TUTON PEMBIMBING
BENNY BAKRY,S.Pd. M.Si.
Disusun Oleh
LINDA ASTUTI
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar isi.....................................................................................................................
BAB I Pendahuluan...................................................................................................
BAB II Isi/Pembahasan.............................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
3.2 Saran………………………………………………………………………………
1
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang dijelaskan Ribble dan Bayley (2007:10), kewarganegaraan digital berhubungan
dengan norma-norma perilaku yang sesuai yang menjadi pedoman warganegara dalam
penggunaan teknologi di abad digital, agar pantas dan bertanggung jawab. Cakupannya sangat
luas mencangkup semua aspek kehiduoan yang dinamakan Sembilan elemen kewarganegaraan
digital (the nine element of digital citizenship). Seperti diuraikan oleh Collier (2019) lebih jauh
dalam praktiknya bahwa kewarganegaraan digital adalah cara berpikir kritis dan pilihan-pilihan
etis tentang content,yang di publikasikan di lihat,di tulis,di komunikasikan dari dan kemedia
digital, serta dampaknya terhadap diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. Membentuk
membentuk warganegara agar melek digital atau literasi digital. Kebijakan ini bisa diterapkan
melalui jalan persekolahan, dimana Pendidikan de sekolah beperan untuk mengajarkan para
peserta didik agar melek digital. Selanjutnya pembentukan kewarganegaraan digital dapat
dilakukan melalui mata pelajaran PPKn. Menurut Choi (2016:6), kewarganegaraan digital
(digital citizenship) sebagai etika atau tata cara dalam penggunaan internet yang etis dan
jawab terhadap diri sendiri dan orang lain sangat diperlukan para era digital (Jones,Mitchell,&
Walsh, 2014:6). Akan tetapi menurut Koltay (2011:216), bagian terpenting dari Pendidikan
kewarganegaraan digital ialah mengajakan literasi digital berupa keterampilan teknis yang
bebasis computer dan internet. Digital citizenship (Kewarganegaraan Digital) telah menjadi
salah satu faktor utama yang memengaruhi perubahan bentuk praktik partisipasi.
2
Seperti telah diuraiakan diatas, keterbukaan dan kebebasan dalam melakukan partisipasi
mebawa banyak manfaat dalam memberikan edukasi bagi warga negara dalam partisipasi
politik.
Tujuan di buatnya artikel ini yaitu untuk menyampaikan pembahasan tentang goodand
negara demokrasi maka sudah menjadi keharusan bahwa pemerintahan yang dijalankan harus
sebersih dan sebaik mungkin dengan berpegang pada prinsip-prinsip pemerintahan yang
demokratis. Kedua, alasan yang tidak kalah penting adalah karena di dalam catatan sejarah,
Indonesia pernah mengalami hal yang buruk terkait dengan pemerintahan tersebut. Oleh
kuat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah “government” dan governance seri ngkali dianggap memiliki arti yang sama yaitu
cara menerapakan otoritas dalam suatu organisasi, Lembaga atau negara. Government atau
pemerintah adalah nama yang diberikan kepada entitas yang menyelenggarakan kekuasaan
Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu politik. Ia
muncul pada 1990-an. Secara umum, istilah good and clean governance memiliki pengertian
akan segalahal yang berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku yang sifatnya mengarahkan,
Dalam konteks Indonesia, good governance dapat diartikan sebagai pemerintahan yang
baik, bersih, dan berwibawa. Maksdunya, baik yaitu pemerintahan negara yang berkaitan
dengan sumber sosial, budaya, politik, serta ekonomi diatur sesuai dengan kekuasaan (power)
Para ahli sebenarnya mengakui bahwa tidak ada struktur pemerintahan terbaik yang dapat
diidentifikasikan dengan jelas untuk digunakan sebagai model universal bagi negara
berkembang. Akan tetapi, sebaiknya diakui bahwa Good Governance adalah suatu kondisi
dimana tercipta hubungan tiga unsur yaitu pemerintah, masyarakat atau rakyat dan dunia usaha
yang berada dalam sektor swasta yang sejajar, berkesamaan, dan berkesinambungan di dalam
4
2.2. Prinsip-Prinsip Good and Clean Government
Prinsip-prinsip good governance pada hakikatnya mengandung nilai yang bersifat obyektif
dan universal yang menjadi acuan di dalam menentukan tolak ukur atau indikator dan ciri-ciri
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme. Sehubungan dengan ini, kata prinsip mempunyai arti yang sama dengan asas.
Karena asas atau prinsip pada hakikatnya merupakan awal suatu kebenaran yang menjadi
Prinsip dasar yang melandasi perbedaan antara konsepsi goverance dengan pola
pemerintahan yang konvensional terletak pada tuntutan yang demikian kuat agar peranan
pemerintah dikurangi dan peranan masyarakat termasuk dunia usaha dan lembaga swadaya
Adapun prinsip-prinsip Clean dan Good Governance menurut UNDP (United Nation
a. Partisipasi
Pengertian ini tidak ditemui dalam UU No. 28 Tahun 1999, tetapi kalau
dipahami misi UU No. 22 Tahun 1999 maka partisipasi masyarakat adalah hal yang
masyarakat dalam berbagai proses yang dilakukan oleh pemerintah. Pendapat ini adalah
5
Dalam teori pengambilan keputusan semakin banyak partisipasi dalam proses kelahiran
sebuah politik maka dukungan akan semakin luas terhadap kebijaksanaan tersebut
(Dunn, 1997). Hal ini dapat dipahami karena kecenderungan ke depan pemerintah yang
yang diterapkan di Indonesia. Partisipasi secara sederhana berarti adanya peran serta
dalam suatu lingkungan kegiatan. Peran serta disini menyangkut akan adanya proses
antara dua atau lebih pihak yang ikut mempengaruhi satu sama lain yang menyangkut
tidak hanya terjadi diantara pihak pemerintah melalui birokrat yang kemudian membuat
kebijakan mengenai bentuk pelayanan yang akan diberikan, tetapi juga harus
dibutuhkan masyarakat dalam pelayanan publik. Dalam hal ini, pemerintah melalui
pihak birokrat harus berperan sebagai fasilitator dan katalisator yang memberikan
kepentingan yang sama dan berbeda dalam suatu perumusan dan pembuatan kebijakan
secara berimbang untuk semua pihak yang terlibat dan terpengaruh. Keterlibatan
keluhan masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan oleh birokrat selama ini.
6
Adapun criteria yang perlu dipenuhi dalam pengaplikasian pendekatan partisipatif ini
1. Pelibatan seluruh stake holder untuk setiap arena perumusan dan penetapan
kebijakan.
collective agreement.
Rule of low berarti penegakan hukum yang adil dan tanpa pandang bulu, yang mengatur hak-
hak manusia yang berarti adanya supremasi hukum. Menurut Bargir manan (1994), supremasi
1. Suatu tindakan hukum hanya sah apabila dilakukan menurut atau berdasarkan aturan
hukum tertentu (asas legalitas). Ketentuan hukum hanya dapat dikesampingkan dalam
hal kepentingan umum benarbenar menghendaki atau penerapan suatu aturan hukum
natural justice).
7
2. Ada jaminan yang melindungi hak-hak setiap orang baik yang bersifat asasi maupun
yang tidak asasi dari tindakan pemerintah atau pihak lainnya. Asas penegakan hukum
Sehubungan dengan hal tersebut, realisasi wujud good and clean governance, harus
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum dan
aturan yang jelas dan tegas, dan dijamin pelaksanaannya secara benar serta independen.
Supremasi hukum akan menjamin tidak terjadinya tindakan pemerintah atas dasar
Kepastian hukum,
Bahwa setiap kehidupan berbangsa bernegara diatur oleh hukum yang jelas dan pasti,
tidak duplikatif dan tidak bertentangan antara suku , agama dan lainnya.
Yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi masyarakat luas, dan mampu
berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu. Untuk itu, diperlukan penegak
hukum yang memiliki integritas moral dan bertanggung jawab terhadap kebenaran
hukum.
2. Independensi peradilan,
8
c. Transparansi (transparency)
oleh pihak yang berkepentingan mengenai kebijakan pemerintah dan organisasi badan
informasi terhadap publik. Satu hal yang membedakan organisasi swasta dan publik
informasi bukanlah suatu hal yang menjadi harus. Banyak hal yang dirasa harus
dirahasiakan dari publik dan hanya terbuka untuk beberapa pihak. Sementara itu,
organisasi publik yang bergerak atas nama publik mengharuskan adanya keterbukaan
agar dapat menilai kinerja pelayanan yang diberikan. Dengan begini, akan terlihat
Menurut penjelasan Pasal 3 angka 4 UU No. 28 tahun 1999 prinsip transparan diartikan
sebagai berikut :
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia
negara”.
informasi yang benar dan jujur tentang penyelenggaraan negara. Ini adalah peran serta
masyarakat secara nyata dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih.
Secara lebih jelas peran serta masayarakat ini ditentukan dalam PP No. 68 Tahun 1999.
Dalam Pasal 2 ayat (1) dikatakan peran serta masyarakat untuk mewujudkan
9
1. hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi mengenai penyelenggaraan
negara;
2. hak memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara negara;
3. hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap kebijakan
penyelenggaraan negara.
d. Responsif (responsive)
Birokrat harus dengan segera menyadari apa yang menjadi kepentingan public (publicinterest)
sehingga cepat berbenah diri. Dalam hal ini, Birokrasi dalam memberikan pelayanan publik
Masyarakat adalah sosok yang kepentingannya tidak bisa disamakan secara keseluruhan
dan pada saatnya akan merasakan suatu kebosanan dengan hal yang stagnan atau tidak ada
perubahan, termasuk dalam pemberian pelayanan. Masyarakat selalu akan menuntut suatu
proses yang lebih mudah/simple dalam memenuhi berbagai kepentingannya. Oleh karena itu,
Birokrasi harus dengan segera mampu membaca apa yang menjadi kebutuhan publik.
Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etika, yakni etika
10
1. Kualifikasi etika individual menuntut pelaksana birokrasi pemerintah agar memiliki
2. Etika sosial menuntut mereka agar memiliki sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan
public
harus merupakan hasil kesepakatan bersama diantara para aktor yang terlibat. Hal ini
atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian besar komponen yang
bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa terhadap semua yang terlibat untuk
partisipatif, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang
11
f. Kesetaraan (equity)
Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas
halpelayanan publik tanpa membedakan suku, jenis, keyakinan, jenis kelamin, dan
kelas social.
miskin dan kaya memilik kesamaan dalam memperoleh pelayanan publik oleh
birokrasi. Dalam hal ini, birokrasi tidak boleh berbuat diskriminatif dimana hanya mau
melayani pihak-pihak yang dianggap perlu untuk dilayani, sementara ada pihak lain
yang terus dipersulit dalam pelayanan bahkan tidak dilayani sama sekali. Konsep
keadilan masih terlihat sulit diterpakan dalam pelayanan publik di Indonesia. Hal ini
bagaimana dalam mencapai sasaran dengan sesuatu yang tidak berlebihan (hemat).
Dalam bentuk pelayanan publik, hal ini berarti bagaimana pihak pemberipelayanan
melayani masyarakat seefektif mungkin dan tanpa banyak hal-hal atau prosedur yang
baik dan bersih harus memenuhi criteria efektif (berdaya guna)dan efesien ( berhasil
guna). Efektivitas dapat diukur dari seberapa besar produk yang dapatmenjangkau
12
h. Akuntabilitas (accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat public terhadap masyarakat
yang memberinya wewenang untuk mengurusi kepentingan mereka. Setiap pejabat public
prosedur yang diterapkan oleh organisasi tersebut, sudah sesuaikah pengaplikasiannya, dan
yang berarti akuntabilitas publik menjadi sesuatu yang sepertinya menjadi sosok yang
menakutkan. Hal ini tentunya disadari dari ketidakjelasan atas kinerja birokrat itu sendiri.
Namun, ternyata, banyak cara yang sering dilakukan para birokrat dalam menutupi
kesalahan sehingga akuntabilitasnya terlihat baik. Menurut Turner dan Hulme (Mardiasmo,
2002), menerapkan akuntabilitas memang sangatlah sulit, bahkan lebih sulit dalam
memberantas korupsi. Akuntabilitas saat ini menjadi konsep utama yang harus diterapkan
dalam organisasi publik dalam mendongkrak kinerja mereka tentunya. Tuntutan akan
akuntabilitas tidak hanya menekankan pada tanggung gugat secara vertikal dalam arti antara
bawahan terhadap atasan, tetapi juga secara horisontal yang berarti terhadap masyarakat.
Elwood (Mardiasmo,2002) menyatakan bahwa ada empat dimensi akuntabilitas yang harus
dipenuhi dalam organisasi sektor publik, yang juga termasuk birokrasi, yakni :
13
i. Visi strategis (strategic vision)
goodandclengovernance. Dengan kata lain, kebijakan apapun yang akan diambil saat ini,
Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh kedepan. Pemerintah
dan masyarakat harus memiliki kesatuan pandangan sesuai visi yang diusung agar
Kewarganegaraan digital dalam mebangun Goog and Clean Government dalam era digital
saling terkait dan berdampak satu sama lain. Transformasi digital mempengaruhi secara
individu berinteraksi, berpartisipasi, dan berkontribusi dalam bermasyarakat digital. Pada saat
yang sama, kewarganegaraan dalam era digital mempengaruhi bagaimana transpormasi digital
akses yang ada terhadap teknologi digital, perlindungan privasi, penggunaan teknologi dengan
etika, dan partisipasi aktif dalam kehidupan digital. Sebaliknya, kewarganegaraan dalam era
digital juga mendorong transformasi digital dengan melibatkan warga dalam pengembangan
kebijakan teknologi dan partisipasi dalam pembangunan msayarakat digital yang berkalnjutan
14
Media social telah menjadi platform yang kuat untuk mendorong partisivasi publik dalam
masyarakat digital. Melalui media social, individu dapat berbagi pendapat, mengorganisir
Gerakan social, dan berpartisivasi dalam diskusi public tentang isu-isu yang penting bagi
kewarganegaraan. Tak sedikit fenomena yang menunjukan media social digunakan untuk
membuat keributan sosial oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Terdapat banyak
fenomena seperti, menyebarkan berita bohong yang tidak jelas asal-usulnya, berita dengan
judul yang profokatif, komentar kebencian, adu domba, ajakan untuk menyerang satu pihak,
dan masih banyak lagi. Fenomena seperti inilah yang dapat mengancam disentegrasi bangsa
yang akan berpengaruh pula terhadap persatuan dan kesatuan nasionaatma (Raissa Nurul Ilmi
& Fatma Ulfatun Najicha,2022) Media sosial juga memungkinkan interaksi langsung antara
warga dan pemimpin pemerintahan, memperkuat hubungan antara pemerintah dan masyarakat.
Media sosial beperan dalam partisipasi publik dengan memberikan ruang bagi individu untuk
menyuarakan pendapat, mendiskusikan isu-isu publik, dan berinteraksi dengan pemimpin dan
negara. Salah satu Langkah untuk mewujudkan system tersebut adalah dengan meningkatkan
kualitas pelayanan publik. Pelayanan public yang baik harus merata keseluruh lapisan
masyarakat dan akses pelayanan publik tersebut harus mudah dipahami. Good Government
mengandung beberapa prinsif. Dalam penerapannya Good Government dikenal dengan adanya
lima prinsip utama, kelima prinsif tersebut adalah transparansi, akuntabilitas, responbilitas,
indevendensi, dan keadilan. Apabila prinsif itu diterapkan dalam suatu pemerintahan maka
good government akan tercapai dan kinerja sebuah pemerintahan akan menjadi lebih baik.
Salah satu upaya untuk, mewujudkan hal tersebut dalam pemerintahan dalam suatu negara
dapat dengan menerapkan e-government dalam pelayanan publiknya (Azizah & Najicha,2022)
15
BAB III
KESIMPULAN
3.1.KEIMPULAN
sebagai pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa. Maksdunya baik yaitu
pemerintahan negara yang berkaitan dengan sumber sosial, budaya, politik, serta
dalam hal ini private sector (sektor swasta/dunia usaha). Oleh sebab itu, good
governance sektor publik diartikan sebagai suatu suatu proses tata kelola
berbagai sumber daya seperti sumber daya alam, keuangan dan manusia bagi
16
Dalam konteks birokrasi Indonesia Clean Government adalah pemerintahan
yang bersih dan berwibawa. Kepemerintahan yan mampu menciptkan keadaan yang
memberi rasa nyaman dan menyenangkan bagi para pihak dalam suasana
berdasarkan Pancasila. Para pihak yang ada di dalam eksekuti, legislatif, dan
yudikatif. Ketiga pihak ini harus saling bekerja sama, berkoordinasi, bersinergi
3.2.SARAN
pilarnya yaitu pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil saling menjaga dan
good governance. Tanpa good governance sulit bagi masing-masing pihak untuk
dapat saling berkontribusi dan saling mengawasi. Good governance tidak akan bisa
dijamin. Hukum hanya akan menjdi bumerang yang bisa balik menyerang negara
dan pemerintah menjadi lebih buruk apabilan tidak dipakai sebagaimana mestinya.
17
3.3. DAFTAR RUJUKAN
1. Amarsuteja.blogspot.com/2013/01/good-and-clean-governance.html
2. Haris. Syamsuddin. 2007. Desentralisasi & Otonomi Daerah. Jakarta: Lipi Press
4. Leekaayoung.blogspot.com/2017/01/hi-guys-aku-pengen-share-makalah pkn.html
5. Menulis-makalah.blogspot.com/2017/01/good-and-clean-governance
18