Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

CAMPUR TANGAN PENGUASA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT


Dosen Pengampu : Azwar Subandi, S.IP., M.H

Oleh :

LALU ALVIAN FERDIANSYAH (2022B1D059T)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur seraya penyusun panjatkan ke hadirat Illahi
Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehinnga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Campur tangan Penguasa dalam kehidupan Masyarakat”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hukum Tata Pemerintahan . Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang kebijakan
atau intervensi penguasa dalam lembaga negara dan masyarakat
Penulis berterima kasih kepada bapak Azwar Subandi, S.IP., M.H selaku dosen mata
kuliahBahasa Indonesia yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua
pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.
Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Penyusun menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan
penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun harapkan saran dan kritik yang positif dan
membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa
yang akan datang.

Mataram 31; oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Campur tangan penguasa dalam kehidupan masyarakat...................................3

2.2 Campur tangan penguasa dalam bidang ekonomi ............................................4


2.3 Campur tangan penguasa dalam bidang politik.................................................6

BAB III PENUTUP...........................................................................................................9

3.1 Kesimpulan........................................................................................................9

3.2 Saran .................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar bekakang
Paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham kerakyatan. Sebab pada
akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan negara atau pemerintahan
diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan atau kedaulatan rakyat.
Berkaitannya dengan negara hukum, kedaulatan rakyat merupakan unsur material negara
hukum, di samping masalah kesejahteraan rakyat.1
Negara merupakan suatu organisasi yang memiliki tujuan. Bagi negara Indonesia,
tujuan negara tertuang dalam alinea ke empat Pembukaan UUD 1945, yang
mengidentifikasikan bahwa Indonesia merupakan negara hukum yang menganut konsepsi
welfare state. Sebagai negara hukum yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum,
setiap kegiatan di samping harus diorientasikan pada tujuan yang hendak dicapai juga
harus berdasarkan pada hukum yang berlaku sebagai aturan kegiatan kenegaraan,
pemerintahan, dan kemasyarakatan.
Pertumbuhan penduduk di suatu negara menuntut pemerintahannya untuk mampu
menyediakan berbagai sarana dan pemenuhan hidup rakyatnya. Pemerintah berkewajiban
memenuhi kebutuhan tersebut, terutama negara yang menganut paham welfare state
sebagai halnya indonesia. Sebagaio konsekuensi dari konsep tersebut,
Campur tangan penguasa dalam urusan masyarakat tersebut sesungguhnya
merupakan peran sentral, akan tetapi bukan berarti rakyat sebagai warga negara
meninggalkan partisipasinya. Pemerintah merupakan pemegang otoritas kebijakan
publik yang harus memainkan peranan penting untuk memotivasi kegiatan dan partisipasi
masyarakat melalui penyediaan berbagai pasilitas, berusaha bagi perkembangan kegiatan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan dalam upaya melaksanakan
kegiatan pembangunan baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah.

1.2 Rumusan maslah


Adalpun rumusan yang menjadi permasalahan sehingga dibuatnya makalah ini
1. Bagaimana Campur tangan penguasa dalam kehidupan masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraan

1
2. Mengapa penguasa perlu mengintervensi masyarakat dalam bidang ekonomi
3. Contoh kebijakan penguasa dan pemerintah saat ini dalam meningkatkan
ekonomi dan kesadaran politik masyarakat indonesia
1.3 tujuan penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Dapat memahami aturan serta motif penguasa dalam masa kepeminannya
2. Mengetahui apa saja kebijakan yang di buat dalam membangun kehidupan
masyarakat yang sejahtera
3. Dapat menguasai arti demokrasi dalam bidang politik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Campur tangan penguasa dalam kehidupan masyarakat

Dalam setiap negara , banyak sekali campur tangan penguasa negara ke dalam
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakatnya, yaitu :
 Campur tangan di bidang politik.
 Campur tangan di bidang ekonomi.
 Campur tangan di bidang sosial budaya, seni, olah raga, kehidupan berkeluarga,
perkumpulan, dan lain sebagainya.
 Campur tangan di bidang agama dan kepercayaan.
 Campur tangan di bidang teknologi.
Segala macam campur tangan penguasa negara tersebut diberi bentuk hukum agar segala
sesuatunya tidak menimbulkan suatu keragu-raguan pada semua pihak yang bersangkutan, dan
bilamana timbul konflik, penyelesaiannya akan lebih mudah. Bentuk hukum tersebut adalah
mutlak perlu, oleh sebab fungsi-fungsi hukum modern adalah :
1. Untuk menata-tertibkan masyarakat.
2. Untuk mengatur lalu lintas kehidupan dalam masyarakat.
3. Untuk mencegah atau menyelesaikan sengketa (konflik).
4. Untuk menegakkan keamanan dan ketertiban.
5. Untuk mengukur tata cara penegakkan keamanan dan ketertiban.
6. Untuk mengubah tatanan masyarakat seperlunya, disesuaikan dengan perubahan
keadaan yang terjadi.
7. Untuk mengatur tata cara pengubahan atau perubahan keadaan.
Fungsi-fungsi hukum tersebut harus dijalankan dengan tidak mengurangi atau
mengganggu prinsip-prinsip hukum, yaitu :
 Keadilan.
 Kewajaran.
 Effisiensi.
 Kepastian hukum.
 Ketenangan hidup.
Campur tangan penguasa negara tersebut dilakukan oleh para pejabat atau petugas
Administrasi Negara.

3
Pada kenyataannya warga masyarakat dan masyarakat pada umumnya sangat tergantung
dari pelaksanaan tugas serta keputusan-keputusan para pejabat administrasi negara atau pejabat
pemerintah, tanpa membedakan antara pejabat pemerintah yang menjalankan tugas politik
negara (pemerintahan) dan pejabat pemerintahan sebagai pejabat administrasi negara (yang
menjalankan tugas teknis fungsional atau operasional menjalankan kehendak pemerintah dan
melayani masyarakat umum).
2.2 Campur tangan penguasa dalam bidang ekonomi
Covid-19 yang cepat menyebar dan ‘mematikan’ menyebabkan WHO menetapkannya
sebagai Pandemi Global pada tanggal 11 Maret 2020. Pandemi Covid-19 yang awalnya hanya
mempengaruhi kesehatan, juga mempengaruhi perekonomian nasional dan global.Mendorong
Konsumsi untuk Pemulihan Ekonomi
Pada triwulan II tahun 2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan
negatif) sebesar -5,3%. Kontraksi ekonomi Indonesia tersebut cukup dalam namun relatif lebih
baik dibandingkan negara lain termasuk negara ASEAN misalnya Singapura. Penurunan kinerja
ekonomi nasional antara lain disebabkan penurunan konsumsi rumah, belanja investasi dan
realisasi belanja pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh 5 (lima) komponen yaitu konsumsi
rumah tangga, konsumsi pemerintah, pengeluaran investasi, export dan import. Dari kelima
komponen tersebut, komponen yang relatif dapat didorong oleh Pemerintah dalam jangka
pendek adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Sementara untuk
investasi, membutuhkan waktu relatif panjang. Untuk export, membutuhkan upaya yang lebih
karena dunia usaha nasional belum pulih dan kondisi ekonomi global yang masih lesu.
Menyadari hal tersebut, dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, salah satu kebijakan
yang diambil pemerintah adalah mendorong konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.
Konsumsi rumah tangga dilakukan oleh pemerintah, dengan mengalokasikan dana sebesar
Rp203,9 triliun untuk Perlindungan Sosial. Tujuan Perlindungan Sosial tersebut adalah untuk
meningkatkan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah sekaligus mendorong konsumsi
masyarakat. Perlindungan Sosial tersebut diberikan antara lain melalui Bantuan Sosial (Bansos),
Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa, subsidi listrik dan Program Keluarga Harapan.
Pemerintah juga memberikan BLT BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp600.000 untuk karyawan
swasta yang mempunyai gaji Rp5 juta/bulan ke bawah.

4
Skema Perlindungan Sosial di atas diharapkan berjalan dengan baik dan tepat sasaran.
Walaupun sulit untuk mencapainya namun diharapkan deviasinya tidak melebihi 5%. Demikian
juga waktu penyaluran, dapat dilakukan segera, mengingat kebutuhan hidup masyarakat yang
mendesak dan akhir tahun anggaran yang semakin mendekat. Realisasi penyalurannya juga
diharapkan diatas 95%. Penyaluran Perlindungan Sosial yang dicantumkan dalam jenis Belanja
Bansos dalam APBN relatif mudah. Prosedur pencairan harus disederhanakan tanpa
menghilangkan akuntabilitasnya.
Di samping pengeluaran belanja untuk meningkatkan konsumsi masyarakat, Pemerintah
juga mengalokasikan belanja yang digunakan Kementerian/Lembaga (K/L). Total belanja
belanja K/L (termasuk belanja Pemulihan Ekonomi Nasional) adalah sebesar Rp1.975,2 triliun.
Belanja K/L merupakan belanja untuk konsumsi pemerintah, terdiri dari tiga jenis
belanja yaitu belanja Pegawai, Barang, dan Modal. Ketiga jenis belanja tersebut mempunyai
karakteristik yang berbeda. Belanja Pegawai direalisasikan secara ‘otomatis’ setiap bulan dan
capaiannya biasanya tinggi, tahun 2019 mencapai 98,56%. Sementara itu Belanja Barang dan
Modal direalisasi berdasarkan kegiatan, sebagian membutuhkan proses pengadaan, biasanya
‘menumpuk’ di akhir tahun dan capaiannya tidak setinggi belanja pegawai (tahun 2019 realisasi
belanja Barang sebesar 96,87%, belanja Modal sebesar 93,93%)
Untuk dapat menggerakkan perekonomian, kegiatan pemerintah harus dipercepat dengan
tetap menjaga good governance untuk merealisasikan belanja Barang dan Modal. Pengeluaran
belanja tersebut seharusnya ditujukan untuk produksi dalam negeri sehingga usaha dalam negeri
bergerak sehingga memberikan multiplier effects yang besar.
Peran Pemda dalam Mendorong Konsumsi Masyarakat dan Pemerintah
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, tahun 2020, Pemerintah Pusat (Pempus)
mengalokasikan dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp 763,9 triliun.
Dana tersebut dicairkan secara bertahap ke pemerintah daerah (pemda). Untuk pemda yang
Pendapatan Asli Daerah kecil, APBD pemda mengandalkan TKDD.
Pemda sebagai bagian integral dari Pemerintah Indonesia mempunyai peran yang
strategis dalam mendorong konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah. Jumlah pemda
(Provinsi, Kabupaten, dan Kota) sebanyak 542 mempunyai total APBD (pengeluaran belanja)
sebesar Rp1.303,3 triliun (per 8 Juli 2020, Kemenkeu).
Penulis : Edward UP Nainggolan (Kakanwil DJKN Kalimantan Barat)

5
2.3 Campur tangan penguasa dalam bidang politik
Dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat indonesia, Sekretariat Kabinet
Republik Indonesia (Setkab RI) bekerjasama dengan Pusat Studi Hukum Konstitusi Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia (PSHK FH UII) menyelenggarakan Focus Group
Discussion (FGD) dalam rangka meningkatkan partisipasi politik masyarakat Indonesia. FGD
bertemakan “Peran Partai Politik dan Organisasi Kemasyarakatan dalam Mendorong Partisipasi
Politik di Indonesia” digelar di gedung Fakultas Hukum UII pada Selasa (26/10).
Dalam FGD tersebut, Setkab RI diwakili oleh Kepala Bidang Politik dan Organisasi
Kemasyarakat, Darmawan Sutanto, didampingi oleh Kepala Subbidang Politik dan Kepala
Subbidang Kemasyarakatan Lembaga Negara. Adapun, PSHK FH UII diwakili oleh, Dr.
Jamaluddin Ghafur, S.H., M.H. dan Direktur PSHK FH UII, Allan Fatchan Gani Wardhana.
Keduanya juga merupakan dosen di FH UII.
Jamaluddin menyampaikan, partsipasi merupakan hal yang esensial dalam negara
demokrasi. Oleh karena itu untuk mewujudkan partisipasi politik, setidaknya ada tigal hal yang
harus diperhatian.
1. , harus ada kompetisi dalam arti jabatan-jabatan public harus dikompetisikan.
2. partisipasi dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah.
3. kebebasan berpendapat, dalam hal ini pemerintah tidak boleh menghalang-halangi
gerakan kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi masyarakat.
Dengan demikian, pasrtisipasi memiliki peranan yang penting, baik bagi setiap individu
untuk mengontrol dan mengawasi kebijakan pemerintah agar terhindar dari tindakan
penyelewenangan yang dapat merugikan masyarakat, maupun bagi pemerintahan untuk
mengukur tinggi atau rendahnya sistem demokrasi di suatu negara.
Dalam pelaksanaannya, menurut Jamaluddin, partisipasi memiliki beberapa jenis dan
pola, antara lain:
1) Otonom, yaitu partisipasi yang dilakukan secara sadar dimaksudkan untuk mempengaruhi
pemerintah,
2) Konvensional, parstisipasi yang dilakukan secara langsung seperti pemilu, pilkada, dll,
3) Non-konvensional, partisipasi yang dilakukan seperti petisi, demokrasi, dan refOrmasi,

6
4) Digerakkan, partisipasi yang dilakukan atau digerakkan dalam suatu lembaga yang
menggerakkan, salah satunya partai politik (parpol) yang dijadikan lembaga utama dan
lembaga sentral untuk mengorganisir warga negara untuk berpartisipasi.
“Bahkan sebagian ahli mengatakan Parpol bila dibandingkan dengan organisasi lain,
memiliki kewenangan yang sangat besar utk mengorganisir warga negara. Parpol merupakan
institusi sentral dalam negara demokrasi yang diberikan hak eksklusif untuk mengakses
kekuasaan, walaupun nanti kita bisa tunjukkan bahwa kondisinya menyedihkan,” ujarnya.
Jamaluddin mengatakan, dalam pelaksanaannya Parpol di Indonesia sangat dihegemoni
oleh kekuasaan Ketua Partai. Bahkan kerap kali Anggaran Dasar dan Anggran Rumah tangga
(AD/ART) dijadikan alat untuk melegalkan kewenangan Ketua Partai untuk melanggengkan
kekuasaaanya, (alat proteksi legal). Sehingga dapat dipahami bahwa ketika Parpol dianggap
sebagai lembaga central negara demokrasi, tapi justru di dalam internal Parpol itu tidak
demokratis.
Dengan demikian, menurut Jamaluddin, perlu dilakukan berbagai upaya untuk
mewujudkan demokrasi internal Parpol, yang dapat dilakukan dengan tiga hal, yaitu: 1)
bagaimana Parpol memilih dan menyeleksi kandidat publik, 2) bagaimana Parpol melakukan
seleksi pada kepemimpinan kekuasaan, 3) bagaiman Parpol merumuskan suatu kebijakan.
Terakhir, Jamaluddin mengusulkan ada dua cara untuk meningkatkan partisipasi politik
masyarakat melalui Parpol, yaitu: Pertama, dengan meniru model Amerika, dimana Dewan
Petinggi Parpo berkedudukan sebagai manager. Ia hanya mengatur soal internal paprol, tetapi
tidak ikut campur dalam kekuasaan publik. Sehingga, harus ada pemisahan antara siapa yang
fokus ke pejabat publik dan siapa yang fokus untuk mengurus interna Parpol.
Kedua, meniru modal Eropa, dimana Ketua Umum Perpol tetap memiliki kekuasaan
penuh, namun harus ada prosedur suksesinya yang diatur dalam UU, meliputi: 1) Pencalonan,
minimal harus ada dua calon dalam proses pemilu, tidak dibolehkan ada calon tunggal. 2)
Pemilih, harus dilakukan oleh yang berhak, yaitu anggota Parpol. 3) Mekanisme Pemilihan,
Pemilihan harus tegas dilakukan dengan pemilihan langsung, tidak boleh aklamasi, dan 4) Ada
Pembatasan Masa Jabatan Pimpinan Parpol, harus diatur terkait pembatasan masa jabatan
Pimpinan Parpol.
Adapun terkait tujuan dan fungsi Ormas hal ini telah diatur dalam Pasal 5 dan 6 UU
Ormas. Dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) juga telah memberikan

7
kebebasan dan melindungi kedudukan Ormas. Namun, permasalahannya bukan dalam segi
pengaturan, melainkan dari kemauan Ormas itu sendiri untuk mau berkiprah turut mengkritisi
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan bidang yang digelutinya.

BAB III
PENUTUP

8
3.1 KESIMPULAN
Campur tangan penguasa dalam urusan masyarakat tersebut sesungguhnya
merupakan peran sentral, akan tetapi bukan berarti rakyat sebagai warga negara
meninggalkan partisipasinya. Pemerintah merupakan pemegang otoritas
kebijakan publik yang harus memainkan peranan penting untuk memotivasi kegiatan
dan partisipasi masyarakat melalui penyediaan berbagai fasilitas, berusaha bagi
perkembangan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan dalam
upaya melaksanakan kegiatan pembangunan baik di tingkat nasional maupun
di tingkat daerah. Dari sektor atau bindang apapun yang menjadi keresahan
masyarakat.

3.2 SARAN
Semoga makalah ini memberikan manfaat baik bagi pembaca dan penulis yakni
dalam pengertian Ejaan Bahasa Indonesia. Kritik dan saran sangat penting demi
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
SEMOGA PENGUASA YANG AKAN DATANG LEBIH TEPAT DALAM
MENANGANI ATAU MENGIKUT CAMPURI KEHIDUPAN MASYARAKAT.
AGAR TIDAK TERKESAN PENCITRAAN.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.uii.ac.id/meningkatkan-partisipasi-politik-masyarakat-indonesia/

Penulis :
Edward UP Nainggolan (Kakanwil DJKN Kalimantan Barat)

https://legalstudies71.blogspot.com/2015/12/campur-tangan-penguasa-dalam-
kehidupan.html

Philippe Nonet and Philip Selznick, “Law and Society Transtition: Toward Responsive Law”,
dalam Satya Arinanto. “Politik Hukum 2” Kumpulan Makalah Kuliah Politik
Hukum. Program Pascasarjana FH UIEU. 2001.

10

Anda mungkin juga menyukai