Disusun Oleh
NIM : 2017051125
Kelas : 6H
FAKULTAS EKONOMI
SINGARAJA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Ruang Lingkup
Organisasi Sektor Publik”
Tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Nyoman Ayu
Wulan Trisna Dewi, S.E., M.Sc.selaku dosen untuk mata kuliah Akuntansi
Manajemen Sektor Publik yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah memberikan masukan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, saran
dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya ilmiah ini. Penulis juga
berharap agar makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang ruang lingkup
dari organisasi sector public bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Luasnya cakupan membuktikan besarnya peran dan pengaruh organisasi sektor
publik pada masyarakat. Organisasi sektor publik yang memiliki kinerja yang
baik akan dapat memperbaiki kehidupan masyarakat
2
2. Manfaat Bagi Penulis
Kajian dalam makalah ini diharapkan mampu untuk sarana
meningkatkan pemahaman dalam mendalami bidang akunansi dalam
konsentasi akuntansi sector public. Serta memberikan informasi tambahan
untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan yang lebih terutama
mengenai ruang lingkup dari organisasi sector public.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Karakteristik organisasi sektor publik
Sifat organisasi sector public dapat digambarkan sebagai sebuah garis
kontinum yang mana titik ekstrim adalah motivasi keuntungan dan di sisi lain,
titik ekstrimnya adalah organisasi yang tidak bertujuan mencari keuntungan.
akibatnya, banyak organisasi sector public yang beroperasional di antara kedua
titik tersebut seperti rumah sakit berusaha mencari keuntungan. Masyarakat
dapat mengecek ke setiap rumah sakit yang ada di Indonesia, apakah masing –
masing rumah sakit tersebut pernah merencanakan tidak mencari keuntungan
(deficit). Sebaliknya yayasan – yayasan pendiri rumah sakit tersebut merupakan
yayasan social. Adapun karakteristik organisasi public menurut Indra Bastian
(2010):
Tujuan Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap,
baik dalam kebutuhan dasar maupun kebutuhan
lainnya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan
rohani.
Aktivitas Layanan public (public services) seperti dalam
bidang pendidikan, kesehatan, penegakan hukum,
transportasi public dan penyediaan pangan.
Sumber Pembiayaan Berasal dari dana masyarakat dalam wujud pajak dan
retribusi, laba perudahaan negaran dan pinjaman
pemerintah, serta pendapatan lain – lain yang sah
dan tidak bertentanngan dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
Pola Bertanggungjawab kepada masyarakat melalui
Pertanggungjawaban Lembaga perwakilan masyarakat, contohnya dalam
organisasi pemerintah seperti DPR, DPD dan
DPRD.
Kultur Organisasi Bersifat birokratis, formal dan berjenjang.
Penyusunan Dilakukan bersama masyarakat falam perencanaan
Anggaran program. Penyusunan program puublik dalam skema
penganggaran dipublikasikan untuk dikritisi dan
5
didiskusikan oleh masyarakay di DPR, DPD dan
DPRD.
Pemangku Terdiri dari masyarakat indonesia, para pegawai
Kepentingan organisasi tersebut, para kreditur, para investor,
(Stakeholder) lembaga - lembaga internasional.
2.3 Sejarah dan Perkembangan Organisasi Sektor Publik Dari Sudut Pandang
Akuntansi
Terkait dengan sejarah dan perkembangan organisasi sektor publik, sejak
awal 1990-an, paradigma pemerintahan di berbagai negara bergeser dari
pemerintah formal (ruling government), menuju ke tata pemerintahan yang baik
(good governance) dalam rangka menempatkan administrasi pemerintahan
menjadi lebih berhasil guna, berdaya guna, dan berkeadilan bagi setiap warga
masyarakat. (L. Akuntansi & Publik, n.d.) Aparat pemerintahan diharapkan
tanggap akan tuntutan lingkungannya, sehingga pelayanan yang diberikan
menjadi lebih baik dengan prosedur yang transparan dan berakuntabilitas.
Sebenarnya, sejarah organisasi sektor publik telah dimulai sejak ribuan tahun
yang lalu. Dalam bukunya, Vernon Kam (1989) mengilustrasikan keberadaan
praktik akuntansi sektor publik sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Praktik
tersebut dihasilkan dari berbagai interaksi antar warga masyarakat dan berbagai
kekuatan sosial kemasyarakatan. Kekuatan sosial masyarakat, yang umumnya
berbentuk pemerintahan – organisasi sektor publik ini, diklasifikasikan
menjadi:
6
a. Semangat kapitalisasi (capitalistic spirit)
b. Peristiwa politik dan ekonomi (economic and politic events)
c. Inovasi teknologi (technology inovation)
7
b. Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/sebagian dijual kepada
publik;
c. Tidak mengutamakan mencari keuntungan;
d. Dikelola secara fleksibel dengan prinsip efisiensi dan produktivitas
ala korporasi;
e. Rencana kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan
pada instansi induk;
f. Pendapatan dan hibah dapat digunakan langsung;
g. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan non-PNS; dan
h. Bukan sebagai subjek pajak.
Konsep reinventing government yang diterapkan di Indonesia memiliki
perbedaan dibandingkan dengan yang diterapkan negara-negara tersebut di
Amerika Serikat, Inggris, dan Irlandia Utara. Perbedaan tersebut terlihat pada
karakteristik BLU yang berkedudukan di bawah lembaga pemerintah dan bukan
merupakan instansi independent.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, BLU bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat.
Tujuan tersebut sejalan dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia yang
tertuang pada alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Tidak mengutamakan mencari keuntungan merupakan
salah satu karakteristik BLU. Namun, imbalan barang/jasa BLU tetap
diberlakukan dalam bentuk tarif untuk setiap layanan yang diberikan.
Kewenangan dalam menentukan tarif layanan ditentukan oleh Menteri
Keuangan
Kemudian dalam penerapan konsep reinventing government yang
ditawarkan oleh Osborne dan Gaebler menawarkan 10 (sepuluh) prinsip
pemerintahan yang berjiwa wirausaha, yaitu
8
a. Pemerintahan katalis Pemerintahan katalis adalah Pemerintahan
yang mengarahkan bukan mengayuh. Disini pemerintah hanya
menjalankan fungsi strategis saja tidak ikut campur dalam
pelaksanaan atau kegiatan tekniknya. Peran pemerintah hanya
sebagai perencana, pencetus visi, dan penyedia berbagai kebijakan
strategis lainnya.
b. Pemerintahan milik masyarakat Menekankan adanya kontrol dari
masyarakat sebagai akibat dari pemberdayaan yang diberikan
pemerintah. Sehingga masyarakat lebih mampu dan kreatif dalam
menyelesaikan masalahnya, tanpa bergantung pada pemerintah.
c. Pemerintahan kompetetif Pemerintahan yang memasukkan
semangat kompetisi dalam pemberian layanan kepada masyarakat.
d. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi Pemerintahan yang
mampu merubah orientasi dari pemerintahan yang digerakkan oleh
aturan menjadi pemerintahan yang digerakkan oleh misi.
e. Pemerintahan yang berorientasi hasil Pemerintahan yang membiayai
hasil bukan input. Pemerintah dalam hal ini akan bekerja sebaik
mungkin karena penghargaan yang diterima berdasarkan hasil yang
dikeluarkan oleh masingmasing instansi.
f. Pemerintahan yang berorientasi pelanggan Pemerintahan yang
memenuhi kebutuhan pelanggan bukan birokrasi. Pemerintah
memenuhi apa yang diinginkan masyarakat bukan menjalankan
pelayanan berdasarkan aturan birokrasi.
g. Pemerintahan wirausaha Pemerintahan yang menghasilkan profit
bukan menghabiskan. Berupaya untuk meningkatkan sumber-
sumber ekonomi yang dimiliki oleh instansi pemerintah dari yang
tidak produktif menjadi produktif, dari yang produksinya rendah
menjadi berproduksi tinggi, yaitu dengan mengadopsi prinsip-
prinsip kerja swasta yang relevan dalam administrasi publik. Hal ini
dapat kita lihat dalam BUMN/BUMD yang dimiliki oleh
pemerintah.
9
h. Pemerintahan antisipatif Pemerintahan yang berorientasi
pencegahan bukan penyembuhan. Pemerintah antisipatif adalah
suatu pemerintahan yang berpikir ke depan. Pemerintah berusaha
mencegah timbulnya masalah daripada memberikan pelayanan
untuk menyelesaikan masalah, dengan menggunakan perencanaan
strategis, pemberian visi masa depan, dan berbagai metode lain
untuk melihat masa depan.
i. Pemerintahan desentralisasi Merubah pemerintahan yang
digerakkan oleh hierarki menjadi pemerintahan partisipatif dan
kerjasama tim. Pemerintah desentralisasi adalah suatu pemerintah
yang melimpahkan sebagian wewenang pusat kepada daerah
melalui organisasi atau sistem yang ada. Sehingga Pegawai di
tingkat daerah dapat langsung memberikan pelayanan dan mampu
membuat keputusan secara mandiri, sehingga tercipta efisiensi dan
efektifitas.
j. Pemerintahan yang berorientasi pasar pemerintahan yang
mendorong perubahan melalui pasar. Pemerintah yang berorientasi
pasar acap kali memanfaatkan struktur pasar swasta untuk
memecahkan masalah dari pada menggunakan mekanisme
administratif, seperti menyampaikan pelayanan atau pemerintah dan
kontrol dengan menggunakan peraturan. Dengan menciptakan
insentif keuangan-insentif pajak, dan sebagainya, sehingga dengan
cara ini organisasi swasta atau anggota masyarakat berperilaku yang
mengarah pada pemecahan masalah sosial.(repository.stei.ac.id,
2020)
2.5 Keuangan daerah pra dan pasca reformasi UU No. 22 Tahun 1999
Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang
“Pemerintahan Daerah” dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang
“Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah” pada tanggal 1 Januari 2001 lalu,
telah terjadi pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah
daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
10
fungsinya. Dengan kedua undang-undang tersebut, sistem pembangunan
berubah dari otonomi pusat. menjadi otonomi daerah. Terdapat dua nilai dasar
yang dikembangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 berkenaan dengan
pelaksanaan dan otonomi daerah di Indonesia, yaitu:
a. Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia
tidak mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat
negara (Eenheidstaat), yang berarti kedaulatan yang melekat pada
rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di
antara kesatuan-kesatuan pemerintahan; dan
b. Nilai Dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi dan jiwa Pasal 18 Undang-
Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di atas
maka jelaslah bahwa Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan
politik desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.
a. Dari sisi pemerintahan, hanya enam urusan yang masih tetap di pusat,
yaitu (a) politik luar negeri, (b) pertahanan keamanan, (c) peradilan, (d)
moneter dan fiskal, (e) agama, dan (f) bidang-bidang lain seperti
perencanaan dan pengendalian pembangunan nasional secara makro,
dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga
perekonomian negara, pembinaan dan permberdayaan SDM dan SDA
serta teknologi strategis. Selebihnya, terutama yang menyangkut
pemberdayaan daerah diserahkan kepada daerah.
b. Proses pembangunan model bottom-up, dimana daerah berperan besar
dalam perencanaan.
c. Dari segi sumber daya pembangunan. Pusat mulai memberikan sebagian
haknya kepada Daerah secara langsung dan transparan. Misalnya,
11
Undang-Undang No. 54 tahun 1974 mengenai Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang No. 55 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Organisasi sektor publik terkait dengan strategi dan kebijakan yang diambil
untuk pemenuhan kebutuhan publik. Berbagai organisasi yang tercakup dalam
sektor publik diantarnya adalah pemerintah pusat maupun daerah dan
perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah (BUMN dan BUMD). Sifat
organisasi sector public dapat digambarkan sebagai sebuah garis kontinum yang
mana titik ekstrim adalah motivasi keuntungan dan di sisi lain, titik ekstrimnya
adalah organisasi yang tidak bertujuan mencari keuntungan. akibatnya, banyak
organisasi sector public yang beroperasional di antara kedua titik tersebut.
Terkait dengan sejarah dan perkembangan organisasi sektor publik, sejak awal
1990-an, paradigma pemerintahan di berbagai negara bergeser dari pemerintah
formal (ruling government), menuju ke tata pemerintahan yang baik (good
governance) dalam rangka menempatkan administrasi pemerintahan menjadi
lebih berhasil guna, berdaya guna, dan berkeadilan bagi setiap warga
masyarakat. (L. Akuntansi & Publik, n.d.)
13
3.2 SARAN
Pelayanan publik merupakan suatu tanggung jawab pemerintah beserta
aparaturnya kepada stakeholder dalam rangka menciptakan dan mewujudkan
kondisi masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Diharapkan bahwa
dengan kajian ini bahwa dapat diterapkannya salah satu esensi dari
pemerintahan yang baik adalah terciptanya suatu produk layanan yang efektif,
efisien dan akuntabel dari pemerintah yang diarahkan untuk masyarakat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Halim, A. (2022). Teori, konsep, dan aplikasi akuntansi sektor publik edisi 2.
15