Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


“STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK”

Disusun oleh:
Nama Kelompok : 1. Muhammad Imam Rofi’I (202212057)
2. Nia Novitasari (202212105)
3. Charista Velinda Vikasari (202212107)
Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik

PRODI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Saya panjatkan puja puji syukur atas berkat rahmat dan hidayah-nya saya dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah tentang Standar Akuntansi Sektor Publik.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal. Terlepas dari itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
Bapak/ Ibu dosen serta dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca.
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen. Kompleksitas


sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan
pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga bagi stekeholder sektor publik,
mereka membutuhkan informasi yang lebih bervariasi, handal, dan relevan untuk
pengambilan keputusan. Tugas dan tanggung jawab akuntan sektor publik adalah
menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal organisasi maupun
kebutuhan pihak eksternal. Akuntansi sektor publik memiliki peran penting untuk
menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.
Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan,
pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan
dan untuk menilai kinerja organisasi. Informasi keuangan bukan merupakan tujuan akhir
akuntansi sektor publik. Informasi keuangan berfungsi memberikan dasar pertimbangan
untuk pengambilan keputusan. Informasi akuntansi merupakan alat untuk melaksanakan
akuntabilitas sektor publik secara efektif, bukan tujuan akhir sektor publik itu sendiri. Karena
kebutuhan informasi di sektor publik lebih bervariasi, maka informasi tidak terbatas pada
informasi keuangan yang dihasilkan dari sistem akuntansi organisasi. Informasi non-moneter
seperti ukuran output pelayanan harus juga dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan.
Untuk itulah kelompok kami yang mana mendapatkan kesempatan untuk menyajikan
pembahasan mengenai pelaporan keuangan sektor publik berusaha untuk menyampaikan
Pelaporan Keuangan Sektor Publik secara singkat, padat dan jelas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi standar akuntansi sektor publik?
2. Bagaimana lingkup standar akuntansi?
3. Bagaimana ragam dan hubungan antarstandar akuntansi sektor publik
4.
BAB 2

PEMBAHASAN

2. 1 DEFINISI STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Standar akuntansi sektor publik memberikan kerangka demi berjalannya fungsi-fungsi
tahapan siklus akuntansi sektor publik, yaitu perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran,
pengadaan barang dan jasa, pelaporan, audit, dan pertanggungjawaban publik. Standar yang
dikembangkan untuk organisasi sektor swasta seperti SAK dan SPAP, biasanya juga
digunakan oleh organisasi publik sebagai pelengkap penggunaan standar-standar di sektor
publik itu sendiri. Standar umumnya diterbitkan dalam bentuk Pernyataan Standar dan
Interpretasi Pernyataan Standar.
2. 2 LINGKUP STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Permasalahan yang telah diuraikan di atas memberikan keyakinan bahwa penyusunan
pedoman akuntansi memang sangat diperlukan. Hal tersebut semakin relevan mengingat
adanya batas waktu bagi organisasi publik untuk menyajikan laporan pertanggungjawaban
yang berisi laporan keuangan sudah semakin mendesak. Berdasarkan kebutuhan tersebut,
pedoman akuntansi ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
a. Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang diharapkan
dapat diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan organisasi sektor publik yang
berlaku dewasa ini.
b. Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang dilengkapi
dengan klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah
disesuaikan dengan siklus kegiatan organisasi sektor publik, yang mencakup
penganggaran, perbendaharaan, dan pelaporannya
Pedoman ini harus terus disempurnakan sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yang baik.
2. 3 RAGAM DAN HUBUNGAN ANTARSTANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Secara umum, terdapat empat ragam standar yang mengatur organisasi sektor publik, yaitu
1) Standar Nomenklatur
2) Standar Akuntansi Sektor Publik (SASP)
3) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
4) Standar Akuntansi Biaya (SAB)
Dalam konteks siklus akuntansi sektor publik, standar-standar tersebut masih ter
fokus pada tahapan yaitu tahap pelaporan (SAP, SAK), tahap audit (SPAP, SPKN), tahap
perencanaan-penganggaran (standar akuntansi biaya), dan tahap perencanaan-per-
tanggungjawaban publik (standar nomenklatur).
Standar nomenklatur memandu proses perencanaan dan pertanggungjawaban yang
terkait dengan pengkodean aktivitas publik atau transaksi publik yang terjadi, serta berbagai
barang dan jasa yang telah dihasilkan. Jadi, standar nomenklatur merupakan pengikat
berbagai organisasi publik dengan kegiatan, program, dan wujud hasil dari semua kegiatan
beserta programnya. Sementara itu, standar akuntansi biaya merupakan dasar pengukuran
besarnya investasi yang akan dilakukan. Belanja Investasi biasanya dilakukan dalam jumlah
yang besar. Karena itu, proses pertanggungjawaban investasi membutuhkan dasar formulasi
perhitungan yang lebih rinci dan pasti.

Standar pada tahap pelaporan dan audit mencakup hubungan yang saling mengaitkan
satu sama lain, karena standar audit memberikan pedoman bagi pelaksanaan audit atas
pelaporan sektor publik dan standar akuntansi keuangan memberikan pedoman untuk
menghasilkan pelaporan yang memenuhi syarat untuk diaudit. Kedua hal itu sangat
menentukan bagi kelangsungan siklus akuntansi sektor publik secara keseluruhan.
2. 4 KEBUTUHAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA
Pada tahun 2002, Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntansi Sektor Publik (IAI-
KASP) telah mengembangkan serangkaian standar-standar akuntansi yang direkomendasikan
untuk digunakan pada entitas sektor publik, yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan
Sektor Publik (SAKSP). Dalam standar ini, IAI-KASP telah berusaha melakukan harmonisasi
terhadap akuntansi, laporan keuangan, dan pemeriksaan antaryurisdiksi serta mana yang
paling tepat, antara sektor publik dan swasta, serta untuk mengharmonisasikan laporan
keuangan antara basis akuntansi dan basis ekonomi.
Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah:
a. Meningkatkan kualitas dan reliabilitas laporan akuntansi dan keuangan
organisasi sektor publik, khususnya dalam hal ini organisasi pemerintahan:
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian:
c. Mengusahakan harmonisati antara persvatatan atas laporan ekonomis dan
keuangan;
d. Mengusahakan harmonisasi antaryurisdiksi dengan menggunakan dasar
akuntansi yang sama.
Penerapan SAKSP akan menghasilkan sistem akuntansi dan manajemen keuangan
pemerintah yang lebih baik, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan mempunyai
informasi yang lebih baik. Sementara itu, peramalan serta anggaran menjadi lebih terpercaya,
sama baiknya dengan manajemen terhadap sumber daya ekonomis dan kewajiban.
2.5 TEKNIK PENYUSUN STANDAR
Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan andal, proses penyusunan standar harus dilakukan
melalui tahap-tahap dan prosedur yang seksama serta teliti. Hal ini diperlukan mengingat
dokumen yang dihasilkan akan mempunyai status sebagai standar resmi dengan tingkat
otoritas yang tinggi. Berikut adalah tahap-tahap dalam menyusun standar akuntansi
(Suwardjono, 2006:109):
1) Evaluasi Masalah pada Tahap Awal. Dalam tahapan ini, komite penyusunan standar,
seperti FASB (Financial Accounting Standard Board) di A.S. mengidentifikasi
masalah akuntansi dan pelaporan.
2) Mengadakan Riset dan Analisis. Tugas ini biasanya dilakukan oleh staf teknis -
komite penyusunan standar dan satuan tugas (task force) yang terdiri atas ahli di luar
komite yang ditunjuk. Hasil analisis akan diterbitkan dalam bentuk Laporan Riset
(Research Reports).
3) Menyusun dan Mendistribusikan Memorandum Diskusi (Discussion Memorandum)
kepada Setiap Pihak yang Berkepentingan. Memorandum ini berisi analisis terinc
atas semua aspek masalah yang telah disidangkan pada tingkat awal.
4) Mengadakan Dengar Pendapat Umum (Public Hearing). Hal ini dilakukan untuk
membahas masalah yang diungkapkan dalam memorandum diskusi.
5) Menganalisis dan Mempertimbangkan Tanggapan Publik atas Memorandum Diskusi
(baik dari dengar pendapat atau dari tanggapan tertulis)
6) Menerbitkan Draft Awal Standar Yang Diusulkan, yang Dikenal dengan Nama
Exposure Draft (ED) untuk mendapatkan tanggapan tertulis dalam waktu 30 hari
setelah penerbitan.
7) Menganalisis dan Mempertimbangkan Tanggapan Tertulis terhadap ED.
8) Memutuskan apakah Pernyataan akan diterbitkan atau tidak. Pernyataan Ini Dapat
diterbitkan kalau mayoritas anggota komite penyusun menyetujuinya.
9) Menerbitkan Pernyataan yang Bersangkutan.
2.6 STANDAR NOMENKLATUR
2.6.1. Definisi Nomenklatur
Nomenklatur dalam peraturan tersebut didefinisikan sebagai daftar perkiraan/akun
buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan,
pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, dan pelaporan keuangan pemerintah pusat.
Selain itu, nomenklatur juga merupakan daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan
disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran,
pertanggungjawaban, pelaporan keuangan, serta memudahkan pemeriksaan dan pengawasan.
Penomoran nomenklatur terdiri dari organisasi/unit organisasi, fungsi, subfungsi, program,
kegiatan, subkegiatan, komponen, dan output serta kode perkiraan/akun dari laporan
keuangan.
2.6.2. Tujuan Penyusunan Nomenklatur
Nomenklatur disebut juga dengan istilah kode rekening. Dalam sistem pengolahan
data akuntansi, kode ini memenuhi berbagai tujuan berikut :
1) Mengidentifikasi Data Akuntansi secara Unik
Data akuntansi harus diberi identifikasi secara unik agar dapat dilakukan
pencatatan, klasifikasi, penyimpanan, dan pengambilan data tersebut dengan
benar.
2) Meringkas Data
Kode akan membuat data akuntansi menjadi lebih ringkas sehingga kode
memerlukan sedikit ruang dalam pencatatannya.
3) Mengklasifikasi Rekening atau Transaksi
Dalam mengolah data akuntansi, kode digunakan untuk menunjukkan ke
dalam klasifikasi apa suatu rekening atau transaksi dikelompokkan.
4) Menyampaikan Makna Tertentu
Dengan kode, kita dapat menyampaikan informasi yang bermakna tertentu.
2.6.3. Hal-Hal Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Menyusun Nomenklatur
Dalam merancang kerangka nomenklatur, berbagai pertimbangan berikut ini
perlu diperhitungkan:
a. Kerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai dan metode
pengolahan data yang digunakan Kode sembarang, seperti RI untuk
menunjukkan Mandala Air dalam kode penerbangan, akan membingungkan
para penumpang pesawat.
b. Setiap kode harus mewakili secars and unsur yang diberi kod kode tang
kepada kreditor hanya menunjukkan rekening atau akun setiap kreditor, bukan
kreditor yang lain.
c. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan. Jika
struktur kode harus diubah setiap kali menghadapi tuntutan perubahan, hal ini
akan memerlukan biaya perubahan dan membingungkan pemakai.
2.6.4. Metode Penyusunan Nomenklatur
Pemberian nomenklatur atau kode rekening umumnya didasarkan pada
kerangka pemberian kode tertentu, sehingga pemakai menjadi lebih mudah dalam
menggunakannya. Pemberian kode rekening tidak dimaksudkan agar pemakai
menghafalkan kode-kode rekening yang disusun.
Ada 5 metode penyusunan nomenklatur atau kode rekening yaitu:
1. Kode Angka atau Alfabet Urut (Numerical or Alphabetic-Sequence Code)
Dalam metode pemberian kode ini, rekening buku besar diberi kode angka
atau huruf yang berurutan. Kelemahan Kode Angka atau Alfabet Urut ini
adalah jumlah rekening akan semakin banyak.
Contoh Kode Angka Urut adalah sebagai berikut:
1. Kas
2. Investasi Sementara
3. Piutang
4. Cadangan Kerugian Piutang
5. Persediaan
6. Persekot Biaya
7. Aktiva lainnya
8. Investasi Jangka Panjang
9. Tanah
10. Bangunan
2. Kode Angka Blok (Block Numerical Code)
Contoh Kode Angka Blok adalah sebagai berikut: Rekening atau akun buku
besar dibagi menjadi golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka
yang berurutan sebagai berikut :
1-24 Aktiva Lancar
25-39 Investasi Jangka Panjang
3. Kode Angka Kelompok (Group Numerical Code)
Kode Angka Kelompok terbentuk dari dua atau lebih subkode yang
dikombinasikan menjadi satu kode. Kode Angka Kelompok ini mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
a. Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf.
b. Jumlah angka dan/atau huruf dalam kode adalah tetap.
c. Posisi angka dan/atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu.
d. Perluasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka dan/atau
huruf ke kanan.
4. Kode Angka Desimal (Decimal Code)
Desimal berarti persepuluhan. Kode Angka Desimal memberi kode angka
terhadap klasifikasi yang membagi kelompok menjadi maksimum 10
subkelompok dan membagi subkelompok menjadi 10 golongan yang lebih
kecil dari subkelompok tersebut. Sebagai contoh :
3.0 Persediaan
1.1 Persediaan suku cadang
1.2 Persediaan bahan penolong
1.9 Persediaan lain-lain
5. Kode Angka Urut Didahului Dengan Referensi Huruf (Numerical
Sequence Preceded by an Alphabeth Reference)
Kode ini jarang digunakan karena terbatasnya kode huruf. Namun, kode ini
memudah- kan identifikasi dan mengingat referensi yang penting. Sebagai
contoh, AL-101 menunjuk pada aktiva lancar 1, yang biasanya merupakan
perkiraan kas. Metode ini menggunakan kode berupa kombinasi angka dengan
huruf. Setiap rekening diberi kode angka yang dimukanya dicantumkan huruf
singkatan kelompok rekening tersebut.
2.7 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
2.7.1. PSAK No. 45 Tentang Standar Akuntansi Untuk Entitas Nirlaba
Dasar tuntutan atas akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan terhadap
segala aktivitas pada semua organisasi sektor publik adalah PSAK No 45 mengenal
pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba atau dalam hal
ini, organisasi sektor publik, berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang
mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi sektor publik
memperoleh sumber daya dari lembaga donor dan para penyumbang lainnya.
Transaksi dalam organisasi sektor publik tersebut jarang atau tidak akan pernah
terjadi dalam organisasi bisnis. Namun dalam prakteknya, berbagai bentuk organisasi
nirlaba sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya. Para pengguna
laporan keuangan organisasi sektor publik memiliki kepentingan bersama yang tidak
berbeda dengan organisasi bisnis, yakni untuk menilai:
(1) Jasa yang diberikan oleh organisasi sektor publik dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tersebut
(2) Cara pengelola melaksanakan tugas dan pertanggungjawabannya
(3) Aspek kinerja pengelola.
Kemampuan organisasi sektor publik untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan
melalui laporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban,
aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan, di antara unsur-unsur tersebut.
Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat maupun
yang tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban pengelola mengenai
kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para
penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas.
2.7.2. Laporan Keuangan Yang Dihasilkan
Laporan keuangan organisasi sektor publik meliputi laporan posisi keuangan
pada akhir periode laporan, laporan aktivitas, serta laporan arus kas untuk suatu
periode pelaporan.
 Laporan Posisi Keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih serta informasi mengenai
hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam
laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan
informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi, kreditor, dan pihak-pihak lain untuk
menilai :
(1) Kemampuan organisasi dalam memberikan jasa secara berkelanjutan,
(2) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisi keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan harus
menyajikan total aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih. Laporan posisi
keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih
berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat
secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi
mengenai sifat dan jumlah pembatasan permanen atau temporer diungkapkan
dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam
catatan atas laporan keuangan.
 Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
(1) Pengaruh transaksi dan peristiwa yang mengubah jumlah serta sifat aktiva
bersih
(2) Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain.
(3) Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama dengan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu
para penyumbang, anggota organisasi, dan pihak lainnya untuk mengevaluasi
kinerja selama suatu periode, menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan
organisasi dalam memberikan jasa serta menilai pelaksanaan tanggung jawab
dan kinerja pengelola. Laporan aktivitas mencakup organisasi sektor publik
secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama
satu periode. Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada
aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
 Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas selama suatu periode.

Klasifikasi Penerimaan dan Pengeluaran Kas


Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan
tambahan berikut ini:
(1) Aktivitas Pembiayaan
(a) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi
untuk jangka panjang
(b) Penerimaan kas dari sumbangan dan pendapatan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk perolehan proyek pembangunan dan
pemeliharaan aktiva tetap. atau peningkatan dana abadi (endowment).
(c) Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka
panjang.
(2) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pembiayaan
nonkas, serta sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.
Pemegang Kas bertugas menerima dan mengeluarkan arus kas dari dan ke kas
organisasi sektor publik.
Pengelompokkan aktivitas dalam arus kas :
a. Aktivitas Investasi (investing)
Aktivitas ini meliputi pemberian dan penagihan pinjaman, pembelian
atau pewakafan tanah, bangunan, dan peralatannya, yakni aktiva yang
digunakan untuk menyelenggara kan pelayanan bagi masyarakat.
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
harus dilakukan agar menyajikan seberapa besar arus kas telah
dikeluarkan untuk memperoleh sumber daya, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan pelayanan masa depan organisasi sektor publik.
b. Aktivitas Pembelanjaan / Pembiayaan (Financing)
Meliputi perolehan sumber daya, pemberian layanan bagi masyarakat,
meminjam uang atau membantu masyarakat yang memerlukan dan
membayar kembali jumlah yang dipinjam, serta memperoleh dan
membayar sumber-sumber lainnya.

Aktivitas pembiayaan merupakan pengungkapan terpisah arus kas


yang berasal dari aktivitas pembiayaan harus dilakukan agar berguna
dalam memprediksi klaim-klaim atas arus kas masa depan oleh dana
yang tersedia untuk organisasi sektor publik.
c. Aktivitas Operasi (Operating)
Meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak termasuk
dalam aktivitas investasi serta pembiayaan. Aktivitas operasi umumnya
meliputi penyediaan layanan. Arus kas dari aktivitas operasi umumnya
adalah dampak kas dari transaksi dan peristiwa lain yang
diperhitungkan. Jumlah arus kas bersih yang berasal dari aktivitas
operasi merupakan indikator utama seberapa besar operasi suatu
organisasi sektor publik didanai oleh:
a. Hibah, atau
b. Dana dari donor yang dilayani oleh organisasi sektor publik
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas utama
penghasil kas organisasi sektor publik.
2.7.3. Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok utama sesuai dengan
karakteristik ekonominya. Kelompok utama ini merupakan unsur laporan keuangan.
Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang terkait dengan kinerja
secara umum adalah pendapatan (penghasilan) dan pengeluaran (beban).
 Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
a Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sektor publik
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan yang mempunyai manfaat di masa
depan bagi penyelengaraan organisasi sektor publik
b. Kewajiban adalah utang organisasi sektor publik masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, dan penyelesaiannya akan menimbulkan arus keluar dari
sumber daya organisasi sekter publik yang bermanfaat
c. Ekuitas adalah hak residu atas aktiva organisasi sektor publik setelah
dikurangi semua kewajiban
Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi aktiva, kewajiban, atau
ekuitas, perhatian harus ditujukan pada substansi yang mendasari serta realitas
ekonomi, dan bukan hanya bentuk hukumnya.
 Aktiva
Aktiva organisasi sektor publik berasal dari sumbangan masyarakat
dan donatur lainnya atau peristiwa lain yang terjadi di masa lalu.
Organisasi sektor publik memperoleh aktiva melalui pembelian atau
dibuat sendiri. Akan tetapi, transaksi atau peristiwa lain juga dapat
menghasilkan aktiva, seperti properti yang diterima suatu organisasi
sektor publik dari pemerintah sebagai bagian dari program untuk
merangsang perkembangan organisasi sektor publik di suatu wilayah.
Transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi di masa depan tidak
dengan sendirinya memunculkan aktiva, seperti membeli persediaan
tidak dengan sendirinya memenuhi definisi aktiva.
 Kewajiban
Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak
atau melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat
dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang
mengikat atau peraturan perundangan.
 Ekuitas
Meskipun definisi ekuitas sebelumnya disebut sebagai residu, ekuitas
dapat disubklasifikasikan dalam neraca. Klasifikasi semacam itu dapat
menjadi relevan bagi kebutuhan pengambilan keputusan, serta dapat
merefleksikan fakta bahwa pihak-pihak dengan hak kepemilikannya
masing-masing mempunyai hak yang berbeda dalam hubungannya
dengan pelayanan masyarakat.
 Kinerja
Unsur pendapatan (income) didefinisikan sebagai kenaikan manfaat
organisasi sektor publik selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva, atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas. Sedangkan beban (expenses) adalah
penurunan manfaat organisasi sektor publik selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva, atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas.
 Pendapatan
Definisi pendapatan (income) meliputi seluruh pendapatan (revenues).
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas organisasi sektor
publik yang biasa dan dikenal dengan sebutan fundraising. Berbagai
jenis aktiva dapat diterima atau bertambah karena pendapatan. Sebagai
contoh, kas dan jasa yang diterima sebagai penukar produk yang
dihasilkan oleh organisasi seperti buku, buletin, artikel, atau bentuk
lainnya.
 Beban
Definisi beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas organisasi sektor publik yang biasa. Beban yang
timbul dalam pelaksanaan aktivitas organisasi yang biasa meliputi
beban pokok pelayanan dan penyusutan. Beban ini biasanya berbentuk
arus kas keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan setara kas),
persediaan, dan aktiva tetap.
2.7.4. Standar Akuntansi Pemerintahan
Pada tahun 2005, Pemerintah Pusat telah menerbitkan Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Terlepas dari
kontroversi dan kelemahan yang sangat mendasar, pembahasan berikut ini akan
menjelaskan lingkup dari Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
a) Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah, yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan
mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Hal
tersebut diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang
mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN/APBD disusun serta disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
b) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara mengamanatkan tugas penyusunan standar
tersebut kepada suatu komite standar yang ditetapkan melalui keputusan presiden
tentang komite standar akuntansi pemerintahan.
c) Berdasarkan amanat Undang-undang tersebut di atas, Presiden menetapkan
Keputusan Presiden RI Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) tertanggal 5 Oktober 2004 dan terakhir diubah dengan
Keputusan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perubahan Keputusan
Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.
d) KSAP terdiri dari Komite Konsultatif Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite
Konsultatif) dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Kerja).
Komite Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan/atau pendapat dalam rangka
perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
e) SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, SAP merupakan
persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan
kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.
f) Selain menyusun SAP, KSAP juga berwenang menerbitkan berbagai publikasi
lainnya, antara lain Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(IPSAP) dan Buletin Teknis. IPSAP dan Buletin Teknis merupakan pedoman serta
informasi lebih lanjut yang akan diterbitkan oleh KSAP guna memudahkan
pemahaman dan penerapan SAP, serta untuk mengantisipasi dan mengatasi
masalah-masalah akuntansi maupun pelaporan keuangan.

 Tujuan dan Strategi KSAP


1. KSAP bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan
keuangan pemerintah melalui penyusunan serta pengembangan standar
akuntansi pemerintahan, termasuk mendukung pelaksanaan penerapan
standar tersebut.
2. Dalam mencapai tujuan dimaksud, KSAP mengacu pada praktek-
praktek terbaik internasional, yang di antaranya dengan mengadaptasi
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) yang
diterbitkan oleh International Federation of Accountant (IFAC).
3. Strategi "adaptasi" memiliki pengertian bahwa pada prinsipnya
pengembangan SAP berorientasi pada IPSAS, namun disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia, seperti memperhatikan peraturan perundangan yang
berlaku, praktek-praktek keuangan yang ada, serta kesiapan sumber daya
para pengguna SAP.
4. Strategi pengembangan SAP dilakukan melalui proses transisi dari dasar
kas ke dasar akrual yang disebut cash towards accrual. Dengan dasar ini,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat menurut dasar kas sedangkan
aset, utang, dan ekuitas dana dicatat menurut dasar akrual.
5. Proses transisi standar dari dasar kas ke dasar akrual diharapkan selesai
pada tahun 2007. (6) Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan
materi/referensi yang dikeluarkan oleh:
a. International Federation of Accountants ;
b. International Accounting Standards Committee;
c. International Monetary Fund;
d. Ikatan Akuntan Indonesia;
e. Financial Accounting Standard Board - USA;
f. Governmental Accounting Standard Board - USA,
g. Pemerintah Indonesia, berupa peraturan-peraturan di bidang keuangan
negara;
h. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi
pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan.
 Kedudukan SAP
(1) Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib
menerapkan SAP Pada penerapannya, muncul kebutuhan akan upaya
pengharmonisan berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dengan SAP.
 Ruang Lingkup SAP
(1) SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat,
pemerintah daerah. dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah
pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
(2) Keterbatasan dari penerapan SAP akan dinyatakan secara eksplisit
pada setiap standar yang diterbitkan.
(3) Proses penyiapan SAP merupakan mekanisme prosedural yang
meliputi tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam setiap penyusunan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) oleh Komite.
(4) Proses penyiapan SAP yang digunakan ini berlaku umum secara
internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di indonesia.
Penyesuaian ini dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan
yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami serta
melaksanakan standar yang ditetapkan.
 Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah, KSAP melalui
pemerintah, meminta pertimbangan BPK RI atas draf SAP Komite
Konsultatif lalu mengusulkan draf SAP final kepada Presiden melalui
Menteri Keuangan untuk ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah.

 Sosialisasi Awal Standar


Setelah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, selanjutnya SAP
dipublikasikan dan di- distribusikan kepada publik termasuk masyarakat,
institusi, serta perwakilan organisasi Selain itu, KSAP juga melakukan
sosialisasi awal standar kepada para pengguna. Bentuk sosialisasi awal
yang dilakukan dapat berupa seminar/diskusi dengan para pengguna,
program pendidikan profesional berkelanjutan, training of trainers (TOT),
dan lain-lain.
 Bahasa
Seluruh draf dan standar, termasuk interpretasi dan buletin teknis
diterbitkan oleh KSAP dalam bahasa Indonesia. Proses pengalihan bahasa
dari bahasa Indonesia ke bahasa lain harus dikonfirmasikan kepada KSAP.
2.7.5. International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)
Sampai saat ini ada delapan standar akuntansi sektor publik yang telah
dikeluarkan oleh IFAC, yang dikenal dengan International Public Sector Accounting
Standards (IPSAS), yaitu:
1. IPSAS 1 : Presentation of Financial Statements. IPSAS 1 diadopsi terutama
dari Standar Akuntansi Internasional, LAS 1 - Presentation of Financial
Statements, yang dikeluarkan oleh International Accounting Standards
Committee (IASC). Kutipan dan IAS 1 int direproduksi atas izin dari IASC.
2. IPSAS 2 : Cash Flow Statements. IPSAS 2 diadopsi terutama dari IAS 7, Cash
Flow Statements yang dikeluarkan oleh IASC. Dalam standar ini, penjelasan
tambahan yang terdapat dalam LAS 7 telah dimasukkan dalam IPSAS 2 untuk
menjelaskan aplikabilitas standar akuntansi oleh entitas sektor publik, dan,
dalam hal tertentu, IPSAS 2 menggunakan terminologi yang berbeda dan LAS
7.
3. IPSAS 3 : Net Surplus or Deficit for the Period, Fundamental Errors and
Changes in Accounting Policies. IPSAS 3 diadopsi terutama dari IAS 8- Net
Surplus or Deficit for the Period, Fundamental Errors and Changes in
Accounting Policies yang dikeluarkan oleh IASC. Dalam standar ini,
penjelasan tambahan yang terdapat dalam IAS 8 telah dimasukkan dalam
IPSAS 3 untuk menjelaskan aplikabilitas standar akuntansi oleh entitas sektor
publik, dan, dalam hal tertentu, IPSAS 3 menggunakan terminologi yang
berbeda dan IAS 8.
4. IPSAS 4 : The Effects of Changes in Foreign Exchange Rate. Tujuan IPSAS
4: Entitas melakukan aktivitas luar negerinya dengan dua cara, yaitu (1)
bertransaksi dengan menggunakan mata uang asing; (2) beroperasi di luar
negeri. Laporan keuangan entitas, yang transaksinya dilaporkan dengan
menggunakan mata uang asing atau beroperasi di negara asing, harus
ditunjukkan dalam mata uang entitas, dan laporan keuangan entitas yang
melakukan operasi di negara lain harus ditranslasikan ke mata uang entitas
pelapor. IPSAS No. 4 ini dikembangkan dari standar akuntansi internasional
No 21, yaitu mengenai pengaruh perubahan kurs asing.
5. IPSAS 5 : Borrowing Cost. Tujuan IPSAS 5 - standar ini berisikan perlakuan
akuntansi untuk borrowing costs. Standar ini secara umum mensyaratkan
pengeluaran segera atas borrowing costs. Walaupun demikian, standar ini
memperbolehkan perlakuan alternatif bagi kapitalisasi borrowing costs yang
diakibatkan secara langsung oleh akuisisi, konstruksi, atau produksi aktiva
yang memenuhi syarat.
6. IPSAS 6 : Consolidated Financial Statements and Accounting for Controlled
Entities. IPSAS 6 disusun berdasarkan standar akuntansi internasional LAS
27. IPSAS 6 ini mengatur laporan keuangan konsolidasi dan akuntansi untuk
entitas yang dibawahinya.
7. IPSAS 7: Accounting for Investments in Associates. IPSAS 7 disusun
berdasarkan IAS 28, Accounting for Investments in Associaties.
8. IPSAS & Financial Reporting of Interests in Joint Ventures. IPSAS 8 disusun
berdasarkan standar akuntansi internasional IAS 31.

Anda mungkin juga menyukai