Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

GOOD GOVERNANCE DALAM KOMUNIKASI PEMERINTAHAN

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Pemerintahan)

Disusun Oleh;
Ariman (J22180054)
Dede Nur Ma’ruf (J22180017)
Hikmat Faishal Muchlis (J22180047)
Roni Rianto (J22180049)
Syukron Makmun (J22180011)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS HUKUM DAN SOSIAL
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan segala rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis

makalah yang berjudul “Good Governance dalam Komunikasi

Pemerintahan” dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis

mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun

materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih

jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak

kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Malingping, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................... 2

C. Rumusan Masalah ......................................................... 3

D. Tujuan Penulisan ........................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 4

A. Pengertian Good Governance dan Komunikasi

Pemerintahan ................................................................ 4

B. Perspektif Good Governance dalam Komunikasi

Pemerintahan ................................................................ 7

C. Kapita selekta Good Governance dalam Komunikasi

Pemerintahan ................................................................ 11

D. Optimalisasi Good Governance dalam Komunikasi

Pemerintahan ................................................................ 13

BAB III PENUTUP ............................................................................ 15

A. Kesimpulan .................................................................... 15

B. Saran ............................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang mengharapkan

terwujudnya efisien dan efektif di berbagai negara di dunia saat ini.

Kemajuan teknologi, komunikasi dan transportasi telah menjadikan

mobilitas orang, benda dan informasi dapat dilakukan dengan cepat, tepat

dan akurat serta mampu menjangkau wilayah secara luas dan tanpa batas.

Bahkan telah terjadi Konvergensi teknologi antara teknologi komputer,

elektronika, telekomunikasi dan penyiaran dimana seakan-akan tidak

mengenal batas-batas geografis nasional (Dimyati, 1997:28).

Kemajuan informatika, komunikasi dan teknologi menuntut

perubahan pada pola dan cara dilaksanakannya kegiatan di segala sektor,

industri, perdagangan, terutama pemerintahan dalam hal menjalankan

pemerintahannya dan mengoptimalkan pemberian pelayanan yang prima.

Keterlibatan secara aktif dalam revolusi informasi, komunikasi dan teknologi

akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa.

Kecanggihan teknologi telah diaplikasikan ke berbagai bidang

kehidupan, perekonomian, perindustrian, kesehatan dan juga mencakup

bidang pemerintah lainnya, yang mendukung diterapkannya efektifitas dan

efisiensi pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Upaya pemerintah

dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) tidak

lepas dari penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi oleh

1
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dari segi

konstitusi dan politik, pelayanan publik merupakan salah satu tujuan

dibentuknya negara, yakni bagaimana mewujudkan kesejahteraan bagi

masyarakatnya.

Dari sekian banyak tuntutan yang ada, satu di antaranya adalah

meningkatkan pelayanan publik melalui penciptaan tata pemerintahan yang

bersih dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan upaya untuk

mewujudkan tata pemerintahan yang baik, antara lain melalui keterbukaan,

akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, menjunjung tinggi supremasi hukum,

dan membuka partisipasi masyarakat yang dapat menjamin kelancaran,

keserasian dan keterpaduan tugas dan fungsi penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan.

Berkenaan dengan uraian tersebut, maka penulis mengambil judul

“Good Governance dalam Komunikasi Pemerintahan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah

makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Good Governance.

2. Pengertian Komunikasi Pemerintahan.

3. Perspektif Good Governance dalam Komunikasi Pemerintahan.

4. Kapita selekta Good Governance dalam Komunikasi Pemerintahan.

5. Optimalisasi Good Governance dalam Komunikasi Pemerintahan.

2
C. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini terdapat rumusan masalah, sebagai berikut:

1. Apa itu Good Governance?

2. Apa itu Komunikasi Pemerintahan?

3. Bagaimana perspektif Good Governance dalam Komunikasi

Pemerintahan?

4. Bagaimana kapita selekta Good Governance dalam Komunikasi

Pemerintahan?

5. Bagaimana optimalisasi Good Governance dalam Komunikasi

Pemerintahan?

D. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk membahas pengertian Good Governance.

2. Untuk membahas pengertian Komunikasi Pemerintahan.

3. Untuk membahas perspektif Good Governance dalam Komunikasi

Pemerintahan.

4. Untuk membahas kapita selekta Good Governance dalam Komunikasi

Pemerintahan.

5. Untuk membahas optimalisasi Good Governance dalam Komunikasi

Pemerintahan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Good Governance dan Komunikasi Pemerintahan

1. Pengertian Good Governance

Pengertian Good Governance (Tata Kepemerintahan yang

Baik), dapat dilihat dari pemahaman yang dimiliki baik oleh IMF maupun

World Bank yang melihat Good Governance sebagai sebuah cara untuk

memperkuat “kerangka kerja institusional dari pemerintah”. Hal ini

menurut mereka adalah bagaimana memperkuat aturan hukum dan

prediktibilitas serta imparsialitas dari penegakannya. Ini juga berarti

mencabut akar dari korupsi dan aktivitas-aktivitas rent seeking, yang

dapat dilakukan melalui transparansi dan aliran informasi serta

menjamin bahwa informasi mengenai kebijakan dan kinerja dari institusi

pemerintah dikumpulkan dan diberikan kepada masyarakat secara

memadai sehingga masyarakat dapat memonitor dan mengawasi

manajemen dari dana yang berasal dari masyarakat (Kurniawan, 2006).

United Nations Development Programme (UNDP) merumuskan

istilah governance sebagai suatu exercise dari kewenangan politik,

ekonomi dan administrasi untuk menata, mengatur dan mengelola

masalah-masalah sosialnya (UNDP, 1997 dalam Thoha. 2000). Istilah

“governance” menunjukkan suatu proses dimana rakyat bisa mengatur

ekonominya. Institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak

hanya dipergunakan untuk pembangunan tetapi juga untuk

4
menciptakan kohesi, integrasi, dan untuk kesejahteraan rakyatnya.

Dengan demikian jelas sekali bahwa kemampuan suatu negara

mencapai tujuan-tujuan pembangunan itu sangat tergantung pada

kualitas tata kepemeritahannya dimana pemerintah melakukan

interaksi dengan organisasi-organisasi komersial dan civil society.

Good governance memiliki sejumlah ciri sebagai berikut:

a. Akuntabel, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus

disertai pertanggungjawabannya;

b. Transparan, artinya harus tersedia informasi yang memadai

kepada masyarakat terhadap proses pembuatan dan pelaksanaan

kebijakan;

c. Responsif, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan

kebijakan harus mampu melayani semua stakeholder;

d. Setara & inklusif, artinya seluruh anggota masyarakat tanpa

terkecuali harus memperoleh kesempatan dalam proses

pembuatan dan pelaksanaan sebuah kebijakan;

e. Efektif & efisien, artinya kebijakan dibuat dan dilaksanakan dengan

menggunakan sumber daya yang tersedia dengan cara yang

terbaik;

f. Mengikuti aturan hukum, artinya dalam proses pembuatan dan

pelaksanaan kebijakan membutuhkan kerangka hukum yang adil

dan ditegakan;

5
g. Partisipatif, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus

membuka ruang bagi keterlibatan banyak aktor;

h. Berorientasi pada konsensus (kesepakatan), artinya pembuatan

dan pelaksanaan kebijakan harus merupakan hasil kesepakatan

bersama diantara para aktor yang terlibat (Kurniawan, 2006).

2. Pengertian Komunikasi Pemerintahan

Erliana Hasan (2005), menyebutkan bahwa komunikasi

pemerintahan adalah penyampaian ide, program dan gagasan

pemerintah kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan

bernegara. Komunikasi pemerintahan sering disebut juga sebagai

komunikasi politik. Menurut seorang pakar politik (Maswadi Rauf),

komunikasi politik adalah objek kajian ilmu politik karena pesan-pesan

yang diungkapkan dalam proses komunikasi bercirikan politik, yaitu

yang berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintahan, dan

juga aktivitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku poltik.

Komunikasi politik dilihat dari 2 dimensi, yaitu kegiatan politik sebagai

kegiatan politik dan sebagai kegiatan ilmiah.

Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian

pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada

pihak lain. Kegiatan tersebut bersifat empiris karena dilakukan secara

nyata dalam kehidupan sosial. Sementara itu, komunikasi politik

sebagai kegiatan ilmiah melihat komunikasi politik merupakan salah

satu kegiatan politik dalam sistem politik (Harun dan Sumarno, 2006).

6
B. Perspektif Good Governance dalam Komunikasi Pemerintahan

Kata governance diartikan sebagai the way state power is used in

managing and social resources for development society. Dari pengertian

terebut diinterpretasikan bahwa “governance” adalah cara, yakni cara

bagaimana kekuasaan negara digunakan untuk mengelola sumber daya

ekonomi dan sosial dalam rangka membangun masyarakat. Cara dimaksud

lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat teknis dari pada sekedar

administratif belaka.

Menurut UNDP, governance didukung oleh tiga kaki, yakni:

1. Politik

Sektor politik adalah proses dan prosedur pembuatan

keputusan untuk formulasi kebijakan publik, baik yang dilakukan oleh

pemerintah melalui birokrasi maupun oleh pemerintah bersama-sama

para politisi. Di satu sisi partisipasi masyarakat dalam proses

pembuatan kebijakan publik tidak hanya pada tataran implementasi

sebagaimana yang telah terjadi selama ini, melainkan harus mulai dari

formulasi, evaluasi dan sampai pada implementasi kebijakan yang

dimaksud.

2. Ekonomi

Sementara yang dimaksud dengan kaki kedua yaitu tata

pemerintahan yang lebih mengedepankan pada penataan

pemerintahan bidang ekonomi yang meliputi proses dan prosedur

7
pembuatan keputusan dalam rangka memfasilitasi aktivitas ekonomi di

dalam negeri dan interaksi di antara penyelenggara ekonomi.

Penekanan tata pemerintahan pada sektor ekonomi

dimaksudkan agar pemerintah lebih serius mengurangi campur

tangannya dalam sektor ekonomi dengan cara memberi kesempatan

lebih luas kepada sektor swasta mengelola mekanisme pasar. Prinsip

ini disarankan oleh UNDP berdasarkan hasil penelitian dibeberapa

Negara berkembang yang mengindikasi bahwa terlampau banyaknya

kesertaan pemerintah di sektor ekonomi bukanlah menimbulkan

efisiensi malah sebaliknya menimbulkan distorsi pada mekanisme

pasar.

3. Administrasi

Sedangkan kaki ketiga yang mensyaratkan tata pemerintahan

terkait bidang administrasi berisi implementasi proses kebijakan yang

telah diputuskan oleh institusi politik (LAN & BPKB,2000:5).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud UNDP dengan governance adalah penataan kembali

pemerintahan yang meliputi tiga domain, yaitu sektor; 1) Pemerintahan atau

Negara (state), 2) Swasta atau dunia usaha (private sector) dan 3)

Masyarakat (society).

Ketiga domain di atas berada dalam lingkaran kehidupan

berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Dalam kondisi ini sektor

pemerintah lebih banyak memainkan perananya sebagai regulator yakni

8
pembuat kebijakan, pengendalian, dan pengawasan. Untuk itu diharapkan

sektor swasta lebih banyak berkecimpung dan menjadi penggerak aktivitas

ekonomi, sedangkan masyarakat diharapkan mengambil posisi sebagai

objek sekaligus subjek dari sektor pemerintah maupun swasta. Karena

secara tidak langsung di dalam masyarakat telah terjadi interaksi di bidang

politik, ekonomi, maupun sosial budaya.

Pada negara yang sedang berkembang dimana sektor swasta dan

sektor masyarakatnya relatif belum maju, maka sektor pemerintahan yang

lebih menentukan, oleh sebab itu pemerintah harus mampu bertindak

sebagai promotor, motivator dan komunikator yang pada gilirannya nanti

ketika sektor swasta dan sektor masyarakat sudah semakin maju, maka

perlahan-lahan peranan sektor pemerintahan mau tidak mau harus

dikurangi. Tarik menarik peranan antar sektor pemerintah dengan sektor

swasta dan sektor masyarakat apabila tidak dikelola secara bijak akan

menimbulkan berbagai ketegangan sosial. Dalam kondisi demikian

diperlukan pimpinan nasional yang memiliki kharisma serta kemampuan

manajerial untuk mengendalikan perubahan. Oleh sebab itulah, pemilihan

presiden dilaksanakan secara langsung, demikian juga dengan pemilihan

kepala daerah provinsi, kabupaten/kota dan kemungkinan akan juga diikuti

oleh pemilihan lurah dan pejabat publik lainnya (salah satu bentuk

penerapan good governance dalam komunikasi pemerintahan).

Ketika masuk pada makna harfiah dari kata tata pemerintahan

yang baik tersebut, muncul pemikiran bahwa hal tersebut sebagai suatu

9
bentuk penataan pemerintahan yang mengarah pada cara-cara

menyelenggarakan pemerintahan yang “bersih, adil dan jujur serta sifat-

sifat lainnya yang menpertunjukkan berjalannya bidang-bidang

pemerintahan secara baik, benar dan tertib serta berkeadilan”.

Perlunya membangun komitmen yang sama antara pemerintah,

swasta dan masyarakat sudah merupakan komitmen dalam prinsip good

governance yang sesungguhnya yaitu mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dengan kerjasama yang serasi antara pemerintah, masyarakat

dan pengusaha.

Dikaitkan dengan makna hakiki dari komunikasi yaitu suatu proses

penyampaian isi pikiran dan perasaan, yang apabila dikembangkan lebih

luas dapat diartikan sebagai proses yang mengandung unsur transparansi

dan keterbukaan dalam penyampaian ide dan program pemerintah agar

semua pihak dapat memahami dan melaksanakannya tanpa unsur

paksaan.

Terkait dengan optimalisasi komunikasi pemerintahan menerapkan

good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan tampaknya perlu

sikap dan perilaku keterbukaan dari setiap aparatur pemerintah untuk saling

berkolaborasi guna mensinergikan berbagai program kerja yang muaranya

adalah kesejahteraan bersama seluruh bangsa.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan good

governance dalam komunikasi pemerintahan yaitu:

1. Faktor budaya birokrasi.

10
2. Faktor budaya paternalistik.

3. Faktor sosial dan politik lokal.

4. Faktor dinamika politik.

5. Kondisi sosial ekonomi.

6. Kontrol masyarakat dan LSM.

C. Kapita selekta Good Governance dalam Komunikasi Pemerintahan

Terkait dengan konsep good governance dalam komunikasi

pemerintahan, secara resmi pemerintah memang tidak pernah

mengumumkan penerapan good governance dalam penyelenggaraan

pemerintahan, namun secara implisit paradigma tersebut mengemuka

dalam berbagai peraturan perundangan baru yang dihasilkan khususnya

pada era reformasi dewasa ini.

Salah satu bukti nyata kapita selekta di bidang penegakan hukum

adalah sudah mulai banyak pejabat publik, baik Gubernur, Bupati/Walikota

maupun anggota DPRD yag diperiksa maupun yang telah dijatuhi hukuman

karena didakwa korupsi. Dan sebagai bukti nyata lagi bahwa implementasi

good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan telah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Wujud lain good governance dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah adalah keharusan membuat visi strategis bagi setiap

instansi pemerintah yang diatur dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang

AKIP dan LAKIP (Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dan Laporan

11
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah). Demikian juga dengan kewajiban calon

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memaparkan visi, misi dan

program kerjanya di hadapan sidang paripurna DPRD sebagaimana yang

diatur dalam pasal 66 ayat (3) huruf (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004.

Seiring dengan perubahan sistem pemerintahan serta pengaruh

globalisasi dan era reformasi dewasa ini telah terjadi perubahan paradigma

dalam penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan amandemen UUD

1945 pasal 17 dan Pasal 18 istilah baku yang dipakai bukan lagi

kewenangan melainkan istilah “urusan pemerintahan”. Kata “kewenangan”

diganti dengan kata “urusan” mengandung makna bahwa yang berwenang

mengurus segala sesuatu dalam negara bukan hanya pemerintah semata,

melainkan juga bisa dilakukan pihak masyarakat dan sektor privat.

Standar kompetensi dasar jabatan struktural aparatur pemerintah

yang menduduki jabatan sebagai pimpinan (istilah dalam jabatan struktural)

Nomor 46A Tahun 2003 lampiran 1b, berikut ini:

1. Integritas (Int)

2. Kepemimpinan (Kp)

3. Perencanaan dan Pengorganisasian (PP)

4. Kerjasama (Ks)

5. Fleksibilitas (F).

12
D. Optimalisasi Good Governance dalam Komunikasi Pemerintahan

Mengapa good governance disyaratkan dalam penyelenggaraan

pemerintahan pasca reformasi birokrasi dewasa ini? Jawabannya adalah :

1. Good governance adalah cara penggunaan kekuasaan negara untuk

mengelola semua sumber daya sosial dan sumber daya ekonomi

secara optimal untuk sebesar-besarnya kepentingan masyarakat

dengan tidak merugikan pihak manpun.

2. Good governance melibatkan tiga domain yang berbeda yaitu sektor

masyarakat, pemerintah dan swasta yang dalam pencapaian suatu

tujuan membutuhkan komunikasi yang komunikatif.

3. Ada empat unsur agar komunikasi menjadi efektif yang dikenal dengan

4C yaitu; 1) completeness; 2) clariteness; 3) correcteness; 4)

conciseness (sempurna, jelas, teliti dan tepat).

4. Karena kondisi penyelenggaraan pemerintahan pasca reformasi,

sekurang-kurangnya mensyaratkan 4 variabel yang harus dijalankan,

yaitu: 1) demokrasi; 2) pelayanan; 3) pemberdayaan dan 4)

transparansi, maka perlu reorientasi, reorganisasi dalam tataran

birokrasi pemerintahan.

5. Karena perubahan yang terjadi telah menimbulkan berbagai distorsi

dan friksi dalam penyelenggaraan pemerintahan antara lain;

a. munculnya fenomena yang kontroversi;

b. disharmoni di antara lembaga pemerintah hampir merata pada

kelembagaan pemerintah dan non pemerintah;

13
c. munculnya konflik vertikal di antara pemerintahan;

d. tumbuhnya keberanian masyarakat menyampaikan ketidak

puasannya, baik secara persuasif maupun koersif

e. terdapat kondisi yang serupa pada lingkup pemerintah secara

kelembagaan maupun individu;

f. terjadi miskomunikasi dan proses koordinasi antara lembaga tidak

efektif;

g. sorotan tajam terhadap kinerja pemerintah mulai beranjak ke

kondisi krisis kepercayaan;

h. aturan dan bentuk pelayanan pemerintah telah bergeser ke image,

citra dan kesan negatif.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Good governance kita pahami sebagai alternatif bentuk

penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dalam arti kata

pemerintahan yang terbuka terhadap semua persoalan bangsa dan

masyarakatnya, untuk itu perlu komitmen kuat pemerintah untuk lebih

terbuka, lebih demokratis, komunikatif, dan lebih persuasif serta empati

terhadap semua persoalan bangsa dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Di era reformasi dewasa ini tampaknya pemerintah memang telah

mencoba membuka pintu yang lebih lebar agar masyarakat dapat masuk

dan mengkritis berbagai kebijakan pemerintah termasuk mau berpartisipasi

secara aktif untuk melibatkan dirinya dalam proses perumusan,

implementas maupun evaluasi kebijakan publik melalui berbagai peraturan

perundang-undangan, meskipun kadang-kadang terjadi penolakan dari

berbagai pihak termasuk dari sisi pemerintah sendiri. Namun, semua itu

merupakan titik awal reformasi birokrasi pemerintahan menuju arah yang

lebih mengedepankan kepentingan masyarakat ketimbang memperlebar

kewenangan birokrasi walaupun belum optimal sebagaimana yang

diharapkan oleh konsep Good Governance.

15
B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini para praja khusunya yang

disiapkan sebagai kader aparatur pemerintahan dapat lebih menguasai

bagaimana perkembangan good governance dalam komunikasi

pemerintahan yang berlandaskan pada UUD 1945 yang memuat tujuan

negara RI terutama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://klcfiles.kemenkeu.go.id/2019/05/KOMUNIKASI-PEMERINTAH-

DAN-EFEKTIVITAS-KEBIJAKAN-1.pdf (diunduh pada tanggal 02

Oktober 2021 pukul 21.49 WIB)

http://makalah-dudi.blogspot.com/2014/10/makalah-good-governance-

dalam.html (diunduh pada tanggal 02 Oktober 2021 pukul 21.50

WIB)

17

Anda mungkin juga menyukai