Disusun oleh:
Nama Kelompok : 1. Muhammad Imam Rofi’I (202212057)
2. Nia Novitasari (202212105)
3. Charista Velinda Vikasari (202212107)
Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Saya panjatkan puja puji syukur atas berkat rahmat dan hidayah-nya saya dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah tentang Standar Akuntansi Sektor Publik.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal. Terlepas dari itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
Bapak/ Ibu dosen serta dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1........................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
BAB 2........................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................5
2. 1 DEFINISI STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK...............................5
2. 2 LINGKUP STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK...............................5
2. 3 RAGAM DAN HUBUNGAN ANTARSTANDAR
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK............................................................................6
2. 4 KEBUTUHAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
DI INDONESIA........................................................................................................6
2.5 TEKNIK PENYUSUN STANDAR....................................................................7
2.6 STANDAR NOMENKLATUR...........................................................................7
2.6.1. Definisi Nomenklatur .....................................................................................7
2.6.2. Tujuan Penyusunan Nomenklatur........................................................7
2.6.3. Hal-Hal Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Menyusun
Nomenklatur..................................................................................................8
2.6.4. Metode Penyusunan Nomenklatur...................................................................8
2.7 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK..........................9
2.7.1. PSAK No. 45 Tentang Standar Akuntansi Untuk Entitas Nirlaba..................9
2.7.2. Laporan Keuangan Yang Dihasilkan...................................................10
2.7.3. Unsur-Unsur Laporan Keuangan.........................................................12
2.7.4. Standar Akuntansi Pemerintahan.........................................................13
2.7.5. International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)...............16
2.8 STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK.............................................................17
2.8.1 Terbitnya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)............................17
2.8.2 International Organization of Supreme Audit
Institutions (INTOSAI)..................................................................................19
2.9. STANDAR AKUNTANSI BIAYA SEKTOR PUBLIK...................................20
2.9.1 Pemahaman Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik...................................................20
2.9.2 Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik versus Prinsip-prinsip Biaya. ...........21
2.9.3 Penggunaan Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik......................................21
2.9.4 Jenis Cakupan Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik..................................22
2.9.5 Pernyataan Pengungkapan (Disclosure Statements)........................................22
2.9.6 Kebutuhan Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik........................................23
BAB 3 PENUTUP................................................................................................................27
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................27
DAFTAR ISI............................................................................................................28
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen. Kompleksitas sektor
publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian
manajemen lebih bervariasi. Demikian juga bagi stekeholder sektor publik, mereka
membutuhkan informasi yang lebih bervariasi, handal, dan relevan untuk pengambilan
keputusan. Tugas dan tanggung jawab akuntan sektor publik adalah menyediakan informasi
baik untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun kebutuhan pihak eksternal.
Akuntansi sektor publik memiliki peran penting untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai
salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan laporan keuangan
mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan
pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai
kinerja organisasi. Informasi keuangan bukan merupakan tujuan akhir akuntansi sektor
publik. Informasi keuangan berfungsi memberikan dasar pertimbangan untuk pengambilan
keputusan. Informasi akuntansi merupakan alat untuk melaksanakan akuntabilitas sektor
publik secara efektif, bukan tujuan akhir sektor publik itu sendiri. Karena kebutuhan
informasi di sektor publik lebih bervariasi, maka informasi tidak terbatas pada informasi
keuangan yang dihasilkan dari sistem akuntansi organisasi. Informasi non-moneter seperti
ukuran output pelayanan harus juga dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan. Untuk
itulah kelompok kami yang mana mendapatkan kesempatan untuk menyajikan pembahasan
mengenai pelaporan keuangan sektor publik berusaha untuk menyampaikan Pelaporan
Keuangan Sektor Publik secara singkat, padat dan jelas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi standar akuntansi sektor publik?
2. Bagaimana lingkup standar akuntansi?
3. Bagaimana ragam dan hubungan antarstandar akuntansi sektor publik ?
4. Apa saja kebutuhan akuntansi sektor publik di Indonesia ?
5. Apa saja teknik penyusunan standar ?
6. Apa itu standar nomenklatur ?
7. Bagaimana standar akuntansi keuangan sektor publik ?
8. Kapan terbitnya standar pemeriksaan keuangan negara ?
9. Apa yang dimaksud standar akuntansi biaya sektor publik ?
4
BAB 2
PEMBAHASAN
5
berbagai organisasi publik dengan kegiatan, program, dan wujud hasil dari semua kegiatan
beserta programnya. Sementara itu, standar akuntansi biaya merupakan dasar pengukuran
besarnya investasi yang akan dilakukan. Belanja Investasi biasanya dilakukan dalam jumlah
yang besar. Karena itu, proses pertanggungjawaban investasi membutuhkan dasar formulasi
perhitungan yang lebih rinci dan pasti.
Standar pada tahap pelaporan dan audit mencakup hubungan yang saling mengaitkan
satu sama lain, karena standar audit memberikan pedoman bagi pelaksanaan audit atas
pelaporan sektor publik dan standar akuntansi keuangan memberikan pedoman untuk
menghasilkan pelaporan yang memenuhi syarat untuk diaudit. Kedua hal itu sangat
menentukan bagi kelangsungan siklus akuntansi sektor publik secara keseluruhan.
2. 4 KEBUTUHAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA
Pada tahun 2002, Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntansi Sektor Publik (IAI-
KASP) telah mengembangkan serangkaian standar-standar akuntansi yang direkomendasikan
untuk digunakan pada entitas sektor publik, yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan
Sektor Publik (SAKSP). Dalam standar ini, IAI-KASP telah berusaha melakukan harmonisasi
terhadap akuntansi, laporan keuangan, dan pemeriksaan antaryurisdiksi serta mana yang
paling tepat, antara sektor publik dan swasta, serta untuk mengharmonisasikan laporan
keuangan antara basis akuntansi dan basis ekonomi.
Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah:
a. Meningkatkan kualitas dan reliabilitas laporan akuntansi dan keuangan
organisasi sektor publik, khususnya dalam hal ini organisasi pemerintahan:
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian:
c. Mengusahakan harmonisati antara persvatatan atas laporan ekonomis dan
keuangan;
d. Mengusahakan harmonisasi antaryurisdiksi dengan menggunakan dasar
akuntansi yang sama.
Penerapan SAKSP akan menghasilkan sistem akuntansi dan manajemen keuangan
pemerintah yang lebih baik, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan mempunyai
informasi yang lebih baik. Sementara itu, peramalan serta anggaran menjadi lebih terpercaya,
sama baiknya dengan manajemen terhadap sumber daya ekonomis dan kewajiban.
6
2.5 TEKNIK PENYUSUN STANDAR
Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan andal, proses penyusunan standar harus dilakukan
melalui tahap-tahap dan prosedur yang seksama serta teliti. Hal ini diperlukan mengingat
dokumen yang dihasilkan akan mempunyai status sebagai standar resmi dengan tingkat
otoritas yang tinggi. Berikut adalah tahap-tahap dalam menyusun standar akuntansi
(Suwardjono, 2006:109):
1) Evaluasi Masalah pada Tahap Awal. Dalam tahapan ini, komite penyusunan standar,
seperti FASB (Financial Accounting Standard Board) di A.S. mengidentifikasi
masalah akuntansi dan pelaporan.
2) Mengadakan Riset dan Analisis. Tugas ini biasanya dilakukan oleh staf teknis -
komite penyusunan standar dan satuan tugas (task force) yang terdiri atas ahli di luar
komite yang ditunjuk. Hasil analisis akan diterbitkan dalam bentuk Laporan Riset
(Research Reports).
3) Menyusun dan Mendistribusikan Memorandum Diskusi (Discussion Memorandum)
kepada Setiap Pihak yang Berkepentingan. Memorandum ini berisi analisis terinc
atas semua aspek masalah yang telah disidangkan pada tingkat awal.
4) Mengadakan Dengar Pendapat Umum (Public Hearing). Hal ini dilakukan untuk
membahas masalah yang diungkapkan dalam memorandum diskusi.
5) Menganalisis dan Mempertimbangkan Tanggapan Publik atas Memorandum Diskusi
(baik dari dengar pendapat atau dari tanggapan tertulis)
6) Menerbitkan Draft Awal Standar Yang Diusulkan, yang Dikenal dengan Nama
Exposure Draft (ED) untuk mendapatkan tanggapan tertulis dalam waktu 30 hari
setelah penerbitan.
7) Menganalisis dan Mempertimbangkan Tanggapan Tertulis terhadap ED.
8) Memutuskan apakah Pernyataan akan diterbitkan atau tidak. Pernyataan Ini Dapat
diterbitkan kalau mayoritas anggota komite penyusun menyetujuinya.
9) Menerbitkan Pernyataan yang Bersangkutan.
2.6 STANDAR NOMENKLATUR
2.6.1. Definisi Nomenklatur
Nomenklatur dalam peraturan tersebut didefinisikan sebagai daftar perkiraan/akun
buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan,
pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, dan pelaporan keuangan pemerintah pusat.
Selain itu, nomenklatur juga merupakan daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan
disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran,
pertanggungjawaban, pelaporan keuangan, serta memudahkan pemeriksaan dan pengawasan.
Penomoran nomenklatur terdiri dari organisasi/unit organisasi, fungsi, subfungsi, program,
kegiatan, subkegiatan, komponen, dan output serta kode perkiraan/akun dari laporan
keuangan.
2.6.2. Tujuan Penyusunan Nomenklatur
Nomenklatur disebut juga dengan istilah kode rekening. Dalam sistem pengolahan
data akuntansi, kode ini memenuhi berbagai tujuan berikut :
1) Mengidentifikasi Data Akuntansi secara Unik
7
Data akuntansi harus diberi identifikasi secara unik agar dapat dilakukan
pencatatan, klasifikasi, penyimpanan, dan pengambilan data tersebut dengan
benar.
2) Meringkas Data
Kode akan membuat data akuntansi menjadi lebih ringkas sehingga kode
memerlukan sedikit ruang dalam pencatatannya.
3) Mengklasifikasi Rekening atau Transaksi
Dalam mengolah data akuntansi, kode digunakan untuk menunjukkan ke
dalam klasifikasi apa suatu rekening atau transaksi dikelompokkan.
4) Menyampaikan Makna Tertentu
Dengan kode, kita dapat menyampaikan informasi yang bermakna tertentu.
2.6.3. Hal-Hal Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Menyusun Nomenklatur
Dalam merancang kerangka nomenklatur, berbagai pertimbangan berikut ini
perlu diperhitungkan:
a. Kerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan metode
pengolahan data yang digunakan Kode sembarang, seperti RI untuk
menunjukkan Mandala Air dalam kode penerbangan, akan membingungkan
para penumpang pesawat.
b. Setiap kode harus mewakili secars and unsur yang diberi kod kode tang
kepada kreditor hanya menunjukkan rekening atau akun setiap kreditor, bukan
kreditor yang lain.
c. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan. Jika
struktur kode harus diubah setiap kali menghadapi tuntutan perubahan, hal ini
akan memerlukan biaya perubahan dan membingungkan pemakai.
2.6.4. Metode Penyusunan Nomenklatur
Pemberian nomenklatur atau kode rekening umumnya didasarkan pada
kerangka pemberian kode tertentu, sehingga pemakai menjadi lebih mudah dalam
menggunakannya. Pemberian kode rekening tidak dimaksudkan agar pemakai
menghafalkan kode-kode rekening yang disusun.
Ada 5 metode penyusunan nomenklatur atau kode rekening yaitu:
1. Kode Angka atau Alfabet Urut (Numerical or Alphabetic-Sequence Code)
Dalam metode pemberian kode ini, rekening buku besar diberi kode angka
atau huruf yang berurutan. Kelemahan Kode Angka atau Alfabet Urut ini
adalah jumlah rekening akan semakin banyak.
Contoh Kode Angka Urut adalah sebagai berikut:
1. Kas
2. Investasi Sementara
3. Piutang
4. Cadangan Kerugian Piutang
5. Persediaan
6. Persekot Biaya
7. Aktiva lainnya
8. Investasi Jangka Panjang
9. Tanah
8
10. Bangunan
2. Kode Angka Blok (Block Numerical Code)
Contoh Kode Angka Blok adalah sebagai berikut: Rekening atau akun buku
besar dibagi menjadi golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka
yang berurutan sebagai berikut :
1-24 Aktiva Lancar
25-39 Investasi Jangka Panjang
3. Kode Angka Kelompok (Group Numerical Code)
Kode Angka Kelompok terbentuk dari dua atau lebih subkode yang
dikombinasikan menjadi satu kode. Kode Angka Kelompok ini mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
a. Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf.
b. Jumlah angka dan/atau huruf dalam kode adalah tetap.
c. Posisi angka dan/atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu.
d. Perluasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka dan/atau
huruf ke kanan.
4. Kode Angka Desimal (Decimal Code)
Desimal berarti persepuluhan. Kode Angka Desimal memberi kode angka
terhadap klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimum 10
subkelompok dan membagi subkelompok menjadi 10 golongan yang lebih
kecil dari subkelompok tersebut. Sebagai contoh :
3.0 Persediaan
1.1 Persediaan suku cadang
1.2 Persediaan bahan penolong
1.9 Persediaan lain-lain
5. Kode Angka Urut Didahului Dengan Referensi Huruf (Numerical
Sequence Preceded by an Alphabeth Reference)
Kode ini jarang digunakan karena terbatasnya kode huruf. Namun, kode ini
memudah- kan identifikasi dan mengingat referensi yang penting. Sebagai
contoh, AL-101 menunjuk pada aktiva lancar 1, yang biasanya merupakan
perkiraan kas. Metode ini menggunakan kode berupa kombinasi angka dengan
huruf. Setiap rekening diberi kode angka yang dimukanya dicantumkan huruf
singkatan kelompok rekening tersebut.
2.7 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
2.7.1. PSAK No. 45 Tentang Standar Akuntansi Untuk Entitas Nirlaba
Dasar tuntutan atas akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan terhadap
segala aktivitas pada semua organisasi sektor publik adalah PSAK No 45 mengenal
pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba atau dalam hal
ini, organisasi sektor publik, berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang
mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi sektor publik
memperoleh sumber daya dari lembaga donor dan para penyumbang lainnya.
Transaksi dalam organisasi sektor publik tersebut jarang atau tidak akan pernah
terjadi dalam organisasi bisnis. Namun dalam prakteknya, berbagai bentuk organisasi
nirlaba sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Para pengguna
9
laporan keuangan organisasi sektor publik memiliki kepentingan bersama yang tidak
berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai:
(1) Jasa yang diberikan oleh organisasi sektor publik dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tersebut
(2) Cara pengelola melaksanakan tugas dan pertanggungjawabannya
(3) Aspek kinerja pengelola.
Kemampuan organisasi sektor publik untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan
melalui laporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban,
aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan, di antara unsur-unsur tersebut.
Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat maupun
yang tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban pengelola mengenai
kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para
penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas.
2.7.2. Laporan Keuangan Yang Dihasilkan
Laporan keuangan organisasi sektor publik meliputi laporan posisi keuangan
pada akhir periode laporan, laporan aktivitas, serta laporan arus kas untuk suatu
periode pelaporan.
Laporan Posisi Keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih serta informasi mengenai
hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam
laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan
informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi, kreditor, dan pihak-pihak lain untuk
menilai :
(1) Kemampuan organisasi dalam memberikan jasa secara berkelanjutan,
(2) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisi keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan harus
menyajikan total aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih. Laporan posisi
keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih
berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat
secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi
mengenai sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer diungkapkan
dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam
catatan atas laporan keuangan.
Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
(1) Pengaruh transaksi dan peristiwa yang mengubah jumlah serta sifat aktiva
bersih
(2) Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain.
(3) Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa.
10
Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama dengan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu
para penyumbang, anggota organisasi, dan pihak lainnya untuk mengevaluasi
kinerja selama suatu periode, menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan
organisasi dalam memberikan jasa serta menilai pelaksanaan tanggung jawab
dan kinerja pengelola. Laporan aktivitas mencakup organisasi sektor publik
secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama
satu periode. Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada
aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas selama suatu periode.
11
dalam memprediksi klaim-klaim atas arus kas masa depan oleh dana
yang tersedia untuk organisasi sektor publik.
c. Aktivitas Operasi (Operating)
Meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak termasuk
dalam aktivitas investasi serta pembiayaan. Aktivitas operasi umumnya
meliputi penyediaan layanan. Arus kas dari aktivitas operasi umumnya
adalah dampak kas dari transaksi dan peristiwa lain yang
diperhitungkan. Jumlah arus kas bersih yang berasal dari aktivitas
operasi merupakan indikator utama seberapa besar operasi suatu
organisasi sektor publik didanai oleh:
a. Hibah, atau
b. Dana dari donor yang dilayani oleh organisasi sektor publik
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas utama
penghasil kas organisasi sektor publik.
2.7.3. Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok utama sesuai dengan
karakteristik ekonominya. Kelompok utama ini merupakan unsur laporan keuangan.
Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang terkait dengan kinerja
secara umum adalah pendapatan (penghasilan) dan pengeluaran (beban).
Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
a Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sektor publik
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan yang mempunyai manfaat di masa
depan bagi penyelengaraan organisasi sektor publik
b. Kewajiban adalah utang organisasi sektor publik masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, dan penyelesaiannya akan menimbulkan arus keluar dari
sumber daya organisasi sekter publik yang bermanfaat
c. Ekuitas adalah hak residu atas aktiva organisasi sektor publik setelah
dikurangi semua kewajiban
Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi aktiva, kewajiban, atau
ekuitas, perhatian harus ditujukan pada substansi yang mendasari serta realitas
ekonomi, dan bukan hanya bentuk hukumnya.
Aktiva
Aktiva organisasi sektor publik berasal dari sumbangan masyarakat
dan donatur lainnya atau peristiwa lain yang terjadi di masa lalu.
Organisasi sektor publik memperoleh aktiva melalui pembelian atau
dibuat sendiri. Akan tetapi, transaksi atau peristiwa lain juga dapat
menghasilkan aktiva, seperti properti yang diterima suatu organisasi
sektor publik dari pemerintah sebagai bagian dari program untuk
merangsang perkembangan organisasi sektor publik di suatu wilayah.
Transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi di masa depan tidak
12
dengan sendirinya memunculkan aktiva, seperti membeli persediaan
tidak dengan sendirinya memenuhi definisi aktiva.
Kewajiban
Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak
atau melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat
dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang
mengikat atau peraturan perundangan.
Ekuitas
Meskipun definisi ekuitas sebelumnya disebut sebagai residu, ekuitas
dapat disubklasifikasikan dalam neraca. Klasifikasi semacam itu dapat
menjadi relevan bagi kebutuhan pengambilan keputusan, serta dapat
merefleksikan fakta bahwa pihak-pihak dengan hak kepemilikannya
masing-masing mempunyai hak yang berbeda dalam hubungannya
dengan pelayanan masyarakat.
Kinerja
Unsur pendapatan (income) didefinisikan sebagai kenaikan manfaat
organisasi sektor publik selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva, atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas. Sedangkan beban (expenses) adalah
penurunan manfaat organisasi sektor publik selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva, atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas.
Pendapatan
Definisi pendapatan (income) meliputi seluruh pendapatan (revenues).
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas organisasi sektor
publik yang biasa dan dikenal dengan sebutan fundraising. Berbagai
jenis aktiva dapat diterima atau bertambah karena pendapatan. Sebagai
contoh, kas dan jasa yang diterima sebagai penukar produk yang
dihasilkan oleh organisasi seperti buku, buletin, artikel, atau bentuk
lainnya.
Beban
Definisi beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas organisasi sektor publik yang biasa. Beban yang
timbul dalam pelaksanaan aktivitas organisasi yang biasa meliputi
beban pokok pelayanan dan penyusutan. Beban ini biasanya berbentuk
arus kas keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan setara kas),
persediaan, dan aktiva tetap.
2.7.4. Standar Akuntansi Pemerintahan
Pada tahun 2005, Pemerintah Pusat telah menerbitkan Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Terlepas dari
kontroversi dan kelemahan yang sangat mendasar, pembahasan berikut ini akan
menjelaskan lingkup dari Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
a) Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah, yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan
13
mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Hal
tersebut diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang
mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN/APBD disusun serta disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
b) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara mengamanatkan tugas penyusunan standar
tersebut kepada suatu komite standar yang ditetapkan melalui keputusan presiden
tentang komite standar akuntansi pemerintahan.
c) Berdasarkan amanat Undang-undang tersebut di atas, Presiden menetapkan
Keputusan Presiden RI Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) tertanggal 5 Oktober 2004 dan terakhir diubah dengan
Keputusan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perubahan Keputusan
Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.
d) KSAP terdiri dari Komite Konsultatif Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite
Konsultatif) dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Kerja).
Komite Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan/atau pendapat dalam rangka
perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
e) SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan
persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan
kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.
f) Selain menyusun SAP, KSAP juga berwenang menerbitkan berbagai publikasi
lainnya, antara lain Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(IPSAP) dan Buletin Teknis. IPSAP dan Buletin Teknis merupakan pedoman serta
informasi lebih lanjut yang akan diterbitkan oleh KSAP guna memudahkan
pemahaman dan penerapan SAP, serta untuk mengantisipasi dan mengatasi
masalah-masalah akuntansi maupun pelaporan keuangan.
14
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat menurut dasar kas sedangkan
aset, utang, dan ekuitas dana dicatat menurut dasar akrual.
5. Proses transisi standar dari dasar kas ke dasar akrual diharapkan selesai
pada tahun 2007. (6) Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan
materi/referensi yang dikeluarkan oleh:
a. International Federation of Accountants ;
b. International Accounting Standards Committee;
c. International Monetary Fund;
d. Ikatan Akuntan Indonesia;
e. Financial Accounting Standard Board - USA;
f. Governmental Accounting Standard Board - USA,
g. Pemerintah Indonesia, berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan
negara;
h. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi
pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan.
Kedudukan SAP
(1) Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib
menerapkan SAP Pada penerapannya, muncul kebutuhan akan upaya
pengharmonisan berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dengan SAP.
Ruang Lingkup SAP
(1) SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat,
pemerintah daerah. dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah
pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
(2) Keterbatasan dari penerapan SAP akan dinyatakan secara eksplisit
pada setiap standar yang diterbitkan.
(3) Proses penyiapan SAP merupakan mekanisme prosedural yang
meliputi tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam setiap penyusunan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) oleh Komite.
(4) Proses penyiapan SAP yang digunakan ini berlaku umum secara
internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di indonesia.
Penyesuaian ini dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan
yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami serta
melaksanakan standar yang ditetapkan.
Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah, KSAP melalui
pemerintah, meminta pertimbangan BPK RI atas draf SAP Komite
Konsultatif lalu mengusulkan draf SAP final kepada Presiden melalui
Menteri Keuangan untuk ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah.
15
Setelah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, selanjutnya SAP
dipublikasikan dan di- distribusikan kepada publik termasuk masyarakat,
institusi, serta perwakilan organisasi Selain itu, KSAP juga melakukan
sosialisasi awal standar kepada para pengguna. Bentuk sosialisasi awal
yang dilakukan dapat berupa seminar/diskusi dengan para pengguna,
program pendidikan profesional berkelanjutan, training of trainers (TOT),
dan lain-lain.
Bahasa
Seluruh draf dan standar, termasuk interpretasi dan buletin teknis
diterbitkan oleh KSAP dalam bahasa Indonesia. Proses pengalihan bahasa
dari bahasa Indonesia ke bahasa lain harus dikonfirmasikan kepada KSAP.
2.7.5. International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)
Sampai saat ini ada delapan standar akuntansi sektor publik yang telah
dikeluarkan oleh IFAC, yang dikenal dengan International Public Sector Accounting
Standards (IPSAS), yaitu:
1. IPSAS 1 : Presentation of Financial Statements. IPSAS 1 diadopsi terutama
dari Standar Akuntansi Internasional, LAS 1 - Presentation of Financial
Statements, yang dikeluarkan oleh International Accounting Standards
Committee (IASC). Kutipan dan IAS 1 int direproduksi atas izin dari IASC.
2. IPSAS 2 : Cash Flow Statements. IPSAS 2 diadopsi terutama dari IAS 7, Cash
Flow Statements yang dikeluarkan oleh IASC. Dalam standar ini, penjelasan
tambahan yang terdapat dalam LAS 7 telah dimasukkan dalam IPSAS 2 untuk
menjelaskan aplikabilitas standar akuntansi oleh entitas sektor publik, dan,
dalam hal tertentu, IPSAS 2 menggunakan terminologi yang berbeda dan LAS
7.
3. IPSAS 3 : Net Surplus or Deficit for the Period, Fundamental Errors and
Changes in Accounting Policies. IPSAS 3 diadopsi terutama dari IAS 8- Net
Surplus or Deficit for the Period, Fundamental Errors and Changes in
Accounting Policies yang dikeluarkan oleh IASC. Dalam standar ini,
penjelasan tambahan yang terdapat dalam IAS 8 telah dimasukkan dalam
IPSAS 3 untuk menjelaskan aplikabilitas standar akuntansi oleh entitas sektor
publik, dan, dalam hal tertentu, IPSAS 3 menggunakan terminologi yang
berbeda dan IAS 8.
4. IPSAS 4 : The Effects of Changes in Foreign Exchange Rate. Tujuan IPSAS
4: Entitas melakukan aktivitas luar negerinya dengan dua cara, yaitu (1)
bertransaksi dengan menggunakan mata uang asing; (2) beroperasi di luar
negeri. Laporan keuangan entitas, yang transaksinya dilaporkan dengan
menggunakan mata uang asing atau beroperasi di negara asing, harus
ditunjukkan dalam mata uang entitas, dan laporan keuangan entitas yang
melakukan operasi di negara lain harus ditranslasikan ke mata uang entitas
pelapor. IPSAS No. 4 ini dikembangkan dari standar akuntansi internasional
No 21, yaitu mengenai pengaruh perubahan kurs asing.
5. IPSAS 5 : Borrowing Cost. Tujuan IPSAS 5 - standar ini berisikan perlakuan
akuntansi untuk borrowing costs. Standar ini secara umum mensyaratkan
pengeluaran segera atas borrowing costs. Walaupun demikian, standar ini
16
memperbolehkan perlakuan alternatif bagi kapitalisasi borrowing costs yang
diakibatkan secara langsung oleh akuisisi, konstruksi, atau produksi aktiva
yang memenuhi syarat.
6. IPSAS 6 : Consolidated Financial Statements and Accounting for Controlled
Entities. IPSAS 6 disusun berdasarkan standar akuntansi internasional LAS
27. IPSAS 6 ini mengatur laporan keuangan konsolidasi dan akuntansi untuk
entitas yang dibawahinya.
7. IPSAS 7: Accounting for Investments in Associates. IPSAS 7 disusun
berdasarkan IAS 28, Accounting for Investments in Associaties.
8. IPSAS 8 Financial Reporting of Interests in Joint Ventures. IPSAS 8 disusun
berdasarkan standar akuntansi internasional IAS 31.
2.8 STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK
2.8.1 Terbitnya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah Standar Pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini dimaksudkan
agar dapat dijadikan acuan bagi para pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sehingga dapat menjaga kompetensi,
integritas, objektivitas, dan independensi dalam perencanaan, pelaksanaan, serta pelaporan
pekerjaan yang dilaksanakannya.
SPKN merupakan acuan bagi auditor dalam melakukan kegiatan pemeriksaan atau
audit, yang merupakan suatu proses yang sistematis. Pernyataan ini mengandung arti bahwa
audit merupakan serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisir
(Boynton et al. 2002). Karena itu, sebagai acuan bagi auditor dalam melakukan tugas
pemeriksaan, sudah seharusnya SPKN memenuhi kebutuhan auditor dalam memberi panduan
untuk melakukan kegiatan pemeriksaan yang berkualitas.
Tujuan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini adalah membantu Pemerintah,
termasuk instansi dan para pejabatnya, dalam menyelenggarakan pengelolaan dan membuat
pertanggungjawaban keuangan negara, yang semakin baik. SPKN ini hanya mengatur hal-
hal yang belum diatur oleh Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang merupakan
standar audit bagi perusahaan. Aturan-aturan tambahan tersebut memang diperlukan
mengingat karakteristik organisasi pemerintahan yang berbeda dengan organisasi lainnya.
Namun, dalam banyak hal, SPKN tetap mengacu pada SPAP sebagai acuan dan pedoman
bagi auditor dalam melaksanakan pemeriksaan/audit.
SPKN ini berlaku bagi:
i. BPK.
ii. Akuntan Publik yang melakukan pekerjaan pemeriksaan untuk dan atas nama BPK.
iii. Auditor yang melakukan audit atas kegiatan entitas nonkeuangan negara yang
mendapat bantuan fasilitas dari keuangan negara.
iv. Aparat pemeriksa internal pemerintah sebagai payung (acuan dalam penyusunan
standar yang diperlukan).
Sementara itu, landasan dan referensi dalam penyusunan SPKN ini adalah:
Landasan Peraturan Perundang-undangan:
17
1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
3) Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara
4) Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara
5) Undang-undang Nomor 15 tahun 2006 tentng Badan Pemeriksa Keuangan
Referensi
1) Standar Audit Pemerintahan - Badan Pemeriksa Keuangan R3 Tahun 1995
2) Generally Accepted Government Auditing Standards (GAGAS) 2003 Revision, United
States General Accounting Office (US-GAO).
3) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2001. Ikatan Akuntan Indonesia (TAI)
4) Auditing Standards. International Organization of Supreme Audit Institutions
(INTOSAI), Latest Ammendment 1995
5) Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), AICPA, 2002 16
6) Internal Control Standards, INTOSAI, 2001
7) Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, SPPIA-IIA, Latest
Revision December 2003
SPKN, sebagai acuan audit di sektor pemerintahan, memberikan kerangka dasar untuk
menerapkan secara efektif standar pekerjaan lapangan dan pelaporan audit. SPKN
memberikan standar umum yang berkaitan dengan persyaratan kemampuan/keahlian staf
independensi organisasi pemeriksa dan pemeriksa secara individual, pelaksanaan kemahiran
profesional secara cermat dan seksama, serta pengendalian mutu hasil pekerjaan.
SPKN membagi standar audit/pemeriksaan menjadi 3 jenis, yaitu;
1) Standar Pemeriksaan Keuangan
Pernyataan standar ini mengatur standar pelaksanaan pemeriksaan keuangan dan setiap
standar pekerjaan lapangan audit keuangan, serta Pernyataan Standar Audit (PSA) yang
ditetapkan oleh IAI agar dalam melaksanakan pemeriksaan keuangan dapat memberikan
keyakinan yang memadal mengenai kewajaran penyajian suatu laporan keuangan dalam
segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Standar Pemeriksaan Kinerja
Dalam standar pemeriksaan kinerja diatur bagaimana melakukan pemeriksaan secara objektif
dan sistematis terhadap bukti-bukti agar dapat memberikan penilaian secara independen atas
kinerja suatu entitas, karena pemeriksaan kinerja ini menghasilkan informasi yang berguna
untuk meningkatkan kinerja suatu entitas dan memudahkan pengambilan keputusan bagi
pihak yang berwenang.
3) Standar Pemeriksaan untuk Tujuan Tertentu
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu dapat bersifat pemeriksaan (examination), penelaahan
(review), dan prosedur yang disepakati. Dengan adanya standar ini. diharapkan suatu
kesimpulan tentang keandalan asersi entitas yang diperiksa dapat dihasilkan. Sasaran
pemeriksaan ini dapat mencakup pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan,
18
pemeriksaan investigatif, dan pemerikaan atas sistem pengendalian internal organisasi sektor
publik.
19
2) Apabila terdapat kekurangan dalam perilaku auditor atau perilaku yang tidak benar
dalam kehidupan pribadinya, hal demikian akan dapat membuat integritas auditor dan
lembaga di mana ia bekerja, kualitas, dan validitas tugas pemeriksaannya berada pada
situasi yang tidak menguntungkan serta dapat menimbulkan keraguan terhadap
keandalan dan kompetensi lembaga pemeriksa tersebut.
20
Berikut ini adalah tabel contoh dari 20 Standar Akuntansi Biaya (CAS) yang diberlakukan di
Amerika Serikat. Tanda bintang (*) menunjukkan standar yang diterapkan ketika kontraktor
dengan cakupan perubahan.
21
Jika kontrak mengharuskan pihak kontraktor utama mengikuti standar akuntansi braya
sektor publik, standar tersebut harus diterapkan pada subkontraknya, kecuali terdapat salah
satu dari pengecualian di atas. Sebaliknya, jika kontraktor utama tidak diharuskan mengikuti
standar akuntansi biaya, subkontraktornya juga tidak perlu menggunakannya.
Pemakaian standar akuntansi biaya sektor publik pada perubahan kontrak tidak jauh
berbeda atau serupa. Jika standar akuntansi biaya diterapkan pada kontrak awal, maka standar
itu juga diterapkan pada kontrak yang telah dimodifikasi. Sebaliknya, jika kontrak awal tidak
menggunakan standar tersebut, maka pada kontrak modifikasi juga tidak digunakan.
22
2.9.6 Kebutuhan Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik
Standar akuntansi biaya sektor publik merupakan latar belakang dari administrasi kontrak,
Standar ini menjadi fokus ketika kontrak mengalami noncompliant, kontraktor ingin
membuat perubahan, atau standarnya diubah dengan sendirinya.
Standar akuntansi biaya sektor publik akan dibutuhkan dalam hal
1) Penyesuaian Harga
Ada tiga situasi yang memerlukan penyesuaian harga:
Standar akuntansi biaya sektor publik yang baru atau yang telah direvisi yang
memerlukan perubahan praktek akuntansi biaya
Perubahan sukarela pada praktek akuntansi biaya,
Tidak memenuhi standar akuntansi biaya sektor publik/gagal mengikuti praktek
yang diungkapkan.
Tindakan ini dilakukan dalam setiap situasi dan dilakukan dengan cara yang serupa.
namun berbeda kegunaannya.
Standar Akuntansi Biaya Baru atau Revisi
Ketika cakupan kontrak diperoleh, standar akuntansi biaya sektor publik yang harus yang
telah direvisi dapat diterapkan pada kontraktor dengan cakupan penuh atau setelah tanggal
berlakunya. Standar itu diterapkan bagi seluruh calon kontrak yang mencakup standar
akuntansi biaya sektor publik penuh dari tanggal hygrahan kontrak baru Sebagai contoh, jika
standar baru berlaku tanggal 1 Mei 2000 dan cakupan kontrak diperoleh pada tanggal 20
Agustus 2001, standar baru dapat dilaksanakan untuk seluruh standar akuntansi biaya penuh
mulai tanggal 20 Agustus 2001.
Pada waktu standar yang baru dan yang telah direvisi mulai berlaku, kontraktor harus
mengajukan deskripsi persyaratan perubahan akuntansi (yang sering diajukan dalam revisi
Disclosure Statement), dampak potensial dari perubahan, dan besatnya mata uang umum
yang berubah dalam 60 hari sejak tanggal berlakunya perubahan atau tanggal lain yang
disepakati. Pejabat administrasi kontrak akan mereview perubahan itu dan membuat
ketetapan tentang material, kecukupan, serta pemenuhan. Kontraktor juga harus mengajukan
proposal biaya yang lebih rinci dalam 60 hari (atau pada tanggal lain yang disepakati) sejak
23
penetapan. Proposal itu harus mengidentifikasi masing- masing standar akuntansi biaya
sektor publik yang dicakup kontrak dan subkontrak secara penuh.
Perubahan Sukarela (Voluntary Change)
Kontraktor dapat mengubah praktek akuntansinya. Kontraktor harus mengajukan deskripsi
tentang perubahan yang diajukan atau revisi yang diajukan pada Disclosure Statement,
dampak yang mungkin terjadi, dan besaran mata uang secara umum sebagai akibat perubahan
selama kurang dari 60 hari pertama sejak pelaksanaan perubahan. Pejabat administrasi
kontrak akan mereview perubahan dan membuat ketetapan material, kecukupan, serta
pemenuhan. Kontraktor juga harus mengajukan proposal dampak biaya dalam 60 hari sejak
penetapan. Proposal itu harus mengidentifikasi seluruh standar akuntansi biaya sektor publik
yang dicakup kontrak serta subkontrak dalam cakupan penuh dan cakupan perubahan.
Terdapat dua kemungkinan hasil (outcome) dari perubahan sukarela, yakni;
a) Kontraktor membuat perubahan tanpa membuat pemerintah atau organisasi publik
lainnya harus mengeluarkan biaya tambahan. Proposal dalam skenario ini akan
merinci perubahan biaya di antara kontrak untuk memastikan bahwa tidak ada biaya
yang meningkat bagi pemerintah secara keseluruhan.
b) Kemungkinan hasil (outcome) yang kedua adalah bahwa perubahan dibuat atas biaya
pemerintah atau organisasi publik lainnya yang semakin meningkat, jika pejabat
administrasi kontrak menemukan perubahan yang diinginkan dan tidak mengganggu
organisasi sektor publik. Hanya ada sedikit petunjuk atau kriteria untuk mengukur dan
mempertimbangkan makna "diinginkan dan tidak mengganggu, Biaya yang lebih
besar bukanlah faktor kunci.
Standar Akuntansi Biaya Tidak Terpenuhi/Gagal Mengikuti Praktek Akuntansi Biaya
Pejabat administrasi kontrak mengumumkan penemuan awal berupa tidak terpenuhinya
standar la auditor atau pihak sejenis menemukan bahwa kontraktor tidak mememhi berbagai
standar akuntansi biaya, atau tidak konsisten mengikuti praktek yang ada. Kontraktor harus
mengajukan deskripsi tentang perubahan akuntansi yang diperlukan agar memenuhi standar
akuntansi biaya (disclosure statement yang telah direvisi). dampak yang mungkin terjadi
akibat perubahan, dan besarnya mata uang yang berubah. Jika kontraktor tidak secara
konsisten mengikuti praktek yang ada, deskripsi dan/atau pernyataan yang direvisi tidak akan
dibutuhkan.
Aspek Umum dalam Penilaian Harga
Aspek-aspek tersebut adalah:
a) Besarnya mata uang umum dan proposal menyangkut dampak biaya harus
menggambarkan perubahan biaya di antara standar akuntansi biaya sektor
publik yang mencakup kontrak berdasarkan jenis kontrak. Jadi, perlakuan
yang berbeda memang diperlukan dalam menegosiasikan penilaian yang tepat
atas masing-masing jenis kontrak.
b) Pejabat administrasi kontrak tidak boleh menilai harga jika dampak biaya
tidak material (immaterial), Pertimbangan dampak tersebut sangatlah penting
atau tidak tergantung pada situasi. Berikut adalah contoh kriteria untuk
menentukan materialitas:
24
Jumlah absolut mata uang Jumlah yang lebih besar, lebih tergolong
material."
Jumlah biaya kontrak dibandingkan dengan jumlah yang
dipertimbangkan. Proporsi jumlah yang lebih besar dari biaya kontrak,
dapat tergolong material.
Hubungan antara item biaya dan tujuan biaya. Item biaya langsung,
terutama jika merupakan bagian dari dasar alokasi biaya tak langsung,
akan lebih berdampak ketimbang jumlah yang sama untuk biaya tak
langsung.
Dampak penemuan Jika perubahan mempengaruhi pembagian biaya
antara pemerintah dan tujuan biaya komersial, hal itu akan memiliki
dampak yang sangat signifikan.
Dampak akumulasi item tersendiri. Apakah item-item tersebut saling
mengganti satu sama lain, mengelompok dalam satu arah, atau
meningkat atau menurun?
Biaya administratif dari proses perubahan penilaian harga harus
dipertimbangkan.
c) Pejabat administrasi kontrak bersama pemeriksa bertanggung jawab
mengevaluasi dan menegosiasi penyesuaian harga demi kepentingan
organisasi sektor publik.
d) Pengukuran dapat dilakukan oleh pejabat administrasi kontrak jika kontraktor
DDD tidak mengajukan proposal tentang dampaknya terhadap biaya
Pejabat administrasi kontrak dapat saja tidak memberikan lebih dari
10% dari setiap pembayaran yang harus dilakukan kepada kontraktor
menurut standar akuntansi biaya sektor publik utama yang dicakupnya
hingga proposal diajukan.
Jika kontraktor dan pejabat administrasi kontrak tidak sepakat
mengenai penetapan harga, pejabat administrasi kontrak dapat
menetapkan subjek penyesuaian untuk menyelesaikan prosedur.
Pejabat administrasi kontrak juga dapat membuat penilaian jika
kontraktor gagal mengajukan proposal setelah mencapal plafon
besaran mata uang umum.
2) Pengaruh Penyesuaian Harga
Perubahan penyesuaian harga harus lebih rendah dari biaya yang diperkirakan atas
kontrak jenis biaya atau harga yang sudah ditetapkan. Penyesuaian akan jauh lebih
sulit ketika ditujukan untuk mempengaruhi perubahan sukarela yang tidak
meningkatkan biaya organisasi sektor publik. Pejabat administrasi kontrak harus
memastikan bahwa kontraktor tidak mengganti kenaikan biaya yang ada.
3) Pertanggungjawaban Administrasi
Standar akuntansi biaya sektor publik dan perubahan akuntansi akan berdampak
terhadap berbagai organisasi. Akibatnya, administrasi standar akuntansi biaya sektor
publik sangat mengandalkan pengetahuan pejabat administrasi kontrak dari unit usaha
kontraktor tertentu, Administrasi standar akuntansi biaya oleh seseorang memang
diperlukan untuk menangani perubahan standar akuntansi biaya secara efisien dan
efektif.
25
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
27
SAP diterapkan dilingkup
pemerintahan, yaitu
pemerintah, pemerintah daerah
dan
satuan organisasi dilingkungan
pemerintah pusat maupun
daerah yang wajib menyajikan
laporan keuangan.
Keterbatasan dari penerapan
SAP akan dinyatakan secara
eksplisit pada setiap standar
yang diterbitkan.
Penerapan Standar Akuntansi ini merupakan sebuah wujud tertib administrasi
keuangan pemerintah dengan standar yang diadopsi dari praktek-praktek terbaik
internasional, serta menyesuaikan dengan kondisi di Indonesia antara lain, dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesiapan
sumberdaya pengguna SAP. SAP diterapkan dilingkup pemerintahan, yaitu
pemerintah, pemerintah daerah dan satuan organisasi dilingkungan pemerintah
pusat maupun daerah yang wajib menyajikan laporan keuangan. Keterbatasan dari
penerapan SAP akan dinyatakan secara eksplisit pada setiap standar yang
diterbitkan.
28
DAFTAR PUSTAKA
29