Oleh
IDHAM MALIK
KELAS B
NIM :G2U120014
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahin
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya kami mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul
“KEMITRAAN PUBLIK DAN SWASTA” ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kesehatan Manajemen Dan Administrasi Kesehatan.
Dan tidak lupa saya sampaikan sholawat serta salam kepada junjungan alam
Nabi besar Muhammad SAW. Karena dengan jerih payah beliaulah kita dapat
bias merasakan yang namanya nikmat islam serta nikmat iman sampai saat
ini. Selanjutnya tak lupa kami ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu di dalam penyusunan makalah ini baik itu
dalam bentuk materi maupun lain sebagainya sehingga makalah ini bias selesai.
Harapan saya semoga makalah ini nantinya bias bermanfaat bagi kita semua
khususnya mahasiswa dan mahasiswi serta masyarakat pada umumnya. Dan saya
berharap dengan adanya makalah ini semoga kita mendapatkan ilmu yang lebih
luas dan bias berguna bagi kita semua amin.....
Dan jika ada kesalahan pengetikan serta penyusunan kata mohon
saran/komentarnya para pembaca. Dan itu sangat penting bagi kami untuk
melakukan perbaikan di penyusunan malakah selanjutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Makalah...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian good governance.........................................................................6
B. Bentuk PPP....................................................................................................9
C. Keunggulan dan kelemahan infrastruktur PPP............................................13
D. Pelayanan publik..........................................................................................14
E. Kemitraan PPD............................................................................................15
G. Contoh-contoh proyek PPD...........................................................................19
H. Jenis Teori Kepemimpinan..........................................................................20
I. Analisa tentang model PPP pelayan kesehatan di indonesia........................23
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sejak bergulirnya reformasi Indonesia mengalami babak baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi yang dimulai tahun 1998 ini
menuntut adanya good governance dalam tata pemerintahan Indonesia.Tuntutan
yang diajukan ini merupakan reaksi terhadap keadaan pemerintah pada era Orde
Baru yang sarat dengan berbagai penyimpangan seperti pemusatan
kekuasaan pada Presiden, baik akibat konstitusi (UUD 1945) maupun tidak
berfungsinya dengan baik lembaga tinggi negara, serta tersumbatnya saluran
partisipasi masyarakat dalam memberikan kontrol sosial.
Pada konsep good governance ini pemerintah berfungsi menciptakan
lingkungan politik dan hukum yang kondusif, sektor swasta menciptakan
pekerjaan dan pendapatan sedangkan masyarakat berperan aktif dalam interaksi
sosial, ekonomi, politik. Negara sebagai unsur governance termasuk didalamnya
lembaga politik dan lembaga sektor swasta (perusahaan-perusahaan swasta) dan
masyarakat (terdiri atas individu maupun kelompok termasuk
didalamnya lembaga swadaya masyarakat). Secara umum good governance
dimaksudkan untuk mendukung proses pembangunan yang memberdayakan dan
mengembangkan sumber daya manusia guna menunjang sistem produksi yang
efisien.
4
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
7
melakukan kerjasama ini resiko dan manfaat potensial dalam menyediakan
pelayanan ataupun
6
fasilitas dipilah atau dibagi kepada pemerintah dan swasta .
Lebih lanjut ada tiga hal yang mendorong pemerintah untuk melakukan
kerjasama pemerintah dan swasta (PPP) karena masalah keterbatasan dana,
efisiensi dan efektivitas pemerintahan, dan pertanggungjawaban pemerintah
kepada masyarakat. Sebagai suatu daerah yang baru berkembang tentunya
pemerintah daerah tidak dapat mengandalkan sumber daya yang ada (keuangan
dan SDM). Disini pemerintah daerah butuh menarik pihak swasta untuk
melakukan investasi tidak hanya dalam bentuk dana tetapi juga
peningkatan skill SDMnya untuk membangun dan memelihara infrastruktur
yang belum dan sudah tersedia dalam rangka menyejahterakan masyarakat.
Keterlibatan pihak swasta yang mampu menyediakan keuangan dan tenaga ahli
setidaknya membantu fungsi pemerintah sebagai motor pelaksana pembangunan.
Selain itu melalui PPP juga menciptakan sistem pemerintahan yang bersih karena
dalam hal ini pemerintah juga bisa melaksanakan fungsi kontrol terhadap sektor
swasta yang terlibat. Namun perlu diingat, hubungan yang terjalin antara
pemerintah dan sektor swasta haruslah memiliki hubungan yang saling
menguntungkan dan harus diikat dalam suatu kontrak untuk jangka waktu
tertentu. Disinilah peran dan fungsi pemerintah untuk mengontrol pelaksanaan
pembangunan diperlukan. Sebagaimana kita sadari bahwa sudah jelas dengan
adanya keterlibatan pihak swasta adalah untuk meraih keuntungan sebagai
konsekuensi dalam pembangunan. Namun keuntungan yang didapat oleh pihak
swasta ini sudah seharusnya tidak merugikan pembangunan. Oleh karena itu
perlunya adanya pengawasan dari pemerintah dan pembatasan waktu.
Proses kerjasama yang terjalin antara pemerintah dan pihak swasta dapat
dilakukan dalam beberapa cara yaitu melalui
1.Service contract
9
Contohnya pengumpulan dan pembuangan sampah, pengerukan kali, penarikan
dan pengumpulan tagihan air, perawatan pipa air, kesemuanya ini dapat
dimitrakan kepada pihak swasta.
Selanjutnya adalah
2. Management contract.
tahun. Posisi pihak swasta adalah sebagai pemilik asset, investor, dan
bertanggung jawab atas risiko finansial dalam batasan minimal. Di dalam
proses seleksi hanya ada satu kali kompetisi dan tidak ada pembaharuan
perjanjian. Keunggulan dari management contract adanya keterlibatan pihak
swasta yang lebih kuat. Namun kelemahannya manajemen tidak memiliki
pengawasan yang kuat secara menyeluruh (meliputi keuangan, kebijakan
pegawai,dan sebagainya). Contohnya tidak jauh berbeda dengan service
contract seperti pengelolaan fasilitas umum (rumah sakit, sekolah, tempat
parkir).
3.Lease contract
yaitu kerjasama pemerintah yang pihak swasta dalam jangka waktu sepuluh
sampai dengan lima belas tahun dimana tanggung jawab manajemen, operasional
dan pembaharuan kontrak lebih spesifik. Pemilik modal adalah sektor publik
(pemerintah) namun pihak swasta turut menanggung risiko keuangan (risiko
menengah). Kelemahannya akan menimbulkan potensi konflik antara pihak
swasta sebagai operator pelaksana dan sektor publik (pemerintah) sebagai
pemilik modal. Contohnya pengelolaan taman hiburan, bandara, dan armada bis,
dan sebagainya.
4.Concession
6.Joint Venture Agreement
11
(RT, RW atau kompleks perumahan) yang bertujuan untuk mendaur ulang
sampah demi kelestarian lingkungan dan memanfaatkannya sebagai tujuan
ekonomi.
Berdasarkan beberapa jenis PPP yang telah dijelaskan tersebut maka dari
beberapa keunggulan dan kelemahan yang dimilikinya tidak dapat ditentukan
jenis PPP yang tepat. Kesemuanya ini tergantung pada jenis kegiatan atau
proyek, manfaat kegiatannya, jangka waktu pembangunannya hingga baru bisa
ditentukan jenis PPP yang dibutuhkan.
Menurut Thomas dan Curtis (2001) ada tiga model kerja sama, yaitu
product-based partnership, product-development partnership, dan system/issues-
based partnership. Thomas dan Curtis juga mengembangkan prinsip-prinsip
PPP. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Good governance. Struktur pengelolaan kerja sama yang tepat dan penting
harus menjamin adanya pencapaian tujuan kesehatan publik, dapat
mempertemukan tujuan semua partner, dan adanya komunikasi yang transparan.
Ada empat model pengelolaan PPP, yaitu:
- Elite committe model
- NGO model
- Catalyst model
2. Pemilihan partner. Organisasi sektor publik dan swasta dapat bekerja sama
untuk mendukung program pencegahan penyakit jika mereka mempunyai
pandangan benefit yang saling menguntungkan dan situasi menang-menang.
Pemerintah harus selektif dalam memilih partner yang akan diajak kerja sama
3. Transparansi dan komunikasi.
12
6. Equity. PPP diharapkan mempunyai strategi untuk menjamin equity, terutama
saat kontribusi publik dinaikkan untuk membantu masyarakat yang miskin.
7. Externalities
13
C..Keunggulan dan Kelemahan PPP dalam Pembangunan Infrastruktur di
Indonesia
Namun penerapan PPP di Indonesia juga masih lemah karena regulasi yang
saling tumpang tindih sehingga menyulitkan pihak swasta untuk melakukan
investasi, prosedur birokrasi yang masih berbelit-belit, perencanaan tata ruang
wilayah dan daerah yang belum tertata dengan baik, desain perencanaan teknis
yang tidak matang sehingga menyulitkan pihak swasta dalam proses pengerjaan.
Salah satu contoh dalam pembangunan jalan tol sering terjadi perbaikan akibat
proses perencanaan yang tidak matang. Dengan demikian dalam proses PPP
maka perlu kesiapan dan kematangan dari pemerintah atau pemerintah daerah
untuk menyiapkan regulasi dan kerangka kerja yang matang sehingga dalam
proses pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terealisasi secara maksimal dan
memberikan keuntungan kepada berbagai pihak terkait. (Nyimas Latifah Letty
Aziz)
14
D.Pelayanan Publik
Secara teoritis, Tjiptoherijanto (2010) menyatakan bahwa, pelayanan
publik merupakan pengelolaan pasokan barang/jasa secara langsung
atau tidak langsung oleh pemerintah untuk mencapai kesejahteraan sosial
dalam kondisi Pareto.Sedangkan Dwiyanto (2006) men-definisikan, pelayanan
publik adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk
memenuhi kebu- tuhan warga dan pengguna. Statemen tersebut senada dengan
Sinambela (2006) yang menyatakan bahwa pelayanan publik adalah pemenuhan
keinginan dan kebu- tuhan masyarakat oleh penyelenggara negara.
Pelayanan publik sebagai salah satu bentuk barang publik (public goods) yang
diberikan pemerintah sudah selayaknya diimbangi dengan kualitas pelayanan
yang baik sehingga masyarakat akan menaruh kepercayaan kepada pemerintah.
Selain itu, menurut Dwiyanto dalam (Hashim, 2006) pelayanan publik yang
berkualitas menjadi titik strategis untuk memulai pengem- bangan Good
Governance dan untuk memperbaiki kualitas pelayanan publik salah satu
caranya adalah dengan melibatkan kepentingan semua unsur Governance.
Adapun untuk mengukur kualitas pelayanan publik menurut Zeithaml
(Puspitosari, 2012) didasarkan pada indikator-indikator sebagai berikut:
a)Tangibles
Artinya kualitas pelayanan yang berupa sarana fisik perkantoran, ruang tunggu,
dan lain-lain.
b) Reliability
Yakni kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang
terpercaya
c) Responsiveness
Yakni kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara
cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen
d) Competence
Yakni kemampuan oleh pemberi laya-nan dalam meyakinkan dan menum-
buhkan kepercayaan konsumen
e) Courtessy
Yakni pemberi layanan harus mem- perhatikan norma dan etika yang
berlaku dalam guna memberi rasa nyaman
f) Credibility
Penyelenggara layanan publik harus dapat dipercaya oleh masyarakat guna
15
memberikan rasa keadilan, kepuasan dan informasi yang bisa dipertanggung-
jawabkan
g) Security
Rasa aman dalam berbagai pelayanan kepada masyarakat harus dijadikan
moto utama dalam pelaksanaan pel-ayanan public
h) Access pelayanan publik sejatinya adalah layanan yang diberikan kepada
seluruh masyarakat umum hingga adanya
aturan yang membatasinya, sehingga pelayanan publik harus mudah diakses
i) Communication
Komunikasi merupakan alat yang paling sederhana dalam memberikan
layanan yang berkualitas. Sehingga komunikasi dalam pelayanan perlu di-jaga
dan selalu terbuka
j) Understanding
Pelayanan publik harus mengerti apa
yang diinginkan masyarakat. Jika pe- layanan publik dibangun berdasarkan
pengertian, maka layanan tersebut akan tepat sasaran.
Bentuk yang banyak dikenal dengan istilah BOT singkatan Build Operate and
Transfer atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Bangun Kelola dan Alih
Milik tetapi sebenarnya masih banyak bentuk yang bisa digunakan seperti
Outsourcing sebagai bentuk paling sederhana sampai bentuk Bangun Kelola dan
Miliki atau dalam bahasa Inggrisnya disebut sebagai Build Operate and Own
(BOO)
.
Kemitraan publik dan swasta (KPS) atau public private partnership (PPP)
dibutuhkan untuk menjawab permasalahan-permasalahan seperti meningkatkan
kapasitas produksi, produktivitas, kualitas produksi, meningkatan akses pasar,
dan mendorong proses hilirisasi kerjasama multistakeholder dalam meningkatkan
17
efisiensi dan daya saing sektor pangan dan pertanian. KPS muncul bukan hanya
untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan sektor pertanian saja
melainkan karena kurangnya kemampuan pemerintah untuk memenuhi tugasnya
dalam menjaga ketahanan pangan dengan sumberdaya sendiri. Sumberdaya yang
dimaksud adalah bukan hanya dari sisi pendanaan saja tetapi juga teknologi,
jaringan dan lain sebagainya.
Kemitraan antara perusahaan pertanian dan petani kecil dinilai sebagai salah satu
pendekatan yang paling prospektif dapat mengangkat ekonomi petani.
Diasumsikan bahwa dengan kemitraan tersebut petani kecil bisa diskenariokan
untuk mendapat bagian nilai tambah yang lebih besar dari suatu usaha pertanian.
Hanya saja pendekatan kemitraan semacam ini masih sering diterapkan secara
reduktif dalam corak pertanian kontraktual (contract farming) ataupun share
farming.
Laporan penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita dalam rangka
menyusun kebijakan dan jaring pengaman di bidang pertanian. Namun, perlu
dilihat lebih jauh lagi mengenai dampak dari kemitraan anatar publik dan swasta,
karena sampai ini belum ada skema kemitraan yang dibangun menjamin hak-hak
dan kewajiban setiap aktor di dalamnyanduh
19
Di Indonesia, PPP dilakukan dalam tiga tahapan yaitu Perencanaan, Persiapan
dan Transaksi. Adapun skema PPP dibedakan menjadi dua yaitu
skema solicited dan unsolicited. Solicited adalah kondisi dimana proyek
pembangunan diinisiasi oleh pemerintah, sedangkan unsolicited diinisiasi oleh
pihak swasta. Terkait skema pengembalian modal, PPP di Indonesia dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Dibayarkan oleh pengguna infrastruktur, dimana pada skema ini pihak
swasta menerima pengembalian modal dari harga yang dibayarkan oleh
pengguna infrastruktur;
Dibayarkan oleh pemerintah, pada skema ini proyek pembangunan
biasanya bukanlah proyek yang menghasilkan keuntungan maka pemerintah
akan membayarkan sejumlah pembayaran tahunan kepada pihak swasta sebagai
pemasukan pokok; dan
Jenis pembayaran lainnya, selama hal tersebut sesuai dengan hukum dan
regulasi.
F.Contoh-Contoh Proyek Jumlah Proyek Ppp
yang berhasil ditender hingga tahun 2018 berjumlah 68 proyek pembangunan
infrastruktur yang terdiri dari berbagai macam sektor. Beberapa diantaranya
adalah pembangunan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II; Tempat
Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Nambo; dan Sistem Penyediaan
Air Minum Umbulan. Berikut ulasannya:
Implementasi PPP: Jalan Tol Layang Jakarta – Cikampek II
Maksud dari pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek II adalah untuk
mensiasati kemacetan yang sering terjadi di jalan tol non-layang Jakarta-
Cikampek akibat jumlah kendaraan yang sudah melebihi kapasitas jalan. Proyek
ini dibangun di atas jalan tol eksisting yang direncanakan akan memiliki panjang
36,4 km. Berdasarkan data yang dihimpun dari laman PT Penjaminan dan
Infrastruktur (PT PII), diketahui bahwa proyek yang memiliki nilai invetsasi
sebesar 14,7 triliun rupiah ini merupakan bentuk kerjasama pemerintah dan
swasta dengan skema build-operate-transfer atau BOT. Dengan skema ini,
kepemilikan infrastruktur akan dialihkan kepada pemerintah setelah pihak swasta
mengoperasikan infrastuktur dalam jangka waktu tertentu (estimasi 45 tahun)
dan sudah mendapatkan pengembalian investasinya.
20
Pihak swasta yang bertanggungjawab terhadap proyek pembangunan ini adalah
PT Jasamarga Jalan Layang Cikampek yang terdiri dari dua perusahaan yaitu PT
Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT Ranggi Sugiron Perkasa. Sedangkan dari pihak
pemerintah diwakilkan oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) yang merupakan
bagian dari Kementerian PUPR. Pendanaan dari proyek pembangunan
infrastruktur ini berasal dari pinjaman bank dan ekuitas. Adapun yang menjadi
wewenang dari pemerintah adalah menanggung risiko penyesuaian tarif,
menanggung risiko politis dan menanggung risiko penghentian proyek. Berikut
jadwal estimasi pengimplementasian proyek pembangunan infrastruktur Jalan
Tol Layang Jakarta-Cikampek II:
Adapun skema PPP dalam proyek Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II adalah
sebagai berikut:
21
Skema PPP Proyek Jalan Tol Jakarta – Cikampek II
Sumber: diolah dari Bappenas Book, 2016
22
sampah (tipping fee) dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sesuai tarif yang telah
ditentukan. Pihak swasta juga berhak memperoleh pendapatan dari hasil produk
olahan sampah yaitu penjualan RDF seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Sedangkan peran Pemprov Jabar adalah memastikan dan menjamin ketersediaan
anggaran untuk membayar tipping fee. Pembangunan TPPAS Nambo
dijadwalkan selesai pada tahun 2019. Berikut adalah skema kerjasama dalam
pembangunan TPPAS Nambo:
SkemaProyekTPPASNambo
Sumber: diolah dari Bappenas Book, 2016
Contoh Implementasi PPP 3: Sistem Penyediaan Air Minum Umbulan
Proyek pengembangan infrastruktur Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Umbulan yang terletak di Jawa Timur dilatarbelakangi oleh kebutuhan
pemenuhan penyediaan air minum di Jawa Timur khususnya di lima lokasi yaitu,
Kabupaten Paurusan, Kota Pasuruan, Kota Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kota
Gresik. Adapun sumber mata air Umbulan yang menjadi lokasi pengembangan
SPAM berada di 17 km dari Kota Pasurusan, tepatnya di Desa Umbulan. Sumber
mata air Umbulan dapat dimanfaatkan sebanyak ± 4.000 liter/detik yang mampu
menyediakan air minum yang berkualitas utuk 1,3 juta jiwa penduduk.
Pengembangan SPAM Umbulan menggunakan skema kerjasama PPP dalam
bentuk BOT. Adapun pihak pemerintah yang bertanggungjawab dalam
pembangunan infrastruktur ini adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Kementerian Keuangan juga berperan untuk memberikan bantuan dana kepada
pihak swasta untuk menstabilkan tarif yang nantinya akan diberlakukan. Bantuan
dana tersebut dikenal juga dengan istilah Viability Gap Fun (VGF). Proyek ini
juga mendapatkan bantuan finansial dari Kementerian PUPR dan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, serta diawasi oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia.
Sedangkan pihak swasta yang juga berperan sebagai investor adalah konsorsium
PT Bangun Cipta Kontraktor dan PT Medco Energy International. Nantinya
pihak swasta tersebut akan mendapatkan pemasukan dari BUMD air minum di
Jawa Timur sebagai konsumen dari penyediaan air minum tersebut. Diketahui
bahwa periode konsesi pada proyek ini adalah 25 tahun. Proyek ini ditargetkan
dapat mulai operasionalnya pada tahun 2020 setelah sembilan tahun memulai
tahap persiapan. Untuk memahami skema kerjasama pada proyek pengembangan
SPAM Umbulan, dapat melihat diagram di bawah ini:
23
G.Analisa Tentang Model Ppp Pelayanan Kesehatan Di Indonesia
Pemerintah daerah harus mencari cara untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di daerah saat ini masih belum baik,
terutama untuk masyarakat kalangan bawah. Adanya desentralisasi
dinas kesehatan membuat pemerintah daerah harus memikirkan alternatif yang
bisa digunakan untuk mengatasi pelayanan kesehatan. Salah satu alternatif yang
bisa dikembangkan adalah kerja sama pemerintah daerah dengan pihak swasta.
Bidang-bidang yang dapat dikembangkan dalam kerja sama pelayanan
kesehatan antara lain, perbaikan pangan dan gizi, kerja sama dalam promosi dan
pemenuhan hak reproduksi.
24
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
bernuansa kesehatan reproduksi
12. Hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam kesehatan reproduksi.
Model kerja sama yang dapat dikembangkan atau digunakan dalam promosi dan
pemenuhan hak reproduksi adalah dengan mengadakan kontrak antara BKKBN
dengan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang alat kontrasepsi untuk
menbuat alat-alat kontrasepsi dengan harga jual yang murah, sehingga dapat
dijangkau oleh masyarakat kelas bawah.
25
pembangunan di bidang pangan dan perbaikan gizi serta upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat telah menjadi komitmen pemerintah; tidak jarang
dalam pelaksanaannya sering kurang mendapat prioritas yang tinggi, terutama
jika dikaitkan dengan pengalokasian Dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Depdagri dan Depdiknas mengadakan kerja sama perbaikan pangan, gizi
dan kesehatan masyarakat dengan membentuk Badan Kerja Sama Pangan, Gizi,
dan Kesehatan Masyarakat (BKS-PGKM). Badan ini dirancang untuk
membantu Pemerintah Daerah dalam pengembangan program pangan, gizi dan
kesehatan masyarakat dengan menggunakan konsep DIDANI (Desa Integrated
Development Approach for Nutrition Improvement).
Badan ini membuat kerja sama dengan pihak lain, yaitu dengan:
1. Melaksanakan kegiatan kerjasama dengan Dinas Perkebunan Kabupaten
Sukoharjo dalam Studi Potensi Pengembangan Industri Berbahan Baku Wijen.
2. Menjalin kerjasama secara berkesinambungan dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota di bidang PGKM dengan pembentukan desa binaan, serta
pembinaan Pasca Program khususnya di desa Gawanan, Kecamatan Colomadu
Kabupaten Karanganyar.
3. Mengupayakan pelaksanakan kegiatan kerjasama dengan Dinas
Kesehatan dalam rangka paradigma sehat (Indonesia Sehat 2010) dengan
peningkatan SDM, Pembangunan berwawasan Kesehatan, Desentralisasi
Kesehatan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) pada
tiap Posyandu di desa binaan.
Kerja sama dalam Bidang-bidang Lain
Indonesia dapat mencontoh model kerja sama yang dilakukan oleh USAID di
Amerika Tengah untuk mempromosikan kebersihan tangan dengan cara
mencuci tangan dengan sabun. Partner kerja sama ini dapat dilakukan
antara departemen kesehatan, perusahaan sabun, media masa, badan donor.
Departemen kesehatan dapat melakukan kontrak kerja sama dengan perusahaan
sabun, agar perusahaan itu meningkatkan produksi sabun; mengikat kontrak
dengan media masa untuk mengiklankan kebersihan
26
Untuk mengatasi wabah malaria yang masih terjadi di daerah-daerah pedesaan
atau terpencil, pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain
untuk meningkatkan penggunaan obat penyemprot nyamuk malaria. Kerja sama
ini dapat dilakukan dengan badan WHO, perusahaan farmasi/kimia. WHO dapat
berperan sebagai badan penasehat, pemerintah mengikat kontrak dengan
perusahaan kimia untuk meproduksi obat penyemprot malaria dan obat untuk
pencegahan malaria. Selain itu, pemerintah dapat mendesain, melakukan,
dan mendanai penyuluhan-penyuluhan tentang pencegahan penyakit malaria.
Dalam hal ini pemerintah bekerja sama dengan badan-badan seperti LSM, atau
membangun kapasitas pekerja kesehatan untuk memberikan penyuluhan.
Untuk menangulangi dan mencegah penyebaran AIDS, pemerintah dapat
melakukan model kerja sama yang dilakukan oleh USAID HAPP untuk
meningkatkan penggunaan kondom. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengadakan kontrak dengan perusahaan yang memproduksi kondom.
Pemerintah juga dapat mendisain, mengoperasikan, dan mendanai
penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya penyakit aids dan penyalah-gunaan
Narkoba, bekerja sama dengan pihak LSM untuk melakukan penyuluhan
tersebut. Bagi penderita Aids dan Narkoba, pemerintah dapat melakukan kerja
sama dengan perusahaan kontraktor untuk membangun rumah sakit atau tempat
rehabilitasi narkoba.
Ada banyak pilihan kemitraan pemerintah dan swasta. Beberapa isu kerja
sama yang berkembang di Indonesia antara lain, kerja sama dalam perumusan
kebijaksanaan dan perencanaan kesehatan. Misal: dalam menyusun rencana
strategis kabupaten/kota dan provinsi NTT tahun 2000 melibatkan sejumlah
lembaga swadaya masyarakat (LSM), penyedia pelayanan kesehatan swasta,
dan lembaga donor. Bentuk kerja sama lain adalah menjaga
akuntabilitas pembangunan kesehatan. Di sejumlah kota dan provinsi,
kalangan LSM mendirikan forum bersama yang disebut Koalisi Sehat.
Perannya antara lain, melakukan advokasi kepada pemda setempat agar
memberikan komitmen lebih besar untuk sektor kesehatan, serta mengevaluasi
kinerja pembangunan kesehatan yang dilakukan pemerintah dan swasta. Hal lain
adalah kerja sama dalam penyediaan pelayanan kesehatan, seperti contracting
27
out kegiatan tertentu kepada swasta. Pemerintah daerah Kabupaten Lembata,
Flores, memberikan
sehingga pemerintah daerah tidak perlu membangun rumah sakit. Kegiatan lain
yang bisa dikontrakkan adalah penyemprotan pengendalian vektor malaria,
promosi kesehatan, imunisasi, penemuan kasus dan pengobatan Tuberculosis
serta penyakit lain.
Kerja sama juga dilakukan dalam pembiayaan kesehatan. Pemerintah
memberikan otonomi lebih besar kepada rumah sakit dan puskesmas untuk
menangkap potensi pasar, dengan mengajak pihak swasta. Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Tangerang bekerja sama dengan General Electric, membangun
ruang rawat kelas VIP dengan kesepakatan bagi hasil dalam periode
waktu tertentu.
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah hasil studi mengenai dampak suatu
hidup dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak
lingkungan yang akan terkena dampak penting, melakukan prakiraan dan evaluasi
dan mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak negatif
29
kemudian menjadi wajib dilakukan bagi setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang
12
diperkirakan dapat menimbulkan dampak penting .
3. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan.
2004 telah menandai lahirnya babak baru dalam era pemerintahan di Indonesia,
30
BAB III
PENUTUP
A,Kesimpulan
Penerapan skema PPP di Indonesia sudah mulai terlihat sejak munculnya Peraturan
Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur. Sebagian besar skema PPP yang dilakukan di
Indonesia distimulus karena terbatasnya anggaran pemerintah untuk dapat
mengakomodir pembangunan infrastruktur publik. Skema PPP ini dirasa sangat
meringankan beban pemerintah karena selain menyederhanakan kebutuhan anggaran
juga dapat memperbaiki kualitas infrastruktur publik itu sendiri. Bentuk PPP yang
paling sering diterapkan di Indonesia adalah build-operate-transfer (BOT), dimana
nantinya infrastruktur yang dibangun dan dioperasikan oleh pihak swasta akan dialihkan
kepemilikannya kepada pemerintah dalam jangka waktu yang ditentukan (masa
konsesi). Skema kerjasama pemerintah dan swasta ini telah merambah beberapa sektor
pembangunan, terutama di sektor infrastruktur transportasi dan jalan, infrastruktur
persampahan dan infrastruktur air minum. Lantas, bagaimana jika PPP diterapkan pada
sektor pembangunan lainnya seperti sektor properti, pariwisata, perumahan rakyat dan
lain sebagainya? Akankah memiliki proses dan manfaat yang sama dengan penerapan
PPP di sektor-sektor lainny.
31
DAFTAR PUSTAKA
https://www.iigf.co.id/id/project/project-monitoring
32