudukan penting dalam struktur
pemerintahan dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah (Fauzi,
2019). Menurut Sarundajang (2002), kepala daerah merupakan orang yang
paling utama dalam mengkoordinasikan aspek perwakilan pada proses
pemerintahan daerah. Pemerintah daerah memiliki fungsi sebagai
perlindungan, pelayanan publik, dan pembangunan. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan tugasnya, kepala daerah harus menjalankan ketiga fungsi
pemerintahan tersebut.
7
Pemerintah daerah meliputi Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Berkaitan dengan hal itu peran pemerintah daerah adalah segala sesuatu
yang dilakukan dalam bentuk otonomi daerah sebagai suatu hak,
wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
8
c. Pemerintahan daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan
umum yang menjadi kewenangan presiden dan pelaksanaannya
dilimpahkan kepada gubernur dan bupati/wali kota, dibiayai oleh
APBN
9
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2) Menantaati seluruh ketentuan dan peraturan perundang-
undangan
3) Mengembangkan kehidupan demokrasi d. Menjaga etika dan
norma dalam pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah
4) Menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik
5) Melaksanakan program strategis nasional
6) Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertical di
daerah dan semua perangkat daerah
10
evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional. Dalam
UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan
Badan Pemeriksa Keuangan melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pembagian tugas Pembinaan, Pengawasan dan Pemeriksaan tersebut di atas
memberikan gambaran Pengendalian Internal dan Pengendalian Eksternal
dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Pengendalian Internal oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah
(APIP) dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari Inspektorat Jenderal, BPKP,
Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Pengendalian internal
tersebut seyogyanya sudah dapat menghasilkan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,
namun ternyata masih banyak yang terlewatkan. Sehingga tidak cukup
dilakukan oleh APIP saja. Semua pihak harus ikut serta dalam proses
pembinaan dan pengawasan tersebut. Jika proses pengawasan penyelenggaran
pemerintah daerah masih kurang optimal, hal ini bukan disebabkan oleh
pemerintahan daerah yang masih baru atau pimpinan dan pegawai pada
Provinsi/Kabupaten/Kota adalah orang baru dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, tetapi lebih disebabkan oleh SDM yang kurang
memadai. Sebagai contoh dalam pemekaran daerah,
pengalaman kerja dan pembinaan yang telah diperoleh pada saat di
instansi lama seharusnya menjadi bahan pembelajaran untuk diterapkan pada
instansi pemerintahan yang baru ini. Namun sebagai catatan penting,
pengalaman kerja dan pembinaan yang dibawa ke instansi yang baru
seharusnya yang positif saja.
telah didefinisikan oleh berbagai lembaga yang diakui oleh dunia. Salah
11
(UNDP) dalam dokumen kebijakannya yang berjudul “Governance for
mengelola sumber daya yang dimiliki suatu Negara dengan tata kelola
12
korupsi, kolusi, serta nepotisme.
seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh orang internal
sendiri harus bekerja sama untuk sadar dan menanamkan rasa peduli
a. Partisipasi masyarakat
b. Tegaknya Supremasi Hukum
c. Transparansi
d. Peduli pada Stakeholder
e. Berorientasi pada Kasus
f. Kesetaraan
g. Efektivitas dan Efisien
h. Akuntabilitas
i. Visi Strategis.
13
Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja
14
perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan
hukum. Sehubungan dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good
governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan
rule of law dengan karakter- karakter antara lain sebagai berikut:
Supremasi hukum (the supremacy of law), Kepastian hukum (legal
certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan hukum yang
konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka
hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di
dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
c. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yangdiambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi
menciptakan kepercayaan timbalbalik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi
perlu dapat diakses olehpihak-pihak yang berkepentingan, dan
informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan
dipantau. Sehingga bertambahnya wawasan dan pengetahuan
masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya
jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan
berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan.
15
konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari pelaksanaan etika
bisnis yang seharusnya dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang
ada didunia. Dalam lingkup tertentu etika bisnis berperan sebagai
elemen mendasar dari konsep CSR (Corporate Social Responsibility)
yang dimiliki oleh perusahaan. Pihak perusahaan mempunyai
kewajiban sebagai bagian masyarakat yang lebih luas untuk
memberikan kontribusinya. Praktek good governance menjadi
kemudian guidence atau panduan untuk operasional perusahaan, baik
yang dilakukan dalam kegiatan internal maupun eksternal
perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional perusahaan dan
bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal lebih
kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder
lainnya, termasuk didalamnya publik.
e. Berorientasi pada Konsensus (Consensus)
Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui
proses musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan
tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar
pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik
bersama, sehingga ia akan mempunyai kekuatan memaksa (coercive
power) bagi semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan
keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam
konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka
kelola adalah persoalan-persoalan publik yang harus
dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Semakin banyak yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipasi, maka
akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang
terwakili. Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus
menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok- kelompok
masyarakat, dan bila mungkin, consensus dalam hal kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur.
f. Kesetaraan (Equity)
16
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan.
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan
menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi
adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah
daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang
kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat.
Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi
seperti melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio
serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan
yang jelas tentang cara mendapatkan informasi.
17
kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan
sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik
terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk
mengurusi kepentingan mereka. Para pengambil keputusan di
pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat
bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada
lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban
tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi
yang bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan
perundangundangan yang ada, dengan komitmen politik akan
akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan
instrumen-instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku
dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara pemerintahan dan
sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
18
salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan
baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah
berjalan selama 12 tahun ini, penerapan Good Governance di Indonesia
belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita – cita
Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan
kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan
dua produk utama Good Governance. Akan tetapi, hal tersebut tidak
berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang dilakukan
pemerintah dalam menciptaka iklim Good Governance yang baik,
diantaranya ialah mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap
publik mengenai APBN sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam proses
pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal
tersebut dapat terus menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial
dari sektor publik tersebut agar kelak lebih baik dan kredibel
kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga – lembaga
penunjang pelaksanaan Good governance pun banyak yang dibentuk.
Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik pada
era Orde Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada
era Orde Baru dimana sektor public ditempatkan sebagai agent of
development bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental
dengan rezim yang sangat menghambat terlahirnya pemerintahan
berbasis Good Governance.
19
BAB III
ANALISIS
20
akan ditempuh oleh Pemerintah Daerah.
21
pelaksanaan tugas perangkat daerah serta pelayanan administratif
berdasarkan kondisi dan potensi daerah di Kota batam kec.Nongsa
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam analisa pelayanan publik dalam penyelelenggaraan pemerintah
daerah di Kota Batam, Kecamatan Nongsa, dapat ditarik beberapa kesimpulan
terkait dengan kerangka Good Governance. Good Governance adalah konsep
yang menekankan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Pertama, ditemukan bahwa pelayanan publik
di Kota Batam, Kecamatan Nongsa masih belum optimal. Hal ini terlihat dari
adanya keluhan masyarakat terkait kualitas dan kecepatan pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah. Beberapa kendala yang ditemukan antara
lain kurangnya SDM yang kompeten, kurangnya sarana dan prasarana yang
memadai, serta kurangnya koordinasi antarinstansi terkait.
Kedua, terdapat kebutuhan akan peningkatan transparansi dan
akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Masyarakat
membutuhkan akses informasi yang lebih terbuka mengenai kebijakan dan
program yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Selain itu,
terdapat kebutuhan untuk memperkuat mekanisme pengawasan terhadap
kinerja pemerintah daerah agar dapat meminimalisir terjadinya korupsi dan
penyalahgunaan wewenang. Ketiga, diperlukan upaya yang lebih serius
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan pemerintah daerah. Dengan melibatkan
masyarakat, diharapkan keputusan yang diambil akan lebih responsif terhadap
kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Keempat, pentingnya pembangunan kapasitas SDM dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah perlu
menginvestasikan sumber daya untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas
pelayanan publik yang diberikan. Pelatihan dan pendidikan bagi aparatur
23
pemerintah daerah perlu ditingkatkan agar mereka dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Dalam kesimpulannya, analisa ini menunjukkan bahwa terdapat
beberapa aspek yang perlu diperbaiki dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah di Kota Batam, Kecamatan Nongsa, dalam kerangka Good
Governance. Perbaikan-perbaikan tersebut meliputi peningkatan kualitas
pelayanan publik, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, peningkatan
partisipasi masyarakat, dan pembangunan kapasitas SDM. Dengan melakukan
perbaikan-perbaikan ini, diharapkan pemerintah daerah dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
C. SARAN
Diperlukanya kesadaran dari aparatur pemerintah untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, implementasinya bahkan evaluasi kebijakan. Selain itu, perlu
adanya peningkatan transparansi yang dilakukan aparatur pemerintah
melaluin sosialisasi terhadap kebijakan atau program-program yang akan
dilaksanakan pemerintah daerah. Dan perlu adanya peningkatan
akuntabilitas yang nyata dilakukan aparatur pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pemerintahan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25