Dosen pengampu :
Dr. Bambang Wicaksono, S.E, M.M
Kelompok 3 :
Tiara Diva Maharani (32212706)
Khodijah (32212654)
Reza Erastus Elizaphan Mamahit (32212669)
Puji dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-NYA kita dapat diberikan banyak nikmat, terutama
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Prinsip Dasar Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
dan Isu-Isu Implementasinya” ini dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan makalah ini.
Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami,
serta kepada dosen pengampu mata kuliah Seminar Akuntansi yakni Bapak Dr.
Bambang Wicaksono, S.E, M.M
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi pemerintahan merupakan bidang ilmu akuntansi yang saat ini
sedang berkembang sangat pesat. Tuntutan transparansi dan akuntabilitas
publik atas dana-dana masyarakat yang dikelola pemerintah memunculkan
kebutuhan atas penggunaan akuntansi dalam mencatat dan melaporkan kinerja
pemerintahan. Akuntansi pemerintahan tidak terlepas tentang pemahaman
tentang akuntansi itu sendiri, termasuk dengan perkembangan akuntansi di
Indonesia. Sedangkan pengertian pemerintahan, meskipun tampaknya konotasi
lembaga politik lebih menonjol, aspek ekonominya tidak dapat
dikesampingkan.
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan
sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Laporan keuangan yang
diterbitkan harus disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku agar
laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan keuangan pada
periode sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas yang
lain.
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/ atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/ atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat ditukar dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang yang dipelihara karena
alasan 3 sejarah dan budaya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)?
2. Apa saja ruang lingkup Standar Akuntansi pemerintah (SAP) ?
3. Apa saja basis penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)?
4. Apa saja perbedaan spesifik antara SAP dan SAK?
5. Apa saja Isu yang terjadi terkait implementasi SAP ?
1.3 Tujuan
1. Menganalisis dan memahami gambaran umum Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP)
2. Menganalisis dan memahami ruang lingkup Standar Akuntansi pemerintah
(SAP)
3. Menganalisis dan memahami basis penerapan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP)
4. Menganalisis dan memahami perbedaan spesifik antara SAP dan SAK
5. Menganalisis dan memahami Isu yang terjadi terkait implementasi SAP
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
• Identifikasi topik untuk dikembangkan menjadi standar
• Pembentukan kelompok kerja di dalam Komite
• Riset terbatas oleh kelompok kerja
• Penulisan draft SAP oleh kelompok kerja
• Pembahasan draft oleh komite kerja
• Pengambilan keputusan draft untuk dipublikasi
• Peluncuran draft Publikasian SAP (Explosure Draft)
• Dengar pendapat terbatas (Limited Hearing) dan dengar pendapat publik
(Publik Hearings)
• Pembahasan tanggapan dan masukan terhadap draft publikasi
• Finalisasi Standart
4
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
SAP Berbasis Akrual mewajibkan entitas pelaporan menyusun dan
menyajikan tujuh laporan keuangan pokok yang terbagi ke dalam dua jenis
pelaporan, yaitu :
1. pelaporan finansial berbasis akrual
2. pelaporan pelaksanaan anggaran berbasis kas
3. CaLK
Pelaporan finansial terdiri atas: Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus
Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), LRA Berbasis Kas, dan Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
5
Bila dalam PSAK dengan tegas memakai istilah laporan keuangan, maka
karena masih adaptasi, PSAP menggunakan istilah pelaporan keuangan. Pelaporan
keuangan tidak mengacu secara tegas pada fisik laporan keuangan, melainkan pada
proses penyusunannya.
Terdapat perbedaan yang lain antara Standar Akuntansi Pemerintah dan Standar
Akuntansi Keuangan sebagai berikut:
1. SAP digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab menyediakan barang
dan jasa untuk rakyat, sementara SAK digunakan oleh entitas yang
bertanggung jawab mencari laba untuk pemilik/pemegang saham.
3. Perbedaaan antara SAP dan SAK juga terletak pada komponen laporan
keuangannya, yang berbeda dari SAP adalah tidak adanya laporan rugi/laba
dalam Pemerintahan dikenal dengan laporan kinerja keuangan
(surplus/defisit).
6
umum, serta para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan. SAP bertujuan sebagai acuan bagi: Penyusun standar,
penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar, pemeriksa dalam memberikan pendapat
mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan standar, serta
para pengguna laporan keuangan.
7
tambahan: Laporan Kinerja Keuangan (Berbasis Akrual), Laporan
perubahan ekuitas.
11. Asumsi Dasar, SAK: Dasar Aktual dan Kelangsungan Usaha.Asumsi Dasar
SAP: Asumsi Kemandirian Entitas, Asumsi Kesinambungan Entitas, dan
Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang (Monetary Measurement).
8
bagi daerah yang terlambat menyampaikan LKPD 2012, Kementerian Keuangan
sudah mengingatkan bagi daerah yang terlambat menyampaikan LKPD 2012 dan
LRA semester 1-2013 akan dilakukan penundaan transfer DAU. Ini gambaran
kondisi saat ini yang tentu harus dicermati dan ditangani sehingga penerapan SAP
berbasis akrual ditahun 2015 tidak akan menemui kendala.
Terkait dengan kesiapan Kemendagri dalam konteks penerapan SAP
berbasis akrual, saat ini penyusunan pedoman penerapan SAP berbasis akrual oleh
Kemendagri sudah dalam tahap finalisasi, Diharapkan, akhir tahun 2013, pedoman
tersebut sudah bisa diterima pemda. Untuk keberhasilan penerapan SAP berbasis
akrual, komunikasi Kemendagri dengan Kemenkeu juga terus dilakukan. Demikian
pula komunikasi dengan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) intensif
dilakukan agar penerapan SAP berbasis akrual di daerah bisa tepat waktu. Yang
menjadi landasan bagi daerah untuk penerapan SAP berbasis akrual di tingkat
daerah yaitu Peraturan Kepala Daerah tentang kebijakan akuntansi dan sistem
akuntansi pemerintah daerah. Saat ini, Kemendagri terus melakukan upaya-upaya
capacity building baik di internal Kemendagri maupun di Pemda. Kita berharap
tahun 2014 dapat melakukan uji coba penerapan SAP berbasis akrual di beberapa
daerah. Dengan adanya program uji coba, kita bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang mungkin muncul dari daerah. Kita juga mendorong daerah lain
untuk melakukan uji coba penerapan SAP berbasis akrual.
Tahun 2015, SAP berbasis akrual di seluruh daerah provinsi dan kab/kota
akan diselenggarakan. Dengan harapan, financial statistic di daerah sudah bisa
compatible dengan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), yang pada
gilirannya Indonesia punya satu kesatuan pengelolaan keuangan negara. Untuk itu,
kesiapan pemda perlu diperketat, kita mencoba memfasilitasi dari aspek
elembagaan (SOTK) bahwa core tatalaksana di dalam penerapan SAP berbasis
akrual adalah LO. Pendapatan dan belanja sudah harus diakui pada waktu terjadinya
transaksi, bukan waktu terjadinya arus kas masuk/keluar. Pekerjaaan ini tidak
terlalu sulit, hanya perlu komitmen dari para pemangku kepentingan. Dengan
adanya SOTK SKPD dan PPKD di setiap daerah,m SAP berbasis akrual diharapkan
sudah masuk dalam sistem tatalaksana. Keberadaan SDM baik dalam konteks
akuntansi maupun teknologi informasi perlu ditingkatkan. Demikian pula
kompetensi personil perlu ditingkatkan. Dalam hal ini, para pengambil keputusan
di daerah (kepala daerah) seharusnya sudah sangat aware akan komitmennya untuk
menerapkan fully accrual basis pada tahun 2015. Teknisnya bisa dilakukan oleh
staf, tapi staf tentu perlu keteladanan dari pimpinan (kepala daerah). Sementara itu,
terkait dengan kelengkapan teknologi informasi, pemda bisa melakukan upgrading
dari sistem yang telah ada agar kecepatan bisa maksimal. Ini salah satu agenda
Kemendagri untuk mewujudkan penerapan SAP berbasis akrual pada tahun 2015.
(Sumber artikel: Keuda-Kemendagri, 2014)
9
Untuk keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual, komunikasi
kemendagri dengan kemenkeu juga terus dilakukan. Demikian pula komunikasi
dengan KSAP intensif dilakukan agar penerapan SAP berbasis akrual di daerah bisa
tepat waktu. Yang menjadi landasan bagi daerah untuk penerapan SAP berbasis
akrual di tingkat daerah yaitu peraturan kepala daerah tetang kebijakan akuntansi
dan sitem akuntansi pemerintah daerah
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah membandingkan dengan SAK, dapar disimpulkan bahwa
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) baru bisa menghasilkan laporan
keuangan yang memiliki tingkat keterbandingan (Compability) yang
memadai bila masing-masing entitas mepunyai pemahaman yang sama
terhadap poin-poin bahwa Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Namun
hal itu sepertinya sulit dicapai, karena strategi adaptasi yang diterapkan
bahwa Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) telah menyebabkan bahwa
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) memiliki tingkat fleksibilitas yang
tinggi, artinya keseragaman (Uniformity) menjadi suatu hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan standar tersebut di kemudian hari
11
DAFTAR PUSTAKA
12
ARTIKEL I
Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis
Akrual dalam Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan
Daerah
13
E. Kerangka Konseptual :
14
F. Rumusan Hipotesis : Tidak ada karena ini penelitian kualitatif
G. Populasi dan Sample
Populasi : Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Sample : Cluster Sampling / Area Sampling
H. Teknik Pengumpulan Data : Metode Observasi, Wawancara dan
Dokumentasi (di abstrak)
I. Variabel dan Pengukuran : Tidak ada karena ini penelitian kualitatif
J. Desain Penelitian
• Tujuan Penelitian : Deskriptif
• Setting Penelitian : Field Study
• Unit Analisis : Divisions
• Dimensi Waktu : Cross Sectional Study
15
ARTIKEL II
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN
BERBASIS AKRUAL DI DPMPTSP KOTA PALOPO
16
E. Kerangka Konseptual :
17
F. Rumusan Hipotesis : Tidak ada karena ini penelitian kualitatif
G. Populasi dan Sample
Populasi : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kota Palopo.
Sample : Cluster Sampling / Area Sampling
H. Teknik Pengumpulan Data : Observasi, Dokumentasi dan Wawancara
K. Variabel dan Pengukuran : Tidak ada karena ini penelitian kualitatif
I. Desain Penelitian
• Tujuan Penelitian : Deskriptif
• Setting Penelitian : Field Study
• Unit Analisis : Divisions
• Dimensi Waktu : Longitudional
18
ARTIKEL III
Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual dalam
Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu
19
E. Kerangka Konseptual :
20
F. Rumusan Hipotesis : Tidak ada karena ini penelitian kualitatif
G. Populasi dan Sample
Populasi : BPKAD Kota Bengkulu
Sample : Cluster Sampling / Area Sampling
H. Teknik Pengumpulan Data : Observasi, Dokumentasi dan Wawancara (di
metode)
L. Variabel dan Pengukuran : Tidak ada karena ini penelitian kualitatif
I. Desain Penelitian
• Tujuan Penelitian : Deskriptif
• Setting Penelitian : Field Study
• Unit Analisis :Divisions
• Dimensi Waktu : Longitudional
21
JURNAL MANAJEMEN SOSIAL EKONOMI (DINAMIKA) VOL 3, No.2, Oktober 2023, pp. 44 - 58
p-ISSN : 2808‐8786 [print]
e-ISSN : 2798‐1355 [online]
http://journal.stiestekom.ac.id/index.php/dinamika page 44
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dalam Penyusunan Laporan
Pengelolaan Keuangan Daerah di Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, menggambarkan suatu gejala sosial secara lengkap. Metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi, teknik analisis data
dalam penelitian ini yaitu reduksi data dengan memilih hal-hal yang pokok, data display dan verifikasi data.
Hasil penelitian menemukan bahwa: Implementasi penerapan PP No.71 Tahun 2010 tentang akuntansi berbasis
akrual dan Peraturan Daerah tentang kebijakan akuntansi berbasis akrual dalam laporan keuangan Dinas
Pendidikan adalah Dinas Pendidikan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur telah menerapkan akuntansi
berbasis akrual yang akuntabilitas, transparansi keuangan terhadap masyarakat (publik) yang memiliki hak
dasar terhadap pemerintah, yaitu hak untuk mengetahui kebijakan pemerintah, mengetahui keputusan yang
diambil pemerintah, mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu, hak untuk diberi
informasi yang meliputi hak untuk diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu
yang menjadi perdebatan publik, dan semua itu telah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung
Jabung Timur dengan melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga non publik dengan media massa
sebagai sarana arus informasi buat masyarakat. Kendala yang dihadap dalam penerapan PP No.71 Tahun 2010
tentang akuntansi berbasis akrual dan Peraturan Daerah tentang kebijakan akuntansi berbasis akrual dalam
laporan keuangan Dinas Pendidikan adalah Dinas Pendidikan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur masih
minimnya sumber daya manusia yang profesional dalam mengelola keuangan, sehingga diperlukan pelatihan
terhadap staf pengelola.
Kata Kunci: Implementasi, Penerapan, Akuntansi Berbasis Akrual
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang berbasis pemerintahan dimana setiap lembaga pemerintahan harus
memiliki kinerja yang baik disegala bidang khususnya pengelolaan keuangan untuk menciptakan transparansi,
akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan dana masyarakat yang dikenal dengan good
governance. Hal ini senada dengan pendapat Mardiasmo, beliau mengatakan bahwa instansi pemerintah
memiliki tugas untuk mengelola dana dan mempertanggungjawabkannya sesuai dengan misi pokok dan
operasionalnya berdasarkan rencana strategis yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam kaitannya dengan
akuntabilitas, diperlukan sistem pelaporan keuangan yang memadai, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip
transparansi dan akuntabilitas. Oleh karena itu, khususnya dibidang akuntan publik, diperlukan reformasi dan
pengembangan yang berkelanjutan untuk menciptakan sistem yang sesuai.
Tata kelola keuangan publik yang baik untuk memberikan kepastian hukum adalah seperangkat prinsip
inti yang harus diikuti oleh otoritas publik dalam mengelola keuangan publik, termasuk prinsip transparansi
dalam pengelolaan anggaran belanja pemerintah dan anggaran Pembangunan yang dikenal dengan APBN atau
APBD. Tanpa prinsip ini, timbul kecurigaan dan saling tidak percaya diantara para pengelola keuangan.
Prinsip ini mensyaratkan bahwa setiap anggaran yang dibuat harus memiliki tujuan yang jelas untuk dicapai
dan manfaatnya juga harus dapat dirasakan oleh masyarakat luas.
Upaya perwujudan Good governance di Indonesia dalam rangka memenuhi hendak kualitas informasi
yang mumpuni, pemerintah diharuskan menyusun laporan pertanggungjawaban menggunakan sistem akuntansi
yang diatur oleh pemerintah pusat dalam wujud Undang- Undang serta peraturan pemerintah yang bertabiat
mengikat seluruh pemerintah wilayah.
Salah satu wujud konkrit untuk meningkatkankan transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan negeri merupakan dengan melaksanakan pengembangan kebijakan akuntansi pemerintah berbentuk
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang bertujuan buat membagikan pedoman pokok dalam penataan
serta penyajian laporan keuangan pemerintah baik pemerintah pusat ataupun pemerintah wilayah, sehingga apa
yang menjadi tujuan akan tercapai dengan baik.
Pencapaian kementerian/otoritas tercermin dalam laporan yang diterima setiap tahun. Ketika opini terus
stabil dan menunjukkan perubahan positif yang jelas, maka dapat dikatakan kementerian/lembaga tersebut
baik. Namun, tidak menutup kemungkinan opini positif tersebut masih melanggar hukum dan merugikan
keuangan negara. Atas dasar ini, auditor internal yang independen dan berkualitas harus memeriksa laporan
keuangan tahunan. Hasilnya nanti akan menujukkan apakah laporan keuangan tersebut benar-benar disajikan
secara wajar dan dan kredibel, serta jika besar kerugian keuangan negara telah diidentifikasi dan dilaporkan
kepada atasan, serta jika terdapat penyimpangan, maka dilakukan tindakan penanganan atas pelanggaran
hukum yang terjadi.
Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dalam Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah
(Youdhi Prayogo, et all)
46
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
Pedoman penggunaan dan pelaporan atas dana negara harus di laporkan secara akuntabel, sehingga pada
tahun 2010, diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
menggantikan PP No. 24 Tahun 2005. Berlakunya PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
membawa perubahan penting. Yakni, dalam sistem pelaporan keuangan Indonesia, perubahan dari cash basis
menuju accrual basis menjadi full accrual basis untuk pencatatan transaksi keuangan publik. Perubahan basis
ini diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang keuangan pemerintah dan informasi yang
nyata tentang hak dan kewajiban pemerintah. Peraturan pemerintah ini kemudian menjadi acuan dalam
penyusunan laporan tanggung jawab pengelolaan keuangan negara. Dengan kata lain, setiap laporan harus
mematuhi peraturan dan standar pengeluaran terhadap dana tersebut.
Penerapan akuntansi berbasis akrual merupakan hal yang baru dalam penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD), namun hal tersebut diyakini memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan dapat diperkuat juga dari opini BPK. Kualitas terbaik dari
laporan keuangan adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Pemerintah mewajibkan Laporan Keuangan untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. SAP berbasis
akrual adalah SAP merupakan akumulasi pencatatan pendapatan, pengeluaran, aset, liabilitas, dan ekuitas
dalam laporan keuangan kumulatif, serta pendapatan, pengeluaran, dan pelaporan atas pelaksanaan rencana
keuangan berdasarkan dasar yang diterapkan dalam APBN/APBD. Kebijakan ini adalah untuk meningkatkan
reabilitas laporan serna memperkenalkan konsep smart accounting dan penyusunan laporan
dipertanggungjawaban oleh penyelenggara keuangan negara serta implementasinya diberbagai instansi otoritas
negara, namun demikian masih banyak entitas yang kurang optimal melaksanakannya, terutama pada satuan
kerja pemerintahan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahap penerapan PP No. 71 Tahun 2010
sebagai sistem akuntansi akrual yang baru, masih belum optimal pada tataran daerah, hal tersebut belum
tersosialisasi dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan penerapan standar akuntansi akrual tidak maksimal
terhadap penerapan PP No. 71 Tahun 2010 yang sesuai ketentuan. Terjadinya ketidak maksimalan tersebut
akan mengganggu kualitas pelaporan. Hal tersebut jika tidak dilakukan dengan baik akan berdampak pada
kinerja pada satuan kerja masing-masing instansi.
Pemerintah Pada tahun 2010, menerbitkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
menggantikan PP No. 24 Tahun 2005. Berlakunya PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Akuntansi Asal membawa perubahan penting pada system pelaporan. Perubahan tersebut turut membawa
perubahan dalam sistem pelaporan keuangan Indonesia, perubahan dari cash basis menjadi accrual basis
menjadi full accrual basis untuk pencatatan transaksi keuangan publik. Perubahan basis ini diharapkan dapat
memberikan gambaran menyeluruh tentang keuangan pemerintah dan informasi yang nyata tentang hak dan
kewajiban pemerintah. Peraturan pemerintah ini kemudian menjadi acuan dalam penyusunan laporan tanggung
jawab pengelolaan keuangan negara. Dengan kata lain, setiap laporan keuangan harus mematuhi peraturan
tersebut. Peraturan tersebut mesti dilaksanakan dengan baik dan benar, sehingga tidak menjadi temuan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia.
Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK RI ) merupakan suatu badan pemeriksa
keuangan negara yang dibentuk untuk mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara dan
bertanggungjawab langsung kepada presiden. BPK RI sering menemukan beberapa instansi pemerintah di
daerah otonom belum memaksimalkan penerapan akuntansi berbasis akrual serta penyusunan laporan
pengelolaan keuangan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Jambi.
Kabupaten tersebut juga tidak luput laporan keuangannya dari BPK RI. Pada tahun 2016 BPK mengeluarkan
Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) pada laporan keuangan pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung
Timur. Sedangkan pada tahun 2017, 2018, 2019, dan 2020 BPK mengeluarkan Opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) pada laporan keuangan pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, artinya terjadi
kemajuan pada laporan keuangan pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam 5 tahun terakhir dan
berhasil mempertahankan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 4 tahun salah satunya ialah
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung timur, namun dilansir dari situs resmi Badan Pemeriksaan Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) pada Tanggal 23 Mei 2022 menyatakan bahwa, berdasarkan Hasil Pemeriksaan
atas LKPD Kabupaten Tanjung Jabung Timur TA 2021, BPK RI memberikan Opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur telah
mampu untu memenuhi ketentuan yang ada, walaupun dengan melakukan berbagai perbaikan yang didampingi
oleh tenaga ahli dari luar.
Meskipun telah meraih Opini WTP dalam 5 tahun terakhir, BPK masih menemukan adanya kelemahan
sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam penyusunan
laporan keuangan. Pada salah satu SKPD yakni satuan Dinas Pendidikan yang memiliki masalah antara lain
Pengeluaran belanja barang. Dalam hal ini, peneliti bermaksud menggali hasil terkait permasalahan tersebut
JURNAL MANAJEMEN SOSIAL EKONOMI (DINAMIKA) Vol.3, No.2, Oktober 2023, pp. 44-58
47
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
dengan melaksanakan Grand Tour pada tanggal 16 november 2022 di Kantor Pemerintahan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur dalam rangka observasi terkait penerapan standar akuntansi sesuai dengan PP No 71
Tahun 2010. Hal tersebut terlihat pada satuan Dinas Pendidikan yang memiliki masalah antara lain
pengeluaran belanja barang pada Dinas Pendidikan tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar Rp539,97 juta
dan realisasi belanja pada Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman tidak dapat dipertanggung jawabkan
dan tidak sesuai kondisi yang senyatanya semuanya Sebesar Rp250,33 Juta. Selisih angka tersebut dianggab
cukup besar, serta dapat merusak akuntabilitas kinerja Satuan kerja masing-masing, dan pada tahun 2020 BPK
Perwakilan Provinsi Jambi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ditemukan pada Dinas Pendidikan tidak dapat
dipertanggungjawabkan dan tidak sesuai kondisi yang senyatanya seluruhnya sebesar Rp836,85 Juta. Lalu pada
tahun 2021 BPK Perwakilan Provinsi Jambi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur menemukan kelemahan pada
Dinas Pendidikan tidak dapat dipertanggungjawabkan dan realisasi belanja pada Dinas Perumahan dan
Kawasan Pemukiman tidak dapat dipertanggungajwabkan dan tidak sesuai kondisi yang senyatanya seluruhnya
sebesar Rp250,33 Juta. Dengan demikian perlu ditelisik penyebab terjadinya sehingga kedepannya dapat
ditanggulangi.
Selisih angka pada laporan keuangan dinas Pendidikan Tanjung Jabung Timur menimbulkan pertanyaan
besar, mengapa terjadinya ketidak singkronan antara jumlah pengeluaran belanja barang dan laporan yang
memiliki selisih cukup signifikan. Hal tersebut menimbulkan persepsi tentang bagaimana penggunaan dan
pelaporan keuangan yang dilakukan, apakah sudah sesuai dengan aturan yang ada atau tidak, dan bagaimana
sumberdaya pengelola keuangan yang dimiliki, apakah sudah profesioanl atau belum, serta apakah laporan
tersebut sudah mengacu pada pedoman atau tidak. Berdasarkan pada keadaan tersebut diatas, maka dalam hal
ini, peneliti bermaksud menggali temuan terkait fenomena tersebut dengan melihat apakah pelaporan keuangan
yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur sudah melakukan penerapan standar
akuntansi sesuai dengan PP No 71 Tahun 2010.
Sejatinya laporan keuangan yang memiliki kualitasnya yang baik dapat terwujud dari pemahaman dan
peengelolaan yang baik dan benar. Maka dari itu diperlukan peneglola yang memiliki sumber daya yang
profesional, disini sumber daya yang dimaksud ialah aparatur atau staf pengelola keuangan pemerintah daerah.
Staff di Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada awalnya sedikit cenderung resisten terhadap
perubahan, namun lama kelamaan sudah mulai perlahan adaptif terhadap perubahan. Salah satu kendala
optimalnya penyajian LKPD Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur yakni tidak memiliki sumber
daya aparatur penyusun laporan keuangan di Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur belum
sepenuhnya berkompeten.
Dalam melaksanakan observasi peneliti menemukan kasus mengenai kendala pada penerapan basis akrual
yaitu sumber daya manusia, dimana tingkat pemahaman dasar staf mengenai administrasi keuangan negara
masih rendah. Pemerintah berupaya meminimalisir kendala penerapan sistem akuntansi berbasis akrual
tersebut, sebab akuntansi berbasis akrual merupakan basis akuntansi transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya
diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi. Sehingga seluruh
rangkaian kegiatan transaksi yang terjadi termuat dalam laporan pertanggungjawaban, maka apabila dalam
penerapan standar akuntansi tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang ada, kualitas laporan
penanggungjawaban pengelolaan keuangan negara akan diragukan keabsahannya. Salah satu upaya pemerintah
mengatasi kendala dalam penerapan standar akuntansi berbasis akrual yang sesuai dengan PP No. 71 Tahun
2010 tersebut adalah dengan melakukan identifikasi dan peninjauan khusus terhadap jenis kendala yang terjadi
dalam tahap implementasi akuntansi berbasis akrual sesuai PP No. 71 Tahun 2010 diberbagai sektor
pemerintahan daerah otonom guna mengetahui jenis kesenjangan yang muncul, faktor penerapan standar
akuntansi yang tidak maksimal, serta penyusunan laporan penanggungjawaban yang tidak sesuai dengan isi PP
No. 71 Tahun 2010 sebagai evaluasi dan upaya memaksimalkan penerapan standar akuntansi berbasis akrual
dalam rangka meningkatkan kualitas laporan penanggungjawaban tata kelola keuangan.
Tata Kelola keungan seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan dan
berkompetensi dibidangnya, yang memiliki sumber daya yang baik dan penempatan yang sesuai dengan
keahliannya, sehingga dapat dilakukan dengan baik dan benar. Kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah
salah satu faktor penting yang mempengaruhi kesiapan penerapan SAP berbasis akrual. Kualitas SDM
memegang peranan penting dalam sebuah organisasi oleh karena itu pemerintah pusat dan daerah perlu secara
serius menyusun perencanaan dan penempatan SDM dibidang akuntansi pemerintahan.
Berdasarkan opini atas laporan keuangan yang telah diterima dan permasalahan yang telah ditemukan,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada Dinas Pendidikan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Berdasarkan pada kasus yang ditemukan dari hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Bunroni Kassubag
Keuangan dan Asset Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur peneliti menemukan masalah di
Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dalam Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah
(Youdhi Prayogo, et all)
48
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur bahwa adanya kendala yaitu pelaporan yang dilakukan
tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak akuntabel, hal tersebut disinyalir karena belum adanya Sumber daya
manusia yang memadai. Salah satu penyebabnya adalah dikarenakan latar belakang pendidikan pengelola
keuangan tersebut yang bukan berasal dari lulusan akuntansi, dan menyebabkan pelaporan keuangan yag tidak
akuntabel. Topik ini menarik untuk diteliti karena konsep ini masih tergolong baru. Basis akrual merupakan isu
terhangat yang dihadapi oleh komite SAP di Indonesia mengingat dengan dikeluarkannya PP No.71 Tahun
2010 yang mengharuskan pada tahun 2015 instansi pemerintah sudah harus melakukan adopsi basis akrual
secara keseluruhan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan publik dapat dilihat dari beberapa perspektif. Salah satunya ialah
implementation problems approach yang diperkenalkan oleh Edward III (1980) dalam Leo Agustino,
mengajukan pendekatan masalah implementasi dengan terlebih dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok,
yakni faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan? Faktor apa yang menghambat
keberhasilan implementasi kebijakan? Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut dirumuskan empat faktor yang
merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi,
atau pelaksana dan struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Theodoulou dalam Leo Agustino
menyatakan kebijakan public haruslah dapat menyelesaikan atau mendorong beberapa hal seperti ini “resolving
conflict over scarce resources, regulating behavior, motivating collective action, protecting rights, and
directing benefits toward the public interest.” Dalam kata lain, kebijakan mestinya dapat menyelesaikan
konflik atas kelangkaan sumber-sumber daya, mengatur perilaku, melindungi hak-hak dasar, dan lainnya.
Model pendekatan top-down yang dirumuskan oleh van Metter dan van Horn dalam Leo Agustino
disebut dengan istilah A Model of The Policy Implementtion. Proses implementasi ini merupakan sebuah
abstraksi atau performansi dari suatu pelaksanan kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk
meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan dengan berbagai
variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik
yang tersedian, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik.
Menurut dan van Horn dalam Leo Agustin, menyatakan bahwa terdapat enam variabel yang
mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik.
a. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Tingkat keberhasilan implementasi kebijakan dapat diukur jika ruang lingkup dan tujuan
kebijakan realistis dalam kaitannya dengan sosial budaya yang ada pada tataran implementasi
kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu idealis (atau bahkan terlalu utopis)
untuk diterapakan ditingkat warga negara, maka implementasi kebijakan yang sukses menjadi sulit.
b. Sumber Daya
Memanfaatkan sumber daya secara efektif sangat penting agar proses penerapan kebijakan
berhasil. Keberhasilan suatu proses implementasi sangat bergantung pada sumber daya manusia.
Mengingat tenaga kerja yang dibutuhkan oleh kebijakan yang secara apolitis, tahapan spesifik dari
keseluruhan proses implementasi memerlukan kehadiran sumber daya manusia yang berkualitas.
Namun demikian, sangat sulit untuk mengantisipasi kinerja kebijakan publik ketika kompetensi dan
kemampuan sumber daya tersebut tidak ada.
Namun selain sumber daya manusia, sumber daya lain juga perlu mendapat perhatian adalah
sumber daya finansial dan waktu. Memang benar, suka atau tidak suka, ketika tersedia sumber daya
manusia yang berkualitas dan kompeten, sementara kucuran modal melalui anggaran tidak tersedia,
maka akan timbul permasalahan dalam mencapai tujuan kebijakan. Hal yang sama berlaku untuk
sumber daya waktu. Ketika pekerjaan sumber daya manusia dan pencairan modal berjalan dengan
baik, namun permasalahannya adalah waktu yang terlalu sempit, hal tersebut juga dapat
menyebabkan kegagalan.
c. Karakteristik Agen Pelaksana.
Baik kelompok resmi maupun informal yang akan terlibat dalam pelaksanaan kebijakan publik
menjadi fokus perhatian agen pelaksana. Hal ini penting karena evektifitas pelaksanaan kebijakan
publik akan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kesesuaian agan pelaksana. Misalnya, ketika
menerapkan kebijakan publik yang bertujuan untuk mengubah perilaku manusia secara drastis,
agen yang melaksanakan proyek tersebut harus diakui keras, tegas, dan ketat dalam menerapkan
peraturan sesuai dengan hukuman yang telah ditetapkan.
d. Sikap atau Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana.
Sikap penerimaan atau penolakan dari penanggung jawab implementasi akan sangat
mempengaruhi berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan publik. Hal ini kemungkinan besar
JURNAL MANAJEMEN SOSIAL EKONOMI (DINAMIKA) Vol.3, No.2, Oktober 2023, pp. 44-58
49
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
terjadi karena kebijakan yang diterapkan bukan merupakan hasil pembentukan masyarakat lokal
yang sangat paham dengan permasalahan yang mereka hadapi. Namun kebijakan yang akan
dilaksanakan oleh pelaksana merupakan kebijakan top-down yang kemungkinan besar pengambil
keputusan tidak akan pernah mengetahui kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang ingin
dipecahkan oleh masyarakat.
e. Komunikasi antar-Organisasi dan aktivitas pelaksana.
Koordinasi merupakan mekanisme sekaligus syarat utama dalam menentukan keberhasilan
pelaksanaan kebijakan. Semakin baik koordinasi dan komunikasi di antara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil
terjadi, dan begitu pula sebaliknya.
1. Akuntansi Pemerintah
Akuntansi pemerintahan adalah suatu sistem akuntansi yang mengkhususkan diri pada pencatatan dan
pelaporan transaksi-transaksi pada instansi pemerintah. Departemen Perbendaharaan Negara menyusun laporan
akuntansi tentang aspek-aspek pengelolaan Perbendaharaan Negara. Selain itu, bidang ini mencakup
pengendalian pengeluaran APBN, termasuk kepatuhan terhadap undang-undang yang berlaku.Tujuan pokok
dari akuntansi pemerintahan yaitu sebagai berikut:
a. Pertanggungjawaban, tujuan dari akuntansi pemerintah adalah untuk menyediakan informasi
keuangan yang lengkap, akurat dan tepat waktu yang berguna bagi mereka yang bertanggungjawab
atas pengoperasian lembaga pemerintah.
b. Managerial, akuntansi pemerintah juga diperlukan untuk menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran,
perumusan kebijakan, pengambilan keputusan dan evaluasi operasi pemerintah.
c. Pengawasan, akuntansi pemerintahan diadakan untuk memungkinkan diadakannya pengawaan
pengurusan keuangan negara dengan lebih mudah oleh aparat pemeriksa. Negara indonesia memiliki
badan pemeriksa eksternal yaitu BPK-RI yang mengawasi pertanggungjawaban keuangan
pemerintah yang terdiri dari pemeriksaan keuangan umum (general audit), pemeriksaan kepatuhan
dan pemeriksaan operasional atau administrasi (managemen audit) dan pemeriksaan ketaatan
(complianceaudit).
Secara umum, tujuan akuntansi pemerintahan adalah memberi jasa dan pelayanan kepada masyarakat.
a. Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan merupakan suatu konsep urtuk menyusun dan
mengembangkan standar akuntansi pemerintahan dan menjadi acuan komisi standar akuntansi
pemerintahan, yang mempertemukan laporan keuangan, auditor dan pengguna laporan keuangan
untuk mencari solusi atau masalah yang belum terselesaikan dan belum diatur sesuai Pernyataan
standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Melindungi aset pemerintah dan lembaganya dengan
mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi keuangan sesuai dengan standar dan praktik
akuntansi pemerintah yang diterima secara umum.
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kinerja keuangan
pemerintah pusat, baik di tingkat nasional maupun untuk instansi, berguna sebagai dasar evaluasi
kinerja, penentuan otorias anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas.
c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi pemerintah
pusat serta keseluruhan.
d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.
2. Standar Akuntansi Pemerintahan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 pasal 1 ayat (3) tentang standar akuntansi
pemerintah yang selanjutnya disingkat SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan negara. Dapat disimpulkan bahwa SAP merupakan
persyaratan yang memiliki kekuatan hukum dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah
Negara maupun daerah di Indonesia guna mencapai transparansi dan akuntabilitas. Standar akuntansi
pemerintah dapat berfungsi sebagai panduan untuk menyelaraskan pemahaman antara pembuat, pengguna,
dan auditor.
Penerapan SAP yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan SAP oleh PPK-SKPD didalam
menyusun laporan keuangan yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang SAP
yang terdiri dari 11 (sebelas) pernyataan standar yaitu:
a) PSAP No. 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan.
b) PSAP No. 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran.
Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dalam Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah
(Youdhi Prayogo, et all)
50
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
c) PSAP No. 03 tentang laporan Arus Kas.
d) PSAP No. 04 tentang Catatan atas laporan Keuangan.
e) PSAP No. 05 tentang Akuntansi Persediaan.
f) PSAP No. 06 tentang Akuntansi Investasi.
g) PSAP No. 07 tentang Akuntansi Aset Tetap.
h) PSAP No. 08 tentang Akuntansi Kontruksi dalam Pengerjaan.
i) PSAP No. 09 tentang Akuntansi Kewajiban.
j) PSAP No. 10 tentang Koreksi kesalahan.
k) PSAP No. 11 tentang Laporan Keuangan onsolidasi.
Kebutuhan pengguna laporan keuangan untuk mengetahui tentang operasi pemerintah, pemerintah
harus memberikan representasi yang efektif dan efisien, dengan mempertimbangkan perencanaan,
pengendalian dan pengambilan keputusan. Konsep pengambilan keputusan islam lebih menekankan
kehati-hatian dalam menerima informasi. SAP diterapkan dilingkungan pemerintahan, baik
dipemerintahan pusat dan departemen-departemennya maupun di Pemda dan dinas-dinasnya. Penggunaan
SAP diduga akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan penyelenggara negara dan
daerah. Ini berarti informasi keuangan pemerintah, serta transparansi dan akuntabilitas. Setiap pemangku
kepentingan biasanya membuat analisis saat mengambil keputusan.
3. Basis Akuntansi
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan pengaruh atas transaksi
atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis akuntansi ini berhubungan dengan
waktu kapan pengukuran dilakukan. Basis akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas dan basis
akrual.
a. Basis Akuntansi Kas (Cash Basis of Accounting)
Basis Akuntansi kas murni dimana pendapatan hanya diakui pada saat kas diterima dan beban
hanya diakui pada saat kas dibayarkan. Pada praktek akuntansi pemerintahan di Indonesia, basis
kas digunakan untuk menyajikan laporan realisasi anggaran yang berarti bahwa pendapatan
diakui pada saat kas diterima oleh rekening kas umum negara/daerah, dan belanja diakui pada
saat kas dikeluarkan dari rekening kas umum negara/daerah.
b. Basis Akuntansi Akrual (Accrual Basis of Accounting)
Seperti yang diketahui penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ini sudah
diterapkan diseluruh Pemerintah Daerah yang ada di Indonesia. Sebelum adanya PP 71 Tahun
2010 (basis akrual), pemerintah sudah menerapkan PP 24 Tahun 2008 yaitu sistem basis
akuntansi kas menuju akrual. Secara konseptual sistem akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat
menghasilkan informasi yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan dengan akuntansi
berbasis kas. Akuntansi berbasi akrual dianggap mampu mendukung penerapan akuntansi
pemerintah yang dapat diterima untuk berbagai biaya layanan publik. Akuntansi dan perhitungan
yang tepat dari semua biaya yang dibayar dan tidak dibayar memungkinkan pengukuran
akuntansi basis akrual yang lebih baik secara konseptual, pencatatan tepat waktu dan
pemberitahuan kewajiban masa mendatang. Data terkait kinerja dapat memberikan informasi
tentang penggunaan aktual sumber daya keuangan. Akuntansi yang baik merupakan salah satu
alat pendukung yang dibutuhkan pemerintah saat ini dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
pemerintahan.
Tabel 2.1
Perbandingan Manfaat Basis Kas dan Basis Akrual
Kriteria Basis Kas Basis Akrual
Pemahaman Sederhana tapi tidak lazim bagi kebanyakan Komples tapi lebih lazim bagi
orang kebanyakan besar orang
Memberikan Hanya informasi yang terkait dengan kas Informasi terkait dengan kas dan
informasi yang juga informasi tambahan
menyeluruh
Bermanfaat dalam Hanya menyediakan informasi dasar Menyediakan informasi tentang
pengelolaan arus kas kas dan kmitmennya
Pengelolaan aset non- Negara-negara pengguna basi kas memiliki Negara-negara pengguna akrual
JURNAL MANAJEMEN SOSIAL EKONOMI (DINAMIKA) Vol.3, No.2, Oktober 2023, pp. 44-58
51
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
keuangan format yang berbeda-beda sehingga tidak menggunakan standar akutansi
konsisten dengan negara lain yag berbeda-beda sehingga tidak
konsisten dengan dengan negara
lain
Mengukur Sangat terbatas Bermanfaat, namun haru
keberlanjutan ditambahkan dengan informasi
lain
Kredibilitas Terbatas Lebih familiar untuk menilai
instansi dan kreditur
Dasar bagi penentuan Terbatas Bagus, jika digunakan dengan
strategi fiskal informasi mengenai kas
Akuntabilitas Terbatas Menyediakan informasi tersebut
Dasar bagi penentuan Terbatas Bagus
harga barang dan
jasa
Menghalangi Terbatas Lebih bagus daripada basi kas,
tindakan kecurangan tergantung pada lingkungan
dan korupsi pengendalian dan aspek lainnya
Impementasi Biaya sistem informasi tinggi Biaya bisa lebih rendah, namun
diperlukan biaya ekstra untuk
identifikasi dan penilaian ast dan
komponen lain
Keberlanjutan Skill yang diperlukan rendah, namun Mudah untuk dipertahankan dan
operasi diperlukan jumlah personel yang banyak megajari operator
Sumber: Baries Ferryono
Tabel diatas menunjukkan bahwa perbandingan penggunaan laporan yang berbasis akrual
berbanding dengan berbasis kas adalah penggunaan dengan berbasis akrual lebih kompleks, lebih bagus,
lebih mudah, biaya lebih rendah.
4. Akuntansi Berbasis Akrual
Basis SAP berbasis akrual diterapkan dilingkungan pemerintah yaitu pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan satuan organisasi dilingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut perundang-undangan
satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan (PP No 71 Tahun 2010). SAP berbasis
akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah. PSAP dilengkapi dengan SAP akrual seusai lampiran I Peraturan Pemerintah No. 71 tahun
2010. Kebutuhan akan informasi tentang kegiatan operasional negara dan keadaan kekayaan dan utang
dapat terpenuhi lebih baik dan lebih akurat jika berbasis akrual, tetapi jika Undang-Undang
mengharuskan laporan keuangan disajikan dengan basis kas, maka laporan keuangan harus disajikan
seperti itu.
Tujuan pencatatan transaksi adalah untuk menjelaskan bagaimana transaksi keuangan bekerja dalam
masyarakat islam. Dewan Syariah Nasional percaya bahwa lebih masuk akal untuk mencatat transaksi
berdasarkan akrual baik untuk pendapatan maupun pengeluaran. Oleh karena itu, penting untuk
memahami konsep basis akrual yang diartikan sebagai dasar pencatatan dan pembukuan trnasaksi
menurut akuntansi syariah, sehingga tidak terjadi manipulasi informasi akuntansi, kecurangan atau
penipuan. Semua transaksi bisnis dicatat dan dihitung berdasarkan basis akrual saat terjadi, sedangkan
pendapatan yang dialokaikan untuk pembagian keuntungan direalisasikan berdasarkan pendapatan yang
direalisasikan.
Prinsip syariah telah menggariskan bahwa segala transaksi ekonomi harus dicatat, selain itu
penyajian informasi akuntansi menekankan konsep kebenaran, kejujuran, keadilan, dan
pertanggungjawaban (accountability) sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 282.
Artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan hutang piutang untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah
melarangnya, maka hendaklah dia menuliskannya. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan,
dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun darinya.
Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu
mendiktekannya sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah
Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dalam Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah
(Youdhi Prayogo, et all)
52
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh)
seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang
ada), agar jika kamu lupa, maka yang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak
apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktu baik (utang itu) kecil
maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan pembuktian, dan lebih
mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika itu merupakan perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah
saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit demikian juga saksi. Jika kamu
melakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada
Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ”
Terdapat beberapa manfaat yang bisa diperoleh atas pelaksanaan basis akrual, baik untuk
pengguna laporan ataupun untuk pemerintah selaku penyedia laporan keuangan. Manfaat tersebut antara
lain:
1. Dapat menyajikan laporan posisi keuangan pemerintah serta perubahannya.
2. Memperlihatkan akuntabilitas pemerintah atas pemakaian segala sumber daya.
3. Menampilkan akuntabilitas pemerintah atas pengelolaan segala aktiva serta kewajibannya yang diakui
dalam laporan keuangan.
4. Memperlihatkan bagaimanan pemerintah mendanai aktivitasnya dan penuhi kebutuhan kasnya.
5. Membolehkan user untuk mengevaluasi keahlian pemerintah dalam mendanai akktivitasnya dan
dalam penuhi kewajiban serta komitmennya.
6. Menolong user dalam pembuatan keputusan tentang penyediaan sumber daya ataupun melaksanakan
bisnis dengan entitas.
7. User dapat mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal biaya pelayanan, efisiensi dan penyampaian
pelayanan tersebut.
5. Keuangan Daerah
Sesuai dengan PP Nomor 58 Tahun 2005, Keuangan Daerah didefinisikan sebagai semua hak dan
kewajiban daerah dalm rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapt dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah
tersebut. Sedangkan menurut UU Nomor 23 Tahun 2014, keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat
dijadikan milik derah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Tujuan diaturnya keuangan daerah oleh pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas dalam pengelolaan sumber daya keuangan daerah, meningkatkan kesejahteraan daerah dan
mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat. Selanjutnya pengelolaan perekonomian daerah dapat
digambarkan sebagai rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengendalian perekonomian daerah. UU No. 33 Tahun 2004 dengan
jelas mendefinisikan dasar penyusunan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan daerah, antara lain
memberikan keleluasaan dalam menetapkan:
a. Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur dengan peraturan daerah.
b. Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah diatur dengan surat keputusan kepala daerah sesuai
dengan peraturan daerah tersebut.
c. Kepala Daerah menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada DPRD mengenai pengelolaan
keuangan daerah dan kinerja keuangan daerah dari segi efisiensi dan efektifitas keuangan.
d. Laporan pertanggungjawaban keuangan aerah tersebut merupakan dokumen daerah sehinggan dapat
diketahui oleh masyarakat.
6. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
Sistem Akuntansi keuangan daerah merupakan sesuatu lapisan yang tertib dari sesuatu asas
ataupun teori buat proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, serta pelaporan transaksi ekonomi
dari entitas pemerintah wilayah, pemda (kabupaten, kota ataupun provinsi) yang disajikan selaku data
dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang dibutuhkan oleh pihak- pihak eksternal entitas
Pemda yang membutuhkan data yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan wilayah tersebut antara 12
lain merupakan Dewan Perwakilan Rakyat Wilayah (DPRD), tubuh pengawasan keuangan, investor,
kreditur serta donator, analis ekonomi serta pemerhati pemda yang sepatutnya terdapat dalam area
akuntansi keuangan wilayah.
Pemerintahan yang efisien paling tidak bisa berguna dalam mendesak proses pengambilan keputusan
jadi lebih baik, meningkatkan efisiensi pemakaian sumber energi, serta menguatkan akuntabilitas
pengelolaan sumber energi. Secara substansial, ada 3 lingkup pemerintahan dalam sistem pemerintahan
Republik Indonesia, Ialah pemerintahan pusat, serta pemerintahan wilayah yang dibagi jadi pemerintah
JURNAL MANAJEMEN SOSIAL EKONOMI (DINAMIKA) Vol.3, No.2, Oktober 2023, pp. 44-58
53
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
provinsi serta pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang lebih luas cakupannya berikan arahan pada
pemerintahan yang cakupannya lebih kecil. Terdapatnya pemerintah yang menciptakan pemasukan pajak
ataupun bukan pajak yang lebih besar menyebabkan diselenggarakan sistem untuk hasil, alokasi dana
universal, hibah ataupun subsidi antar- entitas pemerintahan.
Pemerintah Wilayah pada dikala ini sudah dituntut buat bisa menciptakan laporan
pertanggungjawaban yang mempunyai nilai akuntabilitas serta transparansi yang besar. Buat bisa
menghasilkan laporan pertanggung jawaban (LPJ) tersebut pastinya memerlukan fasilitas serta prasarana
yang mencukupi, diiringi dengan pembelajaran terhadap sumber energi manusia yang dipunyai oleh
pemerintah wilayah agar bisa menguasai serta melakukan sistem yang baru dalam pengelolaan serta
pertanggungjawaban keuangan wilayah sistem akuntansi keuangan wilayah (SAKD).
Menurut Halim dalam Susanti Melly, menyatakan “Akuntansi Keuangan Daerah adalah proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
pemerintahan daerah (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan informasi dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal pemerintah daerah yang memerlukan”. Dari
definisi tersebut maka akuntansi keuangan daerah adalah proses pencatatan, pengukuran,
pengidentifikasian, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah-pemda
(kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan
ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas Pemda.
Kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan dilakukan untuk
kepentingan:
a. Akuntabilitas, Manajemen, Transparansi.
b. Keseimbangan antar generasi, Evaluasi kinerja.
Sementara itu, fungsi pelaporan keuangan pokok yang perlu dibuat terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran lebih (SAL).
2. Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan arus kas (LAK), Laporan perubahan ekuitas.
3. laporan Catatan atas laporan keuangan.
Selain keuangan dasar, entitas pelapor diwajibkan untuk menyediakan laporan lain dan atau pos
informasi akuntansi yang diwajibkan oleh undang-undang (laporan peraturan). Laporan keuangan yang
disiapkan harus memiliki karakteristik kualitatif berikut:
1. Relevan, Andal, Dapat dibandingkan, Dapat dipahami.
7. Landasan hukum pengelolaan keuangan daerah
Sebagai bagian dari keuangan negara, pengelolaan keuangan daerah juga memiliki landasan hukum
yang sama dengan keuangan daerah, hanya saja dalam beberapa aspek diatur lebih spesifik. Landasan
hukum pengelolaan keuangan daerah antara lain:
a. UUD 1945 Amandemen IV bab VIII
b. UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. UU No. 15 tahun 2005 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara
e. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
f. UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah
g. PP No 58 Tahu 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
h. Permendagri No 13 Tahun 2006 Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
i. PP No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
j. Peraturan daerah terkait.
8. Penerapan SAP Berbasis Akrual
Penerapan standar akuntansi pemerintahan mengikuti basis akuntansi yang ada. Sebagaimana
standar yang lain, standar akuntansi dengan tujuan menetapkan waktu yang tepat untuk mengakui dampak
dari transaksi untuk tujuan pelaporan keuangan disebut sebagai basis akuntansi. Basis akuntansi yang
sering diketahui hanya ada dua, yaitu basis kas dan akrual. Namun dalam praktiknya terdapat beberapa
variasi dan modifikasi dari keduanya. Pada umumnya perkembangan tersebut dibagi menjadi empat
macam yaitu basis kas (cash basis), basis kas yang dimodifikasi (modified cash), basis akrual (accrual
basis), dan basis akrual yang dimodifikasi (modified accrual basis). Pembagian ini pun tidak bersifat
mutlak.
Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dalam Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah
(Youdhi Prayogo, et all)
54
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara,
Pemerintahan Republik Indonesia telah menetapkan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan (SAP). Standar akuntansi pemerintahan tersebut
menganut basis kas untuk menuju akrual yaitu menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi
pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas
dana. Namun, penerapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tersebut masih
bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam pasal 36 ayat (1) Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang keuangan negara yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan
belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun setelah dikeluarkan.
Oleh karena itu, Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti.
Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang
standar akuntansi pemerintahan yang menganut basis akrual secara penuh, yang menggantikan standar
akuntansi pemerintahan berbasis kas menuju akrual menurut Perturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tersebut akan dimulai pada tahun 2015. Ditetapkannya PP No 71 Tahun 2010 maka penerapan sistem
akuntansi pemerintahan berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum, dan hal ini segera menerapkan
SAP yang baru yaitu SAP berbasis akrual.
Standar akuntansi pemerintahan tersebut disusun oleh komite standar akuntansi pemerintahan
(KSAP) yang independent dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintahan setelah terlebih dahulu
mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Peraturan Pemerintahan Nomor 71
Tahun 2010 pasal 1 ayat (8) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) berbasis akrual adalah standar akuntansi pemerintahan yang mengakui pendapatan,
beban, asset, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja,
dan pembiayaan yang ditetapkan dalam APBN atau APBD.
Penerapan sistem tersebut di Indonesia, ada yang berkembang menjadi basis kas menuju akrual
(cash toward accrual) yang diregulasikan pada PP Nomor 24 Tahun 2005 pada pengantar Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) paragraf 11 sebagai bentuk penyesuaian terhadap peralihan dari
basis kas ke basis akrual. Proses penerapan pelaporan berbasis akrual sejak tahun 2010 masih dalam tahap
sosialisasi, hingga ke tahun 2015 baru dianggap pada tahap implementasi penuh yakni semua satua kerja
pemerintah wajib menggunakan pelaporan berbasis akrual tersebut. Pencapain tersebut sebagai mana
table di bawah ini:
Tabel 2.2
Timeline Strategi Penerapan SAP Berbasis Akrual
Tahun Strategi Penerapan SAP Berbasis Akrual
2010 Penerbitan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual
Mengembangkan framework akuntansi berbasis akrual dan BAS (Badan Akun
Standar)
Sosialisasi Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual
2011 Penyiapan aturan pelaksanaan akuntansi
Pengembangan sistem akuntansi dan teknologi informasi bagian pertama (proses
bisnis dan detail requiremen).
Pengembangan kapasitas SDM
2012 Pengembangan sistem akuntansi dan teknologi informasi
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)
2013 Piloting beberapa Kementerian/Lembaga dan Bendahara Umum Negara
Review, evaluasi dan penyempurnaan sistem
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)
2014 Parallel run dan konsolidasi seluruh LK
Review, evaluasi dan penyempurnaan system
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)
2015 Implementasi penuh
Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)
Sumber : Rakhman, Azwar.dkk. Penyajian LKPP berdasarkan SAP berbasis Akrual.
3. METODOLOGI PENELITIAN
JURNAL MANAJEMEN SOSIAL EKONOMI (DINAMIKA) Vol.3, No.2, Oktober 2023, pp. 44-58
55
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Prosedur yang ditetapkan yaitu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif. Lokasi penelitian untuk mendapatkan informasi yaitu di Dinas Pendidikan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang berada di Rano, Kec. Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung
Timur, Jambi. Sedangkan objek penelitian dalam skripsi adalah implementasi peraturan pemerintah No 71
Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah (SAP) berbasis akrual dalam penyusunan laporan keuangan
daerah. Penelitian ini mengambil data wawancara terhadap pimpinan dan pengelola keuangan terkait
penerapan PP No. 71 Tahun 2010 mengenai penyusunan laporan keuangan pada Dinas Pendidikan Tanjung
Jabung Timur. Menggunakan teknik penelitian dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Implementasi PP No.71 Tahun 2010 tentang SAP Berbasis Akrual dalam Pengelolaan Laporan
Keuangan
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pasal 1 ayat 3 tentang standar akuntansi
pemerintahan adalah prinsip yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan daerah.
SAP merupakan persyaratan yang memiliki kekuatan hukum dalam meningkatkan kualitas laporan
keuangan. Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur telah berhasil menerapkan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akuntansi akrual sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Hal ini
mencerminkan komitmen dinas untuk mengikuti pedoman akuntansi yang lebih modern dan transparan
dalam penyusunan laporan keuangan daerah. Menurut Muindro peran laporan keuangan berbasis akrual
ialah menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan yang berguna untuk
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian keuangan pemerintah secara efisien.
Pimpinan mempunyai peranan yang sangat penting dalam segala aktivitas organisasi termasuk
penyusunan laporan keuangan. Berdasarkan hasil penelitian di Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur dapat disimpulkan bahwa setiap struktur yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan
mempunyai peran dan tanggungjawab masing-masing sesuai dengan tugas pokok dan fungsi mereka
dalam SKPD yang semuanya saling berkaitan antara satu struktur dengan struktur yang lain dalam
organisasi. Seperti yang dimaksud menurut Van Metter dan Van Horn dalam poin komunikasi antar
organisasi bahwa semakin baik koordinasi dan komunikasi diantara pihak yang terlibat dalam suatu proses
implementasi, maka asumsi kesalahan akan sangat kecil terjadi.
Kepala Dinas Pendidikan, memiliki peran penting dalam memantau dan memberikan arahan terhadap
proses penyusunan laporan keuangan. Mereka juga berkomitmen untuk mematuhi peraturan pemerintah
dalam pelaksanaan standar akuntansi berbasis akrual. Bendahara pembantu maupun bendahara pengeluaran,
memiliki tanggungjawab dan peran penting dalam proses penyusunan laporan keuangan. Mereka mengelola
transaksi keuangan, memeriksa laporan, dan membuat berbagai laporan keuangan yang diperlukan. Karakter
dan komitmen aparatur pemerintahan sangat penting dalam keberhasilan implementasi standar akuntansi
berbasis akrual. Mereka harus jujur, disiplin, dan memiliki komitmen terhadap pekerjaan mereka, serta
mematuhi aturan dan pedoman yang telah ditetapkan. Dukungan kuat dari pimpinan pemerintahan, termasuk
bupati, sangat diperlukan untuk keberhasilan perubahan kebijakan seperti penerapan standar akuntansi
berbasis akrual. Pimpinan juga harus memberikan arahan dan sosialisasi yang diperlukan kepada pegawai.
Dari informasi ini, dapat disimpulkan bahwa kesuksesan penerapan standar akuntansi berbasis akrual
di Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur tidak hanya bergantung pada aspek teknis, tetapi juga
pada komitmen, karakter, dan dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan laporan
keuangan. Dukungan dari pimpinan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya transparansi dalam
pengelolaan keuangan daerah juga memainkan peran penting dalam kesuksesan ini.
Berdasarkan tabel 4.1 penyajian posisi keuangan secara keseluruhan dari keempat unsur yang terdapat
dalam laporan keuangan Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur sudah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Untuk menyajikan posisi keuangan secara keseluruhan, perlu memeriksa
keempat unsur bersama. Neraca memberikan gambaran tentang aset, kewajiban, dan ekuitas.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Farida Khairani Lubis (2017) yang berjudul “Penerapan
Standar Akuntansi Berbasis Akrual di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara” memiliki
persamaan yakni telah menerapkan sepenuhnya standar akuntansi pemerintah berbasis akrual berdasarkan
PP No 71 Tahun 2010. Hanya saja Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara tidak menyajikan pos
transfer dan pembiayaan.
2. Kendala yang dialami dalam Implementasi PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP Berbasis Akrual
dalam Pengelolaan Lapora Keuangan
Penerapan SAP berbasis akrual mengharuskan pemerintah menyiapkan sumber daya manusia yang
kompeten. Untuk itu, pemerintah harus memiliki perencanaan SDM guna memenuhi kebutuhan jumlah dan
Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dalam Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah
(Youdhi Prayogo, et all)
56
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
kompetensi SDM, khususnya SDM pengelola keuangan, aset, dan teknologi informasi (TI). Selain itu,
pemerintah juga harus mempunyai database SDM, melakukan analisis jabatan, analisis beban kerja, dan
analisis kompetensi SDM yang diperlukan, sebagai dasar perencanaan pemenuhan kebutuhan jumlah dan
kompetensi SDM tersebut. juga perlu melakukan optimalisasi SDM melalui pelatihan/sosialisasi penerapan
SAP berbasis akrual untuk meningkatkan kompetensi SDM yang ada, serta meminimalisasi risiko
ketidak andalan penyajian laporan keuangan.
Dalam implementasi kebijakan model Van Metter keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat
bergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya
yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tetapi ketika kompetensi dan
kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan.
Keberhasilan implementasi standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual akan berjalan
sebagaimana mestinya, jika didukung dengan pemahaman pegawai keuangan tentang SAP yang
memadai. Pegawai keuangan yang memiliki pemahaman SAP mampu mengerti dan menerapkannya dalam
setiap aspek bidang pekerjaan yang terkait. Pemahaman merupakan tingkatan kemampuan yang
mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Orang
yang memiliki pemahaman tidak sekedar hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau
fakta yang dinyatakan, makna operasionalnya, dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan,
mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan,
menentukan, dan mengambil keputusan.
Kualitas pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang ada saat ini masih perlu
ditingkatkan lagi melalui pelatihan-pelatihan, baik sebagai pelaksana maupun sebagai peserta agar
kedepannya Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai staff atau pegawai berkualitas.
Selain itu pendidikan staf menjadi salah satu faktor berhasilnya pengelolaan laporan keuangan, dimana basis
akrual ini menggunakan sistem aplikasi dalam pencatatannya. Namun di Dinas Pendidikan tidak semua staf
keuangan memiliki latar belakang pendidikan akuntansi.
Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Timur telah berupaya untuk meningkatkan kompetensi
sumber daya manusia melalui program integrasi training dengan materi akuntansi akrual dan aplikasi
pendukungnya secara intensif dengan dukungan Kementerian Keuangan, kementerian/lembaga, program
percepatan akuntabilitas keuangan pemerintah, akan tetapi, berbagai program tersebut masih belum dapat
memberikan pemahaman secara maksimal untuk menerapkan SAP berbasis akrual. Pemda juga telah
menganggarkan pelatihan dan pengembangan SDM dalam penerapan SAP berbasis akrual.
Sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang aktivitas kerja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa saat ini sarana yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur untuk menunjang pelaporan akuntansi berbasis akrual sudah memadai, namun sering
terjadi kendala pada listrik sehingga pembuatan laporan keuangan menjadi terlambat.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anita Sari, dkk (2023) yang berjudul “Implementasi
Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Untuk Mewujudkan Laporan Keuangan Yang Berkualitas”
memiliki persamaan kendala SDM yaitu kurangnya kompetensi dari sumber daya aparatur dalam penerapan
SAP berbasis akrual, sumber daya manusia yang bukan berlatar belakang pendidikan akuntansi yang
mengakibatkan kurangnya kualitas pelaporan keuangan seperti yang dijelaskan dalam model implementasi
kebijakan oleh Donald Van Metter dan Carl Van Horn yaitu “keberhasilan proses implementasi kebijakan
sangat tergantung dari kemampuan manfaat sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya
yang terpenting”.
5. KESIMPULAN
Pemerintah mengeluarkan peraturan PP No.71 Tahun 2010 tentang Akuntansi Berbasis Akrual dan
Peraturan Daerah tentang Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual bertujuan untuk mewujudkan
pemerintahan yang transparan dan akuntabel, semakin nyata. Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Implementasi penerapan PP No.71 Tahun 2010 tentang Akuntansi Berbasis Akrual dan Peraturan Daerah
tentang Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual dalam laporan keuangan Dinas Pendidikan adalah Dinas
Pendidikan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur telah menerapkan akuntansi berbasis akrual yang
akuntabilitas. Transparansi keuangan terhadap masyarakat (publik) yang memiliki hak dasar terhadap
pemerintah, yaitu hak untuk mengetahui kebijakan pemerintah, mengetahui keputusan yang diambil
pemerintah, mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu, hak untuk diberi
informasi yang meliputi hak untuk diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan
tertentu yang menjadi perdebatan publik, dan semua itu telah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga non publik
dengan media massa sebagai sarana arus informasi buat masyarakat.
JURNAL MANAJEMEN SOSIAL EKONOMI (DINAMIKA) Vol.3, No.2, Oktober 2023, pp. 44-58
57
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
2. Kendala yang dihadap dalam penerapan PP No.71 Tahun 2010 tentang Akuntansi Berbasis Akrual dan
Peraturan Daerah tentang Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual dalam laporan keuangan Dinas
Pendidikan adalah Dinas Pendidikan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yakni masih minimnya
sumber daya manusia yang professional dalam mengelola keuangan, sehingga diperlukan pelatihan
terhadap staf pengelola.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Baries Ferryono, “Manfaat Basis Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual Dalam Pengambilan Keputusan
Internal Pemerintah Daerah” 2018
[2] Donald E Kieso, Jerry J Wgandt, dan Terry D Warfield, Akuntansi Intermediate, 12 ed. Jakarta: Erlangga,
2008.
[3] Gde Yoga Permana dan Ida Ayu Putu Sri Widayani “Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual”
(Sidoarjo, Zifatama Jawara: 2020)
[4] Fajar Gustiawati Dewi, Accrual Basic Pada Pemerintahan Dilema Praktik dan Teoritik, Bandar Lampung:
CV.Anugrah Utama Raharja, 2018.
[5] Hasanah dan Fauzi, Akuntansi Pemerintahan, 2017.
[6] Indra Bastian, Sistem Akuntansi Sektor , Jakarta: Salemba Empat, 2011.
[7] Khusaini Moh,keuangan Daerah, Malang:UB Press: 2018.
[8] M.Jaelani, Sistem Akuntabilitas Keuangan Negara dan Kepastian Hukumnya Kebumen: CV. Intishar
Publishing, 2018.
[9] Mahmudi, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: UII Press, 2011.
[10] Muhammad Iqbal dkk. Menemukan kembali paradigma pembangunan islami (Rediscovery the Islamic
Development Paradigm) Jember: Pusat Kajian Pembangunan Islami Universitas Jember, 2017.
[11] Muindro Renyowijoyo, Akuntansi sektor Publik Organisasi Nir Laba Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.
[12] Mulyani Sri, Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Pda Akrual, Jakarta:Kencaca: 2020.
[13] Ni Made Sudiarianti, 1 Gusti Ketut Agung Ulupui, dan I G.A. Budiasih, “Pengaruh Sumber Daya
Manusia Pada Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Standar Akuntansi Pemerintah
Serta Implementasinya pada Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah” 2015
[14] Sedarmayanti. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung, Refika Aditama. 2017
[15] Sudiarianti, Ulupui, dan Budiasih, “Pengaruh Sumber Daya Manusia pada Penerapan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah dan Standar Akuntansi Pemerintah Serta Implementasinya pada
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.”
[16] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,CV. 2017.
[17] Susanty Melly, Akuntansi Pemerintah,Edisi 1, Bandung: Media Sains Indonesia, 2022.
[18] Sri Suartini, Hari Sulistiyo, Nanu Hasanuh, Unsur-Unsur Dalam Penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah, Yogyakarta : CV. Absolute Media. Februari 2023.
[19 Syahril Effendi, Akuntansi Pemerintahan, Batam: Cv Batam Publisher, 2021.
[20] Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2012.
[21] Ardiansyah. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Penerapan PP No. 71 Tahun 2010
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Studi Kasus pada Satuan Kerjadi Wilayah Kerja KPPN
Malang). Skripsi. Malang. Universitas Brawijaya.
[22] BPK Perwakilan Provinsi Jambi “Pemerintah kabupaten Tanjung Jabung Timur memperoleh opini wtp/
[23] BPK RI, “Tingkatan Opini BPK atas Laporan Keuangan” diakses 12 November 2022, 23:26 WIB.
[24] Erina Sudaryati, Toton Da’i Permana, “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual
di Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur”,Jurnal Berkala Keuangan Akuntansi Indonesia Vol 05, No
01,2020:1-13.
[25] Indra Fanselski, Lintje Kalangi, dkk. “Ananlisis Kesiapan Pemerintahan Kota Manado Dalam Penerapan
Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 Mengenai Standar Akuntansi Berbasis Akrual” Jurnal
EMBA Vol.3 No. 1 Maret 2015.
[26] Kemenkeu Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang
Satandar Akuntansi Pemerintahan.
[27] KSAP.2010. Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah.
Makalah disajikan dalam Seminar Pentahapan Implementasi SAP Akrual Pemda, Jakarta. diakses 25
Maret.
[28] Lili Indrawati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan akuntansi Berbasis Akrual
pada Satuan Kerja Politeknik Negeri Bandung” Jurnal EKSPANSI Vol. 10, no. 1. 2018.
Analisis Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual dalam Penyusunan Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah
(Youdhi Prayogo, et all)
58
p-ISSN : 2808-8786 e-ISSN : 2614-8870
[29] Luh desy Suareni Dewi, I Gusti Ayu Purnamawati, dan Nyoman Trisna Herawati, “Pengaruh kualitas
Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi, dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Keberhasilan
Penerapan SAP Berbasis Akrual” JIMAT Vol.7, No.1 .2017.
[30] Luh Kartika Dewi, Gede Adi Yuniarta, dan Made Aristia Prayudi, “Pengaruh Kualitas Sumber Daya
Manusia, Komitmen Organisasi, Dan Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah
Terhadap Keberhasilan Penerapan SAP Berbasis Akrual (Studi Empiris Pada SKPD Kabupaten
Bandung)” JIMAT Vol.8, no.2 (2017).
[31] M luthfi Iznillah, Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi, Teknologi Informasi,
dan Komunikasi Terhadap Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah
Berbasis Akrual (Studi Empiris pada Pemerintahan Kabupaten Indragiri Hilir)” Jom FEKON Vol 2, no.
2 . 2015.
[32] Nia Permatasari, “Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Sistem Informasi dan Komitmen Organisasi
Terhadap Kesuksesan Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual (Studi Empiris
Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Sungai Penuh)” (Padang, Universitas Negeri Padang, 2018.
[33] Norfaliza, “Analisis Faktor Kesiapan Pemerintah dalam Menerapkan Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akrual” Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Vol. 2, no.2. 2015.
[34] Nur Afni Yunita, Muhammad Yusra, Arliansyah, Nurhasanah Kasman, “Pengaruh Sumber Daya Manusia,
Komitmen Organisasi, Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Penerapan SAP Berbasis Akrual
di Pemerintahan Kota Lhokseumawe” Jurnal Visioner dan Strategis Jurusan Manajemen Vol 10, no. 1
(2021).
[35] Nurmalia Hasanah dan Achmad Fauzi, Akuntansi Pemerintahan, Bogor: Penerbit IN MEDIA, 2017,
http//www.penerbitinmedia.co.id.
[36] Peraturan Menteri Dalam Negeri Republic Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintahan Daerah.
[37] Privatasari Eka Ningtyas, :Pengaruh Efektivitas Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah” Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol.4, no.1. 2015.
[38] Robertus Aryo Kusuma Widodo, Eliada Herwiyanti “Pengaruh Kompetensi , Tingkat Pendidikan Auditor
dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Hasil audit” Journal Manager Artikel 1 Vol 10, no 01.
Oktober : 2016.
[39] Titin Agustin Nengsih, Fani Kurniawan, dan ahmad Syukron Prasaja, “Analisis Perbandingan Keputusan
Membeli di Pasar Tradisional dan Modern”6, no. 1. 2021.
JURNAL MANAJEMEN SOSIAL EKONOMI (DINAMIKA) Vol.3, No.2, Oktober 2023, pp. 44-58
Muhammadiyah Riau Accounting and Business Journal 2(2) April 2021
melaksanakan tugas yang diinginkan oleh yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang
kebijakan itu sendiri. b) Informasi; dalam telah ditetapkan. b) Insentif; Edward
implementasi kebijakan, informasi mempunyai menyatakan bahwa salah satu teknik yang
dua bentuk, yaitu pertama informasi yang disarankan untuk mengatasi masalah
berhubungan dengan cara melaksanakan kecenderungan para pelaksana adalah dengan
kebijakan. Implementor harus mengetahui apa memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada
yang harus mereka lakukan saat mereka diberi umumnya orang bertindak menurut
perintah. Kedua, informasi mengenai data kepentingan mereka sendiri, maka
kepatuhan dari para pelaksana terhadap memanipulasi insentif oleh para pembuat
peraturan dan regulasi pemerintah yang telah kebijakan mempengaruhi tindakan para
ditetapkan. Implementer harus mengetahui pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah
apakah orang yang terlibat di dalam keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan
pelaksanaan kebijakan tersebut patuh terhadap menjadi faktor pendorong yang membuat para
hukum. c) Wewenang; pada umumnya pelaksana kebijakan melaksanakan perintah
kewenangan harus bersifat formal agar dengan baik.
perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan 4) Struktur birokrasi
merupakan otoritas atau legitimasi bagi para Keberhasilan implementasi kebijakan
pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang publik adalah struktur birokrasi. Walaupun
ditetapkan secara politik. Ketika wewenang sumber daya untuk melaksanakan suatu
nihil, maka kekuatan para implementor dimata kebijakan tersedia, atau para pelaksana
publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat kebijakan mengetahui apa yang seharusnya
menggagalkan proses implementasi kebijakan. dilakukan, dan mempunyai keinginan untuk
Tetapi dalam konteks yang lain, ketika melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan
wewenang formal tersebut ada, maka sering kebijakan tersebut tidak dapat dilaksanakan
terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas atau direalisasikan karena terdapatnya
kewenangan. Disatu pihak, efektivitas akan kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan
menyurut manakala wewenang diselewengkan yang begitu kompleks menuntut adanya
oleh para pelaksana demi kepentingannya kerjasama banyak orang, ketika stuktur
sendiri atau demi kepentingan kelompoknya. birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang
d) Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan tersedia, maka hal ini akan menyebabkan
faktor penting dalam implementasi kebijakan. sumber daya-sumber daya menjadi tidak
Implementor mungkin memiliki staf yang efektif dan menghambat jalannya kebijakan.
mencukupi, mengerti apa yang harus Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan
dilakukan dan memiliki wewenang untuk harus dapat mendukung kebijakan yang telah
melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya diputuskan secara politik dengan jalan
fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) melakukan koordinasi dengan baik. Dua
maka implementasi kebijakan tersebut tidak karakteristik, menurut Edward III, yang dapat
akan berhasil. mendongkrak kinerja struktur birokrasi/organisasi
3) Disposisi kearah yang lebih baik, yaitu dengan melakukan:
Variabel ketiga yang mempengaruhi a) standar operating prosedures (SOPs); adalah
keberhasilan implementasi kebijakan adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para
pegawai (atau pelaksana kebijakan / administrator /
disposisi. Hal-hal penting yang perlu dicermati
birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-
pada variabel disposisi, menurut Goerge kegiatannya setiap hari sesuai dengan standar yang
C.Edward III (dalam Agustino, 2010), adalah : ditetapkan atau standar minimum yang dibutuhkan
a) Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap dan b) Fragmentasi; adalah upaya penyebaran
pelaksana akan menimbulkan hambatan- tanggungjawab kegiatan kegiatan atau aktivitas-
hambatan yang nyata terhadap implementasi aktivitas pegawai diantara beberapa unit kerja.
kebijakan apabila personil yang ada tidak
melaksanakan kebijakan-kebijakan yang 3. Metode Penelitian
diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena Metode analisis dalam penelitian ini
itu, pemilihan dan pengangkatan personil menggunakan metode kualitatif. Analisis data
pelaksana kebijakan haruslah orang-orang penelitian ini diperoleh dari hasil observasi
M. Ginanjar/ Muhammadiyah Riau Accounting and Business Journal Vol. 2 No. 2 (2021). Hal. 182-192
dokumentasi dan wawancara yang didapatkan Tahun 2013 dan penerapannya. Tabel 1
dari beberapa informan. Adapun informan dari menunjukkan nilai implementasi SAP berbasis
penelitian ini terdiri dari lima orang dari akrual.
bagian keuangan yang memiliki jabatan Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
sebagai Kepala Divisi, Kepala bagian, DPMPTSP mendapatkan nilai hasil akhir
Programer, Bendahara dan Staff. Adapun implementasi sebesar 94,22%. Berdasarkan
proses atau prosedur wawancara yang pedoman umum evaluasi yang diatur dalam
dilakukan yaitu (1) mengidentifikasi partisipan Permenpan-RB Nomor 12 Tahun 2015, nilai
berdasarkan prosedur sampling yang dipilih implementasi sebesar 94.22% masuk dalam
(2) menentukan jenis wawancara yang kategori AA dengan interpretasi Sangat
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Memuaskan. Di satu sisi, nilai sebesar 94,22%
jenis wawancara berstruktur. (3) merekam dan menunjukkan penerapan yang sangat baik,
menulis pembicaraan selama peroses namun di sisi lain nilai tersebut menunjukkan
wawancara. (4) memberikan pertanyaan yang bahwa masih terdapat kekurangan.
sudah disiapkan oleh informan. Tabel 1. Nilai Penerapan SAP Berbasis
Analisis data dilakukan dengan cara Akrual
mengorganisasi data yang diperoleh kedalam Akun Skor
sebuah kategori, menjabarkan data kedalam Kas di Bendahara Pengeluaran 100.00%
Kas Lainnya dan Setara Kas 100.00%
unit-unit, menganalisis data yang penting,
Beban Dibayar di Muka 100.00%
menyusun atau menyajikan data yang sesuai Bagian Lancar Tagihan Tuntutan
dengan masalah penelitian dalam bentuk 100.00%
Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
laporan dan membuat kesimpulan agar mudah Persediaan 80.00%
untuk dipahami. Sesuai dengan jenis penelitian Aset Tetap 88.50%
Aset Tidak Berwujud 80.00%
di atas, maka peneliti menggunakan model
Aset Lain-lain 100.00%
interaktif dari Miles dan Huberman untuk Utang Kepada Pihak Ketiga 85.00%
menganalisis data hasil penelitian. Aktivitas Uang Muka dari KPPN 100.00%
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara Utang Jangka Pendek Lainnya 100.00%
interaktif dan berlangsung secara terus- Ekuitas 100.00%
Pendapatan Bukan Pajak-LO 100.00%
menerus sampai tuntas, sehingga datanya
Beban Pegawai 100.00%
sudah jenuh. Adapun komponen dari model Beban Persediaan 90.00%
interaktif yang digunakan yaitu, 1) reduksi Beban Barang dan Jasa 90.00%
data 2) pengumpulan data 3) penyajian data 4) Beban Pemeliharaan 88.30%
penarikan atau verifikasi kesimpulan. Menurut Nilai Implementasi Akuntansi Berbasis
94.22%
Akrual
Sugiono (2012) mengatakan bahwa uji
Sumber: Data Diolah (2019)
keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi uji credibility (Validitas internal),
4.2 Persediaan
transferability (validitas eksternal),
Berdasarkan hasil observasi, DPMPTSP
dependability (reabilitas), dan confirmability
baru mengakui dan mencatat Persediaan
(objektivitas). Pada penelitian ini digunakan
setelah terjadi pengeluaran kas dengan SP2D
uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data.
sebagai dokumen sumber. Ketidaksesuaian
Uji kredibilitas yang dilakukan dengan
antara praktik dengan PMK 219 Tahun 2013
triangulasi. Triangulasi dalam keabsahan data,
pada akun Persediaan terjadi dalam proses
yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik,
pengakuan. DPMPTSP juga melakukan
dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini,
pencatatan persediaan secara periodik setiap
peneliti menggunakan triangulasi teknik.
akhir bulan. Berdasarkan PMK 219 Tahun
2013, Persediaan seharusnya dicatat pada saat
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan potensi manfaat ekonomi masa depan
4.1 Implementasi Kebijakan Sistem Pelaporan
diperoleh dan mempunyai nilai atau biaya
Keuangan Berbasis Akrual
yang dapat diukur dengan andal yang
Implementasi SAP berbasis akrual dinilai
didukung oleh bukti/dokumen yang dapat
dengan membandingkan antara kebijakan
diverifikasi dan di dalamnya terdapat elemen
akuntansi yang tertuang dalam PMK 219
harga barang persediaan sehingga biaya
M. Ginanjar/ Muhammadiyah Riau Accounting and Business Journal Vol. 2 No. 2 (2021). Hal. 182-192
tersebut dapat diukur secara andal, jujur, dapat peraturan atau pedoman yang mengatur lebih
diverifikasi, dan bersifat netral, atau pada saat rinci mengenai hal lain yang perlu
diterima atau hak kepemilikannya dan/atau diungkapkan dalam CaLK.
kepenguasaannya berpindah dengan dokumen 4.4 Aset Tak Berwujud
sumber yang digunakan sebagai pengakuan Permasalahan pada akun Aset Tak
perolehan persediaan adalah faktur, kuitansi, Berwujud juga terjadi pada tahap pengakuan.
atau Berita Acara Serah Terima (BAST). Sebagaimana yang terjadi pada akun Aset
Menurut HM “Ketidaktepatan waktu Tetap, keterlambatan pengakuan disebabkan
pengakuan Persediaan terjadi karena tidak oleh tidak terintegrasinya aplikasi SIMAK
terintegerasinya aplikasi yang digunakan. Di BMN dengan aplikasi SAIBA. Keterlambatan
satu sisi, aplikasi SAIBA yang digunakan pengakuan tersebut juga akan membuat
dalam penyusunan laporan keuangan informasi Aset Tak Berwujud yang disajikan
mengakui Persediaan setelah terjadi tidak akurat. Sementara itu, dalam proses
pengeluaran kas dengan dokumen sumber penyajian dan pengungkapan pada akun Aset
berupa SP2D. Di sisi lain, aplikasi Persediaan Tak Berwujud, PMK 219 Tahun 2013
yang digunakan dalam pengelolaan mensyaratkan diungkapkannya masa manfaat
persediaan seharusnya sudah dapat tiap aset tak berwujud beserta metode
melakukan pencatatan pada saat persediaan amortisasi yang digunakan, nilai tercatat bruto,
tersebut diterima”. jumlah amortisasi yang telah dilakukan dan
Menurut JM “Tidak terintegrasinya kedua nilai buku aset tak berwujud, serta
aplikasi tersebut disebabkan karena kedua pengungkapan mengenai penambahan maupun
aplikasi tersebut dikembangkan oleh penurunan nilai pada awal dan akhir periode,
pengembang yang berbeda. Keterlambatan termasuk penghentian dan pelepasan aset tak
pengakuan tersebut akan menimbulkan risiko berwujud. Namun, peraturan tersebut tidak
tidak tercatatnya sebagian aset pemerintah”. mengatur lebih jelas mengenai metode
amortisasi dan cara perhitungannya
4.3 Aset Tetap sebagaimana pada bagian Aset Tetap.
Hal yang menjadi Permasalahan pada akun Akibatnya, terdapat hal yang tidak
Aset Tetap terjadi pada tahap pengakuan. diungkapkan dan tidak menggambarkan nilai
Sebagaimana akun Persediaan, ketidak- Aset Tak Berwujud yang sebenarnya.
sesuaian proses pengakuan pada akun Aset 4.5. Utang Kepada Pihak Ketiga
Tetap terjadi karena pencatatan baru dilakukan Menurut PMK 219 Tahun 2013, Utang
setelah diterbitkannya SP2D. Selain itu, Kepada Pihak Ketiga diakui pada saat
terdapat hal-hal yang belum diungkapkan Pemerintah telah menerima hak atas
dalam CaLK. Sebagaimana yang terjadi pada barang/jasa, termasuk barang dalam perjalanan
akun Persediaan, keterlambatan pengakuan yang telah menjadi haknya. Namun dalam
disebabkan oleh tidak terintegrasinya aplikasi praktiknya hal itu tidak dapat di lakukan.
SIMAK BMN dengan aplikasi SAIBA. Utang Kepada Pihak Ketiga baru dicatat pada
Keterlambatan pengakuan tersebut juga akan akhir periode pelaporan dengan menyusun
membuat informasi Aset Tetap yang disajikan jurnal penyesuaian akrual untuk mengakui
tidak akurat. Sementara itu, dalam proses adanya kewajiban dan beban. Dalam rangka
penyajian dan pengungkapan pada akun Aset menyusun jurnal penyesuaian, penyusun
Tetap, PMK 219 Tahun 2013 mensyaratkan laporan keuangan harus mengidentifikasi dan
adanya hal lain yang perlu diungkapkan. Hal menginventarisir barang/jasa yang belum
lain yang perlu diungkapkan tersebut adalah dibayarkan sampai dengan akhir periode
eksistensi dan batasan hak milik Aset Tetap pelaporan. Menurut Badan Pemeriksa
dan jumlah komitmen untuk akuisisi Aset Keuangan (BPK) menyatakan dalam Laporan
Tetap. Dalam laporan keuangannya, Hasil Pemeriksaan (LHP) Kinerja Atas
DPMPTSP tidak mengungkapkan hal tersebut. Pengendalian Internal Terhadap Pelaporan
Tidak diungkapkannya suatu hal yang perlu Keuangan Pemerintah Pusat Berbasis Akrual,
diungkapkan dapat terjadi karena komunikasi hal itu dapat meningkatkan risiko tidak
yang kurang efektif. Seharusnya terdapat tercatatnya seluruh hak dan kewajiban
M. Ginanjar/ Muhammadiyah Riau Accounting and Business Journal Vol. 2 No. 2 (2021). Hal. 182-192
pemerintah yang layak diakui sebagai beban/ Dalam menerapkan akuntansi berbasis
pendapatan dalam satu periode pelaporan. akrual, DPMPTSP berpedoman pada SAP
Praktik tersebut diakibatkan oleh aplikasi berbasis akrual yang ditetapkan dalam bentuk
SAIBA yang belum memadai dan tidak dapat peraturan pemerintah. Agar peraturan tersebut
mengakomodir pencatatan transaksi pada saat dapat diketahui dan dilaksanakan, maka
diterimanya hak atau timbulnya kewajiban. dilakukan sosialisasi kepada seluruh penyusun
Selain itu, BPK juga menyatakan bahwa laporan keuangan. Seluruh informan dan
Menteri Keuangan belum membuat aturan dokumentasi mengakui bahwa sosialisasi SAP
yang jelas mengenai dokumen sumber berbasis akrual telah dilakukan. Sosialisasi
pendukung sebagai dasar pencatatan jurnal tersebut dilakukan baik secara langsung
penyesuaian. PMK 219 Tahun 2013 tidak maupun tidak langsung.
mengatur secara rinci dokumen sumber yang “Menurut FH sosialisasi secara langsung
digunakan. dilakukan pada level pimpinan dalam skala
4.6 Beban Operasional nasional. Sementara itu, pada tataran teknis di
Sebagaimana permasalahan pada akun- tingkat pelaksana, sosialisasi dilakukan secara
akun sebelumnya, permasalahan dalam tahap tidak langsung. Menurut para pelaksana yang
pengakuan pada sebagian besar akun beban menjadi informan dalam penelitian ini,
operasional terjadi karena aplikasi SAIBA sosialisasi tidak langsung dilakukan melalui
yang belum memadai dan tidak dapat surat. Namun untuk mempercepat proses
mengakomodir pencatatan transaksi pada saat sosialisasi, surat tersebut di-scan dan dikirim
diterimanya hak atau timbulnya kewajiban. via email kepada masing-masing satuan
Keterlambatan tersebut dapat meningkatkan kerja”.
risiko tidak tercatatnya kewajiban pemerintah. Sejauh ini, seluruh peraturan dan pedoman
Sementara itu, untuk akun Beban yang telah diterbitkan dalam rangka penerapan
Persediaan, ketidaksesuaian proses pengakuan akuntansi berbasis akrual sudah dianggap
terjadi karena kurangnya SDM. Menurut PMK memadai oleh sebagian besar informan.
219 Tahun 2013, beban diakui saat terjadinya Mereka menilai peraturan dan pedoman
konsumsi aset non kas dalam kegiatan tersebut mudah untuk dipahami dan
operasional. Artinya, Beban Persediaan dilaksanakan. Peraturan dan pedoman tersebut
seharusnya dicatat pada saat terjadi mutasi biasanya dilampirkan dengan petunjuk teknis
keluar, atau penggunaan barang persediaan yang sangat rinci sehingga para pelaksana
berdasarkan Surat Perintah Mengeluarkan tinggal mengikuti langkah-langkahnya saja.
Barang (SPMB). Peraturan dan pedoman yang dilengkapi
Menurut FH “lima laporan yang belum dengan petunjuk teknis yang sangat rinci
sepenuhnya menggunakan sistem berbasis tersebut dapat menghemat waktu dan dana
akrual di karenakan kurangnya SDM yang para penyusun kebijakan sehingga tidak perlu
kompeten dibidang akuntansi” dilakukan sosialisasi khusus untuk setiap
Hal ini sesuai dengan penelitian pedoman dan peraturan yang diterbitkan.
Herwiyanti et al. (2017) yang mengatakan Bahkan Informan 4 mengatakan bahwa untuk
bahwa penerapan sistem akuntansi akrual di peraturan yang pelaksanaannya menggunakan
Itjen Kemenkeu sudah dilakukan dengan aplikasi atau sistem informasi, pelaksanaan
sangat memuaskan, yang ditunjukkan dengan aturan tersebut biasanya sudah dimasukkan ke
nilai sebesar 93,40%. Meskipun penerapan dalam sistem sehingga para pelaksana hanya
sistem pelaporan keuanan berbasis akrual diminta untuk update aplikasinya.
dilakukan dengan baik, namun masih terdapat “Menurut MS salah satu kekurangan
kendala-kendala yang dihadapi. Hal ini pula sosialisasi tidak langsung adalah komunikasi
sesuai dengan penelitian yang dilakukan yang dilakukan satu arah. Untuk mengatasi
Dollah et al. (2017). hal itu, apabila ada pertanyaan atau
ketidakpahaman mengenai peraturan dan
4.7 Berdasarkan Implementasi Kebijakan pedoman yang disosialisasikan, maka
(George C. Edward III). pelaksana kebijakan dapat berkomunikasi
- Aspek Komunikasi langsung dengan programer”
M. Ginanjar/ Muhammadiyah Riau Accounting and Business Journal Vol. 2 No. 2 (2021). Hal. 182-192
Di luar aturan main dan pedoman teknis dalam implementasi SAP berbasis akrual
untuk menerapkan SAP Akrual, hampir dalam penyusunan laporan keuangan.
seluruh informan sepakat bahwa kebijakan Sumber daya merupakan faktor penting
akuntansi berbasis akrual yang diterapkan saat yang mempengaruhi implementasi kebijakan,
ini belum mencerminkan praktik akuntansi SDM yang belum memadai dari sisi jumlah
berbasis akrual. Mereka mengatakan bahwa dan kemampuan akan mengakibatkan
pengakuan dan pencatatan atas Pendapatan implementasi suatu kebijakan tidak akan
Laporan Operasional (LO), Beban, dan Aset berjalan dengan baik, begitupun dengan
dilakukan pada saat terjadi penerimaan dan aplikasi pendukung implementasi suatu
pengeluaran ke dan dari kas negara. kebijakan dimana aplikasi yang ada
Pelaksanaan akrual hanya dilakukan pada saat seharusnya bisa membantu proses pelaksanaan
pelaporan dengan melakukan jurnal implementasi kebijakan. Untuk itu pemerintah
penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Pelaksanaan akuntansi berbasis akrual memerlukan suatu manajemen sumber daya
yang dianggap belum akrual tersebut ternyata manusia yang baik dan kemudahan didalam
menjadi temuan oleh Badan Pemeriksa pemanfaatan aplikasi untuk memudahkan
Keuangan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan suatu pekerjaan.
(LHP). Menurut Badan Pemeriksa Keuangan Kedua, Berdasarkan database kepegawai-
(BPK), praktik tersebut dapat menimbulkan an, seluruh pelaksana kebijakan SAP berbasis
risiko tidak tercatatnya seluruh hak dan akrual belum pernah mengikuti diklat terkait
kewajiban Pemerintah yang layak diakui pengelolaan keuangan dan penyusunan laporan
sebagai aset, pendapatan, dan beban dalam keuangan. Namun, menurut FH yang
satu periode akuntansi. merupakan salah satu pelaksana kebijakan
4.8 Aspek Sumber Daya mengaku pernah mengikuti workshop yang
Sumber daya merupakan salah satu faktor diadakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan
penting dalam pelaksanaan implementasi Anggaran dan Perbendaharaan. Sementara itu,
kebijakan. Peran sumber daya manusia dan pelaksana lainnya yang belum pernah
aplikasi pendukung menjadi faktor penting mengikuti diklat mengaku dapat melaksanakan
dalam mengimplementasikan SAP berbasis tugas dan tanggung jawabnya karena diajarkan
akrual dalam penyusunan laporan keuangan oleh pelaksana sebelumnya. Walaupun belum
sehingga bisa menghasilkan laporan keuangan pernah mengikuti diklat khusus SAP berbasis
basis akuntansi akrual dengan kualitas akrual.
informasi yang baik. Dalam penelitian ini “Meurut FH menganggap para pelaksana
peneliti menemukan 2 (dua) kendala yang telah kompeten dan dapat melaksanakan
berkaitan dengan sumber daya yaitu belum tugasnya dengan baik. Hal ini dikarenakan
cukup memadainya SDM pengelola keuangan, mereka sebelumnya sudah pernah
dan banyaknya aplikasi yang datanya belum mengikuti diklat tentang pengelolaan
terintegrasi satu dengan yang lainnya. keuangan dan penyusunan laporan
Pertama, kendala berkaitan dengan SDM keuangan”
yang belum cukup memadai baik secara Dalam menerapkan SAP Berbasis Akrual,
kualitas dan kuantitas, baik yang ada pada DPMPTSP telah menggunakan teknologi
entitas pelaporan yaitu SKPKD dan entitas informasi sebagaimana dikatakan oleh seluruh
akuntansi pada satuan kerja perangkat daerah. informan. Aplikasi tersebut terdiri dari aplikasi
Kedua, kendala yang berkaitan dengan sumber Sistem Akuntansi Basis Akrual (SAIBA),
daya manusia pengelola aset yang ada pada Sistem Aplikasi Satker (SAS), Sistem
SKPD yang sering berganti-ganti sehingga Informasi Manajemen dan Akuntansi
pengelola aset tersebut tidak mengetahui aset- (SIMAK BMN), Persediaan, e-Rekon, dan
aset apa saja yang dimiliki oleh SKPD tersebut Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan
dan aset-aset mana saja yang telah dicatat dan Anggaran Negara (OM SPAN).
belum dicatat pada aplikasi Simda Barang Dari keenam aplikasi tersebut, tiga
Milik Daerah menjadi salah satu kendala diantaranya merupakan aplikasi yang baru
digunakan pada tahun 2015, yaitu SAIBA, e-
M. Ginanjar/ Muhammadiyah Riau Accounting and Business Journal Vol. 2 No. 2 (2021). Hal. 182-192
menggunakan basis cash toward accrual. kualitas pelaporan pemerintahan pada Dinas
Walaupun begitu, SOP tersebut tidak menjadi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
penghambat dalam implementasi SAP berbasis Satu Pintu Kota Palopo, peneliti menyimpul-
akrual. Sifat kedua dari struktur birokrasi yang kan bahwa kualitas pelaporan di kantor
berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan DPMPTSP Kota Palopo sudah sesuai dengan
adalah fragmentasi organisasi. Tanggung aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
jawab atas suatu kebijakan sering kali dipisah yang dimana pemerintah bertujuan untuk
dan tersebar diantara beberapa unit dalam menghasilkan laporan keuangan yang lebih
organisasi. Pemisahan fungsi dan wewenang dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan
juga merupakan prosedur yang relevan untuk pengambilan keputusan
direkomendasikan oleh pengendalian internal. ekonomi, sosial, dan politik. Hal ini di dukung
“Menurut MD yang masih aktif di dengan adanya bukti nyata bahwa DPMPTSP
Subbagian Akuntansi dan Perpajakan, Kota Palopo telah antusias mengimplemen-
koordinasi dengan subbagian tasikan sistem akuntansi berbasis akrual dalam
Perbendaharaan dapat dikatakan baik, meningkatkan kualitas pelaporan pemerinta-
meskipun ada sebagian laporan yang belum han sebagiamana yang peneliti dapatkan
menggunakan sistem berbasis akrual. Hal itu dilapangan dan didukung rincian anggaran
disebabkan oleh kurangnya SDM. Namun, hal yang telah di manfaatkan untuk menggunakan
itu pula membuat hubungan semakin baik dan sistem ini
salin bahu-membahu antar bagian”.
Berdasarkan dari pembahasan Daftar Pustaka
implementasi kebijakan George C. Edward III Agustino. (2010). Implementasi Kebijakan
dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan Publik Model Van Meter dan Van
tersebut mampu dijadikan sebagai pedoman Horn. Jakarta: Rajawali Press.
dalam penerapan sistem pelaporan keuangan Dollah, K., Saerang, D.P.E., dan Manossoh, H.
berbassis akrual. (2017). Analisis Implementasi Standar
Hal ini juga serupa dengan penelitian oleh Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Surepno (2015) yang menyatakan bahwa Pada Pemerintah Kabupaten Bolaang
Keberhasilan penerapan akuntansi akrual Mongondow Utara. Jurnal Riset Akuntansi
pemerintah Semarang didukung oleh empat dan Auditing “Goodwill”. Vol. 8, No.1.
strategi utama, yaitu komitmen manajemen, Edward III, George C (edited) (1990). Public
pengembangan peraturan, pengembangan Policy Implementing. Jai Press Inc,
sistem informasi dan pengembangan sumber LondonEngland. Goggin, Malcolm L et al.
daya manusia. Selanjutnya berdasarkan Herwiyanti, E., Sukirman, dan Aziz, F.S.
kesimpulan dari para pelaksana menunjukkan (2017). Analisis Implementasi Akuntansi
bahwa akuntansi akrual memiliki peran Berbasis Akrual pada Inspektorat Jenderal
strategis dalam meningkatkan transparansi dan Kementerian Keuangan. Jurnal Akuntansi
akuntabilitas melalui pelaporan keuangan. dan Keuangan, Vol. 19, No. 1.
International Financial Reporting Standard.
5. Kesimpulan (2015). Sebuah Tinjauan Etika Profetik.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
kesimpulan sebagai berikut: Penerapan sistem Universitas Kanjuruhan. Malang.
akuntansi akrual di DPMPTSP sudah Kusmanadji. (2014). Penerapan Basis Akrual
dilakukan dengan sangat memuaskan dan untuk Pelaporan Keuangan Pemerintah:
mendapatkan nilai sebesar 94.22%. meskipun Perkembangan Global dan Perjalanan
demikian masih ada komponen yang belum Indonesia Menuju Penerapan Basis Akrual
menggunakan sistem pelaporan angkuntasi Penuh pada 2015. Jurnal Informasi
berbasi akrual yaitu persedian, aset tetap, aset Keuangan dan Akuntansi Infoartha, 3 (12),
tidak berwujud, utang kepada pihak ketiga dan 1-12
beban operasional. Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang
Implementasi sistem akuntansi pemerin- Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
tahan berbasis akrual dalam meningkatkan Negara. Tambahan Lembaran Negara RI
M. Ginanjar/ Muhammadiyah Riau Accounting and Business Journal Vol. 2 No. 2 (2021). Hal. 182-192
Tahun 2003 Nomor 4286. Sekretariat Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 986.
Negara. Jakarta. Jakarta.
Republik Indonesia. (2005). Peraturan Sedarmayanti. (2013). Reformasi Administrasi
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Standar Akuntansi Pemerintahan, Kepemimpinan Masa Depan (Mewujudkan
Tambahan Lembaran Negara RI Tahun Pelayanan Prima dan Kepemerintahan
2005 Nomor 4503. Sekretariat Negara. yang Baik). Bandung : PT. Refika Aditama
Jakarta. Bandung.
Republik Indonesia. (2010). Peraturan Sugiono. (2012). Metode Penelitian Pendidikn
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
Standar Akuntansi Pemerintahan, R&D. Bandung: Alfabeta.
Tambahan Lembaran Negara RI Tahun Sulaeman, Hamid, A., dan Yunus, M. (2015).
2010 Nomor 5165. Sekretariat Negara. Pengaruh Penerapan Good Corporate
Jakarta. Governance Terhadap Kinerja Pegawai
Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Dinas
Keuangan RI Nomor 219/PMK.05/2013 Pertanian Dan Peternakan Kabupaten
tanggal 31 Desember 2013 tentang Bireuen. Jurnal Manajemen Pascasarjana
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat. Universitas Syiah Kuala. 4 (4). 112-121.
Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Surepno. (2015). The Key Success And
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Strategic Role Of Accrual Based
Reformasi Birokrasi RI Nomor 12 Tahun Accounting Implementation. Journal The
2005 tanggal 2 Juli 2015 tentang Pedoman WINNERS 16(2). 142-151.
Evaluasi atas Implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
Jurnal Terapan Pemerintahan Minangkabau Vol. 1, No. 2, Edisi Juli – Desember 2021, pp.85-98
Website: http://ejournal.ipdn.ac.id/jtpm, e-ISSN: 2798-9380, p-ISSN: 2798-9941
Institut Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Sumatera Barat
©2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons
Attribution-ShareAlike 4.0 International License-(CC-BY-SA) (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
DOI : https://doi.org/10.33701/jtpm.v1i2.2071
*Penulis Korespondensi
Septian Asriadi Putra Diterima: 13 Agustus 2021
Pemerintah Provinsi Riau Direvisi: 25 September 2021
Email: septianasriadi9@gmail.com Publikasi Online: 13 Desember 2021
Abstract
The implementation of a good accrual-based Government Accounting Standard (SAP) will influence the opinions given by the
Audit Board of the Republic of Indonesia (BPK) to the Regional Financial Management. The BPK’s Inspection Results
Report in Bengkulu City in 2018 to 2020 shows that the opinion given is Unqualified Opinion (WTP). The aim of this
journal is to comprehend and analyze the implementation of the accrual-based Government Accounting Standard seen from
standard aspect and policy target, resources, organization relationships, socio-political and economy conditions, and the
disposition of the implementor. The journal methodology uses qualitative approach, using descriptive method, and studied with
inductive approach. The data analysis technique uses data reduction, presentation and verification. Based on the researcher’s
internship, it shows that the implementation of the good accrual-based SAP in Local Government Financial Reports (LKPD)
in Bengkulu City, particularly by Office of Regional Finance and Assets (BPKAD) has been running accordance with the
laws and regulation, yet still needs to improve the quantity and quality of the human resources of budgeting management in
every Regional Government Organization (OPD) in Bengkulu City.
Abstrak
Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual yang baik dalam penyajiannya akan
mempengaruhi opini yang diberikan oleh BPK terhadap Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah. Laporan
Hasil Pemeriksaan BPK terhadap LKPD Kota Bengkulu dari tahun 2018 sampai 2020 menunjukkan opini
yang diberikan ialah Wajar Tanpa Pengeculian (WTP). Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk
memahami dan menganalisis implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual dilihat dari
aspek standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, kondisi sosial politik dan
ekonomi, dan disposisi implementor. Metodologi penulisan jurnal ini menggunakan metode penulisan
kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif, dan dikaji dengan pendekatan induktif. Teknik analisi
data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Berdasarkan hasil magang riset terapan
pemerintahan penulis, dapat diketahui Implementasi SAP berbasis akrual dalam penyusunan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bengkulu, khususnya oleh BPKAD sudah berjalan sesuai
85
Jurnal Terapan Pemerintahan Minangkabau Vol. 1, No. 2, Edisi Juli – Desember 2021
DOI: https://doi.org/10.33701/jtpm.v1i2.2071
dengan ketentuan peraturan perundangan, namun masih perlu peningkatan kuantitas dan kualitas sumber
daya aparatur pengelolala anggaran pada setiap OPD Kota Bengkulu.
Kata kunci: Basis akrual; Implementasi; Opini WTP ; Standar akuntansi pemerintahan
menghasilkan 7 laporan keuangan pokok, yakni dan software yang memadai dalam pelaksanaan
Laporan Operasional (LO), Neraca, Laporan SAP berbasis akrual, maka sistem yang
Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan beroperasi akan berjalan dengan efektif dan
Saldo Anggaran (SAL), Laporan Arus Kas efisien pula.
(LAK), Catatan Atas Laporan Keuangan Untuk mengukur hasil dari pelaksanaan
(CaLK), dan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE). Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual
Setelah aturan SAP berbasis akrual tentunya dapat melihat dari Laporan Hasil
disahkan. Pelaksanaan akuntansi berbasis akrual Pemeriksaan (LHP) BPK RI yang berupa opini
di Kota Bengkulu telah dilaksanakan sejak tahun atas pemeriksaan dari Laporan Keuangan
2015 sampai dengan sekarang, ini menjadi Pemerintah Daerah. Berikut adalah perolehan
pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah dalam opini dari BPK RI terhadap Laporan Keuangan
upaya memberikan gambaran yang lengkap atas Pemerintah Daerah Kota Bengkulu.
posisi keuangan pemerintah daerah. Selanjutnya
dijabarkan oleh Pemerintah Daerah kota Tabel 1. Perolehan Opini BPK RI Terhadap
Bengkulu dengan menetapkan Peraturan Daerah LKPD Kota Bengkulu
Kota Bengkulu Nomor 06 Tahun 2017 Tentang 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Pokok – Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Opini WDP WDP WDP WTP WTP WTP
lalu dalam Pasal 95 Ayat 3 Peraturan Daerah Sumber : BPKAD Kota Bengkulu, 2021
Kota Bengkulu Nomor 06 Tahun 2017
Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem Berdasarkan Pemeriksaan BPK (Badan
akuntansi pemerintah daerah sebagaimana Pemeriksa Keuangan) terhadap Laporan
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keuangan Pemerintah Daerah di Tahun 2020,
Peraturan Walikota. Walikota Bengkulu Kota Bengkulu kembali menerima opini WTP
menetapkan Peraturan Walikota Bengkulu yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian, prestasi
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Sistem dan ini telah diraih 3 kali berturut-turut oleh
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah. Pemerintah Daerah Kota Bengkulu yakni dari
Pemerintah Kota Bengkulu diwajibkan tahun 2018 sampai tahun 2020. Akan tetapi
melaporkan pengelolaan keuangan atas APBD walaupun sudah meraih opini WTP, tidak
kepada stakeholder yang berwenang hal ini menutup kemungkinan adanya kekurangan
dilakukan sebagai bentuk transparansi dan ataupun kesalahan yang dilakukan oleh
akuntabilitas pemerintah daerah (berdasarkan Pemerintah Daerah Kota Bengkulu dalam
amanat PP Nomor 71 Tahun 2010). LKPD tersebut.
Laporan Keuangan yang mutu Berikut beberapa temuan sebagai faktor
kualitasnya baik dapat terwujud dari pemahaman penghambat optimalnya penyajian LKPD Kota
kapasitas sumber daya manusianya, disini Bengkulu, yakni :
sumber daya manusia yang dimaksud ialah 1. Penerapan standar akuntansi berbasis
aparatur atau staf pengelola keuangan akrual yang belum terealisasi dengan
pemerintahan daerah. Staf di BPKAD Kota sempurna, masih ada beberapa laporan
Bengkulu saat ini, sedikit cenderung resisten keuangan yang belum sesuai SAK.
terhadap perubahan, namun sudah mulai 2. Penatausahaan aset belum cukup
perlahan adaptif. optimal dalam mendukung penyajian
Diperlukan juga fasilitas yang Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
mendukung, seperti sarana dan prasarana yang Kota Bengkulu Tahun 2020.
memadai dalam pelaksanaan penerapan Standar 3. Sumber daya aparatur penyusun laporan
Akuntansi Pemerintah berbasis akrual ini. Sarana keuangan Kota Bengkulu belum
dan prasarana yang dimaksud ialah alat sepenuhnya berkompeten.
penunjang dalam mendukung berhasilnya suatu 4. Belum memahaminya beberapa pegawai
proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan terhadap perubahan kebijakan berbasis
publik. Seperti adanya alat penunjang hardware akrual karena sudah terbiasa
kebijakan yang akan implementor laksanakan. terjadi. Oleh karena itu, transaksi-transaksi dan
Dalam kebijakan ‘top down’ ini sangat mungkin peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan
para pengambil keputusannya kurang akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan
mengetahui kebutuhan atau permasalahan yang pada periode terjadinya.
masyarakat ingin selesaikan. Oleh karena itu Laporan Keuangan, berdasarkan
dibutuhkan disposisi implementor yang Pernyataan SAP (PSAP) 1 Peraturan Pemerintah
berkomitmen dalam pelaksanaan kebijakan. Nomor 71 tahun 2010, laporan keuangan adalah
Kondisi sosial, politik dan ekonomi, laporan terstruktur terkait posisi keuangan dan
dukungan bagi implementasi kebijakan meliputi sejumlah transaksi yang dilakukan oleh suatu
sumber daya ekonomi, karakteristik para entitas.
partisipasan, dan para elit politik dalam Berdasarkan peraturan pemerintah
mendukung atau menolak kebijakan yang ada diatas dijelaskan lebih lanjut dalam Permendagri
saat ini, dan juga bagaimana sifat opini publik
Nomor 64 Tahun 2013 laporan keuangan pokok
yang ada dilingkungannya.
berbasis akrual terdiri dari :
Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Gambar 1. Faktor Yang Mempengaruhi
laporan yang berisikan informasi realisasi
Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter pendapatan-LRA, belanja, transfer,
dan Van Horn surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang tiap-
tiapnya dapat diperbandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode tertentu.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih (Laporan Perubahan SAL), laporan yang
berisikan informasi terkait kenaikan dan
penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri
dari SAL awal, SiLPA/SiKPA, koreksi dan SAL
akhir.
Neraca, laporan yang menyajikan
informasi posisi keuangan suatu entitas
pelaporan meliputi aset, utang dan ekuitas dana
pada tanggal tertentu.
Laporan Operasional (LO), laporan yang
Menurut Moenek, Suwanda dan berisikan informasi terkait seluruh kegiatan
Rachmat (2020, hal. 37) tentang Standar operasional keuangan entitas pelaporan yang
Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah “Prinsip- tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan
prinsip akuntansi yang diimplementasikan dalam surplus/defisit operasional dari suatu entitas
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pelaporan yang penyajiannya dapat
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah”. dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Laporan Keuangan wajib sesuai dengan Standar Laporan Arus Kas (LAK), laporan yang
Akuntansi Pemerintahan yang berlaku saat ini, didalamnya terdapat informasi tentang sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas
standar tersebut dijadikan pedoman dalam
selama satu periode akuntansi, serta saldo kas
pembuatan laporan keuangan masing-masing
dan setara kas pada tanggal pelaporan.
daerah agar tidak ada perbedaan dan semua
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
sesuai dengan apa yang dibutuhkan. laporan yang didalamnya terdapat informasi
Menurut IPSAS yang diterjemahkan tentang perubahan ekuitas yang meliputi ekuitas
dalam buku Sinurat (2018, hal. 16) Basis Akrual awal, surplus/defisit-LO, koreksi dan ekuitas
adalah : akhir.
Dasar akuntansi yang mengakui adanya Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK),
transaksi keuangan dan peristiwa ekonomi laporan yang menyajikan informasi terkait
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu
Septian Asriadi, Rara Juniar Varina 89 Implementasi Standar Akuntansi…
Jurnal Terapan Pemerintahan Minangkabau Vol. 1, No. 2, Edisi Juli – Desember 2021
DOI: https://doi.org/10.33701/jtpm.v1i2.2071
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam instrumen kuncinya ialah peneliti itu sendiri,
LRA, LPSAL, LO, LPE, Neraca dan LAK. teknik pengumpulan data dilaksanakan secara
Pengelolaan keuangan pemerintah triangulasi, analisis data dengan pendekatan
disusun dalam sistem akuntansi pemerintah yang induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah menekankan arti dari pada generalisasi.
(SAP). Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Pendekatan induktif menurut Sugiyono
Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang (2018, hal. 482) bahwa “Suatu analisa diambil
penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dari data yang didapatkan, kemudian
berbasis akrual pada pemerintah daerah sebagai dikembangkan menjadi hipotesa. Lalu dicarikan
mandat dari Pasal 7 Ayat 1 Peraturan Pemerintah lagi data secara berulang-ulang sehingga dapat
Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar disimpulkan apakah hipotesa tersebut dapat
Akuntansi Pemerintah akan memberikan diterima atau ditolak berdasarkan data yang
dampak perubahan dalam sistem akuntansi yang terkumpul sebelumnya”.
diterapkan oleh pemerintah daerah. Penggunaan metode deskriptif untuk
Menurut Pasal 1 Angka 10 Peraturan desain penelitian kualitatif melalui pendekatan
Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 induktif adalah untuk menggambarkan masalah
Tentang Penerapan Standar Akuntansi yang ditemukan berdasarkan fakta yang bersifat
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah khusus kemudian meneliti dan menyelesaikan
Daerah menyatakan bahwa “Basis akrual masalah yang bersifat umum.
merupakan basis yang mengakui adanya Berdasarkan pemahaman mengenai
pengaruh transaksi pada saat transaksi dan pendekatan penelitian diatas, maka metode yang
peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan waktu digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu
kas atau setara kas diterima atau dibayarkan”. metodologi penulisan kualitatif dengan metode
deskriptif, dan dikaji dengan pendekatan induktif
METODE yang bertujuan untuk menggambarkan dengan
Metode penelitian yang digunakan oleh sistematis berupa fenomena dan realitas yang ada
penulis adalah metode deskriptif dengan dilapangan secara aktual sehingga membangun
pendekatan kualitatif. Metode penelitian pengetahuan yang logis dalam menggali apa yang
deskriptif menurut Sugiyono (2018, hal. 86) sebenarnya terjadi pada saat penelitian. Pada
adalah “Suatu penelitian untuk mengetahui nilai penelitian ini akan menggambarkan pelaksanaan
variabel mandiri tanpa membandingkan dengan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual
variabel yang lainnya”. pada LKPD Kota Bengkulu serta berbagai upaya
Menurut Sugiyono (2019, hal. 18) yang dilakukan BPKAD Kota Bengkulu dalam
tentang metode penelitian kualitatif, metode mengatasi kendala yang dihadapi pada
penelitian kualitatif ialah metode yang pengelolaan laporan keuangan dan aset daerah.
berdasarkan pada filsafat postpositivisme yang Pada penelitian ini penulis menggunakan
berguna untuk meneliti pada keadaan obyek jenis wawancara semi terstruktur yang mana
yang alamiah, peneliti sebagai instrumen kunci, penulis telah membuat daftar pertanyaan yang
teknik pengumpulan data dilakukan secara informannya dapat menjawab serta bisa
gabungan (triangulasi), analisis data dengan menyampaikan pendapatan dan sudut
pendekatan induktif, dan juga hasil penelitian pandangnya. Dalam penelitian ini wawancara
kualitatif lebih menekankan arti dari generalisasi. dilakukan kepada unsur struktural dan
Penelitian kualitatif ini digunakan untuk fungsional pada BPKAD Kota Bengkulu.
mengumpulkan informasi secara faktual dan Sugiyono (2019, hal. 203) menjelaskan
detail, serta menggambarkan realita yang bahwa, “Observasi tidak hanya terbatas pada
sebenarnya. orang saja, tetapi juga pada obyek alam yang
Maka penelitian deskriptif kualitatif ialah lainnya”.
suatu metode yang menggambarkan suatu Pada penelitian ini teknik observasi
fenomena melalui deskripsi dari sekumpulan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
kata-kata yang disusun dengan baik, di mana
Septian Asriadi, Rara Juniar Varina 90 Implementasi Standar Akuntansi…
Jurnal Terapan Pemerintahan Minangkabau Vol. 1, No. 2, Edisi Juli – Desember 2021
DOI: https://doi.org/10.33701/jtpm.v1i2.2071
secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti ini akan memudahkan peneliti memahami dan
sehingga peneliti dapat mengamati secara menyusun kerja kedepannya.
langsung mengenai kejadian-kejadian yang 3. Menarik Kesimpulan (Conclusion Drawing)
berlangsung untuk tujuan pengumpulan data Menarik kesimpulan adalah suatu
yang selektif dan sistematis untuk menghasilkan kegiatan analisis sebagai bagian dari konfigurasi
data yang akurat. yang utuh dan mulai melihat makna suatu benda,
Menurut Sugiyono (2018, hal. 476) pola, catatan maupun penjelasan. Di dalam
mengenai dokumentasi bahwa, “Dokumentasi penelitian kualitatif, suatu kesimpulan dapat
merupakan teknik yang digunakan dalam rangka menjadi jawaban rumusan masalah yang telah
memperoleh data dan informasi dalam bentuk ditentukan diawal ataupun mungkin juga tidak,
dokumen, arsip, gambar serta buku yang dapat dikarenakan dalam penelitian masalah dan
mendukung penelitian peneliti”. Teknik rumusan akan berkembang setelah dilakukan
dokumentasi ini tergolong dalam jenis data turun langsung di lapangan.
sekunder karena sudah lebih dulu dikelola oleh
pihak pertama. Dengan adanya dokumen- HASIL DAN PEMBAHASAN
dokumen yang berisi data terkait perkembangan Berdasarkan teori yang penulis gunakan
yang diteliti, pemecahan terhadap masalah akan pada penelitian ini yaitu teori implementasi
mudah. Pada kegiatan penelitian ini, penulis akan Menurut D. Van Meter dan C. Van Horn (a model
mengambil dokumentasi dari peraturan, surat of the policy implementation process) dalam Leo
dan arsip lainnya yang ada di BPKAD Kota Agustino (2017, hal. 133) terdapat 6 variabel
Bengkulu. yang mempengaruhi suatu implementasi
Menurut pandangan Sugiyono (2019, kebijakan yaitu : standar dan sasaran kebijakan,
hal. 206) tentang teknik analisis data yaitu : sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana,
Suatu proses dalam mengolah dan komunikasi antar organisasi dan kegiatan
menyusun secara sistematis data yang didapat pelaksanaan, disposisi implementor (sikap para
dari hasil wawancara, keterangan di lapangan, pelaksana), dan kondisi sosial, politik dan
dan dokumentasi, dengan cara ekonomi.
mengelompokkan data ke dalam kategori- A. Standar dan Sasaran Kebijakan
kategorinya, melakukan sintesa, menyusun ke Dalam rangka penerapan standar
dalam pola tertentu, memilih mana yang penting akuntansi pemerintahan berbasis akrual Kota
dan yang akan ditindaklanjuti, dan menarik Bengkulu mengacu pada SAPD terbaru yang
kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
peneliti maupun orang lain. Nomor 64 Tahun 2013 sebagai SOP dalam
Berikut beberapa aktivitas dalam mengerjakan dan menyusun laporan keuangan
pelaksanaan analisis data ialah: hal ini berlaku bagi seluruh perangkat daerah
yang ada di Kota Bengkulu. Selanjutnya
1. Reduksi Data (Data Reduction) pemerintah kota Bengkulu telah mengeluarkan
Reduksi data ialah serangkaian kegiatan Peraturan Walikota Nomor 38 Tahun 2017
merangkum poin-poin penting, melakukan Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota
penyederhanaan, pengorganisasian serta Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Sistem
transformasi data dari catatan pada saat Akuntansi Pemerintah Daerah Kota Bengkulu
dilapangan. yang mendasar pada Peraturan Pemerintahan
2. Penyajian Data (Data Display) Nomor 71 Tahun 2010 dan ketentuan-ketentuan
Penyajian data merupakan sekelompok lain yang relevan untuk menjadikan apakah
informasi yang tersusun memungkinkan adanya LKPD yang ada di kota Bengkulu telah disusun
pengambilan tindakan. Pada penelitian kualitatif, sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan
penyajian data dalam bentuk penjelasan singkat, yang telah menjadi standar operasional prosedur
hubungan antar kategori, serta flowchart. Dengan pelaksanaan agar laporan keuangan yang
berkualitas dapat terwujud.
1 orang jadi diharapkan ada penambahan jumlah perubahan akun yang harus di informasikan
pegawai. kepada tiap perangkat daerah.
Kesiapan dari sisi SDM yang ada saat ini Kejelasan informasi yang disampaikan
belum seperti yang diharapkan, Karena belum akan membantu kinerja para pengelola keuangan
idealnya jumlah pegawai secara keseluruhan dalam pembuatan laporan keuangan. Kesiapan
dibandingkan dengan jumlah pegawai yang dan kesanggupan para pengelola keuangan akan
berlatar akuntansi dan pekerjaan yang mereka menghasilkan kemampuan menyiapkan laporan
kerjakan, maka kedepannya akan terus menjadi keuangan yang tepat waktu dan akurat yang
salah satu prioritas perekrutan pegawai merupakan laporan keuangan yang berkualitas
berdasarkan kompetensi yang dimiliki terutama tentu selanjutnya akan berdampak baik pada
dibidang pengelolaan keuangan dan anggaran pemberian opini untuk LKPD Kota Bengkulu.
dan menguasai komputerisasi dengan baik. Sarana dan prasarana yang lengkap dan
Berdasarkan hasil wawancara penulis berspesifikasi tinggi dapat menunjang jalannya
dengan Bapak Hendra Kurniawan, SE selaku aplikasi pengelola keuangan daerah dan kapasitas
Kepala Subbid Pelaporan dan Pembukuan pada serta kapabilitas aparatur pemerintah khususnya
hari jumat tanggal 29 Oktober 2021 pukul 10.00 yang terkait langsung dengan proses pengelolaan
WIB : keuangan daerah.
SAP berbasis akrual sendiri sudah Berdasarkan hasil wawancara dengan
disosialisasikan melalui peraturan walikota sejak Bapak Fahriandi, SE selaku Kepala Bidang
tahun 2015 dan kita telah mengaplikasikannya Akuntansi dan Perbendaharaan di Kantor
juga sejak tahun 2016 yakni saat membuat BPKAD Kota Bengkulu pada hari kamis tanggal
laporan keuangan Tahun 2015. Jika kita tidak 28 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB, mengatakan
menerapkan SAP berbasis akrual maka opini bahwa :
hasil temuan dari BPK RI yang didapat pasti Faktor utama yang sangat diperlukan
disclaimer, maka dari itu kita terus membenahi untuk menunjang pengelolaan keuangan daerah
akan koreksi-koreksi mengenai laporan yang baik dan benar adalah selain adanya sumber
keuangan yang dibuat untuk mencapai hasil yang hukum yang mengatur dengan jelas teknis
maksimal. pelaksanaan suatu kebijakan, juga tersedianya
Dari hasil wawancara diatas fasilitas pendukung atau peralatan kerja seperti
menunjukkan bahwa BPKAD Kota Bengkulu personal komputer dan aplikasi yang dapat
benar-benar serius menanggapi tentang membantu pengelolaan keuangan daerah.
penerapan dari akuntansi berbasis akrual ini Dari Hasil wawancara diatas penulis
karena Kepala BPKAD sendiri telah memperkuat informasi mengenai fasilitas yang
menghimbau pegawai yang dibawahnya untuk tersedia di BPKAD Kota Bengkulu.
menerapkan SAP berbasis akrual yang sesuai
dengan intruksi dari Walikota Bengkulu yang C. Karakteristik Organisasi Pelaksana
juga mendapat perintah dari pemerintah pusat, Selain kompetensi yang dimiliki, ada
dengan harapan tercapainya laporan keuangan faktor lain yang harus diperhatikan dalam
yang berkualitas dan dapat meningkatkan opini penempatan seorang aparatur yaitu karakter dari
BPK RI. aparatur itu sendiri. Karakter akan menentukan
Salah satu tugas dan fungsi BPKAD kualitas kerja dari seorang aparatur apabila
adalah melakukan pembinaan teknis aparatur tersebut memiliki karakter yang baik
penyelenggaran fungsi penunjang urusan maka akan baik juga pekerjaan yang
pemerintahan daerah di Bidang Pengelolaan dilakukannya. Karakter yang harus dimiliki oleh
Keuangan dan Aset Daerah. Ini juga terkait seorang aparatur seperti sifat jujur,
dengan memberikan informasi kepada tiap berkomitmen, demokratis, dapat bekerjasama,
perangkat daerah lainnya mengenai informasi- tepat waktu, disiplin dan tidak mencampurkan
informasi terbaru dalam bidang akuntansi. antara urusan pekerjaan dengan pribadi sehingga
Informasi tersebut bisa berupa perubahan- apabila seorang aparatur telah menempati suatu
posisi yang penting dia tidak akan Berdasarkan hasil wawancara dengan
menyalahgunakan wewenangnya dalam hal ini Bapak Yudi Susanda selaku Kepala Badan
melakukan tindak KORUPSI. Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota
Bengkulu pada hari jumat tanggal 29 Oktober
D. Komunikasi antar Organisasi dan 2021 pukul 09.00 WIB, mengatakan bahwa :
Kegiatan Pelaksanaan Terkait dengan pihak luar dalam artian
Keterkaitan antara organisasi yang elit politik disini ialah Walikota Bengkulu,
menjalankan kebijakan harus berjalan dengan tentunya itu tidak ada kaitannya dengan
seimbang. Tentunya diperlukan komunikasi penyusunan laporan keuangan bahkan elit politik
antar organisasi yang baik sehingga akan pun tidak tau akan penerapan SAP berbasis
mengurangi distorsi implementasi. Dibutuhkan akrual ini, yang mereka tau adalah hasil akhir dari
hubungan antar organisasi yang baik dalam opini yang diberikan BPK RI mengenai LKPD
pelaksanaanya. Komunikasi yang dilakukan oleh Kota Bengkulu. Tetapi Walikota Bengkulu ikut
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah andil dalam mensosialisasikan SAP berbasis
Kota Bengkulu berupa proses penyampaian dan akrual ini dengan mengeluarkan peraturan
perkenalan serta sosialisasi substansi kebijakan Perwali No.38 Tahun 2017 Tentang Perubahan
terbaru terkait standar akuntansi pemerintahan Atas Perwali No 48 Tahun 2014 Tentang Sistem
berbasis akrual. Akuntansi Pemerintah Daerah Kota Bengkulu.
Terkait dengan kondisi lingkungan
E. Disposisi Implementor (sikap para lainnya seperti sosial, politik dan ekonomi tidak
pelaksana) terlalu menjadi sesuatu yang berpengaruh dalam
Sumber daya aparatur pemerintah yang penerapan SAP berbasis akrual, hanya saja
memiliki kualitas yang tinggi sangat diperlukan tanggapan dari masyarakat dan elit politik lainnya
untuk menunjang jalannya pemerintahan terhadap hasil akhir dari opini atas LKPD Kota
terkhusus dibidang pengelolaan keuangan Bengkulu yang merasa puas apabila kota
daerah, Seorang pemimpin yang baik adalah Bengkulu mendapatkan opini WTP, ini dianggap
pemimpin yang mengetahui kapasitas dan sebagai prestasi yang harus dapat dipertahankan.
kapabilitas dari setiap anggotanya, dengan
demikian pemimpin dapat menentukan posisi G. Upaya yang dilakukan oleh BPKAD
yang tepat sesuai dengan kompetensi dari Kota Bengkulu dalam Implementasi SAP
anggotanya. Hal itu akan sangat menentukan Berbasis Akrual
proses pelaksanaan kegiatan suatu organisasi Berdasarkan data yang didapat dilokasi
dalam hal ini dalam pemerintahan. magang riset terapan pemerintahan di BPKAD
Standar Akuntansi Berbasis akrual dapat Kota Bengkulu upaya yang dilakukan oleh
dikatakan terlaksana dengan baik apabila telah pemerintah Kota Bengkulu dan khususnya
didukung oleh pelaksana yang baik pula. Sikap- kantor BPKAD Kota Bengkulu antara lain:
sikap dari implementor seperti yang disebut Dalam pelaksanaan SAP berbasis akrual
diatas sangat penting sebagai bahan diperlukan Standar Operasional Prosedur (SOP)
pertimbangan efektif atau tidaknya pelaksanaan yang jelas dan terukur sebagai acuan dan
suatu substansi akrual tersebut secara continue. pedoman dalam implementasi SAP berbasis
Prinsip right man in the right place sangat akrual dalam mempertahankan opini WTP BPK
diprioritaskan dalam hal ini. RI.
Standar dan sasaran kebijakan SAP
F. Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi berbasis akrual sudah jelas di jelaskan dalam
Sejauh mana kelompok-kelompok Peraturan Pemerintah Pusat Nomor 71 Tahun
kepentingan memberikan dukungan bagi 2010 Tentang Standar Akuntansi Berbasis
implementasi kebijakan, respon para partisipan Akrual yang dijabarkan kembali oleh
yakni mendukung atau menolak dalam Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 sebagai
mendukung implementasi kebijakan. SOP dalam mengerjakan dan menyusun
Laporan Keuangan hal ini berlaku bagi seluruh perekrutan SDM yang berlatar belakang
perangkat daerah yang ada di Kota Bengkulu. pendidikan akuntansi bagi tiap perangkat daerah
Selanjutnya Kota Bengkulu pada Tahun 2015 yang masih kurang tersebut.
telah mengeluarkan Peraturan Walikota Nomor Selanjutnya mengenai permasalahan
38 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas SDM yang beberapa belum memahami tentang
Peraturan Walikota Nomor 48 Tahun 2014 akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini, cara
Tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah mengatasinya dengan melakukan identifikasi di
Kota Bengkulu yang menjadi dasar atas seluruh perangkat daerah termasuk BPKAD
pelaksanaan Akuntansi Berbasis Akrual. siapa saja yang butuh ilmu akuntansi berbasis
Sasaran yang sudah jelas tidak akan akrual, dan ternyata PA, PPK, PPTK, bendahara
berhasil tanpa peran dari pelaksana. Keterkaitan penerimaan dan pengeluaran, tenaga akuntan
antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dalam yang ada membutuhkannya. Oleh sebab itu
permasalahan ini ditemukan kendala yang terjadi Pemerintah Kota Bengkulu melakukan
pada pelaksana dalam hal ini pegawai BPKAD pendidikan dan pelatihan tentang keuangan dan
yang cenderung kurang mengerti akan SOP yang anggaran sekaligus pelatihan yang menggunakan
telah diberikan dan terkesan bekerja agak lambat website online pada OPD.
dikarenakan oleh faktor kerumitan dari Basis Diupayakan membangun sistem
Akrual sendiri. Upaya Pemerintah dalam teknologi informasi dalam bentuk website pada
menanggapi permasalahan tersebut dengan BPKAD yang online dan terhubung kepada
mendukung penerapannya dengan menyiapkan seluruh perangkat daerah di Kota Bengkulu
IT System berupa perangkat lunak yakni Permasalahan terkait hubungan yang
SIMDA. Adapun SIMDA yang digunakan ini terjalin antar organisasi dalam hal ini ialah
merupakan hasil kerjasama dengan BPKP selaku BPKAD dengan OPD lainnya adalah sulitnya
pengembang perangkat lunak ini. Terkait dengan dalam memperoleh informasi yang terupdate
hal ini pemerintah Kota Bengkulu terkhususnya dari OPD lain terkait dengan informasi
BPKAD Kota Bengkulu telah menggunakan keuangannya. Seharusnya OPD tersebut telah
SIMDA versi terbaru yang telah disesuaikan online dengan cara telah membuat website
dengan akuntansi berbasis akrual yang kantornya dan menghubungkannya (connected)
diharapkan dapat memudahkan tenanga dengan BPKAD agar menyampaikan suatu
kauntansi dalam penyusunan laporan keuangan informasi berjalan dengan lancar. Tetapi pada
berbasis akrual tepat waktu sehingga laporan kenyataan nya masih terdapat OPD yang belum
keuangan yang disusun akan menghasilkan mengonlinekan dalam artian belum mempunyai
lapoan keuangan yang berkualitas. website kantor jika pun ada informasi yang ada
Sumber Daya Aparatur yang mengelola di websitenya adalah informasi lama yang jarang
SAP berbasis akrual masih perlu ditambah dalam sekali di update. Ini adalah bentuk ketidak
segi jumlah dan ditingkatkan kompetisinya transparan OPD terhadap informasi kantor nya.
melalui pendidikan dan pelatihan tentang Upaya yang dilakukan pemerintah kota
keuangan dan anggaran sekaligus pelatihan yang Bengkulu dalam hal ini ialah Walikota Bengkulu
menggunakan website online pada OPD. sendiri yang telah menghimbau tiap kepala OPD
Masalah yang dihadapi Pemerintah Kota untuk segera meng-onlinekan server kantor
Bengkulu terkait dengan Sumber Daya adalah masing-masing kantor OPD dalam bentuk
masih kurangnya jumlah pelaksana dalam website kantor dalam rangka meningkatkan
menerapkan akuntansi berbasis akrual yang transparansi informasi kepada masyarakat dan
berlatarbelakang akuntansi. Pemecahan masalah menjadikan BPKAD Kota Bengkulu sebagai
yang dapat dilakukan yakni dengan cara percontohan bagi OPD lain yang harapkan
melakukan pemetaan terlebih dahulu terkait apabila pimpinan kepala daerah yang sudah
jumlah tenaga kerja akuntansi yang ada, dan menghimbau langsung maka dapat dilaksanakan
ternyata tenaga kerja akuntansi Kota Bengkulu oleh OPD dibawahnya.
memang masih kurang dan harus dilaksanakan
Disposisi implementor masih belum informasi dalam bentuk website yang online ke
menunjukkan disiplin yang tinggi dan belum semua OPD Kota Bengkulu. Disamping itu juga
terciptanya tertib administrasi penerapan SAP diperlukan peningkatan pengawasan langsung
berbasis akrual atasan kepada semua level baik ditingkat
Upaya yang dilakukan Kota Bengkulu Pemerintah daerah maupun organisasi perangkat
sebagai bentuk keseriusan pemerintah daerah daerah.
Kota Bengkulu dalam menerapkan standar Berdasarkan data dan informasi yang
akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang diperoleh selama melakukan riset penelitian
diharapkan menghasikan laporan keuangan yang pemerintahan di Kota Bengkulu, maka
berkualitas dan memperoleh opini WTP adalah ditemukan faktor penghambat dalam proses
berupa komitmen pimpinan. implementasi Standar Akuntansi Berbasis
Walikota Bengkulu telah berkomitmen Akrual, antara lain :
untuk menjadikan Kota Bengkulu tertib a. Belum adanya Standar dan Sasaran yang
Administrasi dalam rangka menertibkan jelas dan terukur dalam bentuk Standar
administrasi tiap kegiatan pelayanan masyarakat Operasional Prosedur (SOP) terkait
di tiap kantor OPD di Kota Bengkulu dan penerapan SAP berbasis akrual dan
meningkatkan kualitas Laporan Keuangan Kota penyusuanan laporan keuangan.
Bengkulu dengan memberitahu tiap perangkat b. Kurangnya kompetensi dari sumber
daerah termasuk BPKAD untuk membuat fakta daya aparatur dalam penerapan SAP
integraitas untuk birokrat yang ada dalam berbasis akrual, di samping jumlah
penyusunan laporan keuangan berupa aparatur yang masih terbatas dalam
pernyataan diatas materai bahwa telah siap untuk bidang pengelola keuangan dan anggaran
mengimplementasikan SAP berbasis akrual. Ini c. Belum terconnectednya website dari
dibuat karena laporan keuangan pemerintah BPKAD ke OPD di Kota Bengkulu,
daerah atau LKPD ini disusun dari gabungan sehingga menyulitkan dalam operasi.
seluruh laporan keuangan tiap perangkat daerah. d. Pengelola SAP pada BPKAD belum
Fakta integritas ini dibuat agar perangkat menunjukkan disiplin dan kerja yang
daerah benar-benar harus patuh dalam maksimal, menyebabkan tidak
melaksanakan Akuntansi berbasis akrual dan terciptanya tertib administrasi penerapan
juga patuh dalam mengumpulkan laporan SAP berbasis akrual dan berdampak
keuangan tepat waktu serta menciptakan suasana terhadap pengelola di OPD.
saling berlomba-lomba untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat yang akan Pemerintah Kota Bengkulu telah
dihadiahi dengan cara memberikan dana insentif berupaya mengoptimalkan penerapan SAP
atau TPP kepada Pegawai BPKAD terkhusus berbasis akrual melalui :
yang mengelola serta membuat laporan a. Dalam pelaksanaan SAP berbasis akrual
keuangan. Agar para pelaksana dapat termotivasi diperlukan Standar Operasional Prosedur
akan adanya tambahan gaji dan bersikap lebih (SOP) yang jelas dan terukur sebagai
disiplin dalam mengerjakan pekerjaannya. acuan dan pedoman dalam implementasi
SAP berbasis akrual menuju opini WTP
KESIMPULAN BPK RI.
Implementasi SAP berbasis akrual dalam b. Sumber Daya Aparatur yang mengelola
penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah SAP berbasis akrual masih perlu
Daerah (LKPD) Kota Bengkulu, khususnya ditambah dalam segi jumlah dan
oleh BPKAD sudah berjalan sesuai dengan ditingkatkan kompetisinya melalui
ketentuan peraturan perundangan, namun masih pendidikan dan pelatihan tentang
perlu peningkatan kuantitas dan kualitas sumber keuangan dan anggaran sekaligus
daya aparatur pengelolala anggaran pada setiap pelatihan yang menggunakan website
OPD, perlu adanya sistem aplikasi teknologi online pada OPD.