Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA


SERTA POLITIK ANGGGARAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

1. SASKIA ISLAMAY FAIZAL (C30223015)


2. NI’MATURRAMADHANI (C30223026)

PROGRAM STUDI S2 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul
“PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA SERTA POLITIK
ANGGARAN” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik tahun ajaran 2023.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis dengan hati terbuka mengharapkan saran-saran
dan kritikan-kritikan yang membangun (konstruktif) demi kesempurnaan tugas akhir
di masa yang akan datang.

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan


ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dorongan dan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Akhir kata Penulis mengharapkan agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang memerlukannya.

PALU, 20 SEPTEMBER 2023

HORMAT KAMI

TIM PENULIS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................2
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................3
2.1 Perjalanan Reformasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Di Indonesia. .... Error!
Bookmark not defined.
2.1.1 Tahapan Pertama : Periode Tahun 1974-1999......Error! Bookmark not defined.
2.1.2 Tahap kedua : Periode Reformasi Awal antara Tahun 2000-2005............ Error!
Bookmark not defined.
2.1.3 Tahapan ketiga : Periode Reformasi Lanjutan antara Tahun 2005-2010. Error!
Bookmark not defined.
2.1.4 Tahapan keempat : Periode Penerapan Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual antara Tahun 2010-Sekarang .............................Error! Bookmark not defined.
2.2 Basis Kas Versus Basis Akrual : Konsep dan Implementasi dalam Akuntansi
Anggaran. ....................................................................Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Basis Kas ..................................................................Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Basis Akrual.............................................................Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Perbandingan Anggaran Basis Kas Dengan Anggaran Basis Akrual ....... Error!
Bookmark not defined.
2.3 Mengetahui Perkembangan Akuntansi Berbasis Akrual di Berbagai Negara
Error! Bookmark not defined.
2.4 Pro-Kontra Mengadopsi Akuntansi Akrual Dalam Sektor Publik ....................8
2.5 Dilematika Akrualisasi Sektor Publik ....................Error! Bookmark not defined.
2.6 Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual di Indonesia : Tinjauan Atas PP
Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. ............. Error!
Bookmark not defined.

iii
BAB III PENUTUP ..............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen
kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal
tersebut tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran secara langsung merefleksikan
arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Sejak pertengahan tahun 1980-an
telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang cukup signifikan dari sistem
manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarki menjadi model
manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.

Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik juga telah mengalami
banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah
sesuai dengan dinamika perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Anggaran
sektor publik di buat untuk menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti air bersih,
kualitas kesehatan, pendidikan , dan sebagainya agar terjamin secara layak. Anggaran juga
merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi,
menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran
diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.
dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh
lembaga-lembaga publik yang ada. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas tentang
Penganggaran Sektor Publik yang ada di Indonesia. Apa saja fungsi anggaran sektor publik,
tujuan, karakteristik, serta bagaimana penyusunannya.

Anggaran publik merupakan dokumen politik yang menunjukkan komitmen eksekutif


dalam upaya penggalian resourses yang relatif terbatas untuk pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan yang relatif banyak. Karena itu keterbatasan resourses ditengah benyaknya
kebutuhan tersebut membutuhkan ketelitian actor perumusan kebijakan untuk dapat
memilih prioritas-prioritas kebutuhan. Karena adanya keterbatasan sumber daya dan
banyaknya kebutuhan tersebut pula, Kebijakan anggaran menjadi barang langka dan menjadi

1
ajang perebutan barang aktor, baik pemerintah, parlemen, partai politik, pengusaha,
organisasi masyarakat, maupun rakyat kecil (Waidl, dkk., 2008 : 36)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan makalah
ini sebagai berikut :

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan penganggaran sektor publik?


2. Menjelaskan apa fungsi penganggaran sektor publik?
3. Apa tujuan dan karakteristik penganggaran sektor publik?
4. Apa prinsip-prinsip penganggaran sektor publik?
5. Menjelaskan apa pendekatan penganggaran sektor publik?
6. Menjelaskan bagaimana perkembangan teori penganggaran sektor publik?
7. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan politik penganggaran?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagi berikut :

1. Mengetahui tentang apa yang dimaksud engan penganggaran sektor publik


2. Mengetahui tentang apa saja fungsi penganggaran sektor publik
3. Mengetahui apa saja tujuan dan karakteristik penganggaran sektor publik
4. Mengetahui apa saja prinsip-prinsip penganggaran sektor publik
5. Mengetahui tentang apa yang dimaksud pendekatan penganggaran sektor
publik
6. Mengetahui seperti apa perkembangan teori penganggaran sektor publik
7. Mengetahui tenta apa yang dimaksud dengan penganggaran sektor publik

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai
oleh suatu organisasi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter.
Dalam organisasi sektor publik anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai oleh uang
publik. Anggaran Sektor Publik juga merupakan perencanaan finansial tentang
perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi di masa
mendatang dengan melihat data yang diperoleh dari masa lalu sebagai acuan penetapan
anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan aktivitas yang
penting karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap program
maupun aktivitas.

Tiga aspek harus tercakup dalam anggaran sektor publik :

1. Aspek Perencanaan
2. Aspek Pengendalian
3. Aspek Akuntabilitas Publik

Secara rinci, anggaran sektor publik berisi tentang besarnya belanja yang harus
dikeluarkan untuk membiayai program dan aktivitas yang direncanakan serta cara
untuk medapatkan dana untuk membiayai program dan aktivitas tersebut.

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan


masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya
agar terjamin secara layak .Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan kegiatan
masyarakat. Menentukan penerimaan dan pengeluaran departemendepartemen
pemerintah, pemerintah provinsi atau pemerintah daerah. Anggaran sektor publik
penting karena beberapa alasan, yaitu :

3
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan
ekonomi nasional, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan kegiatan masyarakat yang
tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan suber daya.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung
jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggara publik merupakan instrumen
pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

2.2 Fungsi Penganggaran Sektor Publik


Anggaran dalam akuntansi berada di dalam lingkup akuntansi manajemen
(Mardiasmo, 2009) mengidentifikasi beberapa fungsi anggaran dalam manajemen
sektor publik sebagai berikut :

1. Anggaran sebagai alat perencanaan

Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan


organisasi sehingga organisasi akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan ke arah
mana kebijakan akan dibuat. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan
tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan
berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat
perencanaan digunkan untuk :

a. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang
diterapkan
b. Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
serta alternatif pembiayaannya.
c. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun
d. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi

4
2. Anngaran sebagai alat pengendalian

Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari


adanya pengeluaran yang terlalu besar, terlalu rendah, salah sasaran, atau adanya
penggunaan yang tidak semestinya. Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran
sektor publik digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang
cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Pengendalian anggaran sektor publik dapat
dilakukan dengan empat cara, yaitu :

a. Membandingkan kinerja akrual dengan kinerja yang dianggarkan


b. Menghitung selisih anggaran
c. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan
varians
d. Merevisi biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal

Anggaran sebagai kebijakan pemerintah, digunakan untuk menstabilkan


ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran sektor publik dapat
diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan
estimasi ekonomi

4. Anggaran sebagai alat politik

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan


keuangan terhadap prioritas tertentu. Anggaran tidak sekedar masalah teknik,
melainkan diperlukan keterampilan berpolitik, membangun koalisi, keahlian
bernegosiasi, dan pemahaman tentang manajemen keuangan sektor publik yang
memadai oleh para manajer publik.

5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian atau unit kerja
atau departemen yang merupakan sub-organisasi dapat mengetahui apa yang harus

5
dilakukan dan apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya. Oleh karena,
anggaran dapat digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara dan seluruh
bagian dalam pemerintahan.

6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja

Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas


dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer public dinilai berdasarkan berapa
hasil yang dicapai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran
merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilain kerja.

7. Anggaran sebagai alat motivasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya
agar dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan
tujuan organisasi yang ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran
hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but achieveable.
Maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak
dapat dipenuhi, namun jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik

Masyarakat dan elemen masyarakat lainnya non pemerintah, seperti LSM,


Perguruan Tinggi, Organisasi Keagamaan, dan Organisasi Masyarakat lainnya harus
terlibat dalam proses penganggaran publik. Keterlibatan mereka dapat bersifat
langsung dan tidak langsung. Keterlibatan langsung masyarakat dalam proses
penganggaran dalam proses penganggaran dapat dilakukan mulai dari proses
penyusunan perencanaan pembangun maupun rencana kerja pemerintah (daerah),
sedangkan keterlibatan secara tidak langsung dapat melalui perwakilan mereka di
lembaga legislative (DPR/DPRD).

6
2.3 Tujuan dan Karakteristik Sektor Publik
Anggaran bagi sektor public adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan dan
penggaran merupakan proses yang terintegrasi, karena output dari perencanaan adalah
penganggaran. Berdasarka definisi di atas dan tujuan dari anggaran sektor public, maka
anggaran sektor public memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan


 Anggaran umumnya mencakup jangkauan tertentu, satu atau beberapa tahun,
jangka pendek dan menengah atau panjang.
 Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan
 Usulan anggaran ditelaah dan disetuji oleh pihak berwanang yang lebih tinggi
dari penyusun anggaran
 Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

Anggaran sektor public mencakup semua aspek kehidupan masyarakat namun


ada beberapa aspek yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor public baik nasional
maupun lokal. Oleh karena itu, dengan adanya anggaran sektor publik ini dapat
membantu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat misalnya air bersih, listrik,
kesehatan, dan pendidikan. Keputusan pemerintah berpengaruh melalui anggaran
sangat berpengaruh dalam kesejahteraan masyarakat. Maka, anggaran sektor public
menjadi penting karena :

a. Sebagai alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan, menjalin


kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
b. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus
berkembang, sedangkaan sumber daya yang ada terbatas.

7
c. Untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap
rakyat, dalam hal ini anngaran berperan sebagai instrument akuntabilitas
publik.

2.4 Prinsip-Prinsip Dalam Penganggaran Sektor Publik


Menginga begitu pentingnya peranan dan fungsi anggaran, di perlukan prinsip-
prinsip yang menjadi pedoman bagi organisasi public atau pemerintah dalam
penyusunannya. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut (Mardiasmi, 2009 :
67-68)

1) Otoritas oleh legislativ


Anggaran public harus mendapatkan otorisasi dari legislative sebelum eksekutif
dapat menggunakan anggaran tersebut.
2) Komprehensif / menyeluruh
Anggaran harus menunjukan semua menerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Oleh karena itu, adanya dana nonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip
anggaran yang bersifat komprehensif.
3) Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan mengeluaran pemerintah tercakup dalam dana umum.
4) Nondiscretionary uppropriation
Jumlah yang di setujui oleh dewan legislative harus termanfaatkan secara
ekonomis, efisiensi, dan efektif.
5) Periodik anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunana
atau multitahunan.
6) Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukan cadangan yang tersembunyi yang
dapat menyebabkan terjadinya pemborosan dan ketidak efisienan anggaran, serta
dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan oferestimate
pengeluaran.
7) Jelas

8
Anggaran hendaknya sederhana, dapat di pahami oleh masyarakat, dan tidak
membingungkan.
8) Transparan
Anggaran harus di informasikan kepada masyarakat luas

2.5 Pendekatan Penganggaran Pada Sektor Publik


Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan public yang di nyatakan dalam
satuan moneter sekaligus dapat di gunakan sebagai alat pengendalian. Sistem
perencanaan anggaran public berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan
managemen sektor public dan tuntutan yang muncul dalam masyarakat. Pada dasarnya
terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran
sektor public. Yaitu :

1. Pendekatan tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak di gunakan di


Negara berkembang adapun ciri-cirinya sebagai berikut :

a. Cara penyususnan anggaran berdasarkan pendekatan inerementalism


b. Struktu dan susunan anggaran yang bersifat line-item
c. Cenderung sentralisais
d. Bersifat spesifikasi
e. Tahunan
f. Menggunakan prinsip-prinsip anggota bruto
2. Pendekatan new publik managemen

New public management berfokus pada management sektor public yang


berorientasi pada kinerja bukan pada kebijakan. Oleh karena itu, bagian dari reformasi
dari new public management adalah dengan kemunculannya management berbasis
kinerja. Fokus management berbasis kinerja adalah pengukuran kinerja organisasi
sektor public yang berorientasi pada pengukuran outcome (hasil), bukan lagi sekedar

9
pengukuran input atau output saja (mahmudi, 2007). Adapun karakteristik umumnya
sebagai berukit:

a. Komprhensip/komparatif
b. Terintegrasi dan lintas departemen
c. Proses pengambilan keputusan yang rasional
d. Bersifat tujuan dan pemeringkatan prioritas
e. Analisis total cost dan benevit (termasuk opportunity cost)
f. Berorientasi pada input, output dan outcome, bukan sekedar input
g. Adanya pengawasan kinerja
3. Zero based budgeting (ZBB)

Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan zero based budgeting


(ZBB) dapat mengatasi kelemahan pendekatan incrementalism dan line-item karena
anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero-based). Line item budget membagi
pengeluaran (belanja) kedalam item-item yang rinci dari belanja pemerintah dan
tampak lebih mengutamakan pengendalian biaya dan meningkatkan efisiensi sehingga
menghasilkan disiplin fiskal. Line item budget tidak menyediakan informasi tentang
tujuan program atau pencapaiannya, sehingga tidak memadai untuk menghubungkan
pengeluaran (pemerintah) dengan kinerja public atau untuk pembuatan pilihan antara
lokasi sumber daya alternstif. Dalam penyusunan zero based budgeting tahun ini, tidak
berdasarkan pada tahun lalu, tetapi berdasarkan kebutuhan saat ini. Keunggulan
penggunaan ZBB ini adalah dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara efesien,
fokus pada value for money, dan memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya
enefisiensi dan ketidakefektifan biaya. Namun, seperti pendekatan yang lainnya, ZBB
juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu proses penyusunan anggaran memakan
waktu yang lama, terlalu teoritis dan tidak praktis, membutuhkan biaya yang besar dan
menekankan manfaat jangka pendek. Dalam mengimplementasikan ZBB kadang
menimbulkan masalah keprilakuan di dalam organisasi.

10
4. Planning, programming, and the budgeting system (PPBS)

Planing, programming, and the budgeting system merupakan suatu anggaran


dimana pengeluaran secara primer dikelompokkan dalam aktivitas-aktivitas yang
didasarkan pada program kerja dan secara skunder didasarkan pada jenis atau karakter
objek dan kinerja. Konsep PPBS merupakan konsep yang memandang bahwa
penyusunan anggaran merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses
perencanaan dan perumusan program kegiatan suatu organisasi PPBS merupakan
upaya sistematis yang memperhatikan integrasi dari perencanaan, pembuatan program,
dan penganggaran. Pada PPBS, sasaran, manfaat, dan tujuan harus diterjemahkan
secara eksplisit sehingga program strategis yang berorientasi pada hasil dapat
diidentifikasi, sehingga akan menghasilkan informasi yang membantu dalam
pengalokasian sumber daya secara efektif. Untuk pengimplementasian PPBS, suatu
organisasi harus mengembangkan kemampuan analisisnya untuk memahami secara
mendalam tujuan organisasi, termasuk kemampuan mengembangkan program beserta
indikator hasil untuk mencapai tujuan. Kelebihan dari PPBS adalah memudahkan
dalam pendelegasian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan, dalam jangka
panjang dapat mengurangi beban kerja, dapat memperbaiki kualitas pelayan melalui
pendekatan standart biaya dalam perncanaan program, dan menghilangkan program
yang over lapping. Sedangkan kelemahan PPBS adalah dalam pengimplementasiannya
membutuhkan biaya yang besar, karena sistem anggaran ini membutuhkan sistem
informasi yang canggih, ketersediaan data yang lengkap, adanya sistem pengukuran
dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi, sehingga ini mengakibatkan sulitnya sistem
untuk diimplementasikan. Penetapan tujuan dan sasaran yang tidak jelas baik dalam
organisasi atau unit organisasi menambah kompleksitas masalah. Indicator kinerja
sering kali salah merepresentasikan capaian kinerja yang seharusnya. Atau, indicator
kinerja terlalu menyederhanakan ukuran-ukuran kinerja pelayanan sektor public yang
umumnya bersifat multidimensi. Tidak adanya kepastian konsekuensi yang jelas atas

11
penerapan anggaran berbasis kinerja baik penghargaan bagi pihak yang telah
menunjukkan peningkatan kinerja atau sebaliknya dapat menciderai keseriusan usaha
reformasi anggaran ini. Anggaran berbasis kinerja (ABK) memerlukan ukuran yang
pasti dalam mengukur efesiensi anggaran yaitu analisis standart belanja (ASB) dan
standart pelayanan minimal (SPM). Realitas yang ada bahwa pemerintah provinsi/
kkabupaten/kota di Indonesia, setelah memasuki ke tahun 9 penerapan ABK, masih
belum atau baru menyusun dan menerapkan ASB dan SPM, sehingga pengukuran
efesiensi anggaran belum dapat dilakukan.

2.6 Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik


Perkembangan teori penganggaran public baru-baru ini dijelaskan secara detail
oleh Gibran dan Sekwat (2009) dalam papernya yang berjudul “Continuing the Search
for a Theory of Public Budgeting”. Pada mulanya dijelaskan tentang sejarah pemikiran
teori penganggaran public beserta kelemahan mendasarnya, dan kemudian diakhiri
dengan menjelaskan sejumlah alasan dan argumentasi untuk menawarkan
pengembangan teori penganggaran yang lebih heuristic yang menggabungkana
spekrasional dan nonrasional dengan mengambi ldari teori system terbuka (open
system teory).

Gibran dan Sekwat menyatakan bahwa perkembangan teori penganggaran


selama ini hanyalah proses mekanikal yang hanya untuk mengalokasikan sejumlah
uang, tanpa memperhatikan pertanyaan normative dan nilai-nilai social politik yang
melingkupinya, dan hal ini sebenarnya sudah disadari sejak tujuh puluh tahun yang lalu
oleh V.O. Key (1940). Oleh karena itu, perlu untuk dikaji ulang teori penganggaran
yang ada saat ini sehingga dirasa perlu arah alternative baru dalam pengembangan teori
penganggaran yang akan memberikan potensi besar terbentuknya teori penganggarann
yang lebih heuristic.

Lewis (1997, hlm. 157-159; dalam Gibran dan Sekwat) menunjukan fakta
bahwa gerakan manajemen sains dan manajemen administrative berpengaruh

12
signifikan dalam membentuk kekuatan politik dan ideology sehingga menuntut
diberlakukannya Budgeting and Accounting Act tahun 1921. Pembaru awal tersebut
mendukung pembatasan cakupan aktivitas pemerintah untuk menyimpan dana.
Kemudian system penganggaran yang dihasilkan Budgeting and Accounting Act tahun
1921 berfocus pada pengendalian. Undang-undang ini menerapkan line-item budget
yang terpusat pada eksekutif dengan membentuk sebuah dinas yang dinamakan dengan
General Accounting Office yang memiliki kemampuan teknis untuk membantu
Kongres (lembaga legislative) dalam pembuatan keputusan anggaran.

Line item budget membagi pengeluaran (belanja) kedalam item-item yang rinci
dari belanja pemerintah dan tampak lebih mengutamakan untuk pengendalian biaya
dan meningkatkan efisiensi sehingga menghasilkan disiplin fiscal. Pendekatan line
item budget tidak menyediakan informasi tentang tujuan program atau pencapaiannya,
sehingga tidak memadai untuk menghubungkan pengeluaran (pemerintah) dengan
kinerja public atau untuk pembuatan pilihan antara alokasi sumberdaya alternative
(Pillege, 1992: 73; dalam Gibran danSekwat).

Di tahun 1949, Houver Commission meninjau ulang isu dari penganggaran


public dan menyarankan pengadopsian anggaran kinerja (performance budgeting).
Metode penganggaran ini didasarkan pada fungsi dan efektivitas pemerintah dalam
mengimplementasikan kebijakannya. Pendekatan penganggaran ini konsisten dengan
pengertian bahwa pemerintah membutuhkan pengendalian biaya dalam usaha untuk
meningkatkan efisiensi operasional.

Metode penganggaran program pertama kali diperkenalkan oleh pemerintahan


federal Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Pemerintah federal Amerika Serikat
menggantikan penganggaran kinerja dengan penganggaran program. Metode
pengganggaran baru ini menekankan bahwa keputusan penganggaran harus didasarkan
pada tujuan atau output dari aktivitas pemerintahan daripada input untuk menghasilkan
barang dan jasa pemerintah. Penganggaran program berfokus pada tujuan-tujuan

13
pengeluaran pemerintah, tetapi metode ini masih mendasarkan pada perbaikan
rasionalitas dalam pembuatan keputusan penganggaran (Pillege, 1992: 75; dalam
Gibran dan Sekwat).

Reformasi besar anggaran berikutnya datang di tahun 1970-an dalam bentuk


zerobased budgeting. Metodologi ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan untuk membandingkan lebih dari satu tingkat rekomendasi dari
pengeluaran untuk setiap aktivitas program dan untuk menentukan unit keputusan
mana yang menganggap pencapaian tujuan program terbaik. Zero-based budgeting
memerlukan tingkat rincian dan kejelasan yang sulit bagi pembuat kebijakan dan
pejabat anggaran untuk mencapainya. Reformasi ini terbukti sulit
mengimplementasikannya dan tidak bertahan lama, sehingga pencarian untuk sebuah
metode baru dalam penganggaran perlu dimulai lagi.

Berdasarkan perjalanan historis selama ini dari perkembangan teori


penganggaran public yang tidak lepas dari pengaruh perkembangan lingkungan
filosofis, ideology, paradigma dan budaya pada saat teori tersebut muncul, yang lebih
menekankan pada analisis sains dan kemajuan teknologi, sebagaimana dijelaskan
diatas, sehingga menyebabkan teori penganggaran lebih bersifat rasionalitas teknikal
dan terpisah dari konteks lingkungan dan perilaku yang melingkupinya. Oleh karena
itu, Gibran dan Sekwat menawarkan pendekatan alternative dalam mengembangkan
teori penganggaran yaitu dengan menggunakan pendekatan system terbuka (open
system theory).

Teori system terbuka berpendapat bahwa ketika sebuah organisasi melihat


kondisinya lebih atau kurang mantap selama jangka waktu tertentu, organisasi akan
berusaha mengembangkan sebuah perbedaan, namun tetap memiliki kesamaan yang
tinggi pada organisasi. Berdasarkan teori system terbuka, sebuah system harus
mendapatkan dan menyimpan lebih banyak energy dari lingkungan daripada
menghabiskannya dalam menjalankan fungsinya dan mencegah penurunan secara

14
sistematis. Sebuah system anggaran demikian juga memperoleh dan menyimpan
energy dalam menyokong dirinya sendiri dari kondisi lingkungan yang negative.

Teori system terbuka memulai analisis dengan organisasi secara keseluruhan


dan meneliti perilaku individu dengan melihat lokasi dan fungsi pada system yang lebih
besar. Tipologi system dapat membantu menjelaskan aktivitas pmerintah sebagai satu
kesatuan susunan interaktif yang menyatukan banyak jaringan internal dan eksternal
social, politik dan ekonomi. Secara eksplisit model ini mengakui kompeksitas
administrasi public, organisasi, dan pengaggaran dan saling keterkaitan mereka
terhadap masyarakat luas. Gibran dan Sekwat menyatakan empat (4) argumentasi
berikut ini:

1. Teori penganggaran seharusnya selalu sadar bagaimana individu bereaksi,


lokasi mereka, fungsi dan interaksi pada sebuah system yang lebih besar.
2. Kajian tentang penganggaran seharusnya pertama kali dirujukan ke makro,
kemudian konteks mikro system penganggaran seharusnya memandang
anggaranhanya sebagai hasil dari system yang dinamis dari multi rasionalitas
yang mengoperasikan secara berbeda dalam bagian yang berbeda atas proses
penganggaran. Hal ini akan membantu focus kajian pada input, output dan
system penganggaran organisasi baik secara keseluruhan maupun bagian, tanpa
mengganggu secara keseluruhan dalam waktu yang sama.
3. Sebuah teori tentang penganggaran seharusnya menjelaskan bagaimana
interaksi antara tingkat makro pemerintah mempengaruhi perilaku partisipan
pada subsistem penganggaran dan membantu untuk menentukan kekuatan apa
yang mempengaruhi tujuan kebijakan, bagaimana tujuan penganggaran
dipandang, dan apa yang cocok serta hasil yang dihasilkan dari interaksi ini.
Hal itu seharusnya juga menjelaskan bagaimana norma mempengaruhi
penganggaran melalui timbale balik untuk system penganggaran dan
bagaimana mereka bekerja dengan cara mereka melalui berbagai tingkat

15
organisasi dan subsistem kedalam siklus selanjutnya atas kebijakan
penganggaran.
4. Tingkat pemisahan atas subsistem penganggaran dengan menerapkan tingkat
rasionalitas yang berbeda, model ini menyediakan kita dengan sebuah metode
yang menguatkan beberapa masalah metodologi pada teori penganggaran
tradisional.

Empat argumentasi yang disarankan oleh Gibran dan Sekwat di atas diharapkan
mampu memberikan alternative arah pengembangan teori penganggaran di masa
mendatang yang lebih lengkap dan mampu menjawab pertanyaan mengapa pemerintah
melakukan penganggaran dengan cara yang mereka lakukan.

Pendekatan teori system terbuka yang disarankan oleh Gibran dan Sekwat,
memberikan usaha riset di masa mendatang untuk lebih mengkaji teori penganggaran
public tidak hanya dari aspek rasionalitas teknikal saja melainkan dari keterkaitannya
dengan konteks yang lebih luas, misalnya nilai dan norma yang berlaku, perilaku,
makna dan factor social politik masyarakat.

Dalam konteks pemerintahan di Indonesia, teori dan konsep penganggaran


yang digunakan adalah penganggaran berbasis kinerja. Implementasi anggaran
berbasis kinerja mensyaratkan adanya analisis standar bekerja (ASB) dan standar
pelayanan minimal (SPM). Kedua instrument tersebut menjadi acuan pemerintah
(daerah) untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan
pemerintahan.

16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu pendekatan sistematis dalam
penyusunan anggaran yang mengaitkan pengeluaran yang dilakukan organisasi sektor
publik dengan kinerja yang dihasilkan dengan menggunakan informasi kinerja yang
dituangkan dalam bentuk indikator kinerja dan penggunaan standar satuan harga. Suatu
pemerintah dapat dikatakan telah menerapkan bentuk sederhana dari penganggaran
berbasis kinerja (performance based budgeting) jika telah mempedomani standar
satuan harga dan telah menetapkan indikator kinerja dalam proses atau mekanisme
penyusunan anggaran.

18
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta :
Penerbit Erlanga

Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi. 2012. Akuntansi sektor publik: Akuntansi
Keuangan Daerah, edisi ke-4. Jakarta:Salemba Empat.

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP STIM


YKPN

Mardiasmo. 2009, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: CV Andi Offset.

19

Anda mungkin juga menyukai