Kelompok 2
DI SUSUN OLEH:
Aprilia Cristin Yansen Mongi C30121022
Tiara Dwi Humaira C30121063
Sheyla Putri Ramadhani C30121123
Ratih Simanullang C30121003
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan rahmat-
Nya kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
"SISTEM PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK". Kami menyadari, bahwa makalah ini
tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang memberikan
kontribusi dan dukungan dalam penyusunan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak. Tak
ada yang sempurna di dunia ini. Demikian pula dengan penulisan makalah ini. Kritik dan
saran sangatlah penulis harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak
langsung. Semoga makalah ini menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua.
KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Konsep dan Pengertian Penganggaran Sektor Publik.......................................5
2.2 Pentingnya Anggaran Sektor Publik.................................................................6
2.3 Fungsi Anggaran Sektor Publik........................................................................6
2.4 Tujuan dan karakteristik sektor publik..............................................................9
2.5 Prinsip prinsip dalam penganggaran sektor publik.........................................11
2.6 Pendekatan penganggaran pada sektor publik................................................12
2.7 Penganggaran dan Standar Selayanan Minimal (SPM) .................................18
2.8 Penganggaran keuangan di era pra reformasi.................................................20
2.9 Penganggaran era reformasi............................................................................21
BAB III PENUTUP..........................................................................................................26
3.1 Kesimpulan........................................................................................................26
3.2 Saran..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik juga telah mengalami
banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai
dengan dinamika perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Anggaran sektor
publik di buat untuk menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti air bersih, kualitas
kesehatan, pendidikan , dan sebagainya agar terjamin secara layak. Anggaran juga merupakan
alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran diperlukan untuk
meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. dalam hal ini
anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-
lembaga publik yang ada. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas tentang Penganggaran
Sektor Publik yang ada di Indonesia. Apa saja fungsi anggaran sektor publik, tujuan,
karakteristik, serta bagaimana penyusunannya
1.3 Tujuan
3. Mengetahui tentang fungsi, tujuan, jenis, karakteristik, tujuan serta siklus penganggaran
sektor publik ?
BAB II
PEMBAHASAN
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh
suatu organisasi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Dalam
organisasi sektor publik anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai oleh uang publik. Anggaran Sektor
Publik juga merupakan perencanaan finansial tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan
yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang dengan melihat data yang diperoleh dari
masa lalu sebagai acuan penetapan anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik
merupakan aktivitas yang penting karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana
untuk setiap program maupun aktivitas.
Tiga aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi :
1. Aspek Perencanaan
2. Aspek Pengendalian
Secara rinci, anggaran sektor publik berisi tentang besarnya belanja yang harus
dikeluarkan untuk membiayai program dan aktivitas yang direncanakan serta cara untuk
medapatkan dana untuk membiayai program dan aktivitas tersebut.
a) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang
diterapkan
c) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun
c) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan atas
suatu varians
Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian atau unit kerja atau
departemen yang merupakan sub-organisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan
apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya. Oleh karena, anggaran dapat
digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara dan seluruh bagian dalam
pemerintahan.
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar
dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan
organisasi yang ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat
challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target
anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun jangan
terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
Masyarakat dan elemen masyarakat lainnya non pemerintah, seperti LSM, Perguruan
Tinggi, Organisasi Keagamaan, dan Organisasi Masyarakat lainnya harus terlibat dalam
proses penganggaran publik. Keterlibatan mereka dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
Keterlibatan langsung masyarakat dalam proses penganggaran dalam proses penganggaran
dapat dilakukan mulai dari proses penyusunan perencanaan pembangun maupun rencana
kerja pemerintah (daerah), sedangkan keterlibatan secara tidak langsung dapat melalui
perwakilan mereka di lembaga legislative (DPR/DPRD).
Anggaran bagi sektor public adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan dan penggaran
merupakan proses yang terintegrasi, karena output dari perencanaan adalah penganggaran.
Berdasarka definisi di atas dan tujuan dari anggaran sektor public, maka anggaran sektor
public memiliki karakteristik sebagai berikut :
Anggaran sektor public mencakup semua aspek kehidupan masyarakat namun ada
beberapa aspek yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor public baik nasional maupun lokal.
Oleh karena itu, dengan adanya anggaran sektor publik ini dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat misalnya air bersih, listrik, kesehatan, dan pendidikan. Keputusan
pemerintah berpengaruh melalui anggaran sangat berpengaruh dalam kesejahteraan
masyarakat. Maka, anggaran sektor public menjadi penting karena :
Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan public yang di nyatakan dalam satuan
moneter sekaligus dapat di gunakan sebagai alat pengendalian. Sistem perencanaan anggaran
public berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan managemen sektor public dan
tuntutan yang muncul dalam masyarakat. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan
dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor public. Yaitu :
1. Pendekatan tradisional
Masalah utama lain dalam anggaran tradisional adalah tidak di perhatikannya konsep
value for money. Akibatnya, setiap akhir tahun anggaran sering kali terjadi kelebihan
anggaran yang pengalokasiannya kemudian di paksakan kepada aktifitas-aktifitas yang
kurang penting.
New public management berfokus pada management sektor public yang berorientasi
pada kinerja bukan pada kebijakan. Oleh karena itu, bagian dari reformasi dari new public
management adalah dengan kemunculannya management berbasis kinerja. Fokus
management berbasis kinerja adalah pengukuran kinerja organisasi sektor public yang
berorientasi pada pengukuran outcome (hasil), bukan lagi sekedar pengukuran input atau
output saja (mahmudi, 2007). Adapun karakteristik umumnya sebagai berukit:
Komprehensip/komparatif
Terintegrasi dan lintas departemen
Proses pengambilan keputusan yang rasional
Bersifat jangka panjang
Spesifikasi tujuan dan pemerigkatan prioritas
Analisis total cost dan benevit ( termasuk opportunity cost).
Berorientasi pada input, output, dan outcome, bukan sekedar input
Adanya pengawasan kinerja
Paradigma new public management telah melahirkan beberapa teknik penganggaran dalam
sektor public yaitu sebagai berikut:
1. Anggaran kinerja
Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau
akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasi unit
pengukuran dan melaksanakan analisis biaya
Banyak jasa dana aktivitas pemerintah tidak dapat langsung terukur dalam satuan unit
output atau biaya perunit yang dapat dimengerti dengan mudah.
Akun-akun dalam pemerintahan telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran
yang dikelaurkan (cash basis). Hal ini membuat pengumpulan data untuk keperluan
pengukuran kinerja sangat sulit, bahkan kadang kala tidak memungkinkan.
Aktivitas langsung diukur biayanya secara detail dan dilakukannya pengukuran
lainnya tanpa adanya pertimbangan yang memadai apakah aktivitas tersebut perlu
atau tidak
2. Program bugedting
Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran. Anggaran disusun
berdasarkan pekerjaan atau tugas yang akan di jalankan. Metedo penganggaran ini
menekankan bahwa keputusan penganggaran harus didasarkan pada tujuan-tujuan atau dari
output-output dari aktivitas pemerintahan dari pada input untuk menghasilkan barang dan
jasa pemerintah. Teknologi penganggaran ini tergantung pada metodologi-metodologi dari
program peramalan dan analisis sistem.
Planing, programming, and the budgeting system merupakan suatu anggaran dimana
pengeluaran secara primer dikelompokkan dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada
program kerja dan secara skunder didasarkan pada jenis atau karakter objek dan kinerja.
Konsep PPBS merupakan konsep yang memandang bahwa penyusunan anggaran merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan dan perumusan program kegiatan
suatu organisasi PPBS merupakan upaya sistematis yang memperhatikan integrasi dari
perencanaan, pembuatan program, dan penganggaran. Pada PPBS, sasaran, manfaat, dan
tujuan harus diterjemahkan secara eksplisit sehingga program strategis yang berorientasi pada
hasil dapat diidentifikasi, sehingga akan menghasilkan informasi yang membantu dalam
pengalokasian sumber daya secara efektif. Untuk pengimplementasian PPBS, suatu
organisasi harus mengembangkan kemampuan analisisnya untuk memahami secara
mendalam tujuan organisasi, termasuk kemampuan mengembangkan program beserta
indikator hasil untuk mencapai tujuan. Kelebihan dari PPBS adalah memudahkan dalam
pendelegasian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan, dalam jangka panjang dapat
mengurangi beban kerja, dapat memperbaiki kualitas pelayan melalui pendekatan standart
biaya dalam perncanaan program, dan menghilangkan program yang over lapping.
Sedangkan kelemahan PPBS adalah dalam pengimplementasiannya membutuhkan biaya
yang besar, karena sistem anggaran ini membutuhkan sistem informasi yang canggih,
ketersediaan data yang lengkap, adanya sistem pengukuran dan staf yang memiliki
kapabilitas tinggi, sehingga ini mengakibatkan sulitnya sistem untuk diimplementasikan.
Penetapan tujuan dan sasaran yang tidak jelas baik dalam organisasi atau unit organisasi
menambah kompleksitas masalah. Indicator kinerja sering kali salah merepresentasikan
capaian kinerja yang seharusnya. Atau, indicator kinerja terlalu menyederhanakan ukuran-
ukuran kinerja pelayanan sektor public yang umumnya bersifat multidimensi. Tidak adanya
kepastian konsekuensi yang jelas atas penerapan anggaran berbasis kinerja baik penghargaan
bagi pihak yang telah menunjukkan peningkatan kinerja atau sebaliknya dapat menciderai
keseriusan usaha reformasi anggaran ini. Anggaran berbasis kinerja (ABK) memerlukan
ukuran yang pasti dalam mengukur efesiensi anggaran yaitu analisis standart belanja (ASB)
dan standart pelayanan minimal (SPM). Realitas yang ada bahwa pemerintah provinsi/
kkabupaten/kota di Indonesia, setelah memasuki ke tahun 9 penerapan ABK, masih belum
atau baru menyusun dan menerapkan ASB dan SPM, sehingga pengukuran efesiensi
anggaran belum dapat dilakukan.
Target pencapaian SPM harus dapat diukur dengan cara menetapkan gambaran dan
kondisi awal suatu daerah berdasarkan kemampuan dan potensi daerah serta profil pelayanan
dasar dan memberikan target pencapaian dalam batas waktu yang ditentukan. Target ayng
telah di capai akan menjadi dasar dalam mencapai target dimasa mendatang target tahunan
pencapaian SPM dituangkan ke dalam rencana kerja pemerintah daerah (SKPD), rencana
kerja satuan kerja perangkat daerah (renja SKPD), kebijakan umum anggaran (KUA),
rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi
belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Selanjutnya RKA-
SKPD yang sudah memuat berbagai program dan kegiatan terkait SPM menjadi bahan
penyusunan raperda APBD hingga penetapan perda APBD.
2. DESENTRALISASI
Rontoknya nilai-nilai otokrasi Orde Baru telah melahirkan suatu visi yang baru
mengenai kehidupan masyrakat yang lebih sejahtera ialah pengakuan terhadap hak-hak asasi
manusia, hak politik, dan hak asasi masyarakat (civil rights). Kita ingin membangun suatu
masyarakat baru yaitu masyarakat demokrasi yang mengakui akan kebebasan individu yang
bertanggungjawab. Pada masa orde baru hak-hak tersebut dirampas oleh pemerintah.
Keadaan ini telah melahirkan suatu pemerintah yang tersebut dan otoriter sehingga tidak
mengakui akan hak-hak daerah. Kekayaan nasional, kekayaan daerah telah dieksploitasi
untuk kepentingan segelintir elite politik. Kejadian yang terjadi berpuluh tahun telah
melahirkan suatu rasa curiga dan sikap tidak percaya kepada pemerintah. Lahirlah gerakan
separtisme yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh
karena itu, desentralisasi atau otonomi daerah merupakan salah satu tuntutan era reformasi.
Termasuk di dalam tuntutan otonomi daerah ialah desentralisasi pendidikan nasional.
Ada tiga hal yang berkaitan dengan urgensi desentralisasi pendidikan yaitu
pembangunan masyarakat demokrasi, pengembangan sosial capital, dan peningkatan daya
saing bangsa ( H.A.R Tialar, 2002).
1. Masyarakat Demokrasi
Masyarakat demokrasi atau dalam khasanah bahasa kita namakan masyarakat madani
( civil society) adalah suatu masyarakat yang antara lain mengakui hak-hak asasi manusia.
Masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang terbuka dimana setiap anggotanya
merupakan pribadi yang bebas dan mempunyai tanggung jawab untuk membangun
masyarakatnya sendiri. Pemerintah dalam masyrakat madani adalah pemerintahan yang
dipilih oleh rakyat dan untuk kepentingan rakyat sendiri. Masyarakat demokrasi memerlukan
suatu pemerintah yang bersih (good and clean governance).
Daya saing di dalam masyarakat bukanlah kemampuan untuk saling membunuh dan
saling menyingkirkan satu dengan yang lain tetapi di dalam rangka kerjasama yang semakin
lama semakin meningkat mutunya. Dunia terbuka, dunia yang telah menjadi suatu kampung
global (global village) menuntut kemampuan daya saing dari setiap individu, setiap
masyarakat, bahkan setiap bangsa. Eksistensi suatu masyarakat dan bangsa hanya dapat
terjamin apabila dia terus-menerus memperbaiki diri dan menibkatkan kemampuanya. Ada
empat faktor yang menentukan tingkat daya saing seseorang atau suatu masysrakat. Faktor-
fator tersebut adalah intelegensi, informasi, ide baru, dan inovasi.
3. OTONOMI
Otonomi menurut UU no 22/1999 tentang otonomi daerah adalah pelimpahan
wewenang kepada daerah untuk mengurusi daerahnya ssesuai dengan UU dalam kerangka
NKRI. Menurut ekonomi Manajemen dalam otda pengambilan keputusan-keputusan
dipangkas, cukup di tingkat daerah sehingga menghemat energi dan biaya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian diatas, saran yang dapat diberikan dalam penerapan
anggaran berbasis kinerja pada Pemerintah Kabupaten Sijunjung adalah :
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang perencanaan dan
penganggaran, terutama pejabat dan staf perencanaan pada setiap SKPD, sehingga
dapat menyusun anggaran berdasarkan standar satuan harga dan menyusun indikator
kinerja yang memadai dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja.
2) Pembuatan dokumen standar satuan harga diterbitkan lebih awal sehingga bisa
dijadikan pedoman dalam penyusunan anggaran.
3) Membangun sistem pengumpulan data kinerja yang menjamin ketersediaan data
kinerja setiap waktu sehingga perumusan indikator kinerja dapat diformulasikan lebih
baik.
4) Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang mempengaruhi
anggaran berbasis kinerja seperti analisis standar belanja (ASB), Standar Pelayanan
Minimum (SPM) ataupun Target Kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2013. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan
Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.