Anda di halaman 1dari 27

Makalah

Good and Clean Governance


(Pemerintahan Yang Baik dan Bersih)

Dosen Pengampu:
Dr. Muhammad Mona Adha, S.Pd., M.Pd

Oleh:
Kelompok 6
Dela Hikma Wati NPM 2253024004
Putri Nurmala Sari NPM 2253024005
Latifah Wulan Zalfa NPM 2253024006
Arviyan Nur Rahman NPM 2253024007
Riko Predi Pradiawan NPM 2253024008
Jovita Yosepah NPM 2253024009
Rezza Ainur Hidayah NPM 2263024001

KELAS C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik berkat Kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena, itu kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh
pihak yang berkontribusi. Dengan makalah ini kami berharap bahwa makalah ini
dapat membantu pembaca memahami tentang Good and Clean Governance.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 26 Maret 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

COVER.…………...……………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR.………………………………...…………………... ii
DAFTAR ISI....…………………………………………………………….. iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.…………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah.……………………………………………………… 3
1.3 Tujuan........……………………………………………………………... 3
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Good and Clean Governance..……………………………... 4
2.2 Unsur-unsur Good and Clean governance………………….………….. 8
2.3 Prinsip Good and Clean Governance.....………………………..……… 9
2.4 Konsep Good and Clean Governance.………………………...……….. 15
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 20
3.2 Saran…………………………………………………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tata pemerintahan yang baik (terjemahan dari good governance) merupakan
suatu kondisi yang menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, dan
keseimbangan peran serta adanya saling mengontrol yang dilakukan oleh
komponen yakni pemerintahan (government), rakyat (citizen) atau masyarakat
sipil (civil society) dan usahawan (business) yang berada disektor swasta.
Taschrereau dan Campos yang dikutip Thoha (2003:63).
Sedangkan menurut OECD (Organization for Economic Cooperation
Development) dan World Bank menyinonimkan good governance (tata
pemerintahan yang baik) dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan
yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang
efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang langkah pencegahan
korupsi, baik secara politik maupun administratif.
Dengan demikian, good governance adalah suatu kondisi yang menjamin
adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran serta
adanya saling mengontrol yang dilakukan oleh komponen yakni pemerintahan
(government), rakyat (citizen) atau masyarakat sipil (civil society) dan usahawan
(business) yang berada disektor swasta.
Tata kelolah pemerintahan yang baik (Good governance) sudah lama menjadi
mimpi buruk banyak orang di Indonesia. Kendati memahami mereka tentang
good governance berbeda-beda, namun setidaknya sebagian besar dari mereka
membayangkan bahwa dengan good governance mereka akan dapat memiliki
kualitas pemerintahan yang lebih baik. Banyak diantara mereka membayangkan
bahwa dengan memiliki peraktik good governance yang lebih baik, maka kualitas
pelayanan public menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah,
dan pemerintahan menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga wasyarakat
(Dwiyanto, 2005).
1
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai
oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan
pemerintahaan dalam suatu negara. Negara berperan memberikan pelayanan demi
kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan sistem pemerintahan
yang dapat dipertanggungjawaban kepada publik. Meruju pada 3 (tiga) pilar
pembangunan berkelanjutan. Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan, dan
pembangunan manusia. Good governance menyentuh 3 (tiga) pihak yaitu pihak
pemerintah (penyelenggara negara), pihak korporat atau dunia usaha (penggerak
ekonomi), dan masyarakat sipil (menemukan kesesuaiannya). Ketiga pihak
tersebut saling berperan dan mempengaruhi dalam penyelenggaraan negara yang
baik. Sinkronisasi dan harmonisasi antar pihak tersebut menjadi jawaban besar.
Namun dengan keadaan Indonesia saat ini masih sulit untuk bisa terjadi (Efendi,
2005).
Bintoro Tjokromidjojo memandang Good Governance sebagai suatu bentuk
manajemen pembagunan yang juga disebut administrasi pembangunan, yang
menempatkan peran pemerintah sentral yang menjadi agent of change dari suatu
masyarakat berkembang atau developing di dalam Negara berkembang.
Pemerintah betindak sebagai regulator dan pelaku pasar untuk menciptakan iklim
yang kondusif dan melakukan investasi prasarana yang mendukung dunia usaha.
Menurut Mardiasmo (1999:18) Good Governance adalah suatu konsep
pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sector public oleh
pemerintahan yang baik. Menurut Bank Dunia yang di kutip Wahab (2002:34).
Good Governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaraan salah alokasi dan investasi yang langka dan
pencegahan korupsi, baik secara politik maupun secara administrative,
menjalakan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi
tumbuhnya aktifitas kewiraswastaan. Selain itu bank dunia juga mensinonimkan
2
good governance sebagai hubungan sinergis dan konstruktif di antara Negara,
sector dan masyarakat (effendi, 1996:47) Dalam sistem admimistrasi Indonesia
penerapan good governance seperti dalam pengertian yang di kembangkan united
nation development program. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP dalam tata
pemerintahan menuju pembangunan manusia berkelanjutan, januari 1997 yang di
kutip dari bulletin informasi program kemitraan untuk pembaharuan tata
pemerintahan di Indonesia (Partnership for good governance reform in
Indonesia), 2000. Tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi,
politik, dan administrasi guna mengola urusan-urusan Negara pada setiap tingkat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Good and Clean Governance?
2. Apa saja unsur-unsur Good and Clean Governance?
3. Apa saja prinsip Good and Clean Governance?
4. Apa saja konsep Good and Clean Governance?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Good and Clean Governance.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur Good and Clean Governance.
3. Untuk mengetahui prinsip Good and Clean Governance.
4. Untuk mengetahui konsep Good and Clean Governance.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Good and Clean Governance


Good and Clean Governance memiliki pengertian segala hal yang
berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan,
mengendalikan, atau memengaruhi urusan public untuk mewujudkan nilainilai
tersebut dalam kehidupan seharihari. Di Indonesia, good governance dapat
diartikan sebagai pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa. Maksudnya
baik yaitu pemerintahan negara yang berkaitan dengan sumber sosial, budaya,
politik, serta ekonomi diatur sesuai dengan kekuasaan yang dilaksanakan
masyarakat. sedangkan pemerintahan yang bersih adalah pemerintahan yang
efektif, efesien, transparan, jujur, dan bertanggung jawab. Good and Clean
Governance dapat terwujud secara maksimal apabila unsur negara dan
masyarakat madani (yang di dalamnya terdapat sektor swasta) saling terkait.
Syarat atau ketentuan agar pemerintahan bisa berjalan dengan baik, yaitu bisa
bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan atau berlawanan dan
mendapat dukungan dari rakyat, pembangunan dilaksanakan secara efektif
dan efisien dalam hal biaya dan waktu.
Tata kelola pemerintahan yang baik adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan
dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien Definisi tata kelola
pemerintahan atau lebih di kenal dengan dengan good governance, secara
pengertiannya adalah segala sesuatu yang terkait dengan tindakan atau tingkah
laku yang bersifat mengarahkan,mengendalikan atau mempengaruhi urusan
public untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari
(Dr. Sedarmayanti, PT. Mandar maju, 2003). Good Governance tidak hanya
sebatas Pengelolaan lembaga pemerintahan,namun menyangkut semua baik
lembaga pemerintahan maupun non pemerintahan.

4
Menurut United Nations Development Program (UNDP) salah satu badan
PBB, governance (kepemerintahan) mempunyai tiga model, yaitu:
a. Economic Governance, meliputi proses pembuatan keputusan yang
memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan transaksi di
antara penyelenggara ekonomi, serta mempunyai implikasi
terhadap kesetaraan, kemiskinan, dan kualitas hidup.
b. Political Governance, mencakup proses pembuatan keputusan
untuk perumusan kebijakan politik negara.
c. Administrative Governance, berupa sistem implementasi
kebijakan.
Good Governance merupakan isu yang menonjol dalam pengelolaan
administrasi publik. Tuntutan pemerintah untuk melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan adalah sejalan dengan kemajuan tingkat
pengetahuan serta pengaruh globalisasi. Pola lama dalam menyelenggaraan
pemerintahan di anggap tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang
telah berubah, maka daripada itu dalam sebuah perubahan ke arah
penyelenggaraan pemerintahan yang baik sudah seharusnya mendapat respon
positif dari pemerintah. Sebagai negara yang menganut bentuk kekuasaan
demokrasi, maka kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar seperti disebutkan dalam Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 1 ayat (2). Negara
seharusnya memfasilitasi keterlibatan warga dalam proses kebijakan publik.
Menjadi salah satu bentuk penga-wasan rakyat pada negara dalam rangka
mewujudkan good governance.
Pemerintah (negara) memiliki posisi dan peran yang sangat strategis dalam
melakukan penataan dan mengintegrasikan berbagai sektor sebagaimana
dijelaskan di atas, selain itu, pemerintah juga harus mampu mengupayakan
perlindungan terhadap masalah lingkungan terhadap masalah lingkungan,
yang selama ini masih terabaikan. Dalam konteks pelaksanaan good
governance, sektor swasta jelas memiliki peran yang sangat besar dan
5
strategis, karena tanpa adanya keterlibatan pihak swasta, agaknya sulit bagi
pemerintah bahkan tidak mungkin untuk dapat melaksanakan konsep good
governance secara optimal. Salah satu peran penting sektor swasta dalam
mendukung terwujudnya konsep good governance adalah keterlibatan dalam
sektor ekonomi, tentu saja dengan tidak mengabaikan sektor-sektor lainnya,
seperti lingkungan hidup, sektor sosial, budaya dan lain-lain. Namun,
pendekatan ekonomi ini tampaknya merupakan salah satu pilar penting bagi
pemerintah (Negara) dalam mendorong pembangunan ekonomi bangsa, baik
menyangkut investasi, pemasaran, maupun produksi, sehingga pada akhirnya
diharapkan mampu mendorong pembangunan ekonomi secara nasional.
Seperti halnya sektor negara dan swasta organisasi kemasyarakatan (civil
society organizations) pun tampaknya tidak boleh dipandang sebelah mata
dalam mendukung terwujudnya good governance. Secara fungsional,
organisasi kemasyarakatan berperan dalam memfasilitasi insteraksi sosial,
politik, ekonomi, hukum, lingkungan hidup maupun sektor lainnya. Selain itu,
organisasi kemasyarakatan juga berperan dalam melakukan check and balance
terhadap kewenangan dan kekuasaan pemerintah (negara) dalam menjalankan
tugasnya serta aktifitas sektor swasta yang berkaitan dengan masalah
kepentingan publik. Peran lain yang juga bisa dimainkan oleh organisasi
kemasyarakatan dalam konteks pelaksanaan good governance adalah
menyalurkan partisipasi masyarakat trkait dengan aktivitas sosial, ekonomi,
politik, hukum, lingkungan hidup, ketenagakerjaan dan lain-lain. Intinya,
organisasi kemasyarakatan juga dapat berperan dalam memberikan kontribusi
pemikiran dan penekan dalam mempengaruhi kebijakan yang akan
dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan demikian, good governance merupakan
sistem yang memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan
pemerintah negara yang evisien dan efektif dengan menjaga sinergi yang
konstruktif diantara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Dalam kamus, istilah “government” dan “governance” seringkali dianggap
memiliki arti yang sama yaitu cara menerapkan otoritas dalam suatu
6
organisasi, lembaga atau negara. Government (pemerintahan) juga adalah
nama yang diberikan kepada entitas yang menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan dalam suatu negara. Governance diartikan sebagai mekanisme,
praktek dan tata cara pemerintahan dan warga mengatur sumber daya serta
memecahkan masalah masalah publik.
Dalam konsep governance, pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan. Implikasi peran pemerintah
sebagai pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan
bergeser menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu
memfasilitasi pihak lain di komunitas. Governance menuntut redefinisi peran
negara, dan itu berarti adanya redefinisi pada peran warga. Adanya tuntutan
yang lebih besar pada warga, antara lain untuk memonitor akuntabilitas
pemerintahan itu sendiri (Hetifa 2003: 1-2). Bank Dunia memberikan
pengertian bahwa good governance adalah upaya penyelenggaraan
manajemen pembangunan negara yang solid dan bertanggung jawab serta
sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah
alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and
political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha dalam rangka mengelola
sumberdaya ekonomi dan sosial untuk kepentingan pembangunan dan
masyarakat (Anwar, 2007).
Para Ahli sebenarnya mengakui bahwa tidak ada struktur pemerintahan
terbaik yang dapat diidentifikasi dengan jelas untuk digunakan sebagai model
universal bagi negara-negara berkembang (Mishra, 2005). Akan tetapi
setidaknya diakui bahwa Good Gavernance adalah suatu kondisi di mana
terwujud hubungan tiga unsur yaitu pemerintah, masyarakat atau rakyat dan
dunia usaha yang berada di sektor swasta yang sejajar, berkesamaan, dan
berkeseimbangan di dalam peran yang saling mengontrol (Mishra, 2005:42).
Dalam Good and Clean Governance, terdapat asas-asas yang perlu
diperhatikan, yaitu: a. Partisipasi Asas Partisipasi adalah bentuk keikutsertaan
7
warga masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung
maupun lewat lembaga perwakilan sah yang mewakili aspirasi mereka.
Bentuk partisipasi menyeluruh ini dibangun berdasarkan prinsip
demokrasiyakni kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara
konstruktif. b. Penegakan Hukum Asas ini merupakan keharusan pengelolaan
pemerintahan secara professional yang didukung oleh penegakan hukum yang
berwibawa. Realisasi wujud pemerintahan yang baik dan bersih harus juga
diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum yang
mengandung unsur-unsur berikut: 1) Supremasi Hukum: setiap tindakan
unsur-unsur kekuasaan negara, dan peluang partisipasi masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum dan aturan yang
jelas dan tegas, dijamin pelaksanaannya secara benar serta independen. 2)
Kepastian Hukum: setiap kehidupan berbangsa dan

8
2.2 Unsur-Unsur Good and Clean Governance
Unsur Kepemerintahan yang baik Pengembangan kapasitas dan
ketercapaian good governance merupakan instrumen utama untuk mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Tantangan bagi
semua masyarakat dewasa ini adalah bagaimana mewujudkan sistem
governance yang mampu merealisasikan terwujudnya kemakmuran semua
orang serta mengantisipasi dampak negatif dari perbuatan korupsi yang
diduga kuat melibatkan sejumlah pejabat negara, baik di tingkat pusat maupun
daerah. Urgensi untuk mewujudkan good governance bukan hanya dipandang
cocok untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan, tetapi juga sangat
relevan dengan kebutuhan untuk proses pemulihan, stabilitas ekonomi dan
krisis politik yang kia memburuk serta rendahnya kinerja dan pelayanan
publik. Itulah sebabnya, dalam pelaksanaan good governance pemerintah
tidak dapat berjalan sendiri, tetapi harus melibatkan berbagai pihak, baik
masyarakat maupun kalangan swasta. Pendapat tersebut sejalan dengan
pandangan Taschereau dan Compos (UNDP), 1997) juga menyatakan bahwa
“Tata kepemerintahan yang baik merupakan suatu kondisi yang menjamin
adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi dan keseimbangan peran, serta
adanya saling mengontrol yang dilakukan oleh tiga komponen, yaitu
Government, Civil Society, dan Business”.
Jadi tiga unsur istilah (Government, Pivate Sector dan Civil Society) yang
menjadi komponen pelaku dalam negara, untuk menciptakan suatu sinergi
sehingga tercipta suatu kesejahteraan dalam masyarakat. Negara berfungsi
menciptakan lingkungan politikdan hukum yang kondusif, sektor swasta
mendorong terciptanya lapangan kerja dan pendapatan masyarakat, sedangkan
masyarakat sendiri mewadahi interaksi sosial politik dan berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas ekonomi, sosial dan politik. Itulah sebabnya Miftah Thoha
(2000) menggaris bawahi bahwa prinsip demokratis yang melekat pada good
governance meletakkan urgensi untuk menempatkan kekuasaan ditangan
rakyat bukan ditangan penguasa. Kemudian, tidak adanya rasa takut untuk
9
memasuki suatu perkumpulan atau serikat sesuai dengan kebutuhan hati
nurani, dan terakhir dihargainya moral perbedaan pendapat.
Sejalan dengan pemikiran, Riyaas Rasid dan Mostopadidjaja (2002)
menempatkan aparatur pemerintah sebagai ujung tombak penyelenggaraan
good governance yang bersih dari KKN tampaknya perlu juga ditelusuri
sampai sejauh mana bahaya perbuatan kolusi, korupsi dan nepotisme bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini sangat penting untuk dikaji
mengingat perbuatan tersebut sangat inheren dengan perilaku aparatur itu
sendiri.
Sejalan dengan pandangan di atas, UNDP (1996) mengemukakan tiga
unsur utama (domains) yang perlu dilibatkan dalam penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik (good governance), yakni the state (negara), the
private sector (sektor swasta), dan civil society organizations (organisasi
kemasyarakatan).
Secara fungsional tugas terpenting negara di masa yang akan datang adalah
bagaimana mewujudkan masyarakat yang sejahtera, melalui peningkatan
kinerja birokrasi pemerintahan dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Selain itu, negara harus mampu mewujudkan pembangunan manusia yang
berkelanjutan seraya melakukan penataan ulang terhadap berbagai sektor yang
mendukung terhadap pembangunan kualitas sumber daya manusia. Berbagai
sektor yang dimaksud antara lain; sektor ekonomi, politik, sosial, budaya,
hukum, pertahanan, insfrastruktur, penguatan demokrasi, desentralisasi, dan
lain-lain.
2.3 Prinsip Good and Clean Governance
Menurut UNDP (United Nations Development Programme) dalam Dwiyanto
(2008:80) good governance (tata pemerintahan yang baik) memiliki 10
prinsip, yaitu sebagai berikut:
1. Partisipasi: warga memiliki hak (dan mempergunakannya) untuk
menyampaikan pendapat, bersuara dalam proses perumusan kebijakan
publik baik secara langsung maupun tidak langsung.
10
2. Penegakan Hukum: hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa
pengecualian hak asasi manusia dilindungi, sambil tetap memperhatikan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
3. Transparansi: penyediaan tentang pemerintahan bagi publik dan
dijaminkan kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurasi dan
memadai.
4. Kesetaraan: adanya peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat
untuk beraktifitas/berusaha.
5. Daya Tanggap: pekanya para pengelolaan instansi publik terhadap aspirasi
masyarakat.
6. Wawasan kedepan: pengelolaan masyarakat hendaknya dimulai dengan
visi, misi, dan strategi yang jelas.
7. Akuntabilitas: pertanggungjawaban para penentu kebijakan kepada para
warga.
8. Pengawas publik: terlibatnya warga dalam mengontrol kegiatan
pemerintah, termasuk parlemen.
9. Efektivitas dan Efisiensi: terselenggaranya kegiatan instansi publik dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung
jawab. Indikatornya antara lain: pelayanan mudah cepat, tepat dan murah.
10. Profesionalisme: tingginya kemampuan dan moral para pegawai
pemerintah, termasuk parlemen. Pelayanan Publik Pelayanan publik
diartikan, pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat
yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan
pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Menurut Agung Kurniawan
(2005:4).
Prinsip-Prinsip Good Governance Bedasarkan teori yang dikemukakan oleh
Sedarmayanti (2012;74) bahwa prinsip-prinsip Good Governance terdiri dari:
a. Akuntabilitas
Aparatur pemerintah harus mampu mempertanggung-jawabkan
pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang tugas dan fungsinya.
11
Aparatur pemerintah harus dapat mempertanggung-jawabkan kebijaksanaan,
program dan kegiatannya yang dilaksanakan atau dikeluarkannya termasuk
pula yang terkait erat dengan pendayagunaan ketiga komponen dalam
birokrasi pemerintahan, yaitu kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan, dan
sumber daya manusianya.
Prinsip akuntabilitas mensyaratkan adanya perhitungan cost and benefit
analysis (tidak terbatas dari segi ekonomi, tetapi juga sosial, dan sebagainya
tergantung bidang kebijaksanaan atau kegiatannya) dalam berbagai
kebijaksanaan dan tindakan aparatur pemerintah. Selain itu, akuntabiltas juga
berkaitan erat dengan pertanggungjawaban terhadap efektivitas kegiatan
dalam pencapaian sasaran atau target kebijaksanaan atau program. Dengan
demikian, tidak ada satu kebijaksanaan, program, dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh aparatur pemerintahan yang dapat lepas dari prinsip ini.
b. Keterbukaan dan transparan (openess and transparency)
Masyarakat dan sesama aparatur pemerintah dapat mengetahui dan
memperoleh data dan informasi dengan mudah tentang kebijaksanaan,
program, dan kegiatan aparatur pemerintahan baik di tingkat pusat maupun
daerah, atau data dan informasi lainnya yang tidak dilarang menurut peraturan
perundang-undangan yang disepakati bersama.Keterbukaan dan transparan
juga dalam arti masyarakat atau sesama aparatur dapat mengetahui atau
dilibatkan dalam perumusan atau perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
dengan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan publik yang terkait dengan
dirinya. Data dan informasi yang berkaitan dengan tugas/fungsi aparatur
pemerintah (instansi) yang bersangkutan harus disediakan secara benar,
misalnya data PNS oleh BAKN, data guru oleh Depdiknas, data realisasi
panen padi oleh Departemen Pertanian, dan sebagainya. Perlunya dihindari
adanya data dan informasi yang bersifat “menyenangkan” tetapi menutupi
yang sebenarnya. Sebab keputusan atau kebijakan publik (public policy) yang
diambil pimpinan yang tidak didasarkan pada data dan informasi yang
sebenarnya, maka keputusan atau kebijaksanaan tersebut akan menimbulkan
12
masalah baru seperti masalah lingkungan, anggaran (pemborosan), dan
penderitaan transmigran yang ditempatkan di sana.
c. Ketaatan pada aturan hukum
Aparatur pemerintah menjunjung tinggi dan mendasarkan setiap
tindakannya pada aturan hukum, baik yang berkaitan dengan lingkungan
eksternal (masyarakat luas) maupun yang berlaku terbatas di lingkungan
internalnya, misalnya: aturan kepegawaian dan aturan pengawasan fungsional.
Prinsip ini juga mensyaratkan terbukanya kesempatan kepada masyarakat luas
untuk terlibat dan berpartisipasi dalam perumusan peraturan perundang -
undangan yang berkaitan dengan masyarakat.
Prinsip komitmen yang kuat untuk bekerja bagi kepentingan bangsa dan
negara, dan bukan pada kelompok, pribadi atau partai yang menjadi idolanya
Prinsip ini merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh aparatur
pemerintahan.Hal ini sesuai 225 dengan tugas dan fungsi pemerintah, sebagai
pembina, pengarah, dan penyelenggara pemerintahan umum dan
pembangunan (dalam batas -batas tertentu). Prinsip komitmen untuk
mengikutsertakan dan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.
Prinsip ini menegaskan bahwa tanpa komitmen ini, maka yang timbul
bukan partisipasi masyarakat tetapi antipati dan ketidaksukaan dalam diri
masyarakat terhadap perilaku dan kebijaksanaan aparatur pemerintah. Pada
saat yang sama, dalam diri aparatur pemerintah akan tumbuh secara perlahan
tetapi pasti sikap mendominasi, anggapan atau perasaan paling tahu, paling
bisa dan paling berkuasa, dan cenderung tidak mau tahu kondisi dan pendapat
orang lain, yang pada akhirnya menimbulkan arogansi birokrasi pemerintah.
Standar Pelayanan Publik
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar
pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi
penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan
dalam penyelenggaraan publik yang wajib ditaati oleh pemberi atau penerima
13
pelayanan. Standar pelayanan menurut keputusan mentri pendayagunaan
aparatur negara nomor 63/KEP/M.PAN/2003, sekurang-kurangnya meliputi:
1. Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan termasuk pengaduan.
2. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan
permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk
pengaduan.
3. Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam
proses pemberian pelayanan.
4. Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang
memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.
5. Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan
tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan
prilaku yang dibutuhkan.
Kualitas Pelayanan Publik
Kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh birokrasi dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti tingkat kompetensi aparat, kualitas peralatan yang
digunakan untuk proses pelayanan, budaya birokrasi dan sebagainya.
Kompetensi aparat birokrasi merupakan akumulasi dari sejumlah sub-variabel
seperti tingkat pendidikan, jumlah tahun pengalaman kerja dan variasi
pelatihan yang telah diterima. Sedangkan kualitas dan kuantitas peralatan
yang digunakan akan mempengaruhi prosedur, kecepatan proses, dan kualitas
keluaran (output) yang dihasilkan.
Untuk menilai kualitas pelayanan publik itu sendiri, terdapat sejumlah
indikator yang dapat digunakan. Menurut pendapat Levine (1990:188) dalam
Dwiyanto (2008:143), maka produk pelayanan publik didalam negara
demokrasi setidaknya harus memenuhi tiga indicator:
1. Responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap
harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.
14
2. Responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh
proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai prinsip-
prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang
benar dan telah ditetapkan.
3. Akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar
proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan
stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi, faktor
tersebut meliputi:
1. Nilai dan budaya.
2. Proses kerja dan sistem bisnis.
3. Kapasitas individu dan tim.
4. Penghargaan dan pengakuan.
5. Proses manajemen dan sistem.
Kaitannya dengan kualitas, menurut pasolong (2010:186) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kemampuan: suatu kapasitas individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
2. Kemauan: kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang
tinggi untuk tujuan organisasi
3. Energi: tanpa adanya psikis dan fisik yang mencukupi, perbuatan
kreatif pegawai terhambat.
4. Teknologi: tindakan fisik dan mental oleh seseorang untuk
mengubah bentuk atau isi dari objek atau ide.
5. Kompensasi: Sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas
jasa atau kinerja dan bermanfaat baginya.
6. Kejelasan tujuan: salah satu faktor penentu dalam penerapan
kinerja.
15
7. Keamanan pekerja: sebuah kebutuhan manusia yang fundamental,
karena pada umumnya orang yang menyatakan lebih penting
keamanan pekerjaan dari pada gaji atau kenaikan pangkat.
Menurut Zeithaml (1990) dalam Kurniawan (2005:54)
mengatakan bahwa ada 4 jurang pemisah yang menjadi kendala
dalam pelayanan publik, yaitu:
1. Tidak tahu apa yang sebenarnya yang diharapkan oleh
masyarakat.
2. Pemberian ukuran yang salah dalam pelayanan masyarakat.
3. Keliru penampilan diri dalam pelayanan publik itu sendiri.
4. Ketika membuat perjanjian terlalu berlebihan atau
pengobralan.

2.4 Konsep Good and Clean Governance


Lahirnya konsep good governance berawal dari adanya kepentingan
lembaga-lembaga donor seperti PBB, Bank Dunia, ADB maupun IMF dalam
memberikan bantuan pinjaman modal kepada negara-negara yang sedang
berkembang. Dalam perkembangan selanjutnya good governance ditetapkan
sebagai syarat bagi negara yang membutuhkan pinjaman dana, sehingga good
governance digunakan sebagai standar penentu untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan dan berkeadilan. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena konsep
dan program lembaga-lembaga donatur dunia berorientasi pada pengentasan
kemiskinan, dan kemiskinan menjadi salah satu faktor penghambat
berkembangnya pembangunan dalam suatu negara. Konsep good governance
mengemuka menjadi paradigma tidak dapat dilepaskan dari adanya konsep
governance, yang menurut sejarah pertama kali diadopsi oleh para praktisi di
lembaga pembangunan internasional, yang mengandung konotasi kinerja
efektif yang terkait dengan management publik dan korupsi. Di dalam literatur
governance didefinisikan secara variatif oleh beberapa penulis dan beberapa
lembaga nasional maupun dunia.
16
Konsep governance memang bukan merupakan suatu konsep baru. Meski
konsep ini rumit dan bahkan kontroversial, terdapat satu pemahaman yang
relatif sama mengenai pengertiannya. Governance secara sederhana dapat
dipahami sebagai “proses pembuatan keputusan dan proses bagaimana
keputusan-keputusan diimplementasikan atau tidak diimplementasikan.”
Dengan pengertian ini, governance berlaku dan berlangsung di semua
tingkatan nasional maupun daerah, dan bahkan di organisasi-organisasi non-
pemerintah. Mencermati governance berarti mencermati aktor-aktor, baik
formal maupun informal, dalam proses pembuatan kebijakan dan pelaksanaan
kebijakan-kebijakan yang sudah dibuat, dan struktur-struktur formal dan
informal yang sudah ditetapkan dan berpengaruh dalam proses pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan.
Lembaga Administrasi Negara (LAN), mengartikan governance adalah
proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan
public good and service. Lebih lanjut LAN menegaskan dilihat dari functional
aspect, governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah berfungsi
efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan atau
sebaliknya.
Seperti halnya dikemukakan oleh United Nations Development
Programme (UNDP) dalam Sadu Wasistiono yang mengartikan governance,
adalah “the exercise of political, economic, and administrative authority to
manage a nation’s affairs at all levels”. Dengan demikian kata “governance”
berarti “penggunaan” atau “pelaksanaan”, yakni penggunaan politik, ekonomi
dan administrasi untuk mengelola masalah-masalah nasional pada semua
tingkatan. Di sini penekanannya pada kewenangan, kekuasaan yang sah atau
kekuasaan yang memiliki legitimasi. Selain itu, menurut World Bank, kata
governance diartikan sebagai “the way state power is used in managing
economic and social resources for development society, yang oleh Sadu
Wasistiono dimaknai digunakan untuk mengelola sumber daya-sumber daya
ekonomi dan sosial guna pembangunan masyarakat.
17
Konsep pemerintahan yang baik, dalam makna pemerintahan, akan
mengikat pemerintah dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean
government). Konsep pemerintahan yang bersih bukan konsep normatif
tentang suatu pemerintahan yang bersih. Dalam bahasa hukum (normatif),
konsep pemerintahan yang bersih sejajar dengan konsep perbuatan pemerintah
yang sesuai hukum (rechtmatigheid van bestuur)
Definisi Konsepsional
Konsepsional adalah sesuatu yang menggambarkan hubungan antara
konsep-konsep khusus, yang ingin atau yang akan di teliti, istilah
konsepsional merupakan pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dan teori
yang kadangkadang masih abstrak, sehingga diperlukan Definisi Operasional.
Dalam penelitian ini, penulis menguraikan definisi konsepsional yang
menyangkut judul skripsi agar mempermudah dalam memahami maksud
pembahasan ini.
Berdasarkan atas judul yang telah diajukan, dimana yang menjadi
variabel adalah good governance dan pelayanan pubik, maka dapat penulis
kemukakan definisi konsepsional adalah:
Pelaksanaan good governance (tata pemerintahan yang baik) dalam
pelayanan administrasi di Kantor Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau
adalah mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip dan karakteristik
dalam menuju kepemerintahan yang baik oleh aparatur pemerintah
Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau, yang diantaranya adalah meliputi
profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, efisiensi dan
efektivitas, dalam pemberian layanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk
(KTP). Dengan tidak mengutamakan kepentingan pribadi maupun kelompok,
sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan masyarakat merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan.

18
Pemerintahan Yang Baik (Good Governance). Dengan indicator sebagai
berikut:
1. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi
menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan
di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai.Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas.
Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu
dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi
yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
Sehingga bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat
terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya jumlah masyarakat
yang berpartisipasi dalam pembangunan dan berkurangnya
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.
2. Penegakan Hukum (Rule of Law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-
perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan
hukum. Sehubungan dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good
governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan
rule of law dengan karakter-karakter antara lain sebagai berikut:
Supremasi hukum (the supremacy of law), Kepastian hukum (legal
certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan hukum yang
konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka
hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di
dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.

19
3. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi
kepentingan mereka.Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor
swasta dan organisasiorganisasi masyarakat bertanggung jawab baik
kepada masyarakat maupun kepada lembaga lembaga yang
berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu
dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan
yang ada, dengan komitmen politik akan akuntabilitas maupun
mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-instrumen
pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan
kinerja penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan
sanksi yang jelas dan tegas.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Good and Clean Governance memiliki pengertian segala hal yang berkaitan
dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
atau memengaruhi urusan public untuk mewujudkan nilainilai tersebut dalam
kehidupan seharihari. Di Indonesia, good governance dapat diartikan sebagai
pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa. Maksudnya baik yaitu
pemerintahan negara yang berkaitan dengan sumber sosial, budaya, politik, serta
ekonomi diatur sesuai dengan kekuasaan yang dilaksanakan masyarakat.
Unsur Kepemerintahan yang baik Pengembangan kapasitas dan ketercapaian
good governance merupakan instrumen utama untuk mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. tiga unsur utama (domains) yang perlu
dilibatkan dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance),
yakni the state (negara), the private sector (sektor swasta), dan civil society
organizations (organisasi kemasyarakatan).
Good governance mengemuka menjadi paradigma tidak dapat dilepaskan dari
adanya konsep governance, yang menurut sejarah pertama kali diadopsi oleh para
praktisi di lembaga pembangunan internasional, yang mengandung konotasi
kinerja efektif yang terkait dengan management publik dan korupsi. Di dalam
literatur governance didefinisikan secara variatif oleh beberapa penulis dan
beberapa lembaga nasional maupun dunia.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian ini, kami selaku tim penyusun menyarankan kepada
pembaca agar memahami Good and clean governance. Setelah mengetahui
pengertian, ciri-ciri, konsep, prinsip serta hal yang harus diperbaiki dan hal yang
berpengaruh dalam Good and clean governance. Hal ini dimaksudkan agar kita
21
sebagai warga negara dapat mencapai konsensus dan membantu penyelenggaraan
pemerintahan negara untuk mendapatkan pemerintahan yang lebih baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Agus Dwiyanto. 2005 Kualitas Pelayanan Publik. Rineka Cipta. Jakarta.


Anwar, Syamsul. 2007. Studi Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: RM Books.
Astomo, P. (2014). Penerapan Prinsip-Prinsip Pemerintahan yang baik dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 16(3), 401-420.
Cahyono, Agung, 2005, Mengembangkan Kreativitas Dalam Organisasi, Ed 1,
Yogjakarta
Dwiyanto, 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.
Yogyakarta: Gajahmada Universiti Press
Dwiyanto, Agus. 2006. Reformasi Birokrasi Publik Indonesia. Yogyakarta: Pusat
Gandaria, R. Y. (2015). Implementasi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik
(Aaupb) Dalam Mewujudkan Prinsip Good Governance and Clean
Government Di Pemerintahan Daerah. Lex Administratum, 3(6).
Hetifa Sj, Sumarto. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Bandung:
Yayasan Obor Indonesia
Kamaluddin, S. (2019). Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)
Pada Kantor Distrk Okhika Kabupaten Pegunungan Bintang. Papua Review:
Jurnal Ilmu Administrasi dan Ilmu Pemerintahan, 3(1), 222-228.
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Levine, Charles H, B. Guy Peters and Frank J. Thompson, 1990. Public
Administration Challnegers Choices, Consequences, Scott, Foresman Little.
Ilinois, USA: Glenview.
Miftah Toha, “Transparansi dan Pertanggungjawaban Publik Terhadap Tindakan
Pemerintah”, Makalah Seminar Hukum Nasional Ke-7 Jakarta Tahun 1999.
Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Pembaruan.
Rasyid, Muhammad Ryas. 2000. Makna Pemerintahan. Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.

23
Safrijal, S., Basyah, M. N., & Ali, H. (2016). Penerapan Prinsip-Prinsip Good
Governance Oleh Aparatur Pelayanan Publik Di Kecamatan Kluet Utara
Kabupaten Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Kewarganegaraan, 1(1).
Sedarmayanti. 2012. Good Governane dan Good Coorporate. PT. Bumi aksara.
Jakarta
Setyono, J. (2015). Good Governance Dalam Perspektif Islam (Pendekatan Ushul
Fikih: Teori Pertingkatan Norma). Muqtasid: Jurnal Ekonomi dan Perbankan
Syariah, 6(1), 25-40.
Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada. 2008. Mewujudkan
Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sudiro, S. (2017). PEMERINTAHAN YANG BERSIH: ANTARA ASA DAN
REALITA. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 3(3), 1-12.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Supriadi, Y. (2015). Pelaksanaan Good Governance (Tata Pemerintahan Yang Baik)
Dalam Pelayanan Administrasi Di Kantor Kecamatan Sambaliung Kabupaten
Berau.
Mishra, Satish Candra. “Pemerintah dan Pemerintahan: Memahami Ekonomi Politik
Reformasi Institusi” Jurnal Reformasi Ekonomi, Vol 1 (2)

24

Anda mungkin juga menyukai