Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpah
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Karakteristik Organisasi Sektor Publik dan
Kedudukan/Peran Organisasi SP.
Makalah ini telah kami susun dengan maksial dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Karakteristik
Organisasi Sektor Publik dan Kedudukan/Peran Organisasi SP ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 07 september 2016

Rifqi Abdillah A

DAFTAR ISI
Kata pengantar..............................................................................................
Bab 1
Pendahuluan..................................................................................................
1.1Latar Belakang..........................................................................................
1.2Tujuan dan manfaat..................................................................................
BAB 2
2.1 Defenisi Akuntansi Sektor Publik............................................................
2.2 Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik..................................................
2.3 Elemen-Elemen Akuntansi Sektor Publik................................................
2.4 Lingkup Organisasi Sektor Publik...........................................................
2.5 Profesi Akuntan Sektor Publik.................................................................
2.6 Fitur Idiologi Dalam Manajemen Organisasi Sektor Publik......................
Daftar pustaka..............................................................................................

BAB 1

Pendahuluan
Pemahaman mengenai komparasi akuntansi sektor publik dengan sektor swasta.
Tujuan dan Manfaat
Agar dapat memahami :
Defenisi Akuntansi Sektor Publik
Peranan akuntansi sektor publik
Fenomena terkait akuntansi sektor publik
Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik
Elemen-Elemen Akuntansi Sektor Publik
Lingkup Organisasi Sektor Publik
Pengertian karakteristik organisasi sektor publik
Sejarah dan perkembangan organisasi sektor publik
Skala dan cakupan organisasi sektor publik
Profesi Akuntan Sektor Publik
Fitur Idiologi Dalam Manajemen Organisasi Sektor Publik
Konsep sektoral ekonomi
Konsep reinventing government
Perubahan Pemikiran Orde Baru Ke Orde Reformasi

Bab 2
2.1 DEFENISI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada


pengelolaan dana masyarakat dan lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM,
dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik serta
swasta.
2.1.1 Peranan Akuntansi Sektor Publik
Peranan vital pelayanan masyarakat oleh sektor publik dalam
perekonomian negara. Pemerintahan pusat maupun daerah memproyeksikan
sektor publik sebagai kran ekonomi, yang menyerap sumber daya yang dapat
digunakan lebih baik disektor lain.
Kesempatan untuk memperbaiki pelayanan publik, karena itu alokasi dana
publik yang tepat menjadi isu utama dari strategi belanja politik di organisasi
sektor publik.
2.1.2 Fenomena Terkait Akuntansi Sektor Publik
Sektor publik adalah sektor-sektor yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat, dimana organisasi pelaksananya merupakan organisasi yang
tujuan utamanya tidak mencari keuntungan keuangan. Publik itu sendiri diartikan
sebagai masyarakat, yaitu pihak yang mempunyai kepemilikan atas organisasi
sektor publik dan yang berhak mendapatkan pelayanan yang diberikan oleh
organisasi sektor publik tersebut.
Reformasi tata kelola pemerintah dan organisasi sektor publik lain.
Tuuntutan ini menyebabkan demokratisi pengelolaan organisasi melalui aspek
transparansi dan akuntabilitas. Tuntutan ini lebih terkait dengan bidang
pengelolaan keuangan publik.

2.2 Ruang lingkup Akuntansi Sektor Publik


Dampak orientasi pendidikan akuntansi indonesia di tahun 1970-an ,
dimana sistem perekonomiannya lebih terfokus pada swasta. Peranan negara
dalam perekonomian sangat minimal. Akibatnya, akuntansi sektor publik dibatasi
ruang geraknya hanya di lembaga pemerintahan.
Penataan kembali akuntansi sektor publik tentunya harus dilakukan. Salah
satu hal yang paling subtansional adalah konsensus akan ruang lingkup
akuntansi sektor publik.
Di indonesia, ruang lingkup organisasi sektor publik meliputi lembagalembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya. Jadi proses
pelaporan dan pertanggung jawaban ke masyarakat harus segera diatur dalam
kerangka standar akuntansi sektor publik.
Bidang utama yang dicakup dalam akuntansi sektor publik yakni :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Akuntansi
Akuntansi
Akuntansi
Akuntansi
Akuntansi
Akuntansi
Akuntansi
Akuntansi

pemerintah pusat
pemerintah daerah
partai politik
LSM
yayasan
pendidikan: sekolah, perguruan tinggi
kesehatan: puskesmas, rumah sakit
tempat peribadatan: mesjid, gereja, wihara, pura

2.3 Elemen-Elemen Akuntansi Sektor Publik


Elemen akuntansi sektor publik adalah bagian-bagian yang dibutuhkan
dalam pengelolaan manajemen keuangan publik.
Siklus Akuntansi Sektor Publik:

perencanaa
perencanaa
n
publik
n publik

pertanggung
pertanggung
jawaban
jawaban
publik
publik

penganggar
penganggar
an
an publik
publik

AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK
realisasii
realisasii
anggaran
anggaran
publik
publik

audit
audit sektor
sektor
publik
publik

pelaporan
pelaporan
keuangan
keuangan
sektor
sektor publik
publik

pengadaan
pengadaan
barang dan
dan
barang
jasa
jasa publik
publik

a. Perencanaan publik
Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan untuk masa
depan. Dalam hal ini tujuan perencanaan publik adalah perencanaan
pencapaian kesejahteraan publik secara bertahap dan sistematik.
b. Penganggaran publik
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi
yang berfungsi mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta
pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Kesuksesan pelaksanaan anggaran ditentukan oleh tiga faktor, yaitu
pertama, kebijakan keuangan secara menyeluruh ditentukan oleh lembaga
setingkat departemen; kedua, kesuksesan anggaran sanga ditentukan oleh

dukukngan politisi; dan ketiga, akurasi perencanaan terutama penganggaran


dipengaruhi oleh teknik review atas perkiraan anggaran.
c. Realisasi anggaran publik
Realisasi anggaran publik merupakan pelaksanaan dari anggaran publik
yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam program serta kegiatan yang
nyata.
Realisasi anggaran terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu pencairan
anggaran (pengeluaran), realisasi pendapatan, dan pelaksanaan program.
d. Pengadaan barang dan jasa publik
Pengadaan barang dan jasa publik adalah cara dan tindakan dalam
menyediakan barang beserta jasa kepada masyarakat atau publik demi
tercapainya keseahteraan masyarakat.
e. Pelaporan keuangan sektor publik
Laporan keuangan menggambarkan tentang pencapaian kinerja program
dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi
penyerapan belanja,serta realisasi pembiayaan.
f. Audit sektor publik
Audit adalah suatu proses sistematik yang secara objektif menyediakan
dan mengevaluasi bukti-bukti berkenan dengan asersi tentang kegiatan serta
kejadian ekonomi guna memastikan derajat atau tingkat hubungan antara
asersi tersebut dengan kriteria yang ada.
g. Pertanggung jawaban publik
Proses tindakan yang dilakukan oleh kepala organisasi sektor publik dalam
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemberi amanatnya.

2.4 Lingkup Organisasi Sektor Publik


Pembahasan mengenai sektor publik perlu dilakukan terlebih dahulu
sebelum penguraian topik akuntansi sektor publik itu sendiri.
2.4.1 Pengertian Dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik
Organisasi yang mengunakan dana berasal dari masyarakat yang berupa
pajak dan retribusi untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap.
Jenis-jenis organisasi sektor publik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Organisasi
Organisasi
Organisasi
Organisasi
Organisasi
Organisasi
Organisasi
Organisasi

pemerintah pusat
pemerintah daerah
partai politik
LSM
yayasan
pendidikan
kesehatan
peribadatan

Karakteristik Organisasi Sektor Publik


Organisasi sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Tujuan
Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik
kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani

dalam

b. Aktivitas
Pelayanan publik ( publik services ) seperti dalam bidang pendidikan,
kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transfortasi publik dan
penyediaan pangan.
c. Sumber Pembiayaan
Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba
perusahaan negara, peinjaman pemerintah, serta pendapatan lain lain
yang sah dan tidak bertentangan sengan perundangan yang berlaku.
d. Pola Pertanggungjawaban
Bertanggung jawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan
masyarakat seperti Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ), Dewan Lerwakilan
Daerah ( DPD ), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD )
e. Kultur Organisasi
Bersifat birokratis, formal dan berjenjang
f. Penyusunan Anggaran
Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program. Penurunan
program publik dalam anggaran dipublikasikan untuk dikritisi dan
didiskusikan oleh masyarakat dan akhirnya disahkan oleh wakil dari
masyarakat di DPR, DPD. Dan DPRD.
g. Stakeholder
Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para
kreditor, para investor, lembaga lembaga internasional termasuk lembaga
donor internasional seperti Bank Dunia, IMF ( International Monetary Fund ),
ADP ( Asian Development Bank ), PBB ( Perserikatan Bangsa Bangsa ),
UNDP ( United Nation Depelopment Program, USAID, dan Pemerintah luar
negeri.

2.4.2 Sejarah dan Perkembangan Organisasi Sektor Publik dari Sudut


Akuntansi
Sejak awal 1990-an, paradigma pemerintahan diberbagai negara bergeser
dari pemerintah formal (ruling goverment), menuju ke tata pemerintahan
yang baik (good governance), dalam rangka menempatkan administrasi
pemerintahan menjadi lebih berhasil guna, berdaya guna, dan nberkeadilan
bagi setiap warga masyarakat. Aparat pemerintahan berubah menjadi
tanggap akan tuntutan lingkungannya, sehingga pelayanan yang diberikan
yang terbaik dengan prosedur yang transparan dan berakuntabilitas.
Sebenarnya, sejarah organisasi sektor publik telah dimulai sejak
ribuan tahun yang lalu. Bahkan, dalam bukunya, Vernon Kam (1989)
mengilustrasikan keberadaan praktik akuntansi sektor publik sejak ribuan
tahun sebelum masehi.
Praktik tersebut dihasilkan dari berbagai interaksi antarwarga masyarakat
dan berbagai kekuatan sosial kemasyarakatan. Kekuatan sosial masyarakat,
yang umumnyaberbentuk pemerintahan - organisasi sektor publik ini,
diklasifikasikan dalam:
1.
Semangat kapitalisasi (capitalistic spirit)
2.

Peristiwa politik dan ekonomi (economic and politic events)

3.

novasi teknologi (technology inovation).


Bukti sejarah mengindikasikan bahwa praktik sistem pencatatan telah ada
sejak zaman mesir kuno. Organisasi kementerian didirikan dengan tujuan
mengadminstrasikan laporan untuk perdana menteri. Para menteri
melakukan praktik laporan bulanan yang terkait dengan hasil pemungutan
pajak. Saat itu, pemerintahan Mesir tersusun atas distrik-distrik yang
dipimpin oleh seorang gubernur yang bertugas menyimpan catatan
kekayaan setiap distrik sebagai dasar pemungutan pajak. Berikutnya, di
masa Babilonia, praktik pencatatan telah dilakukan dalam berbagai kegiatan
untuk menghasilkan pendapatan dan produksi.
Di masa Yunani, pemerintahan yang berkuasa membagi secara adil
berbagai pendapatan yang diterima. Phartenon, merupakan sebutan bagi
organisasi kementerian yang bertugas. Mereka telah mengembangkan
berbagai metode pencatatan barang yang berharga. Di masa Roma, praktik
akuntansi untuk mendukung mekanisme pajak dilakukan oleh semua
pejabat, baik itu di gubernuran maupun kekaisaran. Di pertengahan akhir
abad 14, praktik pencatatan transaksi keuangan di Genoa adalah berupa
bukti transaksi keuangan antarpemerintahan yang berkuasa dan rakyat.
Selanjutnya, proses pencatatan berkembang dalam proses perdagangan
antarnegara.
Pada saat yang sama, dibelahan dunia lain, gereja memasuki era peranan
gereja dalam pemerintahan. Proses administrasi pencatatan keuangan
keuangan gereja telah dilakukan secara rapi. Orientasi politik yang
mendasari kebijakan administrasi adalah perlawanan kaum gereja terhadap
kaum kapitalistik yang berorientasi mencari keuntungan pribadi. Seterusnya,
pengaruh paham feodal berkembang sebagai alur utama dunia. Semua

perkembangan paradigma ini terus diikuti oleh praktik akuntansi sektor


publik.
Di awal abad 15, kekuatan perekonomian bergeser dari Italia ke Inggris, di
mana filosofi ekonomi mercantalism bertahan selama dua abad berikutnya.
Sekolah mercantalism membuat sistem di mana pemerintahan pusat
berusaha untuk mengendalikan dan mengatur semua tahap perdagangan.
Proses pelaporan dikembangkan lebih rinci terutama untuk informasi tenaga
kerja, metode produksi, tipe dan kualitas barang yang diproduksi, harga
penjualan, dan metode pemasaran.
Pada akhir abad 18, terjadi perubahan mendasar dalam aturan bisnis.
Inisiatif individu menjadi lebih dihargai dan diberi peluang seluas-luasnya.
Akibatnya, revolusi industri muncul di Inggris. Kejadian ini menunjukkan
bahwa pengembangan akuntansi keuangan dan biaya di perusahaan lebih
dipicu oleh perkembangan praktik akuntansi sektor publik.
Praktik akuntansi sektor publik dapat dikatakan berkembang lebih lambat
di abad 19 dan 20. Interpretasi yang salah mulai muncul dengan
menyamakan akuntansi sektor publik sebagai proses pencatatan pajak yang
dipungut oleh pemerintah. Di Inggris, penekanan ini dinyatakan dalam
penunjukan pejabat publik sebagai penanggung jawab pengumpulan pajak,
sekaligus pembelanjaan dana kerajaan. Satu-satunya perkembangan di masa
itu adalah dimulainya praktik audit atas dana pemerintah. Pada saat itu, para
pejabat pemerintah yang bertugas mengaudit juga memiliki tanggung jawab
administratif lain seperti sebagai penjaga mahkota, pengawas hutang
berbunga, dan sebagainya.
Pada tahun 1832, dibentuk komisi audit yang melaporkan ke Dewan
Perwakilan Rakyat tentang pelaksanaan pengeluaran dana. Kedekatan para
auditor dan para pejabat terbilang amat erat. Berbagai bukti sejarah
menunjukkan praktik akuntansi sektor publik.
Kemudian pada abad ke 21 praktik akuntansi semakin berkembang pesat.
hal itu ditandai dengan menculnya berbagai sektor lain dalam bidang
akuntansi. Selain itu, perkembangan teknologi turut menunjang
perkembangan akuntansi sektor publik sehingga terbentuk akuntansi
berbasis aplikasi atau akuntansi berbasis komputerisasi. Akibat peningkatan
kebutuhan di bidang akuntansi sektor publik yang di dorong oleh otonomi
daerah di Indonesia maka berkembang pula akuntansi keuangan daerah.
2.4.3 skala dan cakupan organisasi sektor publik
Melihat luas wilayah dan jumlah penduduk, jumlah serapan tenaga kerja
yang bergerak di Bidang sektor Publik masih amat diharapkan. Pertimbangan
lain adalah terbentuknya departemen-departemen yang membawahi bidang
tertentu dalam pemerintahan, struktur pemerintahan pusat maupun daerah,
dan kepolisian - TNI. Cakupan organisasi sektor publik di setiap kota
membuktikan peranan organisasi sektor publik dalam penyerapan tenaga
kerja dan kesejahteraan masyarakat adalah amat besar.
Akuntansi Sektor Publik Vs Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi sektor publik


Digambarkan sebagai institusi
pemerintah atau pemrintah yang
berkuasa, pemerintah negara, dan
industri nasional

vs

Akuntansi pemerintahan
Sistem pengukuran kinerja
pemerintahan. Akuntansi
mendukung pemrintah dalam
mempertanggungjawabkan
keputusan sumber daya apa yang
harus dipenuhi dalam mencukupi
kebutuhan militer dan kebutuhan
kelompok sipil.

2.5 Profesi Akuntan Sektor Publik


Praktek akuntansi sudah berlangsung cukup lama dalam peradaban
manusia dan sudah menjadi bagian dari sifat manusia (Parkey dan
Yamey,1994). Disiplin ilmu akuntansi mulai diakui sejak awal abad ke-19 di
inggris. Disiplin ilmu ini muncul dari dunia praktek, bukan dari laboratorium
social di universitas (Whittington, 1986). Karena itu, profesi akuntan harus
dipahami dari kondisi praktek akuntansi.Profesi akuntan dengan disiplin ilmu
akuntansinya
dianggap
oleh
Anglo-Amerika
sangat
mempengaruhi pertumbuhan bisnis di seluruh dunia. Beberapa Negara,
seperti rusia dan Negara- Negara eropa timur yang dulunya tidak
terpengaruh mulai mengalami perubahan yang signifikan dalam bidang
akuntansi.
Interpretasi akuntansi sebagai uang tenyata membawa kelemahan utama
di bidang ini. Perubahan nilai nominal antar waktu dan antar mata uang
Negara yang berbeda menyebabkan interpretasi peran akuntansi tergantung
pada karakter pasar. Denagn kata lain, akuntansi sangat tergantung pada
waktu dan tempat, karena itu perbandingan akuntansi antarorganisasi
menjadi lebih sulit terkait dengan sifat kontinjensi.dengan kata lain akuntansi
dipergunakan sebagai landasan penilaian atau pengambilan keputusan
dalam organisasi. Jadi, karakter konsisten perlu dan entitas perlu
dikembangkan dalam berbagai aktifitas pengambilan keputusan.
Perkembangan profesi akuntan menunjukkan bahwa di dunia praktis,
akuntansi sukses berkompetisi dengan konsultan manajemen. Ini
memunculkan perluasan batas-batas disiplin ilmu akuntansi. Tampa
mengubah karakter inti disiplin ilmu akuntansi, manfaat akuntansi telah
berkembang. Jadi, para akademisi bekerja untuk mengobservasi penggunaan
akuntansi dalam mengelola perusahaan dan pencapaian kesejahteraan
masyarakat. Keterkaitan profesi ini, dengan mata rantai uang telah
menyebabkan penyebbaran ang cepat ke berbagai organisasi. Pada awalnya
profesi akuntansi muncul dalam organisasi seperti Institute of Chartered
Accountants (di inggris dan wales) yag didirikan pada tahun 1880.
Perkembangan ini diperkuat lagi oleh lembaga The Corporate Treasurers and

Accounting Institute pada tahun 1885. Tujuan lembaga tersebut adalah


mempresentasikan akuntansi di perusahaan kota praja. Selanjutnya
muncullah
organisasi chartered
institute
of
public
Finance
and
Accounting (Sowerby.1985) yang mensertifikasi para pekerja di sector public.
Di Inggris, paa abad ke-19, perusahaan didirikan oleh pemerintah kota
praja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada pertengahan abad ke12, dengan pertimbangan efesien ,perusahaan kota praja disatukan dalam
industry nasional dan system pelayanan nasional, seperti kesehatan, kondisi
ini justru memperkuat akuntansi sector public yang akhirnya dieksplorasikan
ke pengelolaan perusahaan secara profesional dan bersifat global.
Perkembangan Profesi akuntan sector public di Indonesia belumlah semaju
di inggris bahkan dibandingkan dengan profesi akuntan lain, seperti akuntan
sector swasta, akuntansi sector public masih ketinggalan. Hal ini
berkaitan dengan system sentralisasi pemerintahaqn yang berdampak
terhadap penggunaan system dan perosedur pelaporan keuangan yang
seragam serta terpusat. Dengan berubahnya orientasi politik dan ekonomi di
era reformasi, organisasi profsi akuntan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
mulai memunculkan kompartemen akuntan sector public. Karena itu,
permasalahan standardisasi ppraktek akuntansi sector public di Indonesia
harus dipecahkan. Selain itu , mitra kerja kompertemen Akuntan Sektor
Publik juga telah dibangun dalam Kompartemen Akuntan Pendidikan yang
disebut kajian pendidikan Akuntansi sektor Publik.
Proses pengembangan bidang akuntansi sektor publik sangat dipengaruhi
oleh:
kapasitas dan tujuan kebijakan ekonomi, sehingga aspek budaya, sosial
politik ekonomi menjadi dominan,
orientasi pengelolaan organisasi sektor publik akan mengubah arah
pengembangan organisasi akuntansi,
kunci pemecahan permasalahan akuntansi sektor publik adalah
penyederhanaan yang logis untuk menciptakan kompleksitas bidang
akuntansi sektor publik.
2.6 Fitur Idiologi dalam Manajemen Organisasi Sektor Publik
Konsep Sektoral Ekonomi
Organisasi sektor publik di Indonesia selama lima puluh tahun terakhir ini,
1950-2000an, diperlakukan sebagai sektoral ekonomi. Perlakuan ini berakibat
fokus manajerial tidak tertuju pada penataan organisasi sektor publik, namun
lebih pada penataan arus program dan anggaran. Konsep ini berhasil
diterapkan dalam dua dekade pertama pemerintahan Orde Baru, dimana
pendapatan negara berlimpah dari hasil sumber daya minyak.
Konsep sektoral ekonomi mulai diperdebatkan pada awal tahun 1990-an.
Konsep reinventing government dikembangkan dengan memperlakukan
pengelolaan sektor publik sebagai suatu organisasi (Osborne & Gabler, 1992).
Secara mendasar, organisasi sektor publik dapat dibedakan dalam alur
operasional yang dibiayai. Perbedaan ini disebabkan oleh tujuan organisasi
yang berbeda. Alternatif-alternatif tersebut biasa didasarkan pada kebutuhan
barang, pelayanan atau jasa, politik, serta sikap sosial yang sesuai.

Bentuk kegagalan pasar bisa diakibatkan oleh keputusan masyarakat


untuk tidak membeli barang luar negeri dengan harga yang lebih murah dari
harga dalam negeri. Pelayanan sektor publik tidak selamanya dapat dihitung
dalam nilai ekonomis. Dalam bidang keuangan, dana awal dipengaruhi oleh
perbedaan dan perubahan tujuan. Terkait dengan dana eksternal, pinjaman
luar negeri merupakan pilihan yang diperebutkan oleh banyak negara.
Pengendalian pinjaman luar negeri oleh organisasi publik adalah salah satu
contoh manajemen makroekonomi oleh pemerintah pusat.
Pengendalian pinjaman tetap harus di catatkan ke pemerintah pusat
sebagai wujud pengendalian sumber daya yang tertutup serta pengeluaran
uang yang mungkin di perkenankan.
Konsep Reinventing Government
PENGERTIAN REINVENTING GOVERNMENT
Menurut David Osborne dan Peter Plastrik (1997) dalam bukunya
Memangkas Birokrasi, Reinventing Government adalah transformasi
system dan organisasi pemerintah secara fundamental guna menciptakan
peningkatan dramatis dalam efektifitas, efesiensi, dan kemampuan mereka
untuk melakukan inovasi. Transformasi ini dicapai dengan mengubah tujuan,
system insentif, pertanggungjawaban, struktur kekuasaan dan budaya
system dan organisasi pemerintahan. Pembaharuan adalah dengan
penggantian system yang birokratis menjadi system yang bersifat wirausaha.
Pembaharuan dengan kata lain membuat pemerintah siap untuk menghadapi
tantangan-tantangan dalam hal pelayanan terhadap masyarakat,
menciptakan organisasi-organisasi yang mampu memperbaiki efektifitas dan
efisiensi pada saat sekarang dan di masa yang akan datang.
Konsep reinventing government pada dasarnya merupakan representasi
dari paradigma New Public Management dimana dalam New Public
Management (NPM), negara dilihat sebagai perusahaan jasa modern yang
kadang-kadang bersaing dengan pihak swasta, tapi di lain pihak dalam
bidang-bidang tertentu memonopoli layanan jasa, namun tetap dengan
kewajiban memberikan layanan dan kualitas yang maksimal. Segala hal yang
tidak bermanfaat bagi masyarakat dianggap sebagai pemborosan dalam
paradigma New Public Management (NPM). Warga pun tidak dilihat sebagai
abdi lagi, tetapi sebagai pelanggan layanan publik yang karena pajak yang
dibayarkan memiliki hak atas layanan dalam jumlah tertentu dan kualitas
tertentu pula. Prinsip dalam New Public Management (NPM) berbunyi, dekat
dengan warga, memiliki mentalitas melayani, dan luwes serta inovatif dalam
memberikan layanan jasa kepada warga
Menurut Osborne dan Gaebler dalam bukunya yang berjudul Reinventing
Government, sepuluh prinsip mewirausahakan birokrasi adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip Pertama: Pemerintah yang katalis (Catalytic Government).
Konsep yang pertama ini maksudnya ialah mengarahkan ketimbang
mengayuh (steering rather than rowing). Harus ada pemilah antara yang
mengatur dan yang melaksanakan. Pemerintah harus tegas membedakan
antara siapa pemerintah yang semestinya mengarahkan dan siapa yang
semestinya melaksanakan. Dengan kata lain, pemerintah harus lebih fokus
terhadap pengarahannya. Tidak mungkin pemerintah mengawasi atau
mengayuh secara langsung proses pelayanan publik. Dengan demikian
konsep di atas guna untuk memisahkan dengan tegas bahwa seharusnya

pemerintah bisa fokus untuk menjadi pemikir dan pengarah. Sedangkan yang
melaksanakannya diserahkan kepada yang paling bawah atau bisa juga
diserahkan kepada pihak swasta. Contohnya ialah privatisasi dan lain
sebagainya.
b. Prinsip kedua: Pemerintah milik rakyat (Community Government).
Prinsip ini maksudnya ialah memberdayakan atau memberi wewenang
ketimbang melayani (Empowering rather than serving). Dalam hal ini
pemerintah diharapkan mampu memberdayakan rakyatnya. Dengan kata
lain, pemerintah juga bisa memberikan wewenang kepada masyarakat. Guna
menjamin terselenggaranya pelayanan yang efisien dan efektif; serta produk
pemerintah bisa mencoba mengalihkan pemilikannya ke masyarakat.
Akhirnya, pelayanan tersebut bergeser ke pemberdayaan masyarakat dari
suatu komunitas. Sehingga ada kemungkinan besar kelak bisa mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah. Lalu terciptalah
masyarakat yang handal dengan kreasinya dan menjadi lebih mandiri.
c. Prinsip ketiga: Pemerintah yang kompetitif (Competitive Government).
Pemerintah yang kompetetif dengan cara menyuntikkan persaingan dalam
pemberian pelayanan (Injecting Competition into service Delivery). Suatu
pelayanan yang kompentitif dianggap suatu hal yang sehat. Berbeda dengan
cara monopoli, bila dibiarkan akan timbul kembali ketergantungan pada satu
pemilik. Pemerintah yang kompetitif disini lebih diartikan pemerintah
wirausaha yang mampu bersaing dengan organisasi bisnis. Sehingga
semuanya dapat mengembangkan krativitas inovasi yang sangat
menguntungkan bagi Negara dan masyarakatnya. Dengan pemberian
penghargaan dan pembiayaan kepada suatu lembaga-lembaga pemerintah
yang berhasil maju di suatu wilayah akan sangat diperhatikan oleh
masyarakatnya. Di sanalah letak kompetisi yang akan mebuat masyarakat
dan pemerintahnya semangat seperti layaknya dalam sebuah perlombaan.
d. Prinsip keempat: Pemerintah yang digerakkan misi ( Mission Driven
Government).
Dalam prinsip ini diharapkan pemerintah bisa mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan (Transforming Rule-Driven Organizations) menjadi
digerakkan oleh misi (mission-driven).
Seringkali terjadi peristiwa di mana pemerintah tidak dapat dan tidak
mampu mengambil langkah-langkah strategis tertentu karena belum adanya
peraturan-peraturan yang mengaturnya. Sementara di pihak lain, kerap
terjadi kasus dimana pemerintah tidak berani melakukan sebuah tindakan
karena cenderung bertentangan dengan peraturan yang berlaku (walaupun
peraturan yang bersangkutan sudah tidak cocok lagi diterapkan pada kondisi
saat ini). Akibat budaya ini, seringkali banyak peluang-peluang kemajuan
yang lewat dan terbuang begitu saja karena ketidakmampuan pemerintah
dalam memanfaatkan situasi tersebut.
Dalam dilema tersebut seharusnya pemerintah berjalan dengan sebuah
misi, dan menjadikan peraturan sebagai jalan atau cara untuk mencapai
sebuah misi tersebut.
e. Prinsip kelima: Pemerintah yang berorientasi hasil ( Result Oriented
Government).
Maksudnya ialah pemerintah haru lebih fokus Membiayai hasil bukan
masukan (Funding outcomes, Not input). Dalam pembahasan prinsip ini,
sebaiknya kita sadari terlebih dahulu bahwa hal yang paling dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat sebagai customer dari pemerintah adalah hasil


keluaran dari setiap inisiatif. Yang masyarakat nilai sebagai keberhasilan
adalah keluaran atau hasil dari pekerjaan tersebut yang diharapkan dapat
segera mendatangkan manfaat tertentu. Dengan kata lain, pemerintah harus
yakin bahwa berbagai usahanya akan melahirkan sebuah produk yang
berkualitas dan bermutu tinggi, dan target inilah yang akan menentukan
jenis proses dan sumber daya yang perlu dilibatkan (input); serta
pemerintah harus meninggalkan pemerintah yang memfokuskan pada
masukan tanpa memperhatikan hasil, yang cenderung pemborosan.
f. Prinsip keenam: Pemerintah yang berorientasi pelanggan ( Customer
Driven Government).
Maksudnya
ialah
Memenuhi
kebutuhan
pelanggan,
bukan
birokrasi (Meeting the Needs of Customer, not be Bureaucracy). Masyarakat
adalah pelanggan. Pemerintah harus meletakkan pelanggan sebagai hal
paling depan. Oleh karena itu, kepuasan pelanggan diletakkan sebagai
sasaran penyampaian tujuan, dengan mendengarkan suara pelanggan.
Dengan memperhatikan kebutuhan dasar pelanggan dan memperhatikan
hukum pelanggan, pemerintah lebih responsif dan inovatif.
g. Prinsip ketujuh: Pemerintah wirausaha (Enterprising Government).
Intinya ialah Menghasilkan ketimbang membelanjakan (Earning Rather
than Spending).Pemerintah wirausaha ialah pemerintah yang memfokuskan
energinya terhadap hasil kinerjanya bukan hanya membelanjakan uangnya.
Pada kenyataanya bahwa hampir seluruh perangkat pemerintahan
merupakan sebuah pusat harga yang dibiayai oleh anggaran belanja negara.
Secara tidak langsung dapat terlihat bahwa keberadaan sistem birokrasi
pemerintahan
merupakan
sebuah
beban
dari
anggaran
belanja
Negara. Dalam hal ini pemerintah harus menemukan sumber-sumber
penghasilan selain penghasilan yang telah disepakati, yaitu pajak. Sehingga
tidak terlalu menggantungkan pada penerimaan pajak. Pajak yang tinggi
pada suatu keadaan tertentu akan ditentang masyarakatnya.
h. Prinsip kedelapan: Pemerintah yang antisipasi ( Anticipatory
Government).
Mencegah ketimbang Mengobati (Preventon Rather than Cure). Pepatah
lama mengatakan bahwa mencegah lebih baik dari mengobati. Hal yang
sama berlaku pula dalam kepemerintahan. Yaitu pemerintah harus lebih
berfokus pada upaya mencegah terhadap masalah yang timbul ketimbang
memusatkan penyediaan jasa demi mengurangi masalah (mengobati).Dalam
hal ini, pemerintah harus mempunyai strategi ampuh yang dapat meraih
peluang tidak tarduga, serta dapat mencegah krisis yang tidak terduga.
Intinya pemerintah harus lebih proaktif.
i.
Prinsip Kesembilan: Pemerintah yang desentralis ( Decentralized
Government).
Dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja (From Hierarchy to
Participation and Teamwork), Artinya, peranan komando dan hierarki
ditinggal. Selain itu, jika jika melihat perkembangan zaman yang semakin
maju dan teknologi semakin mengglobal dan pendidikan semakin maju,
sudah semestinya pemerintah menurunkan wewenang kepada lembagalembaga di bawahnya serta mendorong mereka untuk berurusan langsung
dengan pelanggan untuk lebih bisa membuat keputusan. Lalu menciptakan
kerja sama yang solid dengan cara melihat mereka sama rata dan sudah

sebanding dengan pemerintahnya. Melahirkan partisipasi dengan tim kerja,


Bukan dengan pengkomandoan yang umumnya terlihat kaku. Dengan kata
lain, pemerintah memberi ruang gerak kepada mereka agar bisa bersamasama menciptakan strategi kreatif.
j. Prinsip kesepuluh: Pemerintah yang berorientasi pasar ( Market
Oriented Government).
Mendongkrak perubahan melalui pasar (Leveraging change throught the
Market). artinya pemerintah mendongkrak perubahan melalui cara pasar.
Mekanisme pasar memiliki banyak keunggulan ketimbang mekanisme
administrasi. Pasar pada dasarnya adalah desentralis. Harga ditentukan oleh
yang paling di atas. Namun dalam pasar bisa bersaing dengan sehat, lebih
kompetitif. Jika kita sadari, sebenaranya dalam pasar memberikan
kesempatan kepada pelanggan untuk menentukan pilihannya. Selain itu
dalam pasar sangat peka terhadap perubahan dan respon terhadap
kebutuhan lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra 2010.Akuntansi Sektor Publik Suatu Pemgamtar Edisi Ketiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Karakteristik Organisasi
Sektor Publik dan
Kedudukan/Peran
Organisasi SP

DISUSUN OLEH:
RIFQI ABDILLAH A (1402118715)

Anda mungkin juga menyukai