Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AKUNTANSI PUBLIK

SISTEM PENGANGGARAN MANAJEMEN SEKTOR


PUBLIK

Fakultas Ekonomi Bisnis


Universitas Tadulako

Kelompok 2

DI SUSUN OLEH:
Aprilia Cristin Yansen Mongi C30121022
Tiara Dwi Humaira C30121063
Sheyla Putri Ramadhani C30121123
Ratih Simanullang C30121003
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan rahmat-
Nya kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
"SISTEM PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK". Kami menyadari, bahwa makalah ini
tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang memberikan
kontribusi dan dukungan dalam penyusunan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak. Tak
ada yang sempurna di dunia ini. Demikian pula dengan penulisan makalah ini. Kritik dan
saran sangatlah penulis harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak
langsung. Semoga makalah ini menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua.

Palu, 11 Semptember 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Konsep dan Pengertian Penganggaran Sektor Publik.......................................5
2.2 Pentingnya Anggaran Sektor Publik.................................................................6
2.3 Fungsi Anggaran Sektor Publik........................................................................6
2.4 Tujuan dan karakteristik sektor publik..............................................................9
2.5 Prinsip prinsip dalam penganggaran sektor publik.........................................11
2.6 Pendekatan penganggaran pada sektor publik................................................12
2.7 Penganggaran dan Standar Selayanan Minimal (SPM) .................................18
2.8 Penganggaran keuangan di era pra reformasi.................................................20
2.9 Penganggaran era reformasi............................................................................21
BAB III PENUTUP..........................................................................................................26
3.1 Kesimpulan........................................................................................................26
3.2 Saran..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen


kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal
tersebut tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran secara langsung merefleksikan
arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Sejak pertengahan tahun 1980-an
telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang cukup signifikan dari sistem
manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarki menjadi model
manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.

Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik juga telah mengalami
banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai
dengan dinamika perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Anggaran sektor
publik di buat untuk menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti air bersih, kualitas
kesehatan, pendidikan , dan sebagainya agar terjamin secara layak. Anggaran juga merupakan
alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran diperlukan untuk
meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. dalam hal ini
anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-
lembaga publik yang ada. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas tentang Penganggaran
Sektor Publik yang ada di Indonesia. Apa saja fungsi anggaran sektor publik, tujuan,
karakteristik, serta bagaimana penyusunannya

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan apakah yang dimaksud dengan penganggaran sektor publik ?

2. Menjelaskan apakah konsep penganggaran sektor publik ?


3. Menjelaskan apa sajakah fungsi, jenis, karakteristik, tujuan serta siklus penganggaran
sektor publik ?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan penganggaran sektor publik ?

2. Mengetahui konsep yang terdapat dalam penganggaran sektor publik ?

3. Mengetahui tentang fungsi, tujuan, jenis, karakteristik, tujuan serta siklus penganggaran
sektor publik ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Pengertian Penganggaran Sektor Publik

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh
suatu organisasi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Dalam
organisasi sektor publik anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai oleh uang publik. Anggaran Sektor
Publik juga merupakan perencanaan finansial tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan
yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang dengan melihat data yang diperoleh dari
masa lalu sebagai acuan penetapan anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik
merupakan aktivitas yang penting karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana
untuk setiap program maupun aktivitas.

Tiga aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi :

1. Aspek Perencanaan

2. Aspek Pengendalian

3. Aspek Akuntabilitas Publik

Secara rinci, anggaran sektor publik berisi tentang besarnya belanja yang harus
dikeluarkan untuk membiayai program dan aktivitas yang direncanakan serta cara untuk
medapatkan dana untuk membiayai program dan aktivitas tersebut.

2.2 Pentingnya Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan


masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya agar
terjamin secara layak .Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan kegiatan masyarakat.
Menentukan penerimaan dan pengeluaran departemen-departemen pemerintah, pemerintah
provinsi atau pemerintah daerah. Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan,
yaitu :

1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan ekonomi


nasional, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan kegiatan masyarakat yang tidak
terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran
diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya.

3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab


terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

2.3 Fungsi Anggaran Sektor Publik

Anggaran dalam akuntansi berada di dalam lingkup akuntansi manajemen.


Mardiasmo ( 2009 ) mengidentifikasi beberapa fungsi anggaran dalam manajemen sektor
publik sebagai berikut :

1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan

Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi


sehingga organisasi akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan
akan dibuat. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh
dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan digunkan untuk :

a) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang
diterapkan

b) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi


serta alternatif pembiayaannya

c) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun

d) Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi

2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian

Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya


pengeluaran yang terlalu besar, terlalu rendah, salah sasaran, atau adanya penggunaan yang
tidak semestinya. Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik digunakan
untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi
kebutuhannya. Pengendalian anggaran sektor publik dapat dilakukan dengan empat cara,
yaitu:
a) Membandingkan kinerja akrual dengan kinerja yang dianggarkan

b) Menghitung selisih anggaran

c) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan atas
suatu varians

d) Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya

3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal

Anggaran sebagai kebijakan fiskal pemerintah, digunakan untuk menstabilkan


ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran sektor publik dapat
diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi
ekonomi.

4. Anggaran sebagai Alat Politik

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan


terhadap prioritas tertentu. Anggaran tidak sekedar masalah teknik, melainkan diperlukan
keterampilan berpolitik, membangun koalisi, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang
manajemen keuangan sektor publik yang memadai oleh para manajer publik.

5. Anggaran sebagai alat Koordinasi dan Komunikasi

Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian atau unit kerja atau
departemen yang merupakan sub-organisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan
apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya. Oleh karena, anggaran dapat
digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara dan seluruh bagian dalam
pemerintahan.

6. Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja

Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas dan


efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer public dinilai berdasarkan berapa hasil yang
dicapai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang
efektif untuk pengendalian dan penilain kerja.

7. Anggaran sebagai Alat Motivasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar
dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan
organisasi yang ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat
challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target
anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun jangan
terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

8. Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik

Masyarakat dan elemen masyarakat lainnya non pemerintah, seperti LSM, Perguruan
Tinggi, Organisasi Keagamaan, dan Organisasi Masyarakat lainnya harus terlibat dalam
proses penganggaran publik. Keterlibatan mereka dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
Keterlibatan langsung masyarakat dalam proses penganggaran dalam proses penganggaran
dapat dilakukan mulai dari proses penyusunan perencanaan pembangun maupun rencana
kerja pemerintah (daerah), sedangkan keterlibatan secara tidak langsung dapat melalui
perwakilan mereka di lembaga legislative (DPR/DPRD).

2.4 TUJUAN DAN KARAKTERISTIK SEKTOR PUBLIK

Anggaran bagi sektor public adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan dan penggaran
merupakan proses yang terintegrasi, karena output dari perencanaan adalah penganggaran.
Berdasarka definisi di atas dan tujuan dari anggaran sektor public, maka anggaran sektor
public memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan


 Anggaran umumnya mencakup jangkauan tertentu, satu atau beberapa tahun, jangka
pendek, dan menengah atau panjang.
 Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan.
 Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari
penyusun anggaran
 Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

Anggaran sektor public mencakup semua aspek kehidupan masyarakat namun ada
beberapa aspek yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor public baik nasional maupun lokal.
Oleh karena itu, dengan adanya anggaran sektor publik ini dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat misalnya air bersih, listrik, kesehatan, dan pendidikan. Keputusan
pemerintah berpengaruh melalui anggaran sangat berpengaruh dalam kesejahteraan
masyarakat. Maka, anggaran sektor public menjadi penting karena :

1. Sebagai alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan, menjalin


kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus
berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
3. Untuk menyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat,
dalam hal ini anggaran berperan sebagai instrument akuntabilitas publik.

2.5 PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Mengingat begitu pentingnya peranan dan fungsi anggaran, di perlukan prinsip-rinsip


yang menjadi pedoman bagi organisasi public atau pemerintah dalam penyusunannya.
Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut (Mardiasmo, 2009 : 67 – 68 ) :

1. Otorisasi oleh legislative.


Anggaran public harus mendapatkan otorisasi dari legislative sebelum eksekutif
dapat menggunakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif / menyeluruh
Anggaran harus menunjukan semua menerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh
karena itu, adanya dana nonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran
yang bersifat komprehensif.
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan mengeluaran pemerintah tercakup dalam dana umum
4. Nondiscretionary uppropriation
Jumlah yang di setujui oleh dewan legislative harus termanfaatkan secara ekonomis,
efisiensi, dan efektif.
5. Periodik Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifa tahunan
atau multitahunan
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukan cadangan yang tersembunyi yang
dapat menyebabkan terjadinya pemborosan dan ketidak efisienan anggaran, serta
dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan oferestimate
pengeluaran.
7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat di pahami oleh masyarakat, dan tidak
membingungkan.
8. Transparan
Anggaran harus di informasikan kepada masyarakat luas.

2.6 PENDEKATAN PENGANGGARAN PADA SEKTOR PUBLIK

Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan public yang di nyatakan dalam satuan
moneter sekaligus dapat di gunakan sebagai alat pengendalian. Sistem perencanaan anggaran
public berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan managemen sektor public dan
tuntutan yang muncul dalam masyarakat. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan
dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor public. Yaitu :

1. Pendekatan tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak di gunakan di Negara berkembang


adapun cirri-cirinya sbgai berikut ;

1) Cara penyusan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism


2) Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item
3) Cenderung sentralisis
4) Bersifat spesifikasi
5) Tahunan
6) Menggunakan prinsip-prinsip anggota bruto

Pendekatan tradisional terdiri atas 3 proses, sebagai berikut (nordiawan,2006).

1) Pihak lembaga yang memerlukan anggaran mengajukan permintaan anggaran


kepada kepala eksekutif dan anggaran tersebut di perinci berdasarkan jenis
pengeluaran yang hendak di buat.
2) Kepala eksekutif mengumpulkan permintaan anggaran dari berbagai lembaga, lalu
anggaran ini di modifikasi oleh kepala eksekutif (di konsolidasikan). Dari hasil
modifikasi, kepala eksekutif kemudian mengajukan permintaan secara
keseluruhan untuk organisasi tersebut kepada lembaga legislative dengan
menggunakan perincian yang sama dengan anggaran yang di ajukan sebelumnya
oleh lembaga-lembaga di bawahnya (dengan menggunakan pendekatan
tradisional).
3) Setelah merevisi jumlah permintaan anggaran pihak legislative kemudian
menuliskan jumlah anggaran yang di seeetujui dengan menggunakn pendekatan
tradisional.

Masalah utama lain dalam anggaran tradisional adalah tidak di perhatikannya konsep
value for money. Akibatnya, setiap akhir tahun anggaran sering kali terjadi kelebihan
anggaran yang pengalokasiannya kemudian di paksakan kepada aktifitas-aktifitas yang
kurang penting.

2. Pendekatan New Publik Managemen

New public management berfokus pada management sektor public yang berorientasi
pada kinerja bukan pada kebijakan. Oleh karena itu, bagian dari reformasi dari new public
management adalah dengan kemunculannya management berbasis kinerja. Fokus
management berbasis kinerja adalah pengukuran kinerja organisasi sektor public yang
berorientasi pada pengukuran outcome (hasil), bukan lagi sekedar pengukuran input atau
output saja (mahmudi, 2007). Adapun karakteristik umumnya sebagai berukit:

 Komprehensip/komparatif
 Terintegrasi dan lintas departemen
 Proses pengambilan keputusan yang rasional
 Bersifat jangka panjang
 Spesifikasi tujuan dan pemerigkatan prioritas
 Analisis total cost dan benevit ( termasuk opportunity cost).
 Berorientasi pada input, output, dan outcome, bukan sekedar input
 Adanya pengawasan kinerja

Paradigma new public management telah melahirkan beberapa teknik penganggaran dalam
sektor public yaitu sebagai berikut:
1. Anggaran kinerja

Anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan


yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan
dan sasaran pelayanan publik. Anggaran kinerja memiliki beberapa krakteristik sebagai
berikut.

 Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan


aktivitas serta unit organisasi dan rincian belanja.
 Menyelidiki dan mengukur aktivitas yang diperkirakan harus di lakukan pada
periode tertentu aktivitas guna mendapatkan efisiensi maksimum dan standar
biaya
 Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya perunit
standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus
dilakukan pada periode tersebut

Penggunaan anggaran dengan pendekatan kinerja memiliki beberapa keunggulan,


antara lain adanya pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan merangsang
partisipasi dan memotivasi unit kerja, pengalokasian dana secara optimal dengan didasarkan
efisiensi unit kerja, dan menghindari pemborosan.

Namun, anggaran kinerja juga memiliki beberapa kelemahan yaitu:

 Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau
akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasi unit
pengukuran dan melaksanakan analisis biaya
 Banyak jasa dana aktivitas pemerintah tidak dapat langsung terukur dalam satuan unit
output atau biaya perunit yang dapat dimengerti dengan mudah.
 Akun-akun dalam pemerintahan telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran
yang dikelaurkan (cash basis). Hal ini membuat pengumpulan data untuk keperluan
pengukuran kinerja sangat sulit, bahkan kadang kala tidak memungkinkan.
 Aktivitas langsung diukur biayanya secara detail dan dilakukannya pengukuran
lainnya tanpa adanya pertimbangan yang memadai apakah aktivitas tersebut perlu
atau tidak

2. Program bugedting
Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran. Anggaran disusun
berdasarkan pekerjaan atau tugas yang akan di jalankan. Metedo penganggaran ini
menekankan bahwa keputusan penganggaran harus didasarkan pada tujuan-tujuan atau dari
output-output dari aktivitas pemerintahan dari pada input untuk menghasilkan barang dan
jasa pemerintah. Teknologi penganggaran ini tergantung pada metodologi-metodologi dari
program peramalan dan analisis sistem.

3. Zero Based Budgeting (ZBB)

Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan zero based budgeting (ZBB)


dapat mengatasi kelemahan pendekatan incrementalism dan line-item karena anggaran
diasumsikan mulai dari nol (zero-based). Line item budget membagi pengeluaran (belanja)
kedalam item-item yang rinci dari belanja pemerintah dan tampak lebih mengutamakan
pengendalian biaya dan meningkatkan efisiensi sehingga menghasilkan disiplin fiskal. Line
item budget tidak menyediakan informasi tentang tujuan program atau pencapaiannya,
sehingga tidak memadai untuk menghubungkan pengeluaran (pemerintah) dengan kinerja
public atau untuk pembuatan pilihan antara lokasi sumber daya alternstif. Dalam penyusunan
zero based budgeting tahun ini, tidak berdasarkan pada tahun lalu, tetapi berdasarkan
kebutuhan saat ini. Keunggulan penggunaan ZBB ini adalah dapat menghasilkan alokasi
sumber daya secara efesien, fokus pada value for money, dan memudahkan untuk
mengidentifikasi terjadinya enefisiensi dan ketidakefektifan biaya. Namun, seperti
pendekatan yang lainnya, ZBB juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu proses penyusunan
anggaran memakan waktu yang lama, terlalu teoritis dan tidak praktis, membutuhkan biaya
yang besar dan menekankan manfaat jangka pendek. Dalam mengimplementasikan ZBB
kadang menimbulkan masalah keprilakuan di dalam organisasi.

4. Planning, programming, and the budgeting system (PPBS)

Planing, programming, and the budgeting system merupakan suatu anggaran dimana
pengeluaran secara primer dikelompokkan dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada
program kerja dan secara skunder didasarkan pada jenis atau karakter objek dan kinerja.
Konsep PPBS merupakan konsep yang memandang bahwa penyusunan anggaran merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan dan perumusan program kegiatan
suatu organisasi PPBS merupakan upaya sistematis yang memperhatikan integrasi dari
perencanaan, pembuatan program, dan penganggaran. Pada PPBS, sasaran, manfaat, dan
tujuan harus diterjemahkan secara eksplisit sehingga program strategis yang berorientasi pada
hasil dapat diidentifikasi, sehingga akan menghasilkan informasi yang membantu dalam
pengalokasian sumber daya secara efektif. Untuk pengimplementasian PPBS, suatu
organisasi harus mengembangkan kemampuan analisisnya untuk memahami secara
mendalam tujuan organisasi, termasuk kemampuan mengembangkan program beserta
indikator hasil untuk mencapai tujuan. Kelebihan dari PPBS adalah memudahkan dalam
pendelegasian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan, dalam jangka panjang dapat
mengurangi beban kerja, dapat memperbaiki kualitas pelayan melalui pendekatan standart
biaya dalam perncanaan program, dan menghilangkan program yang over lapping.
Sedangkan kelemahan PPBS adalah dalam pengimplementasiannya membutuhkan biaya
yang besar, karena sistem anggaran ini membutuhkan sistem informasi yang canggih,
ketersediaan data yang lengkap, adanya sistem pengukuran dan staf yang memiliki
kapabilitas tinggi, sehingga ini mengakibatkan sulitnya sistem untuk diimplementasikan.
Penetapan tujuan dan sasaran yang tidak jelas baik dalam organisasi atau unit organisasi
menambah kompleksitas masalah. Indicator kinerja sering kali salah merepresentasikan
capaian kinerja yang seharusnya. Atau, indicator kinerja terlalu menyederhanakan ukuran-
ukuran kinerja pelayanan sektor public yang umumnya bersifat multidimensi. Tidak adanya
kepastian konsekuensi yang jelas atas penerapan anggaran berbasis kinerja baik penghargaan
bagi pihak yang telah menunjukkan peningkatan kinerja atau sebaliknya dapat menciderai
keseriusan usaha reformasi anggaran ini. Anggaran berbasis kinerja (ABK) memerlukan
ukuran yang pasti dalam mengukur efesiensi anggaran yaitu analisis standart belanja (ASB)
dan standart pelayanan minimal (SPM). Realitas yang ada bahwa pemerintah provinsi/
kkabupaten/kota di Indonesia, setelah memasuki ke tahun 9 penerapan ABK, masih belum
atau baru menyusun dan menerapkan ASB dan SPM, sehingga pengukuran efesiensi
anggaran belum dapat dilakukan.

2.7 PENGANGGARAN DAN STANDAR PELAYAN MINIMAL (SPM)

Tujuan penyusunan anggaran adalah untuk mendukung terselenggaranya penyediaan


pelayanan dasar yang bermuara pada penciptaan kesejahteraan masyarakat. Menurut
permendagri nomor 6 tahun 2007 pasal 4 pelayanan dasar adalah bagian dari pelaksanaan
urusan wajib pemerintah dan memiliki karakteristik sebagai pelayanan yang sangat mendasar,
berhak di peroleh oleh setiap warga secara minimal, dijamin ketersediaannya oleh konstitusi
dan konvensi internasional, didukung data dan informasi terbaru yang lengkap, serta tidak
menghasilkan keuntungan materi. SPM memiliki batas waktu pencapaian baik secara
nasional maupun daerah jadi, SPM merupakan bentuk dokumen teknis dari penyediaan
pelayanan dasar, sedangkan pelayanan dasar merupakan bagian dari urusan wajib pemerintah.
Pada konteks pemerintah daerah, rencana pencapaian SPM dituangkan dalam rencana
pembangunan jangka menengah daerah dan rencana strategis satuan kerja perangkat daerah
(renstra-SKPD).

Target pencapaian SPM harus dapat diukur dengan cara menetapkan gambaran dan
kondisi awal suatu daerah berdasarkan kemampuan dan potensi daerah serta profil pelayanan
dasar dan memberikan target pencapaian dalam batas waktu yang ditentukan. Target ayng
telah di capai akan menjadi dasar dalam mencapai target dimasa mendatang target tahunan
pencapaian SPM dituangkan ke dalam rencana kerja pemerintah daerah (SKPD), rencana
kerja satuan kerja perangkat daerah (renja SKPD), kebijakan umum anggaran (KUA),
rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi
belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Selanjutnya RKA-
SKPD yang sudah memuat berbagai program dan kegiatan terkait SPM menjadi bahan
penyusunan raperda APBD hingga penetapan perda APBD.

Dalam mengukur kemampuan keuangan, pemerintah harus mengetahui anggaran


sebelum diimplementasikannya SPM. Anggaran memiliki peran penuh dalam implementasi
SPM. Oleh karena itu, perlu untuk menghitung besarnya belanja perkapita untuk
menyediakan pelayanan publik tertentu sehingga dapat memberikan gambaran kebutuhan
anggaran yang diperlukan untuk membiayai SPM. Analisis kebutuhan anggaran ini kemudian
di selaraskan dengan target SPM yang telah di tetapkan. Setiap program yang memuat
kegiatan dapat dihitung kebutuhan anggarannya dengan menggunakan analisis standar
belanja (ASB)

Adapun tahapan mekanisme penganggaran kegiatan-kegiatan untuk mencapainya SPM


adalah sebagai berikut :

 Menyelaraskan antara capaian SPM yang terdapat di RPJMD dengan program-


program urusan wajib pemerintah ke dalam kebijakan umum anggaran (KUA) serta
prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS).
 Menyusun rincian kegiatan untuk masing-masing program dalam rangka pencapaian
SPM dengan mengacu pada indicator kinerja, dan batas waktu pencapaian SPM yang
telah ditetapka oleh pemerintah.
 Menentukan urusan prioritas kegiatan-kegiatan untuk mencapai SPM. Salah satu
metode untuk menentukan prioritas kegiatan adalah dengan metode analytic hierarchy
process (AHP).
 Menentukan besarnya plafon anggaran untuk masing-masing kegiatan dengan
menggunakan ASB.

Sebagaimana dijelaskan diatas, penganggaran memiliki peranan yang penting dalam


kesuksesan penerapan SPM. Tanpa anggaran yang memadai dan mencukupi, pemerintah
tidak dapat melaksanakan SPM sesuai dengan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, harus
memperhatikan prinsip-prinsip perhitungan anggaran pada SPM, meskipun menggunakan
pendekatan pembiayaan berbasis kegiatan sebagai berikut :

 Pembiayaan mengacu kepada program atau langkah kegiatan.


 Investasi fisik hanya untuk sarana/prasarana yang terkait langsung dengan penerapan
SPM.
 Tidak menghitung kebutuhan belanja secara keseluruhan dan menghitung seluruh
langkah kegiatan tanpa memandang sumber biaya.
 Perhitungan kebutuhan biaya dengan memperhatikan capaian tahun sebelumnya.
 Tidak menghitung kebutuhan belanja perunit kerja.

2.8 Penganggran Keuangan di Era Pra Reformasi

1. Pengelolaan keuangan daerah di era pra reformasi


Pengelolaan keuangan daerah di era pra-reformasi dilaksanakan mengacu pada UU
Nomor 5 Tahun1974. Selain regulasi tersebut, beberapa regulasi yang digunakan sebagai
acuan dalam pengelolaan keuangandaerah di era pra-reformasi yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 5 Tahun 1975, Peraturan Pemerintah Nomor 6Tahun 1975, Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 900-099 Tahun 1980 tentang Manual AdministrasiKeuangan Daerah,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBD, Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Keputusan
Menteri DalamNegeri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan Susunan Perhitungan APBD.
Regulasi-regulasi tersebut memunculkan karakteristik pengelolaan keuangan daerah di era
pra-reformasi sebagaiberikut:
 Pemerintah Daerah belum secara tegas dipisahkan ke dalam lembaga eksekutif dan
lembagalegislatif daerah.
 Perhitungan APBD bukan merupakan bagian integral dari pertanggungjawaban
KepalaDaerah.
 Laporan Perhitungan APBD mencakup: Perhitungan APBD, Nota Perhitungan APBD
serta Perhitungan Kasdan Pencocokan antara Sisa Kas dengan Sisa Perhitungan yang
dilengkapi dengan Lampiran RingkasanPerhitungan Pendapatan dan Belanja.
 Pinjaman Daerah diakui sebagai pos Penerimaan Pembangunan artinya merupakan
pendapatan daerah.
 Dalam penyusunan APBD, masyarakat belum dilibatkan.
 Kinerja pemerintah daerah diukur melalui Perbandingan antara anggaran dengan
realisasi. Target dan prosentase phisik proyek yang tercantum dalam penjabaran
Perhitungan. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah dan Laporan
Perhitungan APBD tidak memilikikonsekuensi terhadap masa jabatan Kepala Daerah

2.9 Panganggran di Era Reformasi

1. REFORMASI SISTEM PEMERINTAHAN SENTRALISTIK

Sentralisasi adalah seeluruh wewenang terpusat pada pemerintah pusat. Daerah


tinggal menunggu instruksi dari pusat untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah
digariskan menurut UU. Menurut ekonomi manajemen sentralisasi adalah memusatkan
semua wewenang kepada sejumlah kecil manager atau yang berada di suatu puncak pada
sebuah struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pemerintah sebelum otonomi
daerah. Kelemahan sistem sentralisasi adalah dimana sebuah kebijakan dan keputusan
pemerintah daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat sehingga
waktu untuk memutuskan suatu hal menjadi lebih lama.

2. DESENTRALISASI

Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan


kebijakan kepada manajer atau orang-orang pada level bawah pada suatu suatu organisasi.
Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi menerapkan sistem pemerintahan
sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan wewenang kepada
pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan yang tadinya diputuskan seluruhnya oleh
pemerintah pusat. Kelebihan sistem ini adalah sebagian keputusan dan kebijakan yang ada di
daerah dapat diputuskan di daerah tanpa campur tangan pemerintah pusat. Namun
kekurangan dari sistem ini adalah pada daerah khusus, euforia yang berlebihan dimana
wewenang itu hanya menguntungkan pihak tertentu atau golongan serta dipergunakan untuk
mengeruk keuntungan para oknum atau pribadi. Hal ini terjadi karena sulit dikontrol oleh
pemerinah pusat.Desentralisasi pendidikan suatu keharusan

Rontoknya nilai-nilai otokrasi Orde Baru telah melahirkan suatu visi yang baru
mengenai kehidupan masyrakat yang lebih sejahtera ialah pengakuan terhadap hak-hak asasi
manusia, hak politik, dan hak asasi masyarakat (civil rights). Kita ingin membangun suatu
masyarakat baru yaitu masyarakat demokrasi yang mengakui akan kebebasan individu yang
bertanggungjawab. Pada masa orde baru hak-hak tersebut dirampas oleh pemerintah.
Keadaan ini telah melahirkan suatu pemerintah yang tersebut dan otoriter sehingga tidak
mengakui akan hak-hak daerah. Kekayaan nasional, kekayaan daerah telah dieksploitasi
untuk kepentingan segelintir elite politik. Kejadian yang terjadi berpuluh tahun telah
melahirkan suatu rasa curiga dan sikap tidak percaya kepada pemerintah. Lahirlah gerakan
separtisme yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh
karena itu, desentralisasi atau otonomi daerah merupakan salah satu tuntutan era reformasi.
Termasuk di dalam tuntutan otonomi daerah ialah desentralisasi pendidikan nasional.

Ada tiga hal yang berkaitan dengan urgensi desentralisasi pendidikan yaitu
pembangunan masyarakat demokrasi, pengembangan sosial capital, dan peningkatan daya
saing bangsa ( H.A.R Tialar, 2002).

1. Masyarakat Demokrasi

Masyarakat demokrasi atau dalam khasanah bahasa kita namakan masyarakat madani
( civil society) adalah suatu masyarakat yang antara lain mengakui hak-hak asasi manusia.
Masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang terbuka dimana setiap anggotanya
merupakan pribadi yang bebas dan mempunyai tanggung jawab untuk membangun
masyarakatnya sendiri. Pemerintah dalam masyrakat madani adalah pemerintahan yang
dipilih oleh rakyat dan untuk kepentingan rakyat sendiri. Masyarakat demokrasi memerlukan
suatu pemerintah yang bersih (good and clean governance).

2. Pengembangan “Social Capital”


Para ahli ekonomi seperti Amartya Sen, pemenang Nobel Ekonomi tahun 1998,
menekankan kepada nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk social capital yang menjadi pemicu
pertumbuhan ekonomi dan kehidupan yang lebih manusiawi. Demokrasi sebagai social
capital hanya bias diraih dan dikembangkan melalui proses pendidikan yang menghormati
nilai-nilai demokrasi tersebut. Suatu proses belajar yang tidak menghargai akan kebebassan
berpikir kritis tidak mungkin menghidupkan nilai-nilai demokrasi sebagai social capital suatu
bangsa.

Sistem pendidikan yang sentralistik yang mematikan kemampuan berinovasi tentunya


tidak sesuai dengan pengembangan suatu masyarakat demokrasi terbuka. Oleh sebab itu,
desntralisasi pendidikan berarti lebih mendekatkan proses pendidikan kepada rakyat sebagai
pemilik pendidikan itu sendiri. Rakyat harus berpartisipasi di dalam pembentukan social
capital tersebut. Ikut sertanya rakyat di dalam penyelenggaraan pendidikan dalam suatu
masyarakat demokrasi berarti pula rakyat ikut membina lahirnya social capital dari suatu
bangsa.

3. pengembangan Daya saing

Di dalam suatu masyarakat demokratis setiap anggotanya dituntut partisipasi yang


optimal dalam pengembangan kehidupan pribadi dan masyarakatnya. Di dalam kehidupan
bersama tersebut diperlukan kemampuan daya saing yang tinggi di dalam kerja sama. Di
dalam suatu masyarakat yang otoriter dan statis, daya saing tidak mempunyai tempat. Oleh
sebab itu, masyarakat akan sangat lamban perkembangannya. Masyarakat bergerak dengan
komando dan oleh sebab itu sikap masa bodoh dan menunggu merupakan ciri dari
masyarakat otoriter.

Daya saing di dalam masyarakat bukanlah kemampuan untuk saling membunuh dan
saling menyingkirkan satu dengan yang lain tetapi di dalam rangka kerjasama yang semakin
lama semakin meningkat mutunya. Dunia terbuka, dunia yang telah menjadi suatu kampung
global (global village) menuntut kemampuan daya saing dari setiap individu, setiap
masyarakat, bahkan setiap bangsa. Eksistensi suatu masyarakat dan bangsa hanya dapat
terjamin apabila dia terus-menerus memperbaiki diri dan menibkatkan kemampuanya. Ada
empat faktor yang menentukan tingkat daya saing seseorang atau suatu masysrakat. Faktor-
fator tersebut adalah intelegensi, informasi, ide baru, dan inovasi.

3. OTONOMI
Otonomi menurut UU no 22/1999 tentang otonomi daerah adalah pelimpahan
wewenang kepada daerah untuk mengurusi daerahnya ssesuai dengan UU dalam kerangka
NKRI. Menurut ekonomi Manajemen dalam otda pengambilan keputusan-keputusan
dipangkas, cukup di tingkat daerah sehingga menghemat energi dan biaya.

Berdasarkan pada UU no 22/1999, prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daearah sebagai


sebagai berikut:

 Pelaksanaan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek-aspek


demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah.
 Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan
bertanggungjawab.
 Pelaksanaan otonomi luas berada pada daerah tingkat kabupaten dan kota, sedangkan
pada tingkat propinsi otonomi terbatas.
 Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara, sehingga tetap
terjaga hubungan yang serasi antar pusat dan daerah serta antar daerah.
 Pelaksanaan otonomi daerah harus meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan
karenanya dalam wilayah kabupaten dan kota tidak ada lagi wilayah administrasi.
 Kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah seperti atau pihak lain seperti Badan
otorita, kawasan pelabuhan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan
perkotaan baru, kawasan wisata dan semacamnyaberlaku ketentuan peraturan daerah
otonom.
 Pelaksanaan otonomi daerah lebih meningkatkan peranan dan fungsi legislatif daerah,
baik sebagai fungsi legislasi,fungsi pengawas maupun sebagai fungsi anggaran atas
penyelenggaraan pemerintah daerah.
 Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukan
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan tertentu yang
dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.
 Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah
daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu pendekatan sistematis dalam


penyusunan anggaran yang mengaitkan pengeluaran yang dilakukan organisasi sektor publik
dengan kinerja yang dihasilkan dengan menggunakan informasi kinerja yang dituangkan
dalam bentuk indikator kinerja dan penggunaan standar satuan harga. Suatu pemerintah dapat
dikatakan telah menerapkan bentuk sederhana dari penganggaran berbasis kinerja
(performance based budgeting) jika telah mempedomani standar satuan harga dan telah
menetapkan indikator kinerja dalam proses atau mekanisme penyusunan anggaran.
Hasil analisis penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tidak ada SKPD yang menggunakan 100 % standar satuan harga dilihat dari objek belanja
pada masing-masing kegiatan dalam proses penyusunan anggarannya dimana semua analisis
menghasilkan angka dibawah 50 %, kecuali pada Dinas Pendidikan tahun 2016 yaitu
mencapai 61,60 %.
2. Untuk hasil penilaian indikator kinerja, baik indikator output maupun outcome yang
digunakan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD belum memenuhi kriteria
indikator kinerja yang baik. Hal ini terlihat dari sedikitnya kegiatan-kegiatan yang memenuhi
semua kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dan perumusan indikator output dan indikator
outcome sering diposisikan terbalik. Dengan hasil analisis ini terlihat bahwa masih belum
optimalnya penerapan anggaran berbasis kinerja di Kabupaten Sijunjung tahun anggaran
2015 dan tahun 2016.
3. Faktor-faktor atau permasalahan yang mempengaruhi penerapan anggaran berbasis kinerja
pada Pemerintah Kabupaten Sijunjung adalah :
o Keterbatasan sumber daya manusia (SDM)
 Keterbatasan kualitas sumber daya manusia mengakibatkan masih kurangnya
pemahaman petugas perencanaan SKPD mengenai indikator kinerja sehingga
indikator kinerja yang dirumuskan dalam dokumen pelaksanaan anggaran baru
sebatas melanjutkan apa yang ada tahun sebelumnya tanpa melihat bagaimana
kualitasnya.
o Kelemahan data kinerja
 Kurangnya ketersediaan data yang dibutuhkan pada saat yang tepat menjadi kendala
dalam menetapkan angka satuan dari objek belanja dan merumuskan indikator kinerja
serta penetapan target kinerja.
o Keterbatasan dana
 Keterbatasan dana mempengaruhi perilaku aparat perencanaan pada SKPD
Pemerintah Kabupaten Sijunjung dalam menetapkan indikator kinerja pada proses
penyusunan anggaran sehingga mengakibatkan belum berjalannya anggaran berbasis
kinerja pada Pemerintah Kabupaten Sijunjung.

3.2 Saran

Berdasarkan simpulan penelitian diatas, saran yang dapat diberikan dalam penerapan
anggaran berbasis kinerja pada Pemerintah Kabupaten Sijunjung adalah :
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang perencanaan dan
penganggaran, terutama pejabat dan staf perencanaan pada setiap SKPD, sehingga
dapat menyusun anggaran berdasarkan standar satuan harga dan menyusun indikator
kinerja yang memadai dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja.
2) Pembuatan dokumen standar satuan harga diterbitkan lebih awal sehingga bisa
dijadikan pedoman dalam penyusunan anggaran.
3) Membangun sistem pengumpulan data kinerja yang menjamin ketersediaan data
kinerja setiap waktu sehingga perumusan indikator kinerja dapat diformulasikan lebih
baik.
4) Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang mempengaruhi
anggaran berbasis kinerja seperti analisis standar belanja (ASB), Standar Pelayanan
Minimum (SPM) ataupun Target Kinerja.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2013. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan
Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai